Diki berterima kasih kepada Pak Harianto dan Bi Ina yang telah menyelamatkan dirinya. Andai kalau Pak Harianto tidak melakukan itu, mungkin Diki sudah tiada dari kecil. Dengan bersembunyi seperti ini, Diki sudah bisa tumbuh menjadi dewasa dan bisa membalaskan dendamnya.
"Saya harap Tuan muda bisa mewujudkan balas dendam Tuan muda. Walaupun ada rasa ketakutan dan kecemasan di hati saya karena kondisi kita tidak mungkin bisa melawan komplotan Hachiro yang begitu banyak dan berkuasa."
Diki memikirkan cara dan dengan cepat Diki bisa menemukan ide. Keturunan dari keluarga Mahesh tidak main-main, kemampuan IQ yang tinggi membuat Diki cepat berpikir.
"Tenang saja, Paman. Aku langsung menemukan ide untuk memulainya. Hanya saja kita harus bersabar untuk menyelamatkan Bella, dan kita harus segera bersembunyi dari tempat ini, kita harus pindah dengan cepat dan menyamar!"
***
Di tempat Alvin ia menggerutu kesal karena tidak bisa
Ada sosok wanita cantik yang terus memandangi ke arah Alvin dan Diki. Karena merasa tertarik, akhirnya wanita itu pun menghampiri mereka. "Hai ganteng kenalan, yuk!" Wanita itu menjulurkan tangannya ke arah Diki.Diki menoleh ke arahnya dan merasa aneh ada wanita yang tertarik kepadanya, yang saat ini sedang berpenampilan nerd.Alvin pun ikut mendongak dan melihat ke arah suara itu dan ia terkesiap karena wanita itu adalah mantan pacarnya.Wanita itu menjulurkan tanganya terhadap Diki, tapi tatapannya menatap Alvin."Kamu ngapain disini?" tanya Alvin. Nyatanya wanita itu ingin mencari perhatian dari sang mantan kekasihnya yaitu, Alvin.Wanita itu pun langsung meraih tangan Diki yang terletak diatas meja. Diki pun terkesiap dan langsung menarik kembali tangannya. "Kenapa kamu tidak mau berkenalan denganku?" tanya mantan Alvin kepada Diki dengan kesal karena merasa ditolak di hadapan mantan pacarnya. "Maaf!" Diki hanya meminta maaf.Wanita itu pun langsung duduk tanpa dipersilahkan
Saat ini Diki bersama dengan Aiko serta Hachiro. Sedangkan Alvin ia langsung pergi dan pura-pura tidak mengenal Diki Walaupun saat bergandengan mereka berbicara, tapi Hachiro juga tidak mengetahui itu."Ayo makan!" suruh Hachiro kepada Diki yang saat ini sedang duduk bersama dengan mereka. Diki pun yang sebenarnya sudah kenyang, tapi ia menuruti apa yang dikatakan ayahnya Aiko."Baik Om," jawab Diki tersenyum lembut.Diki berusaha untuk mengendalikan dirinya yang begitu menahan gejolak emosi yang sudah meletup-letup. Andai tidak ingat dengan keberadaan Bella yang entah dimana disembunyikannya? Maka Diki akan langsung menghabisi pria paruh baya ini sekarang juga.Diki meremas tangannya kuat-kuat karena ia begitu merasa sesak memandang wajah pria paruh baya ini jika mengingat bahwa orang ini lah yang telah menghancurkan keluarganya. Sedangkan Aiko terus saja menatap Diki yang terlihat cupu ini, entahlah dimata Aiko Diki terlihat begitu manis. Harchiro juga memandang tajam ke arah Dik
Diki tersadar di sebuah ruangan gelap. Diki mencoba membuka matanya yang begitu berat dan rapat. Diki melihat sekelilingnya dan melihat ada banyak foto dirinya bersama keluarganya, semakin dilihat foto itu semakin mengingatkan Diki akan bayangan masa lalu yang terus datang bertubi-tubi terhadap dirinya.Lalu, Diki melihat ke arah depan dan terlihat seorang kakek yang begitu tua sedang memunggunginya dan duduk di kursi kayu dan menghadap ke sebuah api yang menyala.Diki beringsut duduk dengan pertanyaan yang terus menerus menimpa otaknya yang masih terasa sakit.Perasaan Diki kacau ada rasa ketakutan karena menyangka dirinya sudah tertangkap oleh Hachiro, Diki pun semakin waspada, lalu mengecek senjata api yang ternyata masih aman di dalam kantong celananya."Si-siapa, kamu?" tanya Diki terkesiap.Kakek itu membalikan badannya dan menghadap ke arah Diki. Tiba-tiba saja Kakek tua itu memeluk Diki dan menangis tersendu-sendu."Maaf Tuanku, ternyata apa yang saya harapkan akan menjadi k
Diki begitu menantikan jawaban yang akan keluar dari mulut sang Kakek pengasuh ini. Ia begitu menantikan jawaban tentang keberadaan orang tuanya yang entah seperti apa kondisinya. Apakah sudah meninggal? Ataukah masih hidup? Diki sungguh menantikan jawaban itu dengan tangan yang dikepal kuat-kuat berharap kalau orang tuanya memang masih hidup.Pada saat Kakek tua itu hendak mengangkat mulutnya yang akan terbuka untuk berkata, tapi …."Satu … dua … tiga …."Seseorang yang mengintip apa yang dilakukan oleh Kakek sang pengasuh dengan Diki itu pun menghitung untuk menembak. Dorrr!!!Satu tembakan tepat mengarah ke arah kepala sang kakek pengasuh.Mata Kakek itu terbelalak sangat lebar merasakan tiba-tiba saja kepalanya terasa pecah dan sesuatu yang menusuk begitu perih di kepalanya. Diki tercengang melihat kejadian ini, semua ini begitu dadakan dan begitu cepat, sehingga tidak ada yang bisa mengelak dari peluru yang memang tidak disadari oleh Diki ini.Adegan ini pun berputar kembali di
Pria itu menyunggingkan senyumannya sambil melipat lengan kemejanya dengan santai.Diki yang dari tadi menantikan seseorang yang telah menembak kakek sang pengasuh itu pun terkesiap melihat pria yang berjalan dari arah pintu masuk dan yang jelas itu bukanlah Hachiro yang ia kira.Diki dengan sigap langsung melangkah ke arahnya untuk menyerang seperti macan yang sudah siap untuk menerkam. Rasanya sudah tidak tahan lagi, Diki ingin meraup rahang milik orang itu karena mengira kalau dialah orang yang telah menembak kakek sang pengasuh sampai meninggal.Hap!!!Tiba-tiba ada yang menangkap Diki dari arah belakang dengan menggunakan tangannya dan mendengkek rahang tegas milik Diki.Diki terkejut karena aksinya terhenti begitu saja sebelum bisa meraih tubuh yang ada dihadapannya. Siapa orang yang telah menahannya dengan melilit rahang Diki?"Sial?! Apa-apaan ini?" erang Diki emosi karena tubuhnya tiba-tiba ditangkap dari belakang saat dirinya hendak menyerang pria yang baru masuk ini. Berart
Ancaman dari David membuat Diki geram. Diki pun membalikan badannya dan menghadap ke arah David yang sedang berdiri tegak dan menatap tajam ke arah Diki, David berharap ancamannya itu akan membuat Diki diam."Katakan dimana Bella?!" bentak Diki penuh dengan penekanan. Bukannya diam dan tenang, Diki malah mengamuk karena merasa begitu kesal dengan kedua kaki tangan penjahat Harchiro ini. Kalau sampai mereka membunuh Bella, maka Diki akan sangat murka. Selama hidup didesa, dicaci serta dimaki tidak pernah membuat Diki begitu murka, tapi untuk hal ini sekarang Diki sudah tidak bisa mengendalikan diri dan ingin segera menyerang. Karena masalahnya adalah nyawa, nyawa yang sudah hilang, nyawa orang sekitar Diki yang dipertaruhkan.Padahal kalau Diki berpikir dengan jernih maka ia bisa mencari cara lain. Bukan dengan melawan sendirian yang pasti akan membuat Diki kalah nanti. Namun, untuk sekarang yang Diki pikirkan adalah melampiaskan emosinya yang sedari tadi membara bergemuruh bergejolak
Dengan kesadaran yang mulai terkumpul, James pun menembak ke arah atap untuk membuat Diki takut dan diam.Diki dan David yang sedang berkelahi pun terdiam dan menoleh ke arah James yang sedang memegangi senjata api-nya."Diam jangan banyak tingkah atau gue habisin Lo bocah?!" teriak James penuh dengan penekanan, berharap kalau Diki akan takut.Diki terdiam dan ia pun meraba senjata yang ia bawa dari dalam sakunya. Ia juga berniat untuk menggunakan senjata itu untuk melawan.James pun memerintahkan David untuk menahan dan memegangi tangan Diki agar mau mengikuti dirinya."Cepat David, tahan bocah tengil ini!" suruh James masih dengan kondisi mengacungkan senjata.Diki yang terdiam sejenak langsung di hampiri oleh David dan tangannya langsung diraih oleh David, tapi Diki pun tidak ingin menyerah dan langsung menghempaskan tangannya tidak mau ikut."Gua tidak akan mengikuti kalian?! Gua hanya ingin tahu dimana kalian mengurung Bella?!" teriak Diki langsung memulai kembali aksinya dengan m
Pria paruh baya yang baru saja beres dengan rapat pentingnya, membawa ponsel di dalam sakunya. Pria itu ingin menghubungi asistennya yang sudah ia suruh untuk mengamankan seseorang. Pria paruh baya yang bernama Hachiro itu pun menelpon asistennya. Posisinya saat ini adalah sedang berada di dalam mobil Lamborghini Aventador SVJ Roadster Grigio Telesto, mobil yang begitu mewah miliknya.Pria paruh baya itu pun terlihat kesal karena tidak bisa menelepon ponsel James karena nomor sang Asisten itu tidak aktif."BASTRAD! Kenapa ponselnya tidak bisa dihubungi?!" gerutunya di dalam mobil.Disaat mobil yang ia tumpangi itu hendak melaju tiba-tiba saja ada seorang ibu-ibu yang mengetuk pintu mobilnya. Hachiro sang manusia kejam dan sadis itu pun tidak menoleh kepada ibu-ibu itu. Dia malah langsung menyuruh sang supir pribadinya itu untuk melajukan kendaraan. Mobil yang ditumpangi oleh Hachiro pun melaju diiringi dengan pengawalnya yang begitu banyak. Karena sebagai orang kaya di kota ini, Ha
Sultan menjelaskan semuanya tentang bagaimana dia bisa mempunyai anak dari Mahira."Mama sungguh tidak menyangka dengan apa yang telah kalian lalui. Kalau memang begitu baiklah. Mama justru bahagia karena rupanya Mama sudah mempunyai cucu sekarang ini," ucap Anara, lalu mencoba untuk membujuk Dirly agar mau untuk dia gendong. Dirly pun yang memang dibujuk oleh Anara langsung tertawa dan tersenyum. "Dirly anak Papa, itu Nenek sayang. Kamu digendong ya sama Nenek," ucap Sultan. Anara begitu terharu karena Dirly mau untuk dia gendong. Walaupun sebenarnya dia merasa cemas akan publik kalau sampai mengetahui tentang semua ini. "Mama, tolong jangan banyak pikiran. Mama bahagialah karena urusan publik biar Sultan yang atur."Sultan tahu apa yang membuat mamanya cemas, dan bisa melihat dari raut wajah sang mama tadi, pasti dia bahagia akan adanya Dirly. Namun, cemas bagaimana cara memberitahukannya kepada publik."Kamu selalu bisa mengatasi masalah. Mama tahu kamu bisa mengatasi semua ini
Apa ini, gadis ini ingin memeluk calon suaminya? Mahira dibuat geram dengan apa yang diminta oleh Dewi. Namun, Sultan pun malah mewujudkan permintaan Dewi dan langsung memeluk gadis itu dengan lekat dan senyuman mengambang. "Jadilah anak yang baik, Dewi. Turuti perintah ayahmu," ucap Sultan berbisik di telinga gadis itu. Lalu, Sultan pun melepaskan pelukannya. "Makasih, Aa Sultan sudah mau memeluk Dewi. Kalau begitu, sekarang kalian boleh pergi. Semoga kalian selamat dalam perjalanan." Bi Ina pun langsung tersenyum ke arah Dewi dan mengusap pucuk kepalanya. "Semoga segera mendapatkan seorang jodoh." Do'a Bi Ina kepada Dewi. Lalu, Sultan, Bi Ina, Robbie dan Mahira pun memasuki mobil dan mereka pun berangkat pergi.Saat berada di dalam Mobil, Dirly yang sedang berada di pangkuan Mahira itu pun menangis. "Cup … cup … cup, kenapa anak papa ini?" tanya Sultan kepada Dirly yang terus merengek, mungkin karena ingin mendapatkan Asi. Sedangkan Mahira ia yang duduk di kursi belakang, be
Melihat wajah itu … wajah mungil dan polos yang semua merah merona membuat hatinya terhenyak. Sultan begitu bahagia ketika mengetahui kalau dia sudah menjadi seorang ayah. "Mahira …," ucap Sultan. Lalu, dia mendekatkan wajah Mahira untuk dikecupnya. Cup …."Aku sangat bersyukur karena kamu telah memberikan buah hati yang begitu tampan untukku," ucap Sultan."Tadinya aku tidak akan membiarkan kamu tahu kalau putra kita ini adalah putramu," ucap Mahira tersenyum pahit. Sultan tercengang kenapa Mahira sampai berniat seperti itu?"Apa maksudnya? Kenapa kamu mengatakan itu?" tanya Sultan. "Karena aku kesel kamu sudah menikah dan aku kecewa saat kamu tidak mau mendengar penjelasan dariku," terang Mahira. Ayah Mahira bertepuk tangan dan mengejutkan semua orang yang ada disana. "Sudahlah … ayo kita bergembira dengan apa yang sudah terbongkar ini," sambung Joko. Sultan pun tersenyum, dia bahagia karena Joko sudah mulai bersikap ramah terhadap dia. 'Bapak senang akhirnya kamu bisa bersa
Meraih tubuh itu dan mendekapnya dengan erat. Sultan berhasil mengejar Mahira dan memeluknya. "Tolong jangan pergi, aku sangat tersiksa hidup tanpamu," ucap Sultan. Memeluk tubuh wanitanya dari belakang. Mahira terisak pilu, "rasanya aku tidak mau kalau harus menerimamu lagi. Aku kesal karena kamu tidak mau mendengarkan penjelasan dariku," balas Mahira dan berusaha untuk berontak. "Apa yang bisa aku lakukan agar kamu mau menerimaku?" tanya Sultan serius. "Aku tidak tahu! Pokoknya kamu pergi dari sini sekarang juga," bentak Mahira, dan langsung melepaskan tangan Sultan yang berada di perutnya. "Apalagi kamu sudah menikah! Untuk apa datang lagi kemari," ucap Mahira dan langsung berlari begitu saja membuat Sultan kecewa dan terluka hati. ***Sultan menghubungi Bi Ina dan memintanya untuk pergi ke desa Kemuning. Sultan ingin agar Bi Ina membantu dia mendapatkan Mahira. "Bi, tolong bantu yakinkan dia bahwa aku tidak menikah dan semua yang telah aku lakukan itu adalah pura-pura," ucap
Semua terkesiap melihat Rapika yang sampai membanting sebuah gelas sampai pecah di bawah lantai. "Ada apa, Rapika?" tanya semua orang menatap Rapika yang tubuhnya terlihat sedikit gemetaran. "Ah … Ma-maaf. Rupanya saya tidak sengaja karena tubuh saya tiba-tiba saja menggigil seperti ini," ucap Rapika. Rupanya Rapika ada niat untuk berpura-pura sakit, agar Sultan dilarang pergi oleh Anara karena harus menemaninya yang tidak sehat. "Apakah kamu sakit, Rapika?" tanya Anara terlihat cemas. Sultan menatap Rapika dan langsung saja berdiri dari tempatnya kini. "Ma, waktunya sudah mulai mepet. Sultan akan pergi sekarang," potong Sultan. Tanpa mau lama-lama lagi, Sultan ingin segera pergi. "Kamu ini kenapa? Lihat dulu kondisi istri kamu, tolong jangan pergi–""Ma, ini penting. Sultan harus segera pergi. Lagian disini banyak yang akan menjaga Rapika. Ada Bi Ina dan Maid yang lain, juga ada Mama kan." "Kamu benar juga, Nak. Yasudah kalau begitu, jaga dirimu baik-baik ya." Anara pun mengi
Begitu mengejutkan, Sultan tidak menyangka kalau Bi Ina ada di dalam kamar dan mungkin mendengar apa yang sudah dia katakan kepada Rapika. Bi Ina terdiam, sungguh tidak menyangka kalau Sultan masih belum bisa melupakan Mahira dan melakukan pernikahan pura-pura. Rapika hanya bisa menunduk ketika Sultan mengetahui keberadaan Bi Ina. "Jadi, kalian pura-pura menikah?" ucap Bi Ina. Sultan langsung saja menghampiri Bi Ina dan memegangi kedua pundaknya. "Bi, tolong jangan bocorkan rahasia ini," mohon Sultan. Entah sampai kapan dia tidak ingin semuanya terbongkar. Namun, tidak sekarang karena Sultan takut membuat Anara kecewa. "Kamu ini kenapa? Selama ini Bibi tidak pernah mengajarkan kamu berbohong!" kesal Bi Ina. Apa yang dilakukan oleh Sultan ini sepenuhnya salah dan pasti akan menjadi bumerang untuk semua orang. "Sultan tahu kalau ini salah, tapi Sultan melakukan ini karena ingin membuat Mama bahagia," terang Sultan. "Memangnya kamu pikir Nyonya Anara akan bahagia, dibohongi ole
Sultan emosi ketika ia hendak pergi ke dapur untuk menghampiri Bi Ina. Tiba-tiba saja dia melihat Rapika yang sedang berduaan di taman belakang Mansion. "Kamu itu berani-beraninya ya?" ucap Sultan yang sedang mengangkat tangan kepada Rapika. Rapika mendongak sambil menyembunyikan pacarnya di belakang dia. "Perjanjian kita ini berakhir sampai kapan, Pak? Saya butuh belaian. Jadi, kalau memang Bapak tidak ingin menyentuh saya, Ya Sudah, biarkan saya bersenang-senang dengan pacar saya," ucap Rapika mulai berani. Sebenarnya Rapika sangat menginginkan Sultan, tapi sayangnya Sultan sama sekali tidak pernah melirik dirinya. Hanya menjadikan dia sebagai istri pura-pura dihadapan orang. Jadi, Rapika pun berniat untuk membuat Sultan cemburu, sehingga sampai menyewa pacar pura-pura dan ia sengaja berduaan di saat ada pesta seperti ini. Karena ingin tahu seberapa besar rasa cemburu Sultan terhadap dirinya. "Kamu ini Rapika! Terserah saja jika kamu ingin dibelai siapapun. Tapi tolong jangan s
Mahira dengan seksama melihat acara berita tersebut. Sungguh ia menanti akan sorot wajah Sultan yang ingin ia lihat. "Hanya Pak Wisnu yang disorot. Kapan Sultan ya?" gumam Mahira tidak sabar. Setelah beberapa saat ….(Setelah perusahaan Velopmant Group sukses, Sultan Mahesa pun menjalankan bisnis pertambangan terbesar di negeri Plrvo.)Terlihat wajah tampan dengan hidung mancung dan mata hazel sedang berdiri di dekat perusahaan Velopmant Group. Dia berdiri dan menyambut para wartawan yang ada di depan perusahaan itu. Mahira pun yang melihat tampang sempurna itu langsung menelan salivanya sendiri, rupanya wajah Sultan terlihat begitu sempurna. Balutan jas formal kelas atas yang mengkilap menempel pada tubuh maskulin miliknya. Tiba-tiba saja Plep …."Apa-apa ini, Mahira? Aku tidak boleh jatuh cinta lagi kepada pria itu. Pria yang tidak mau mendengarkan penjelasan dariku."Mahira mensugesti dirinya sendiri dan langsung mematikan televisinya. Dia ingat pada saat terakhir kali berte
Senyuman indah mengambang dengan sempurna karena melihat sang putra yang sudah mulai berjalan. "Kamu tumbuh dengan baik, Nak," ucap Mahira yang sedang membantu sang putra belajar berjalan. Begitu bahagianya Mahira melihat pertumbuhan Dirly putranya dengan cepat. Walaupun tanpa dampingan suami dalam hidupnya. Mahira tetap bisa membesarkan sang putra sendirian. Juga, saat ini Mahira menjalani bisnis ekspor ikan patin yang diternak oleh juragan Joko ayahnya. Mahira langsung merangkul tubuh Dirly dan menjulangkannya ke atas. Sehingga bayangan bayi mungil itu berada di atas wajahnya, bahkan Dirly pun tertawa dengan begitu riangnya."Dirly, putraku. Bunda yakin kalau kamu akan menjadi hebat seperti ayahmu," ucap Mahira yakin. Lalu, ia pun menggendong Dirly yang masih tersenyum menunjukan kedua giginya yang baru tumbuh. Usia Dirly saat ini adalah satu tahun lebih. Dan satu tahun ini Mahira masih menyembunyikan kebenaran tentang Dirly. Namun, ada beberapa orang yang terheran-heran den