Pengabdian IstriVero pulang dari dinas luarnya, Luna menyambutnya dengan begitu hangat, dia tidak memiliki pikiran buruk sedikitpun."Vero, kau sudah pulang, sebentar lagi makan malam, istirahatlah dulu, aku akan membereskan kopermu," ucap Luna ketika menemui Vero yang sudah ada di dalam kamar. Vero hanya memberi isyarat mengangguk kecil, lalu Luna membawa koper Vero keluar dari kamar.Luna membawa Koper Vero ke lantai bawah, koper itu tadi dibawa masuk ke kamar oleh supir pribadi Vero. Tanpa memiliki pikiran buruk sedikitpun, Luna membongkar koper Vero di ruang baju yang ada di lantai bawah, ruang untuk mengatur baju baju seluruh anggota keluarga sebelum di bawa ke kamar masing masing."Baiklah, mari kita lihat apa isi koper ini, pasti baju baju kotor," ucap Luna.Luna terdiam ketika membuka koper itu, baju baju Vero semuanya sudah bersih dan wangi. Namun penataan ya berbeda dari saat pertama dia pergi. Rapi, seperti ditata oleh seorang wanita."Apa Vero mencuci semua bajunya di bin
Tamparan KerasLuna terlihat begitu telaten menyuapi nenek Ellin, membantunya makan, lalu minum obat, bukan hal istimewa karna dia sudah melakukannya sejak lama."Luna, nenek ingin sekali jalan jalan ke taman, pagi ini setelah sarapan nenek ingin ke sana," ucap nenek Ellin."Apa nenek sudah kuat berjalan? bukannya lutut nenek sedang sakit?" tanya Luna. "Ya memang sakit, tapi nenek ingin ke sana, kau bisa membantuku," ucap nenek Ellin. "Baiklah, nanti kita ke sana, bagaimana kalau kita naik mobil saja ke sana, tidak usah jalan kaki, Luna takut nenek lelah," ucap Luna."Tidak, nenek mau jalan kaki, kaki nenek masih kuat, kau pikir nenek selemah itu," ucap nenek Ellin seraya merajuk."Baiklah baiklah, kita ke sana, tapi kalau nenek lelah, tidak perlu dipaksakan, kita bisa memesan taksi, ok?" ucap Luna. "Ya ya ya, terserah kau saja," ucap nenek Ellin, mendengar itu Luna tersenyum, sungguh mengurus orang tua yang sudah lenjut usia itu membutuhkan kesabaran tingkat tinggi. Seperti seoran
Sepuluh TahunLuna menjalani hidupnya sebagai seorang istri yang baik, setia dan bertanggung jawab.Selama hampir sepuluh tahun pernikahannya. Begitu cepat sekali waktu berlalu. Banyak hal yang telah terjadi, namun bereka berhasil bertahan.Nenek Ellin merayakan ulang tahunnya yang ke sembilan puluh, walaupun mengidap dimensia, dia berhasil melewati waktu waktunya, ini juga berkat Luna yang merawatnya dengan segenap jiwa dan raga.Tubuh Luna terlihat semakin kurus, sedikit tidak terawat karna dia terlalu sibuk merawat semua orang di dalam keluarga Hermansyah. Merawat tuan Dipo yang beberapa kali masuk ke rumah sakit karna jantungnya bermasalah, dan nyonya Anna. Luna juga membantu Jihan, adik iparnya, menjadi wanita karir yang hebat, Jihan sukses menjalankan anak perusahaan berlian grup yang berada di Singapura. Jihan tidak lagi tinggal di kediaman Hermansyah, dia hidup sendiri di sebuah apartemen mewah di Singapura. "Luna, ambilkan air dingin untuk ayah," pinta nyonya Anna."Luna ban
Meminta kejujuranLuna mendekati Vero yang sedang duduk di tempat tidur. Dia baru saja pulang dari kantor, duduk sejenak sebelum mandi dan makan malam."Vero, ada yang ingin aku tanyakan," ucap Luna. Vero masih terlihat asik memainkan ponselnya."Iya, ada apa Luna?" tanya Vero tanpa melihat ke arah Luna."Apa kau membeli apartemen baru?" tanya Luna. Mendengar itu seketika Vero melepas ponsel yang ada di tangannya, ponsel itu jatuh ke lantai. Luna mengambil ponsel Vero dan menyodorkannya."A-apa maksudmu Luna?" tanya Vero gugup seraya menerima ponselnya."Aku tidak sengaja melihat bukti kepemilikan sebuah unit apartemen, atas namamu," ucap Luna."Oh, i-itu, i-iya, aku memang membelinya, untuk investasi," ucap Vero."Benarkah? apa ayah tahu?" tanya Luna."A-ayah?" ucap Vero terhenti. "Luna, duduklah," ucap Vero seraya mendudukkan Luna di atas tempat tidur."Apartemen itu milik pribadiku, tidak ada yang tahu, a-aku hanya ingin membeli sesuatu untuk kehidupan kita sendiri," ucap Vero."A
Antara Hidup dan MatiTubuh Luna terjun bebas ke dalam sungai, diterima oleh air yang terasa begitu dingin menusuk kulit. Arus air yang begitu deras membuatnya tidak mampu berbuat banyak, tubuh kurusnya hanyut, lalu terbawa arus sungai yang bermuara di lautan lepas yang tidak jauh dari jembatan. Malam itu, Radit yang pulang dari kantornya tanpa sengaja melihat mobil Vero, remang remang dia juga melihat Luna dan Vero bertengkar di pinggir jembatan."Luna," bisik Radit setelah bisa memastikan bahwa yang dia lihat adalah benar benar Luna. "Apa yang mereka lakukan malam malam begini," bisik Radit yang kemudian dia memarkirkan mobilnya ke pinggir jalan.Radit mengamati Luna dan Vero dari jauh, Radit terlihat mengerutkan dahi ketika melihat Rose dan anaknya masuk ke dalam mobil Vero."Apa ini akhirnya," ucap Radit."Rose akan bersama Vero, mereka memiliki seorang putra. Seharusnya aku memberitahumu sejak lama, tapi aku tidak pernah punya nyali untuk menyakitimu,"ucap Radit dalam hati.R
Masa LaluLuna melihat Radit berdiri di samping meja makan, terlihat menata makanan di atas piring. Pria yang selalu menjadi penolongnya, seolah Tuhan sudah mengaturnya demikian. "Radit," bisik lirih Luna. Mendengar bisikan itu, Radit menoleh, dia tersenyum."Luna, kau sudah bangun," ucap Radit. Luna berjalan pelan mendekat ke arah Radit."Apa kau yang menolongku? terimakasih," ucap Luna."Sudah, ayo kita makan," ucap Radit. "Aku sudah membuatkan sarapan untukmu," lanjut Radit.Luna menarik kursi, lalu duduk di depan meja makan. Dia melihat makanan sudah tersaji, ada telur setengah matang, juga ada risotto yang terlihat begitu creamy."Apa kau sendiri yang membuatnya?" tanya Luna."Iya, kau meragukanku, aku bisa memasak," ucap Radit seraya tersenyum."Terimakasih," ucap Luna lirih."Jangan mengatakan terimakasih terus, sekali saja sudah cukup," ucap Radit seraya tersenyum."Aku sudah memanggilkan dokter pribadiku, sebentar lagi dia datang, dia akan memeriksa kondisimu," ucap Radit.
Usaha Keras LunaDi kantor graha hotel, Radit terlihat duduk di kursi presdir, dia memeriksa beberapa berkas penting."Tuan, apa tuan sudah tahu?" ucap sekretaris Nade."Apa Nade?" tanya Radit."Nyonya Luna, istri tuan Vero, dia dikabarkan menghilang dan sampai saat ini belum ditemukan," ucap sekretaris Nade. Mendengar itu Radit hanya mengangguk anggukkan kepala."Apa tuan tidak khawatir? bukannya tuan Radit sangat dekat dengan nyonya Luna?" tanya sekretaris Nade."Nade, apa kau setia kepadaku?" tanya Radit."Apa tuan? apa tuan masih menanyakan kesetiaan itu? saya sudah bersama tuan dua puluh tahun lebih, sejak saya masih sekolah, saya dibesarkan dengan biaya dari tuan Mahendra, dia sudah seperti ayah bagi saya," ucap sekretaris Nade."Ya, aku tahu itu, tapi kau sangat dekat dengan Mike," ucap Radit."Itu hal berbeda tuan, Mike adalah sahabat saya, kami belajar di universitas yang sama, keluarga saya adalah tuan muda Radit. Saya rela mengorbankan apa saja, bahkan nyawa sekalipun," uc
Menggali InformasiRadit menemui tante Imelda, memberitahukan bahwa dia akan pergi ke Korea."Tante, Radit besok akan pergi ke Korea," ucap Radit pada tante Imelda ketika mereka bertemu di sebuah restoran tempat langganan mereka. "Apa Korea? apa kau mengajak tante makan siang hanya untuk minta izin pergi?" tanya tante Imelda."Iya tante, Radit hanya tiga hari di sana, lalu itu tiga minggu setelahnya Radit akan ke sana lagi," ucap Radit. "Untuk apa? apa ada hal yang kau sembunyikan dari tante?" tanya tante Imelda menelisik."Tante, tante ingin Radit menikah? Radit ingin menemui kekasih Radit," ucap Radit seraya tersenyum."Apa? ya Tuhan, akhirnya kau menjawab doa doaku. Apa kau benar benar akan menikah? Sapa kekasihmu akan datang ke Indonesia?" tanya tante Imelda."Iya, besok Radit akan menemuinya untuk urusan bisnis, tiga minggu setelahnya Radit akan menjemputnya," ucap Radit."Tante tidak menyangka akan mendengar kabar bahagia ini, tapi," ucap tante Imelda terhenti, raut wajahnya m
Semua Telah BerakhirPersidangan Vero telah usai, dengan hasil yang sangat di luar dugaan, namun hal itu sebenarnya sudah sesuai dengan rencana Radit dan juga Laura. Tim pengacara Vero tidak menyangka, bahwa ibu Rahma, ibu dari wanita yang meninggal karena tenggelam dan jenazahnya dimakamkan atas nama Luna hadir, datang, memberikan kesaksian.Vero tidak bisa berkutik, dia menjadi orang satu satunya yang harus bertanggung jawab. Walaupun dia selalu menyatakan bahwa apapun yang dia lakukan dibawah tekanan Rose, namun semua itu tidak memiliki bukti yang kuat. Dia bisa saja menolak, bisa saja tidak menuruti apa yang Rose inginkan, untuk menyingkirkan Luna.Ditambah lagi dengan bukti rekaman CCTV juga tangkapan video amatir, itu semua cukup untuk mendakwa Vero dengan pasal pembunuhan berencana. Mungkin dia memang tidak memiliki niat, namun dari tangkapan video, Vero terlihat jelas jelas mendorong istrinya, Luna, hingga jatuh dari sungai. Bahkan ketika Luna meminta tolong, bergelantung di
Memperlihatkan Wajah AsliTim pengacara bertemu dengan Vero di dalam sebuah ruangan pribadi.“Tuan, saya harap tuan jujur dan terbuka mengenai apa yang sebenarnya terjadi,” ucap salah seorang pengacara.“Jujur? Apa yang harus aku katakan,” ucap Vero kesal.“Tuan, jaksa memiliki saksi yang masih dirahasiakan, kami kesulitan mencari informasi, kami khawatir saksi itu akan memberatkan, sedangkan tuan bersikeras tidak mau menceritakan yang sebenarnya,” ucap pengacara.“Apa firma hukum loyal tergabung menjadi tim pengacara?” tanya Vero.“Iya tuan, tapi karena kegagalannya membantu nyonya Rose, firma hukum loyal memilih mengundurkan diri dari tim pengacara tuan muda,” ucap salah seorang pengacara dari ketiga orang pengacara yang ada di sana.“Rose? apa tidak salah. Dia memang istriku, tapi dia membunuh orang yang sangat aku sayangi. Bahkan jika dia mendapat hukuman mati, aku tidak akan menyesalinya,” ucap Vero.Vero terlihat diam, menunduk, seperti memikirkan sesuatu yang sangat penting.“R
KepergianSetelah 8 jam.Dokter keluar dari ruang ICU, memberi kabar bahwa tuan Dipo tidak lagi bisa diselamatkan, semua alat hanya menunjang hidupnya, jika itu semua dilepas maka detak jantungnya akan berhenti.“Sebaiknya kita bicara di ruangan saya,” pinta dokter yang melihat nyonya Anna mulai histeris. Di sana masih dengan orang orang yang sama, nyonya Anna, jihan, Laura, Radit, tante Imelda dan juga nyonya Fuji. Mereka semua masih setia di sana.Nyonya Anna dan Jihan sudah berada di dalam ruangan dokter. Jantung mereka pun tidak baik baik saja, ada rasa khawatir juga ketakutan.“Dengan sangat menyesal kami harus menyampaikan ini,” ucap dokter.“Semua kami kembalikan kepada keputusan keluarga, kami sudah berusaha melakukan yang terbaik, kondisinya tidak juga stabil, kita tidak bisa melakukan apa apa,” ucap dokter.“Tidak dokter, tidak, selamatkan suami saya, tolong,” ucap nyonya Anna.“Kami sudah berusaha sebaik mungkin, maafkan kami,” ucap dokter.“Apa tidak bisa dioperasi?” tanya
Tuan Besar DipoNyonya Anna terlihat menangis di depan ruang ICU, menangis sejadi jadinya, menunggu keadaan suaminya membaik.“Kenapa hal ini terjadi, Sayang, jangan seperti ini, jangan tinggalkan aku,” ucap nyonya Anna yang menjatuhkan diri di lantai, tepat di depan ruang ICU, bersandar tembok, seperti orang pada umumnya yang begitu resah ketika menunggu kabar mengenai keluarganya yang sedang dirawat.“Ibu,” teriak Jihan ketika melihat ibunya duduk bersimpuh.“Jihan, Jihan,” teriak nyonya Anna yang kemudian segera berdiri mencari putrinya itu.“Bagaimana keadaan ayah?” tanya Jihan.“Ibu tidak tahu, dokter belum memberitahu ibu bagaimana kabar ayahmu,” ucap nyonya Anna.“Ayah, kenapa hal ini bisa terjadi,” gumam Jihan yang kemudian berjalan mendekat ke arah kaca besar, masih tertutup tirai, dia tidak bisa melihat ayahnya dari luar.“Ayah,” ucap Jihan. Air mata Jihan meluncur hebat, deras, dia benar benar tidak bisa menahan diri, hatinya begitu sakit melihat kondisi keluarganya saat in
Kelegaan LauraLaura dan Radit keluar dari ruang sidang, mereka terlihat senang dan puas dengan hasil sidang hari ini.“Ah, lega sekali, akhirnya Rose dijatuhi hukuman seumur hidup,” ucap Laura.“Aku tidak menyangka, ternyata Rose juga merupakan dalang dari kematian temanmu, bukan bunuh diri melainkan dibunuh,” ucap Laura seraya melihat ke arah Radit.“Aku juga tidak menyangka, Evan, dia orang yang sangat baik, wanita itu tega menghabisinya tanpa alasan yang jelas,” ucap Radit.“Oh iya di sebelah kantor pengadilan ada kafe minuman viral yang sedang ramai, mau ke sana?” tanya Radit.“Ayo, kita harus merayakan ini, ya walaupun ada kesedihan di dalamnya, namun kita wajib bernafas lebih baik,” ucap Laura seraya tersenyum.Laura dan Radit duduk di dalam kafe minuman pelangi yang sedang viral. Menurut informasi cafe sangat ramai, namun entah kenapa siang itu hanya ada mereka berdua.“Kau bilang ini kafe ini sedang hits, viral, namun kenapa sepi begini,” ucap Laura heran. Radit hanya terseny
Mendepak Rose Dari Kehidupan Keluarga HermansyahRadit dan Laura terlihat keluar dari kediaman keluarga Hermansyah.Di dalam kamar tuan Dipo, dia terlihat masih dalam posisi berbaring.“Aku akan menghentikan semua bantuan hukum terhadap wanita itu, dia bukan lagi bagian dari keluarga Hermansyah,” ucap tuan Dipo.“Iya, iya, ingat apa yang tadi dokter katakan, jangan banyak pikiran, tekan darahmu naik dan itu tidak baik untuk kesehatanmu,” ucap nyonya Anna.“Ya, mungkin sekarang Vero sudah tahu apa yang terjadi,” ucap tuan Dipo.Di Kantor polisi, Vero terlihat duduk di kursi, menunjukkan wajah yang begitu sedih.“Apa ini benar Mike?” tanya Vero pada sekretaris pribadinya.“Iya tuan, saya mendapatkan video itu dari tim pengacara yang membantu nyonya Rose,” ucap sekretaris Mike.“Kenapa dia bisa melakukan hal gila seperti itu, dia yang membunuh nenek? apa ini bisa aku terima? dia tahu betul bahwa aku sangat menyayangi nenek Ellin,” ucap Vero.“Hal ini akan memberatkan nyonya Rose tuan, m
Kabar MengerikanLaura dan Radit terlihat memasuki area pemakaman di mana nenek ellin disemayamkan. Tegap langkah Laura beriringan dengan segala perasaan mendalam yang dia rasakan. Dia mengingat ingat semua waktu yang dia lewati bersama dengan nenek Ellin, satu satunya orang yang menerima juga menghargainya dengan sangat tulus.Kasih dan penerimaan keluarga Hermansyah kepadanya hanya berupa cangkang. Di luar, terlihat seperti itu, namun sebenarnya dia lebih menjadi seorang asisten dalam rumah tangga Hermansyah. Dia memang duduk di meja makan yang sama, memakan makanan yang juga keluarga Hermansyah makan, namun dialah orang dibalik semua hidangan lezat itu. Mulai dari membeli bahan mentah, memasak, menyajikan juga membereskan.Bahkan dia juga harus membersihkan seisi rumah, selayaknya seorang asisten rumah tangga, dengan berbagai kritik ketika semua pekerjaannya tidak sesuai dengan apa yang diinginkan tuannya. Dia bekerja dari fajar menyingsing, hingga matahari terbenam. Setiap hari ta
Laura Begitu MarahSekretaris Mimih terlihat sudah berada di rumah sakit, dia ingin segera memberitahu Laura mengenai video yang ditemukan.“Nona Laura pasti akan sangat sedih setelah melihat video ini,” ucap sekretaris Mimih sebelum masuk ke dalam ruang perawatan perawat Vanila.Sekretaris Mimih terlihatsw menarik nafas panjang.DI dalam ruang perawatan, terlihat Laura sedang berbincang dengan perawat Vanila.“Mimih kau sudah datang?” tanya Laura setelah melihat sekretaris Mimih masuk ke dalam ruang perawatan perawat Vanila.“No-nona,” ucap sekretaris Mimih terbata bata.“Ada apa? kenapa wajahmu seperti ada masalah?” tanya Laura yang menangkap ekspresi kesedihan di wajah sekretaris Mimih.“I-itu nona, meng-mengenai video yang tersimpan di penyimpan data milik perawat Vanila,” ucap sekretaris Mimih.“Pasti sudah melihat video itu ya?” tanya perawat Vanila lirih.“I-iya,” ucap sekretaris Mimih yang kemudian mendekat ke arah Laura dan perawat Vanila.“Ada apa?” tanya Laura penasaran.“I
Bukti Video Yang MenyesakkanSekretaris Mimih berhasil menemukan alamat kos perawat Vanila. Dia mencoba mencari pemilik kos itu atau yang tidak lain adalah ibu kos.“Saya ingin bertemu dengan ibu Endah,” ucap sekretaris Mimih pada seseorang yang dia temui di rumah kos itu.“Ibu Endah ada di rumahnya, di sana,” ucap wanita muda itu seraya menunjuk ke sebuah rumah yang ada di samping bangunan rumah kos.“Baiklah, terimakasih, saya akan mencari ibu Endah,” ucap sekretaris Mimih yang kemudian segera menuju ke rumah ibu Endah seperti yang sudah diinformasikan.Sekretaris Mimih terlihat berhenti di depan rumah pribadi ibu Endah.“Permisi, permisi,” teriak sekretaris Mimih. Beberapa saat dia menunggu, tidak ada orang yang keluar untuk menyambut kedatangannya sebagai tamu.“Ibu Endah, permisi,” ucap sekretaris Mimih.Sekitar lima menit, tidak ada tanda tanda orang yang keluar dari rumah itu.“Sepertinya tidak ada orang,” gumam sekretaris Mimih.Sekretaris Mimih melihat pagar tidak dikunci, la