Sahabat Lama Menjadi Segi TigaDi dalam mobil taxi online, Rose masih terbayang bayang seseorang yang keluar dari ruang perawatan Vero. Rose tidak melihat wajah seseorang itu karna dia hanya bisa melihat dari belakang. "Rambutnya, pakaiannya, tas yang dipakai, sama persis dengan Luna, apa wanita itu adalah istri Vero dan istri Vero adalah Luna, apa jadinya jika istri Vero adalah Luna," gumam Rose lirih."Luna selalu mendapat yang dia inginkan, selalu yang terbaik. Nilai sempurna, perhatian dari semua pria terbaik di kampus, karir yang bagus, dia mendapatkan semuanya," ucap Rose dalam hati. Aku tidak akan membiarkan semuanya terjadi," ucap Rose dalam hatinya.Rose ingat waktu itu, saat mereka masih sama sama menjadi mahasiswa. Rose pernah menyukai seorang pria, dari kalangan atas, putra dari pemilik perusahaan ternama. Rose begitu menyukainya, walaupun dia berasal dari keluarga yang cukup mapan, tuan tanah yang memiliki beberapa lahan di titik penting kota Jakarta, namun Rose tidak m
Seperti RobotNyonya Anna masuk ke dalam rumah sakit, menuju ke kamar perawatan Vero. "Vero bagaimana keadaanmu?" tanya nyonya Anna."Ibu, sudah baik," ucap Vero."Syukurlah, ibu sangat khawatir, lekas sembuh dan pulang," ucap nyonya Anna."Luna, nenek mencarimu, pulanglah dulu, aku akan menjaga Vero," ucap nyonya Anna."Ibu tidak apa apa di rumah sakit?" tanya Luna."Iya, pulanglah, supir akan mengantarmu, kau bisa ke sini nanti malam," ucap nyonya Anna."Baik ibu, Luna akan pulang," ucap Luna."Vero, aku akan pulang dulu, ibu akan menjagamu," ucap Luna, lalu dijawab dengan anggukan oleh Vero."Vero, apa kau mencintai Luna?" tanya nyonya Anna setelah Luna keluar dari kamarnya."Cinta? apa itu perlu?" ucap Vero."Entahlah, dalam hidup kau harus memiliki sesuatu yang bisa kau pertahankan," ucap nyonya Anna."Perasaan, cinta, akan berubah seiring waktu," ucap Vero."Mungkin saja, tapi cinta bisa menjadi penguat hatimu," ucap nyonya Anna."Ibu tahu, kau menikahinya hanya demi menjadi pr
Setitik CintaMalam hari, Vero terbangun, dia melihat Luna tertidur di kursi yang berada di sebelah tempat tidurnya, wajahnya menempel pada pegangan tempat tidur. Vero mengamati wajah itu, wajah yang sepertinya begitu lelah.Luna mengurusnya dengan baik, selama satu minggu ini. Tidak memikirkan dirinya sendiri, semua tenaga, pikirannya tercurah untuk Vero, pria yang dia anggap suaminya."Apa kau akan bertahan dengan perasaan itu?" ucap Vero dalam hatinya."Apa kau akan tetap mengurusku setelah tahu semua yang telah aku lakukan padamu?" lanjut Vero dalam hatinya.****Pagi hari, Radit sudah berada di depan sebuah apartemen mewah, dia mengetuk pintu unit apartemen itu, menunggu beberapa saat."Ra-Radit," ucap seseorang setelah membuka pintu itu. Unit apartemen itu adalah tempat tinggal Rose dan anaknya."Boleh aku masuk?" tanya Radit."Untuk apa?" tanya Rose."Ini," ucap Radit seraya mengangkat apa yang dibawanya.Radit masuk ke unit apartemen itu, duduk di kursi sofa dan meletakkan pap
Sebagai Seorang IstriLuna membantu Vero berbaring ke tempat tidur, menyelimutinya, membuatnya senyaman mungkin. Vero melihat ke arah mata Luna, dia benar benar menemukan ada setitik cinta di dalam hatinya, lewat pandangan mata itu, setitik cinta yang kemudian menunggu untuk dijadikan sebuah garis atau bahkan gambar yang indah.Luna berdiri, hendak beranjak pergi meninggalkan Vero karna merasa tugasnya telah selesei. Vero menarik tangan Luna hingga Luna jatuh tepat ke pelukannya."Ve-Vero maafkan aku," ucap Luna. Vero menempelkan jadi telunjuknya ke bibir Luna, memintanya untuk diam, lalu Vero menarik tubuh Luna lebih dekat ke arahnya.Deru jantung Luna begitu keras beradu seperti hendak akan pergi perang. Keras, cepat, mungkinkah akan melompat keluar? Oh situasi ini membuat Luna tidak bisa bergerak, seperti tiba tiba membeku, menjadi es.Vera mendekatkan wajah Luna ke wajahnya, lalu bibir itupun bersentuhan. Vero mengecup bibir Luna, kecupan singkat, lalu melepaskannya. Dia melihat L
BertahanVero turun dari tempat tidur, dia melihat ke arah Rose, masih tertidur lelap, dia berjalan keluar kamar, menuju ke kamar baby Panda, Vero membuka pintu kamar bayi itu, dia melihat baby Panda tidur dengan pulas di dalam box bayinya. Vero tersenyum, mengamatinya beberapa saat lalu pergi.Vero keluar dari unit apartemen Rose, berjalan cepat ke arah taxi online yang telah dipesannya. Jam 4 dini hari, mobil taxi menuju ke kediaman keluarga Hermansyah. Vero turun dari mobil taxi, lalu mengendap endap di dekat pintu gerbang."Ssssttt," bisik Vero memberi isyarat memanggil satpam Tono yang terlihat menggerakkan tubuhnya di depan pos jaga."Ssssttt," bisik Vero lagi, karna isyarat yang pertama tidak membuahkan hasil.Satpam Tono menerima isyarat itu, lalu dia mendekat. "Siapa itu?" tanya satpam Tono. Mendengar hal itu Vero memberi isyarat satpam Tono untuk diam."Tu-tuan muda?" tanya satpam Tono yang mulai mengenali tuan mudanya."Ayo cepat buka," pinta Vero."Ba-baik tuan muda," uc
CemburuLuna pergi ke supermarket diantar oleh supir pribadi Vero, setelah tiga puluh menit perjalanan, Luna sampai di supermarket itu. Luna turun dari mobil dan masuk ke supermarket terbesar yang ada di kota Jakarta.Luna mengambil troli belanja, dia siap untuk membeli semua yang dia butuhkan di rumah, demi menyajikan makanan makanan enak yang memanjakan perut seluruh orang yang ada di kediaman keluarga Hermansyah."Vero masih belum ke kantor, jadi aku harus menyiapkan makanan yang enak untuknya," gumam Luna.Luna menyusuri setiap lorong, mengambil bahan bahan segar, dia melihat ada sekotak setrawberry segar, buah kesukaannya, dia meraih buah itu, namun tangannya berbarengan dengan tangan orang lain yang juga menginginkan buah itu."Ma-maaf ucap Luna ketika tangan mereka beradu. Luna melihat ke arah orang itu."Radit," ucap Luna setelah mengenali orang yang ada di hadapannya."Luna, sepertinya dunia yang kita huni cukup sempit sekali, kita sering bertemu, atau mungkin jodoh?" ucap Ra
Pria Setia"Luna, ibu bisa minta tolong? ibu tahu kau sudah sangat sibuk, tapi ibu tidak tahu harus minta tolong sama siapa lagi," ucap nyonya Anna."Tentu saja ibu, Luna dengan senang hati akan membantu," ucap Luna seraya tersenyum."Oh iya apa Vero sudah berangkat ke kantor?" tanya nyonya Anna memastikan."Sudah ibu, baru saja Luna mengantarnya pergi," ucap Luna."Baguslah, ibu ada pertemuan penting hari ini, ibu sudah ada janji dengan toko perhiasan, harusnya ibu mengambil perhiasan itu, bisa minta tolong ambilkan? ini berkas pengambilannya, ada alamatnya di dalam," ucap nyonya Anna."Ba-baik ibu, nanti akan Luna ambilkan," ucap Luna."Baiklah, ibu pergi dulu, kau memang bisa diandalkan Luna, ibu bersyukur sekali," ucap nyonya Anna. Luna hanya tersenyum mendengar itu, karna itu bukan pujian pertamanya, pujian karna telah membantu semua orang di rumah ini.Luna memegang amplop putih yang berisi berkas pengambilan perhiasan, toko berlian yang cukup terkenal. "Baiklah, aku bisa mela
Kasih Seorang AyahRose berusaha menenangkan Noah yang terus saja menangis, entah apa yang dirasakannya, Rose kesulitan menerjemahkan bahasa itu. "Perawat Susi, apa dia sakit?" tanya Rose."Badannya tidak panas nyonya, tidak mengompol dan dia sudah makan, saya sudah memeriksa kondisinya, tidak ada yang sala," ucap perawat Susi cemas."Apa yang harus kita lakukan, Noah terus menangis," ucap Rose seraya berusaha menenangkan Noah yang terus saja menangis di pelukannya."Apa tidak sebaiknya nyonya menghubungi tuan Vero, ayah Noah, mungkin Noah merindukan ayahnya," ucap perawat Susu. "Apa itu mungkin?" tanya Rose."Iya nyonya, rindu seorang anak yang belum bisa diutarakan dengan kata kata," ucap perawat Susi. Mendengar itu semua, Rose terdiam, berusaha memahami mungkin semua yang disampaikan perawat Susi benar adanya.Rose mengambil ponselnya dan mengirim pesan kepada Vero."Panda merindukanmu, dia menangis tanpa alasan," tulis Rose, lalu dia mengirim pesan itu. Di tempat lain, Vero yan
Semua Telah BerakhirPersidangan Vero telah usai, dengan hasil yang sangat di luar dugaan, namun hal itu sebenarnya sudah sesuai dengan rencana Radit dan juga Laura. Tim pengacara Vero tidak menyangka, bahwa ibu Rahma, ibu dari wanita yang meninggal karena tenggelam dan jenazahnya dimakamkan atas nama Luna hadir, datang, memberikan kesaksian.Vero tidak bisa berkutik, dia menjadi orang satu satunya yang harus bertanggung jawab. Walaupun dia selalu menyatakan bahwa apapun yang dia lakukan dibawah tekanan Rose, namun semua itu tidak memiliki bukti yang kuat. Dia bisa saja menolak, bisa saja tidak menuruti apa yang Rose inginkan, untuk menyingkirkan Luna.Ditambah lagi dengan bukti rekaman CCTV juga tangkapan video amatir, itu semua cukup untuk mendakwa Vero dengan pasal pembunuhan berencana. Mungkin dia memang tidak memiliki niat, namun dari tangkapan video, Vero terlihat jelas jelas mendorong istrinya, Luna, hingga jatuh dari sungai. Bahkan ketika Luna meminta tolong, bergelantung di
Memperlihatkan Wajah AsliTim pengacara bertemu dengan Vero di dalam sebuah ruangan pribadi.“Tuan, saya harap tuan jujur dan terbuka mengenai apa yang sebenarnya terjadi,” ucap salah seorang pengacara.“Jujur? Apa yang harus aku katakan,” ucap Vero kesal.“Tuan, jaksa memiliki saksi yang masih dirahasiakan, kami kesulitan mencari informasi, kami khawatir saksi itu akan memberatkan, sedangkan tuan bersikeras tidak mau menceritakan yang sebenarnya,” ucap pengacara.“Apa firma hukum loyal tergabung menjadi tim pengacara?” tanya Vero.“Iya tuan, tapi karena kegagalannya membantu nyonya Rose, firma hukum loyal memilih mengundurkan diri dari tim pengacara tuan muda,” ucap salah seorang pengacara dari ketiga orang pengacara yang ada di sana.“Rose? apa tidak salah. Dia memang istriku, tapi dia membunuh orang yang sangat aku sayangi. Bahkan jika dia mendapat hukuman mati, aku tidak akan menyesalinya,” ucap Vero.Vero terlihat diam, menunduk, seperti memikirkan sesuatu yang sangat penting.“R
KepergianSetelah 8 jam.Dokter keluar dari ruang ICU, memberi kabar bahwa tuan Dipo tidak lagi bisa diselamatkan, semua alat hanya menunjang hidupnya, jika itu semua dilepas maka detak jantungnya akan berhenti.“Sebaiknya kita bicara di ruangan saya,” pinta dokter yang melihat nyonya Anna mulai histeris. Di sana masih dengan orang orang yang sama, nyonya Anna, jihan, Laura, Radit, tante Imelda dan juga nyonya Fuji. Mereka semua masih setia di sana.Nyonya Anna dan Jihan sudah berada di dalam ruangan dokter. Jantung mereka pun tidak baik baik saja, ada rasa khawatir juga ketakutan.“Dengan sangat menyesal kami harus menyampaikan ini,” ucap dokter.“Semua kami kembalikan kepada keputusan keluarga, kami sudah berusaha melakukan yang terbaik, kondisinya tidak juga stabil, kita tidak bisa melakukan apa apa,” ucap dokter.“Tidak dokter, tidak, selamatkan suami saya, tolong,” ucap nyonya Anna.“Kami sudah berusaha sebaik mungkin, maafkan kami,” ucap dokter.“Apa tidak bisa dioperasi?” tanya
Tuan Besar DipoNyonya Anna terlihat menangis di depan ruang ICU, menangis sejadi jadinya, menunggu keadaan suaminya membaik.“Kenapa hal ini terjadi, Sayang, jangan seperti ini, jangan tinggalkan aku,” ucap nyonya Anna yang menjatuhkan diri di lantai, tepat di depan ruang ICU, bersandar tembok, seperti orang pada umumnya yang begitu resah ketika menunggu kabar mengenai keluarganya yang sedang dirawat.“Ibu,” teriak Jihan ketika melihat ibunya duduk bersimpuh.“Jihan, Jihan,” teriak nyonya Anna yang kemudian segera berdiri mencari putrinya itu.“Bagaimana keadaan ayah?” tanya Jihan.“Ibu tidak tahu, dokter belum memberitahu ibu bagaimana kabar ayahmu,” ucap nyonya Anna.“Ayah, kenapa hal ini bisa terjadi,” gumam Jihan yang kemudian berjalan mendekat ke arah kaca besar, masih tertutup tirai, dia tidak bisa melihat ayahnya dari luar.“Ayah,” ucap Jihan. Air mata Jihan meluncur hebat, deras, dia benar benar tidak bisa menahan diri, hatinya begitu sakit melihat kondisi keluarganya saat in
Kelegaan LauraLaura dan Radit keluar dari ruang sidang, mereka terlihat senang dan puas dengan hasil sidang hari ini.“Ah, lega sekali, akhirnya Rose dijatuhi hukuman seumur hidup,” ucap Laura.“Aku tidak menyangka, ternyata Rose juga merupakan dalang dari kematian temanmu, bukan bunuh diri melainkan dibunuh,” ucap Laura seraya melihat ke arah Radit.“Aku juga tidak menyangka, Evan, dia orang yang sangat baik, wanita itu tega menghabisinya tanpa alasan yang jelas,” ucap Radit.“Oh iya di sebelah kantor pengadilan ada kafe minuman viral yang sedang ramai, mau ke sana?” tanya Radit.“Ayo, kita harus merayakan ini, ya walaupun ada kesedihan di dalamnya, namun kita wajib bernafas lebih baik,” ucap Laura seraya tersenyum.Laura dan Radit duduk di dalam kafe minuman pelangi yang sedang viral. Menurut informasi cafe sangat ramai, namun entah kenapa siang itu hanya ada mereka berdua.“Kau bilang ini kafe ini sedang hits, viral, namun kenapa sepi begini,” ucap Laura heran. Radit hanya terseny
Mendepak Rose Dari Kehidupan Keluarga HermansyahRadit dan Laura terlihat keluar dari kediaman keluarga Hermansyah.Di dalam kamar tuan Dipo, dia terlihat masih dalam posisi berbaring.“Aku akan menghentikan semua bantuan hukum terhadap wanita itu, dia bukan lagi bagian dari keluarga Hermansyah,” ucap tuan Dipo.“Iya, iya, ingat apa yang tadi dokter katakan, jangan banyak pikiran, tekan darahmu naik dan itu tidak baik untuk kesehatanmu,” ucap nyonya Anna.“Ya, mungkin sekarang Vero sudah tahu apa yang terjadi,” ucap tuan Dipo.Di Kantor polisi, Vero terlihat duduk di kursi, menunjukkan wajah yang begitu sedih.“Apa ini benar Mike?” tanya Vero pada sekretaris pribadinya.“Iya tuan, saya mendapatkan video itu dari tim pengacara yang membantu nyonya Rose,” ucap sekretaris Mike.“Kenapa dia bisa melakukan hal gila seperti itu, dia yang membunuh nenek? apa ini bisa aku terima? dia tahu betul bahwa aku sangat menyayangi nenek Ellin,” ucap Vero.“Hal ini akan memberatkan nyonya Rose tuan, m
Kabar MengerikanLaura dan Radit terlihat memasuki area pemakaman di mana nenek ellin disemayamkan. Tegap langkah Laura beriringan dengan segala perasaan mendalam yang dia rasakan. Dia mengingat ingat semua waktu yang dia lewati bersama dengan nenek Ellin, satu satunya orang yang menerima juga menghargainya dengan sangat tulus.Kasih dan penerimaan keluarga Hermansyah kepadanya hanya berupa cangkang. Di luar, terlihat seperti itu, namun sebenarnya dia lebih menjadi seorang asisten dalam rumah tangga Hermansyah. Dia memang duduk di meja makan yang sama, memakan makanan yang juga keluarga Hermansyah makan, namun dialah orang dibalik semua hidangan lezat itu. Mulai dari membeli bahan mentah, memasak, menyajikan juga membereskan.Bahkan dia juga harus membersihkan seisi rumah, selayaknya seorang asisten rumah tangga, dengan berbagai kritik ketika semua pekerjaannya tidak sesuai dengan apa yang diinginkan tuannya. Dia bekerja dari fajar menyingsing, hingga matahari terbenam. Setiap hari ta
Laura Begitu MarahSekretaris Mimih terlihat sudah berada di rumah sakit, dia ingin segera memberitahu Laura mengenai video yang ditemukan.“Nona Laura pasti akan sangat sedih setelah melihat video ini,” ucap sekretaris Mimih sebelum masuk ke dalam ruang perawatan perawat Vanila.Sekretaris Mimih terlihatsw menarik nafas panjang.DI dalam ruang perawatan, terlihat Laura sedang berbincang dengan perawat Vanila.“Mimih kau sudah datang?” tanya Laura setelah melihat sekretaris Mimih masuk ke dalam ruang perawatan perawat Vanila.“No-nona,” ucap sekretaris Mimih terbata bata.“Ada apa? kenapa wajahmu seperti ada masalah?” tanya Laura yang menangkap ekspresi kesedihan di wajah sekretaris Mimih.“I-itu nona, meng-mengenai video yang tersimpan di penyimpan data milik perawat Vanila,” ucap sekretaris Mimih.“Pasti sudah melihat video itu ya?” tanya perawat Vanila lirih.“I-iya,” ucap sekretaris Mimih yang kemudian mendekat ke arah Laura dan perawat Vanila.“Ada apa?” tanya Laura penasaran.“I
Bukti Video Yang MenyesakkanSekretaris Mimih berhasil menemukan alamat kos perawat Vanila. Dia mencoba mencari pemilik kos itu atau yang tidak lain adalah ibu kos.“Saya ingin bertemu dengan ibu Endah,” ucap sekretaris Mimih pada seseorang yang dia temui di rumah kos itu.“Ibu Endah ada di rumahnya, di sana,” ucap wanita muda itu seraya menunjuk ke sebuah rumah yang ada di samping bangunan rumah kos.“Baiklah, terimakasih, saya akan mencari ibu Endah,” ucap sekretaris Mimih yang kemudian segera menuju ke rumah ibu Endah seperti yang sudah diinformasikan.Sekretaris Mimih terlihat berhenti di depan rumah pribadi ibu Endah.“Permisi, permisi,” teriak sekretaris Mimih. Beberapa saat dia menunggu, tidak ada orang yang keluar untuk menyambut kedatangannya sebagai tamu.“Ibu Endah, permisi,” ucap sekretaris Mimih.Sekitar lima menit, tidak ada tanda tanda orang yang keluar dari rumah itu.“Sepertinya tidak ada orang,” gumam sekretaris Mimih.Sekretaris Mimih melihat pagar tidak dikunci, la