"Ayu maunya di kamar itu." Gadis muda itu kembali merengek pada Faisal.
"Jangan Ayu, itu kan kamar Mbak Rianti dari awal. Masih ada kamar tamu di lantai bawah." Faisal berusaha memberikan solusi lainnya.
"Tapi, kamar itu tidak sebesar kamar utama, Mas. Apalagi Ayu sebentar lagi sudah mau melahirkan. Capek, Mas naik turun tangga, kemarin saja Ayu hampir terpeleset. Kalau sudah melahirkan nanti, kan pasti ada box bayi, kamar tamu mana cukup?" Ayu terus merengek.
Faisal hanya diam saja saat Ayu berkali-kali mengguncang tubuhnya. Pria itu bingung bagaimana harus bersikap adil, sementara dia merasa tidak nyaman meminta Rianti pindah dari kamar utama yang bertahan-tahun mereka tempati bersama.
Sikap lembut dan penurut Rianti yang tidak pernah membuat masalah, membuat Faisal semakin dirundung rasa bersalah. Akibat tidak dapat menahan diri terhadap godaan tubuh yang lebih berisi, kini dia harus menanggung akibatnya.
Gadis muda ini, memang teras
"Ayu apa yang terjadi?" Faisal menggedor pintu kamar gadis itu dengan keras."Sakit, Mas, sakit." Gadis itu merengek dari arah dalam kamar."Buka pintunya, Ayu, ini kenapa dikunci pintunya?" Faisal mengeras-gerakan gagang pintu."Bagaimana, Mas? Ada apa dengan Ayu?" Rianti baru saja menyusul di belakang suaminya."Entahlah, Dik. Pintunya terkunci." Faisal menatap Rianti dengan cemas.Selama pernikahan mereka, tidak pernah sekalipun Rianti membuat dirinya merasa cemas. Hal itu sangat jelas disadari oleh Faisal. Sangat berbeda dengan Ayu yang lambat laun semakin berubah, lebih manja dan banyak maunya.Rintihan lirih Ayu yang mengerang kesakitan membuat Faisal dan Rianti berpandangan heran. Baru dua minggu lalu gadis itu keluar dari rumah sakit dan tenang untuk beberapa saat."Ayu!" Panggil Faisal lagi."Perutku sakit, Mas!" teriak Ayu dari dalam.Faisal tercekat mendengar perkataan istri mudan
Sesampainya di rumah sakit, para perawat segera menangani Ayu. Gadis itu mengalami pendarahan dan dokter menegur keras kepada Faisal. Mereka mengira pria itu melakukan aktivitas sexual yang berlebihan sehingga Ayu mengalami pendarahan."Ketuban istrinya sudah pecah dan kami harus melakukan ceasar malam ini juga." Dokter kandungan yang kebetulan baru saja menyelesaikan prakteknya, menatap tajam ke arah Faisal."Tapi, kandungannya belum genap sembilan bulan, Dok." Faisal ragu dengan keputusan yang diambil oleh dokter kandungan."Ukuran dan berat badan bayinya cukup untuk melahirkan. Nanti setelah lahir, dokter anak yang akan menangani.""Baiklah kalau begitu. Sebenarnya apa yang membuat dia tiba-tiba pendarahan ya, Dok?" Faisal penasaran karena sebelum dia turun ke kamar bawah, Ayu masih dalam keadaan baik-baik saja."Bapak ini bagaimana? Masa setelah melakukan tidak merasa?" Dokter tersebut berujar pelan dengan senyuman di wajahnya. Senyuman y
Ayu berhasil melahirkan bayinya dalam keadaan selamat. Bayi mungil itu kini harus mendekam dalam inkubator, sedangkan Ayu masih menjalani perawatan intensif pasca operasi caesar. Tiga kantong darah telah dialirkan ke dalam tubuh Ayu akibat pendarahannya.Rianti membiarkan Faisal menemani Ayu. Dia ingin melupakan dan mengalah, meskipun hati kecilnya sangat berontak. Wanita mulia itu saat ini menyibukkan diri untuk pindah kamar dan memberikan tempat itu untuk Ayu.Hanya saja Rianti bukanlah wanita lemah yang begitu saja membiarkan orang lain menginjak-injak harga dirinya. Meskipun rumah yang dia tempati adalah milik Faisal, tetapi wanita itu tetap memiliki penghasilan sendiri dari pembagian keuntungan perusahaan."Tolong dipindahkan ke sana saja." Rianti meminta tukang bangunan untuk menggeser lemari kecil yang baru dia beli."Bu, ada orang dari informa." Bi Ina datang mendekati Rianti yang sibuk dengan perluasan kamar tamunya."Oh ya, te
Setelah satu bulan dalam perawatan intensif, akhirnya Ayu dan bayinya keluar dari dalam rumah sakit. Wanita itu terlihat lebih segar meskipun jalannya masih terlihat tertatih. Ayu, melangkah dengan memeluk manja tangan Faisal, sementara Rianti menggendong bayi tersebut.Faisal segera membawa Ayu ke kamar depan seperti yang diinginkan oleh istri keduanya. Dia membuka pintu dan membiarkan wanita itu terpukau dengan luasnya kamar yang selama ini dia impikan."Ini, beneran Ayu tinggal di kamar ini?" Ayu seakan lupa jika sebelumnya lemas, berbalik dengan wajah berseri-seri."Iya, ini kamarmu sekarang." Faisal masuk dengan meletakkan tas koper berisi pakaian wanita itu."Mbak Rianti gak marah?" Ayu menatap ke arah istri tua suaminya dengan wajah polos yang seolah-olah merasa tidak nyaman."Hanya sebuah kamar, apa yang harus dirisaukan." Rianti tertawa kecil. Dia membawa bayi mungil tersebut ke arah ruang belakang, meninggalkan Faisal dengan istri k
"Bik Wati! Bik Ina! Tolong dong Dewi menangis," teriak Ayu yang masih sibuk dengan nasi padangnya.Tangis bayi itu tidak membuat Ayu bergeming sedikitpun dari makanannya. Gadis itu tetap dengan lahap makan, tanpa menghiraukan tangisan anaknya melainkan menambah keributan dengan berteriak memanggil pembantu rumah.Tak ada seorang pun yang muncul membuat Ayu kesal. Dia mulai meletakkan sendoknya dengan kasar dan bersiap untuk berteriak semakin keras."BI--""Sudah, biar Mas saja yang melihat Dewi." Faisal menyudahi makanannya dan berjalan mendekati bayi itu.Dia mengangkat tubuh mungil Dewi dan menggendongnya dengan kaku. Tentu saja Faisal sudah lupa bagaimana cara menggendong anak bayi, karena itu sudah dua p
Malam harinya, Ayu kembali melancarkan serangan. Dia meskipun masih dalam kondisi baru saja melahirkan, dimana plaster akibat luka caesar belum sepenuhnya pulih, gadis itu sudah tidak dapat menahan keinginannya untuk bermesraan.Ayu mengenakan daster transparan yang ternyata sudah mulai sesak. Gaun yang dulunya berhasil membuat Faisal tergoda, hingga lelaki itu naik ke atas ranjangnya. Gaun kebanggaan dan penuh kenangan bagi gadis itu.Meskipun postur tubuhnya terlihat kurang indah mengenakan gaun tersebut, tetapi Ayu tetep memaksakannya. Dia merendahkan bagian dada, agar pepaya kembarnya yang semakin besar terlihat menggoda."Jangan harap kau bisa kabur malam ini, Mas, meskipun tubuhku belum kembali seperti dulu, tetapi aku yakin masih sanggup membuatmu bertekuk lutut seperti dahulu." Ayu tersenyum puas ke arah cermin."Sekarang waktunya menyusui Ayu, setelah itu aku akan ganti menyusui ayahnya." Ayu tertawa kecil dengan bayangan yang t
"Aku masuk ke dalam kamar dulu, ya," pamit Rianti. "Selamat malam, Mas, Ayu." Rianti berucap santai menutupi gemuruh dalam hatinya. Wanita itu lebih memilih menghindar dari pada harus terbakar emosi, kecemburuan dan amarah. Wanita itu masih bertahan dalam rumah tangga ini - selain dia tidak bisa merelakan wanita lain memenangkan hati Faisal apalagi dengan cara yang memalukan - karena Faisal pun tidak pernah menjatuhkan talak. Pria itu mencukupi semua kebutuhan jasmani dan rohani masih terpenuhi. Rianti memilih masuk ke dalam rumah, melakukan wudhu dan mengenakan mukenanya. Wanita itu berusaha menenangkan hatinya dengan mencari kedamaian di bawah kaki Allah. Hanya dengan doa dan zikir, satu-satunya cara agar dia kuat selama ini, meskipun keinginan untuk menyingkirkan Ayu pun tak kalah mempengaruhi tekadnya. "Ya, Allah berikanlah ketenangan dalam batinku, pikiranku, agar aku hanya boleh memikirkan yang terbaik dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan kehe
“Selamat siang, Pak Faisal.” Sapaan formal dari suara yang terdengar akrab membuat pria itu menghentikan kesibukannya menandatangani berkas-berkas.Pria itu masih dengan mata yang mengarah pada lembaran kertas, tertegun. Tangannya tanpa sadar gemetaran dan jantungnya berdebar keras. Dia hampir saja tidak berani menengadahkan wajahnya menatap ke asal suara."Pak, ada mas Joko." Agus kepala Bagian akunting yang sedang duduk di depan Faisal, menegur pimpinannya."Joko …." Faisal menengadahkan wajah sambil mendesahkan nama putra sulungnya.Pandangan mata mereka bertemu. Faisal yang dipenuhi dengan kerinduan sekaligus rasa khawatir dalam hatinya, setelah delapan bulan tidak bertemu, hanya bisa menelan ludah melihat tatapan datar dari Joko.Dahulu mata hitam itu begitu bersahabat. Berbinar penuh rasa hormat dan kekaguman hanya untuk dirinya. Joko akan mengucapk
[Jatah aku kasih aja ke mbak Rianti, Mas.]Lalu setelah itu telepon terputus, tidak ada kata-kata perpisahan, tidak ada ucapan 'i love you Mas', bahkan Ayu juga tak merengek minta dibelikan ini itu seperti kebiasaannya saat hari pertama menstruasi. Faisal menatap ponselnya dengan hati geram, ia juga kesal dan bertanya-tanya. Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Ayu bersikap aneh begini?"Masa sih mens doang sampai enggak balas pesanku dari pagi? Dia juga bahkan menolak kedatanganku." Walaupun Faisal berusaha untuk berpikiran positif, namun tetap saja hatinya yang resah membuat dirinya terus menerus memiliki pikiran buruk. Bayangan Ayu berselingkuh, mengkhianati dia setelah semua hal yang ia lakukan untuk bisa bersama dengan gadis dusun itu."Enggak mungkin Ayu mengkhianati aku. Dia enggak kenal siapapun di sini, satu-satunya orang yang dia percaya dan bisa dia andalkan ya hanya aku."Faisal menghibur dirinya sendiri, namun tetap juga dirinya merasa kesal. Sebab dalam bayangannya har
Faisal menutup laptopnya dengan cukup kasar, deretan angka-angka yang tersaji di layar monitor membuatnya mual. Padahal biasanya dia santai-santai saja mengecek laporan harian pabrik minyak goreng kecil-kecilannya.Malah biasanya Faisal senang, sebab dia bisa melihat perkembangan usahanya dari hari ke hari. Hanya saja untuk hari ini dirinya sedang tak konsentrasi, dan tak mood untuk melakukan apapun.Semua itu terjadi karena Ayu tak kunjung membalas pesannya."Ke mana sih, dia? Memangnya dia sibuk banget sampai-sampai pesanku juga enggak dibalas?"Faisal meraih ponselnya dari atas meja, kemudian mengecek aplikasi pesan di beda pipih keluaran terbaru itu. Tadinya ia mengira jika saat ini Ayu mungkin telah membalas pesannya, tapi jangankan dibalas, dibaca pun tidak. Padahal Faisal sudah sejak tadi pagi mengirimi perempuan itu chat."Bener-bener deh perempuan itu, bisa-bisanya dia cuekin aku sampai begini. Padahal biasanya dia paling
Setelah Rianti menebar jala pembalasan dendamnya pada Dilla, sekarang ia akan menebar jala lainnya pada Ikka. Perempuan muda yang tak jauh berbeda dengan Dilla, dan juga Ayu sang pelakor tak tahu diri itu.Rianti mematut dirinya di depan cermin, mengenakan setelan terbaiknya yang membuatnya terlihat lebih berkelas dan elegan. Hanya celana panjang dan kemeja satin, namun pembawaannya yang tenang membuat Rianti terlihat lebih menarik. Dipulaskannya lipstick coral di bibirnya yang lembap, terlihat cantik dan sesuai dengan warna kulitnya. Usianya yang matang tak nampak sedikit pun penuaan di wajahnya, ia malah terlihat jauh lebih muda dari usia sebenarnya. “Sekarang aku harus memastikan Ikka pun melakukan apa yang kuinginkan. Bermain cantik, Rianti. Kamu bisa melakukannya.”Rianti bicara sendiri di depan cermin, menatap sepasang mata yang menatapnya balik dari cermin di hadapannya itu. Sepasang mata yang sudah lelah menangis hingga akhirnya tak bisa mencucurkan air mata lagi.Sepasang m
“Dil, beneran itu cowok buat aku?” Ayu tak bisa memalingkan pandangannya pada sosok pria bertubuh besar tersebut. Wajah pria itu tidak setampan Faisal, meskipun tampaknya berusia lebih muda. Tubuhnya pun membuncit di bagian perut, berbeda dengan suaminya yang rajin push up.“Iya, dia pengusaha batu bara.” Dilla mengedipkan mata.Seperti janjinya pada Ayu, gadis itu memperkenalkan sahabatnya dengan seorang pria yang bisa memenuhi semua kebutuhan -baik di ranjang maupun dompet- wanita itu.“Yakin kamu? Beneran kaya?” Ayu menyenggol lengan DIlla. “Letoy, gak?”“Kamu mau aku cobain dia dulu?” Dilla menantang Ayu.“Gak usah, ah.” Ayu menatap ke arah pusat kelakian lelaki itu. “Biar aku yang memastikan sendiri nanti, kalau gak jago aku tinggal minta putus.” “Bodoh, kamu. Gimana kalau bulanan dia lebih besar dari Mas Faisalmu?” Dilla memutar bola matanya.“Memangnya kamu dapat berapa dari dokter?” Ayu memincingkan mata.Uang bukan menjadi hal yang utama bagi wanita itu, karena dia mendapat
Rianti duduk tenang di balik kemudi. Dia menatap ke arah jalanan yang sepi. Matahari sudah masuk ke dalam peraduan dan suasana kelam di area parkiran belakang sebuah restoran makanan cepat saji, tidak membuat Rianti terganggu.Perempuan itu memiliki tingkat kesabaran yang tinggi. Dia saat ini sedang menanti seseorang, meskipun sudah lewat dari waktu yang disepakati, Rianti masih saja sabar menunggu.Dua puluh menit berlalu dari pesan terakhir yang dikirimkan oleh orang tersebut. Rianti masih menunggu dengan sabar. Meskipun beberapa mobil sudah pergi dari area parkir dan digantikan dengan mobil lain, hanya Rianti yang masih setia di tempat yang sama.Pesan tertulis kembali masuk. Rianti melirik dan melihat orang yang dia tunggu sudah tiba. Rianti menebarkan pandangan ke segal
Rianti tersenyum tipis ke arah bayi yang saat ini sedang tertidur pulas di sampingnya. Matanya menatap tajam ke arah sosok manusia kecil dengan aroma yang khas, nyaris tak berkedip.Tangan Rianti mencengkram bantal kecil di samping bayi itu. Sangat keras dia meremas bantal itu hingga tangannya memutih. Jika bergeser sedikit tangan itu akan mampu membuat si bayi kesakitan.Wanita itu memandang ke arah jam di dinding. Sekarang sudah pukul sebelas malam dan Faisal belum juga pulang. Perasaan marah semakin memenuhi hatinya. Delapan bulan sudah dia menyatakan perang dalam diam pada Ayu. Merubah diri dengan luar biasa, hingga Rianti yang sederhana menjadi wanita modern. Rambut dan kulitnya semakin indah dan lekuk tubuhnya pun padat berisi. Rianti berhasil mengambil perhatian Faisal dan membuat lelaki itu mengabaikan Ayu. Dia tersenyum sinis di balik topeng bersahaja, menertawakan Ayu yang kelimpungan karena Faisal tidak pernah mau menyentuh wanita itu lagi. Rianti ingin membuktikan satu
Rumah ini … meskipun tidak sebesar dan semewah rumah Faisal, tetapi Ayu merasa puas. Rumah ini jauh lebih baik daripada rumah orang tuanya di kampung. Apalagi Faisal rutin memerintahkan pekerja untuk membersihkan rumah yang tidak pernah di tempati itu.Ayu menghempaskan dirinya di atas tempat tidur. Gadis itu memandang langit- langit kamar dengan perasaan puas. Dia menggerakan kedua tangan dan kaki terbuka dan tertutup, seperti gerakan orang yang sedang berenang.“Mas, sini dong bubuk sama aku.” Ayu menepuk tempat tidur di sisinya yang kosong. Faisal masih berdiri dengan kaku di dalam ruangan yang pintunya terbuka. Lelaki itu seperti orang bodoh yang tidak tahu harus melakukan apa. “Mas … sini dong, kita kan sudah lama tidak berduaan begini.” Ayu memiringkan tubuhnya dan menumpu kepala dengan satu tangan.Gadis itu mengedipkan matanya manja. Dia meletakkan satu jari berputar di belahan dadanya. Ayu melepaskan satu bagian kancing blouse, sambil matanya menatap Faisal dengan penuh kei
Ayu merasa dirinya menjadi terdakwa dalam persidangan. Wanita itu merasa kesal ketika keesokan harinya kembali, ternyata Fitri dan Anisa masih ada di rumah. Wajah Ayu dia tekuk, malas berhadapan dengan saudara Faisal yang selalu menyudutkan dirinya.Dia tahu kalau dirinya sudah kalah telak. Ayu pun merasa sedikit demi sedikit perhatian Faisal padanya mulai berkurang. Pria itu tidak lagi mengutamakan dirinya seperti dulu, ketika mereka masih belum menikah. Tepatnya ketika perut Ayu belum membesar dan melahirkan Dewi.“Keputusan Ayu sudah bulat, Mas. Ayu ingin menjadi istri yang mandiri dan tidak selalu merepotkan Mbak Rianti.” Ayu menatap Faisal dengan tegas.“Kamu yakin bisa tinggal sendiri? Selama ini semua pekerjaan rumah tangga sudah diselesaikan o
“Kenapa mukamu bete, Yu?” Ikka yang baru saja pulang bekerja melihat Ayu sedang duduk di kontrakannya dengan wajah cemberut. “Banyak Mak lampir di rumah suamiku,” sahut Ayu asal. Wajah gadis itu terlihat ditekuk dan bola matanya berputar saat mengucapkan kalimatnya. “Mak lampir? Maksudmu?” Dilla yang baru saja muncul di depan pintu, langsung saja menceletuk ucapan Ayu “Itu, adik dan ipar suamiku datang. Ngeselin banget mulutnya nyotot sekali kalau ngomong. Pingin aku uleg jadikan rujak!” Ayu dengan bersemangat mempraktekan gerakan mengulek rujak. “Memangnya apa yang mereka lakukan sampai kamu kesal sekali?” Dilla yang penasaran duduk di depan Ayu dengan kaki yang tertekuk. “Masa mereka bilang aku Sundal?” Ayu melotot dengan sorot mata penuh kekesalan. “Dasar pakai hijab tapi mulut tidak tahu diselametin. Nyrocos terus … mulutnya nyinyirin aku terus. Memangnya kenapa kalau aku jadi istri kedua? Bukan juga istri simpanan. Gini-gini aku juga dinikahi secara agama, sah, hamil dan m