Dinar terkesiap, ia memandang suaminya sambil menggelengkan kepalanya berulang kali.
“Mas jangan main-main, aku Dinar istrimu, ibu dari anak-anakmu.” Dinar berubah serius.
“Dinar? Dinar siapa? Kapan aku menikah? Aku baru saja mulai bekerja di perusahaan Papa, mana aku menikah.” mata Dinar berkaca-kaca. Suaminya tidak ingat siapa dia.
“Am, dia Dinar, istrimu. Jangan aneh-aneh kamu.” Nora mengusap dan menepuk bahu putranya.
Dirham mencoba untuk duduk, ia menatap papanya yang juga tengah menatapnya.
“Jangan main-main, Am!” Adam mendekati Nora dan Dinar. Dirham mencoba untuk duduk.
“Am tidak kenal dia, Pa. Kapan Am menikah. Aaargh. Sakit!” tiba-tiba Dirham memegang kepalanya. Dinar sudah berurai air mata.
“Mas, kenapa tidak ingat aku?” Dinar mencoba memegang lengan Dirham tapi ditepis dengan kasar.
“Di, biar dok
Nora dan Dinar saling pandang. Mereka kembali menatap pada Jehan. “Tapi, kita serahkan ini pada pihak kepolisian. Biarkan mereka melakukan tugas dengan prosedur yang ada, kita harus ikut aturan mereka.”“Mari kita kembali ke kamar Mas Am, Ma.”Dinar mengajak ibu mertuanya untuk pergi dari restoran. Ia berdiri untuk membayar bill.“Dia sangat shock, Je.” mata keduanya memandang sosok Dinar. “Luka Am terlalu parah ya, Tan?” Jehan bertanya pada Nora.“Bukan masalah lukanya, cuma ada sebagian saja, lecet dan beberapa jahitan, tapi Am sekarang tidak ingat istrinya.”Dirham melongo mendengar ucapan Nora.“Am amnesia? Oh my God. Separah itu?”“Kami masih menunggu hasil pemeriksaan medisnya hari ini, entah dendam apa yang dimiliki orang itu pada anak Tante, Je. Dia baru saja mengecap kebahagiaan bersama anak dan istrinya.” Nora menceritakan keadaan putranya pa
Dada Dinar seperti dihantam dengan batu yang cukup besar. Kakinya lemah untuk berdiri. Matanya berkaca-kaca. Ia menatap wajah Dirham yang dingin dan tegang. Tuduhan itu lagi yang harus ia dapatkan sekarang. Sudah bertahun-tahun ia bisa melupakan peristiwa itu, tapi sekarang harus diungkit dan dituduh tentang sesuatu yang tidak pernah ia lakukan.Nora mendekati Dinar, lengan Dinar ditarik dan dibawa untuk keluar ruangan.“Di, suami kamu tengah hilang ingatan, sebagian ingatannya ada yang tidak mampu ia peroleh. Kamu pulang saja ya, Di. Jaga anak-anak kalian, biar Mama dan papa yang jaga Am. Mungkin Am tidak bisa mengingat kalau semua sudah terungkap hari itu. Kamu yang ngerti ya, Di. Mama yakin dia akan pulih seperti dulu.”“Iya, Ma. Dinar pulang dulu. Titip Mas Am. Jaga dia, Ma. Dinar khawatir musuh-musuh Mas Am, masih mencari cela untuk menyerang.” Dinar menyuarakan kekhawatirannya.“Kami akan jaga Am.” s
Dinar mengusap air matanya, sebisa mungkin ia tidak ingin menangis di depan anak-anaknya.“Loli, saya naik sebentar untuk mandi, ya?”“Iya, Bu.” Loli kembali mengajak Abizaair bermain bola.Mbak Santi yang melihat Dinar mendaki anak tangga segera mengejarnya.“Non, Den Dirham gimana?” Dinar menoleh, wajah sembab menunjukkan kesedihan hatinya.“Sudah sadar, Mbak. Tapi, suami saya tidak bisa ingat saya istrinya.” Santi reflek menutup mulutnya yang melongo.“Astaghfirullah, yang sabar ya, Non. Saya yakin pasti ada hikmah dibalik ini semua.”“Doakan rumah tangga saya baik-baik saja, Mbak.”“Pasti, Non.”“Saya siapkan makan malam ya, Non.”“Saya akan order pizza untuk anak-anak, ini uangnya, tolong ambil di depan ya, Mbak.” Dinar memberi uang 200 ribu untuk membayar piz
Nora menggelengkan kepalanya, ia sudah berpesan pada putranya tadi, jangan terlalu membenci istrinya, dan Dirham menyanggupi permintaan itu, tapi sekarang lain pula kenyataan yang terjadi.Dinar mendekati ibu mertuanya.“Biarkan, Ma. Mas Am tidak boleh terlalu dipaksa, mungkin benar kata dokter, Mas Am butuh waktu untuk merangkai kembali ingatan yang hampir hilang total. Dinar bisa ngerti kok.” Dinar berkata pelan, matanya tidak lepas memperhatikan Dirham yang melayani kedua anak mereka makan buah.Dinar menarik napas berat, ia rindu dengan suaminya, keusilannya, romantisnya, semua ia rindukan dari Dirham.“Unda, cini ..” Abizaair menarik tangan Dinar, meminta ibunya untuk duduk di samping Dirham.“Kenapa, Sayang?” Dinar menatap putranya. Abizaair mengambil potongan buah dalam mangkok.“Awas jatuh.” Dinar segera menyambut mangkok itu.
Dinar memandang wajah suaminya seolah meminta kepastian, ia takut tadi hanya halusinasinya saja. Dirham membalas tatapan mata istrinya.“Serius, Mas?”“Kenapa? Ada yang salah?”“Tidak, Mas. Tidak ada yang salah.” dengan cepat Dinar menjawab, takut suaminya berubah pikiran.“Kalau tidak ada, lakukan saja sesuai keinginan suamimu.”“I-iya, Mas. Aku pasti akan lakukan semua itu.” ada kebahagiaan dalam kalimat Dinar.Dirham mengambil ponselnya, ia membuka galeri. Ingin melihat video dan foto-foto yang tersimpan di dalam galeri ponselnya. Video tentang istri dan anak-anaknya.“Mas, aku ngecek anak-anak dulu ya, sudah selesai belum bersiapnya.”“Pergilah, aku mau istirahat sebentar.”“Mau apa-apa, Nggak? Biar aku ambilkan.” “Kalau aku mau kamu temani di sini, bisa?”Dinar tersenyum,
Juliana kaget setelah ia datang ke kediaman Assegaff untuk membesuk Dirham, Juliana dan Nicko baru sampai dari UK untuk melihat-lihat sekolah di sana, rencananya lulus dari SD nanti, Nicko akan langsung lanjut sekolah di sana. Tiga Minggu di UK, Juliana baru bisa pulang, setelah mendengar kabar tentang Dirham yang baru saja keluar dari rumah sakit, Juliana langsung membawa suami dan putranya langsung pergi menemui keluarga Assegaff.Adam memberikan beberapa bukti kalau pelaku di balik kecelakaan Dirham adalah Johan Wibisana, mantan suami Juliana. Juliana tidak percaya kalau perbuatan nekad mantan suaminya membawa kejahatan.“Maafkan saya, Om, Tante. Secara tidak langsung kecelakaan Dirham karena saya.”Juliana meminta maaf pada Adam dan Nora.“Bukan kesalahanmu, Na. Om juga sudah menemui Johan 3 hari lalu sebelum ia kembali ke Singapura. Dan secara terbuka sudah minta maaf dengan Am, ia mengaku terlalu marah kar
Mature contentDirham kembali melumat bibir mungil istrinya, candu yang ia miliki secara sah. Matanya mengunci netra istrinya, mata bulat itu membuat ia seolah hanyut kedalam samudera yang indah. Itu miliknya. Dan bibir ini, terlalu manis untuk dibiarkan tanpa disentuh. Dirham memegang belakang kepala istrinya dan kembali melumat lebih dalam.Nikmat, ia tidak ingin berhenti sekarang. Sekali lagi wanita yang sama membuat ia jatuh cinta.“Jangan sekarang, Aku takut kepala Mas masih sakit.” Dinar berbicara di sela-sela ciuman hangat suaminya.“Tadi dokter bilang tidak apa 'kan? Asal fisik kita kuat. Aku kangen banget. Kita lakukan pelan-pelan.” bibir itu kembali dilumat. Kedua lengan istrinya dikunci, ia tidak ingin menunda lagi, satu bulan harus menahan diri membuatnya seperti berada di gurun pasir yang gersang. Dahaga.Dinar akhirnya pasrah, menikmati dan membiarkan suamin
~Canberra Australia~Sudah 3 hari Cokro berada di rumah Jecky, anaknya selalu sibuk bekerja dan menantunya jarang sekali di rumah, ada saja job yang memanggilnya. Cokro yang akan menjaga Jojo dan menemaninya bermain, entah itu mobil-mobilan atau bermain play station. Asal cucunya itu merasa senang dan tidak kesepian.Ponsel Cokro yang berada di atas meja berdering. Ada panggilan masuk.“Hallo.” Cokro segera mengangkatnya telpon.(Mas, berapa lama lagi harus berada di sana? Rencana kita bisa berantakan kalau gini) suara seorang pria begitu tidak sabar seolah sudah lama menunggu kepastian dari Cokro.“Do, sepertinya aku belum bisa pulang. Cucuku belum ada yang jaga, bukan mudah di sini cari baby sitter, sedang Jecky dan istrinya sibuk tidak pernah berhenti kerja. Kasihan Jojo kalau harus sendiri.” Cokro menjelaskan keadaannya sekarang.(Seminggu lagi aku harus keluar
Suara nyanyian burung kenari dan debur ombak berselang-seling membangunkan tidur pulas Dirham. Pria itu membuka matanya dan melihat jam di ponsel, sudah jam 5 pagi. Ia bangun dan menatap pada wajah ayu wanita yang masih tertidur pulas di atas lengannya. Dirham bangun dari tempat tidur dan mengalihkan kepala sang istri. Ia melangkah menuju ke kamar mandi. Membersihkan diri sebentar dan menunaikan kewajibannya. Lima belas menit berlalu tapi tidak ada tanda-tanda Dinar akan bangun, pasti wanita cantik itu kelelahan melayani keinginan suaminya yang tidak pernah jemu. Dinar baru dibiarkan tidur hampir jam 1 pagi.“Eungh …” Dinar menggeliat ketika merasakan tidurnya terganggu. Kantuknya tidak dapat lagi dinegosiasi, suaminya yang perkasa membuatnya hampir tidak bisa berdiri tadi dini hari, hingga ke kamar mandi harus digendong.Melihat istrinya tidur dengan mulut terbuka, membuat Dirham tertawa.'Kenapalah kamu itu sangat m
Mature contentDinar mencoba mengimbangi permainan lidah nakal sang suami, dan seperti selalu, Dirham selalu tidak bisa ditebak arah permainannya.“Mas, engh …” satu lenguhan keluar dari bibir mungil sang istri tatkala bibir Dirham mulai turun menjelajahi leher putih dan menyesap serta melumat dengan sesapan-sesapan kecil dan panas meninggalkan beberapa jejak kemerahan si sana. Jemari tangan Dinar meremas rambut Dirham menyalurkan hasratnya yang mulai bangkit.Dirham membawa istrinya ke atas tempat tidur dan menjatuhkannya, ia merasa celananya sesak karena miliknya mengeras sejak mereka turun dari mobil tadi. Membayangkan Dinar yang mendesis nikmat di bawah tubuhnya saja membuat pria itu langsung bergairah.Dirham membuka blouse istrinya, sementara Dinar memberi akses pada sang suami untuk melakukan apa saja yang diinginkan. Ia juga menarik keluar baju pria yang menjadi tempat ia mencurahkan segal
“Mas! Anak-anak dengar tuh.” Dinar mencubit pinggang suaminya.“Dengar apa itu, Bunda?” Ruby memang kritis pemikirannya, selalu ingin tahu apapun yang didengar oleh telinganya.“Tidak ada apa, Sayang. Ruby nanti kalau bobo sama Oma dan Opa jangan rewel tau.” Dinar berpesan pada putrinya.“Kakak kan udah gede, pesen itu buat adik kali, Bunda.” Dirham tertawa mendengar kalimat pedas dari putrinya, ngikut siapalah itu, pedas kalau ngomong.“Adik uga udah pintal kok, pipis malam aja udah kaga pelnah.” Abizaair tidak mau ketinggalan.“Jelas dong, Adik udah mau 4 tahun, mana boleh pipis malem. Kasihan yang bobo sama adik kalau kena pipisnya.”Ujar Dirham pula, ia membawa mobil dalam kecepatan sedang.“Papa pelnah pipis malam-malam?” pertanyaan dari sang putra membuat Dinar terbatuk-batuk.“Pernah dong, tanya sama Bunda tuh. S
Dirham menatap istrinya, ia merasa heran mendengar ucapan dari gadis di depannya itu.“Sada, maksudnya apa? Kami tulus lho membantu kalian.” Dinar meminta Sada untuk menjelaskan penolakannya tadi.“Loli, ajak adik-adik ini bermain dengan Ruby.” Dinar memanggil Loli.“Iya, Bu. Ayo adik. Ada temannya di sana.” Loli datang dan memanggil adik-adik Sada untuk menuju ke halaman samping.“Pergilah, nanti Mbak panggil kalau mau pulang.” Baim dan Zahra mengangguk dan mengikuti langkah Loli.“Begini, Pak. Saya tidak enak kalau harus menerima kebaikan bapak dan ibu cuma-cuma.” Dinar tersenyum, ia mengerti apa maksud dari Sada. Ia masih ingat dulu Sada tidak pernah mau menerima uang secara cuma-cuma, ia harus bekerja sebelum menerima uang dari orang lain.“Tapi ini kan beasiswa. Namanya beasiswa pasti tanpa syarat. Kecuali beasiswa prestasi.&r
“Mbak Dinar!” Dinar langsung berdiri dan memeluk gadis itu dengan mata berbinar, gadis yang ingin ditemui ternyata sekarang ada di depannya. Sada membalas memeluknya.“Kamu kerja di sini?” Dirham bertanya pada Sada, gadis yang dulu pernah menjadi orang kepercayaannya untuk mengantar dan menjemput Dinar waktu mereka belum menikah.“Iya, Pak. Saya kerja di sini? Bapak sekeluarga liburan?”“Ayo, duduk. Kita bisa cerita-cerita. Adik-adik kamu pasti sudah besar sekarang.”Dinar menyentuh lengan Sada.Gadis itu tersenyum tapi menggelengkan kepalanya.“Saya masih kerja, Mbak. Mana bisa duduk-duduk di sini. Adik saya sudah sekolah, kelas 6 SD sama kelas 4.”“Kamu tidak narik ojol lagi?” Dirham bertanya sambil mengambil sebotol air mineral di atas meja. Dibuka tutupnya dan diberikan pada sang istri.“Sore jam 4 setelah pul
“Sayang, Sorry Papa sama bunda ketiduran tadi. Sekarang ajak adik tunggu di depan, ya?”Dirham mengusap kepala putrinya. Ruby mengangguk dengan cepat. Ia memanggil sang adik sesuai pesan papanya.Sementara Dirham kembali masuk ke dalam kamar dan menutup pintu. Dinar baru saja selesai memakai selendang pashmina kegemarannya. Ia menyembur parfum lalu mengoles bibirnya dengan lipstik berwarna nude.Pelukan hangat Dirham dari belakang membuatnya sedikit menoleh.Dirham mendekap erat tubuh ramping istrinya, wangian aroma yang selalu segar pada penciumannya ia hirup dalam-dalam.“Jangan cantik-cantik, nanti ada yang naksir.”“Ruby bilang apa?”Dinar mengusap lengan sang suami yang melingkari perutnya.“Minta jalan-jalan ke pantai. Kita gerak sekarang. Kasihan anak-anak, ngambek katanya nungguin kita lama dari tadi.”“Papanya sih suka lama-lam
Mature content “Sayang, sabar.” Dinar mengacuhkan kalimat suaminya, entah kenapa sejak ia masuk ke dalam kamar, hasrat seksualnya naik tiba-tiba. “Mas, aku tidak bisa sabar lagi.” Dinar langsung menyerang Dirham dengan ciuman-ciuman panas, Pria itu bergerak mundur dan masuk dalam kotak kaca, ia membalas setiap lumatan dan sesapan bibir istrinya. Tangannya menahan tengkuk Dinar agar ciuman panas dan dalam mereka tidak terlepas. Bagian bawah tubuh Dirham sudah berdiri mengeras di dalam celana chino-nya. Begitu juga Dinar ia merasakan denyutan yang semakin menggila di bawah sana. Ia merapatkan kedua kakinya menahan rasa juga keinginan. Pria itu menarik dress istrinya lalu dilepaskan menyisakan penutup bagian dalam saja semakin membuat hasrat Dirham bergelora menatap tubuh indah yang tidak berubah dari awal mereka bersama, Dinar juga tidak tinggal diam, ia menarik turun celana sang suami, matanya membulat saat tangannya meremas sesuatu yang sudah menge
“Iya, ini Ruby. Yang saya kandung waktu masih di sini dulu, Mak. Ini Abizaair adik dia. Ini Loli pengasuh mereka. Ayo sayang, Salim sama Nek Marni.” Mak Marni manggut-manggut dengan mata berkaca-kaca. Terharu ternyata masih diberi kesempatan bertemu dengan majikannya yang baik seperti Dinar dan Dirham.“Saya kaget waktu Masnya menghubungi saya, untuk membantu membersihkan rumah ini.”“Ini semua juga buat saya kaget, Mak. Suami saya selalu memberi kejutan.” matanya memandang pada Dirham yang membaringkan Ruby di atas sofa.“Nak Loli, mari saya tunjukkan kamar untuk tidurkan nak Abizaair.” Mak Marni membawa Loli ke kamar yang memang disediakan khusus untuknya dan anak-anak.“Mas, sebaiknya Ruby juga dipindahkan sekali, lagian mereka juga sudah makan tadi di bandara, biarkan mereka istirahat dulu.”“Iya, aku juga ngantuk. Padahal baru jam 1 siang.”
Mendengar kalimat dari staf itu membuat wajah Rosy pucat seketika. Jadi pria yang begitu mempesona dan sesuai dengan impiannya adalah pemilik Cafe tempatnya bekerja. Istrinya juga berada di sini dan terlihat sangat saling mencintai. Ada rasa malu terselip dalam hatinya tapi rasa terpesonanya masih menguasai perasaannya. Pria yang sangat luar biasa, sudah tampan mempesona dengan postur tubuh sempurna kaya rasa dan romantis. Wanita mana saja pasti akan bertekuk lutut di depannya. Sungguh beruntung wanita yang sudah berhasil menjadi istrinya.“Kamu staf baru ya, tidak tahu kalau itu adalah owner Cafe, itu bos kita. Istrinya sangat baik, ramah dengan siapa saja.” tambah pekerja itu memuji istri bosnya. Sejak bekerja di sini, ia baru tiga kali bertemu dengan istri bos, Dinar tidak segan-segan memberi contoh jika staf baru tidak tahu cara mengerjakan tugasnya.“Mm, i-iya. Gue staf baru.”“O, pantas saja tidak ken