Home / Romansa / Dendam Anak Tiri / Alena & Andrio: Bab 19

Share

Alena & Andrio: Bab 19

Author: Aprillia D
last update Last Updated: 2023-05-02 10:00:00
Berhari-hari sejak kejadian itu berlalu.

Suatu hari, Marissa datang lagi menemui Alena. Waktu itu masih pagi. Alena tengah menyiram bunga sambil bersenandung. Dia iseng melakukannya sekadar mengisi waktu luang.

Semenjak sibuk kerja, dia tak pernah lagi memperhatikan bunga-bunganya. Alena sengaja menanam bunga di halaman rumahnya yang tak seberapa. Bunga-bunga itu mengingatkannya dengan mendiang Leyla, ibunya. Ibunya suka sekali bunga. Waktu remaja dulu, Alena juga sering membantu ibunya menyiram dan merawat bunga.

Sedangkan Andrio baru saja pergi ke rumah sakit.

Senyum Alena merekah kala melihat kedatangan Marissa yang turun dari mobil.

Ketika ibu mertuanya itu makin dekat jaraknya dengannya, Alena mengulurkan tangan hendak menyalami seperti biasa. "Mama--"

Namun, tanpa diduga sekonyong-konyong sebuah tamparan mendarat di pipi kirinya. Alena terkejut dan wajahnya tertoleh ke samping.

Alena lalu menatap Marissa tak percaya sembari memegangi pipinya yang terasa panas dan perih.
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 20

    Setelah mengompres pipinya, Alena menyibukkan diri dengan memasak dan beberes rumah. Dia berusaha mengalihkan pikirannya dari masalah-masalah itu. Memikirkan perkataan ibu mertuanya hanya membuat kepalanya sakit. Rumah Alena dan Andrio berlantai tiga, tapi baik Alena mau pun Andrio jarang berkunjung selain ruangan di lantai dasar. Ruangan-ruangan di lantai dasar pun tidak semua mereka gunakan. Alena dan Andrio tentunya tak berhenti berharap kelak mereka memiliki anak banyak yang akan meramaikan suasana rumah megahnya. Alena hanya membersihkan ruangan yang digunakan. Sementara ruangan di lantai dua dan tiga hanya dibersihkan sesekali. Setelah selesai dengan aktivitasnya, Alena istirahat sejenak dengan rebahan di sofa ruang tengah, tempat dia biasa melepas penat seraya mengscroll ponsel memainkan i*******mnya. Alena tersenyum kala menemukan postingan feed akun i*******m adiknya. "Alyssa lagi mau lakuin operasi? Hmm komen ah ...." Alena pun mengetikkan komentar di bawah foto tersebut

    Last Updated : 2023-05-02
  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 21

    Keesokan harinya, sekitar pukul sepuluh pagi mereka sudah bersiap-siap. Alena yang sudah berdandan rapi dan cantik dengan mengenakan dress kembang selutut lengan panjang motif bunga-bunga warna ungu menemui suaminya yang sedang sibuk memanaskan kendaraan. Sesampainya di halaman depan, Alena mengernyit bingung. Andrio tampak sibuk memanasi motor sport-nya yang mengeluarkan suara bising. Ketika Alena mendekat, suara bising itu makin terdengar memekakkan telinga. "Mas, ngapain?" Suara Alena tenggelam ditelan suara bising knalpot motor tersebut. Andrio yang menatap motornya sejak tadi, menoleh. "Aku lagi joget. Ya, manasin motor lah." Alena refleks tertawa mendengar lelucon suaminya. "Pakai motor?" "Iya." Andrio kembali berpaling ke motornya. "Kenapa nggak pakai mobil?" "Aku mau pakai motor." Andrio menjawab tanpa mengalihkan pandangannya dari motor sport kesayangannya. Semenjak menikah, Andrio hampir tidak pernah lagi memakai motor kesayangannya itu. Karena dia pun sering memakai m

    Last Updated : 2023-05-02
  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 22

    Destinasi pertama Alena dan Andrio adalah ke sebuah restoran. Di sana Andrio memesan cukup banyak jenis makanan. Mereka menikmati makanan itu sambil berbincang hangat. Di tengah-tengah percakapan mesra mereka, Alena teringat dengan masa remajanya. Dulu, kehidupannya sangat susah. Bisa membeli makanan mahal seperti ini sangat mustahil baginya. Namun, lihatlah sekarang, semua fasilitas mewah bisa dia dapatkan dengan mudah. Tak hanya itu, dia juga merasa beruntung karena memiliki suami sebaik Andrio yang kini tengah tersenyum manis menatapnya. "Abis ini mau ke mana lagi?" tanya Andrio yang tengah menghabiskan menu-menu makanan itu sedikit lagi. "Gimana kalau kita cari tempat buat foto yang bagus?" Alena yang juga sedang menghabiskan makanannya bertanya balik. "Oh, kamu mau foto?" Alena mengangguk sambil menyuap suapan terakhirnya. "Boleh. Nanti, ya, kita cari tempat foto yang bagus." Selesai makan dan membayar makanannya, mereka beranjak dari restoran itu. Dua sejoli itu kembali

    Last Updated : 2023-05-03
  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 23

    Alena dan Andrio tertawa melihat hasil foto mereka yang di antaranya ada yang tidak bagus--lebih terlihat seperti aib. "Ini di simpan aja nih buat kenang-kenangan, buat pegangan," kata Alena seraya menertawakan foto aib suaminya yang terlihat jelek. "Eh, pegangan apa nih maksudnya?" Andrio curiga. Alena menyadari dia telah keceplosan. "Ups. Nggak apa-apa." Alena kembali tertawa. "Apa maksudnya hmm?!" Andrio membelalakkan matanya memasang tampang galak di hadapan istrinya. Bukannya takut, Alena kian jadi tertawa. "Kasih tahu nggak apa?" Andrio kini menggelitik perut istrinya membuat Alena makin terkikik geli. "Ampun, Mas." Alena tertawa terbahak-bahak. Andrio pun malah ikut tertawa. Orang-orang sekitar yang tak sengaja melihat aksi mereka hanya geleng-geleng kepala sambil tersenyum. "Aku berasa kita jadi kayak pengantin baru, deh," ungkap Andrio setelah mereka puas tertawa bersama dan kini mereka berjalan bersisian menjelajahi isi taman yang indah itu. "Kita emang kayak pen

    Last Updated : 2023-05-03
  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 24

    Menjelang magrib, Andrio dan Alena tiba di rumah dengan tubuh letih luar biasa. Alena dan Andrio bergantian membersihkan diri. Lalu makan malam bersama. Selepas makan malam, Andrio sibuk mengecek motor sport-nya di garasi. Memastikan motor kesayangannya itu baik-baik saja setelah dipakai berkendara seharian ini. Maklum lah motor itu sudah cukup tua usianya. Sedangkan Alena sendiri sedang mengemil makaroni bantat pedas di depan televisi yang tidak menyala sambil chatingan dengan mantan sekretarisnya, Anjani. Anjani yang tiba-tiba menghubunginya tadi sore ketika dia sibuk jalan dengan Andrio dan baru sempat dia balas sekarang. Di chatingan itu, Anjani bercerita mengenai bos barunya yang menggantikan Alena beberapa bulan terakhir ini. Jujur, Anjani lebih suka Alena daripada bos barunya ini karena bosnya yang baru kini adalah seorang pria, dia juga galak dan tegas. Alena senyum-senyum sendiri membaca cerita Anjani. Lalu kemudian mengetikkan balasan. To Anjani: Nanti kapan-kapan kita

    Last Updated : 2023-05-03
  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 25

    Keesokan harinya ketika Andrio tak lagi di rumah, Alena pergi menemui seseorang dengan mengendarai mobil seorang diri. Sebelumnya pun dia sudah mengabari seorang itu via chat untuk menemuinya di kafe dekat perusahaannya dulu. Dalam perjalanan menuju kafe, perasaan dan pikiran Alena tak menentu. Dia berusaha melawan rasa ragu dalam hatinya juga ego yang ada di dalam dirinya. "Ini yang terbaik. Ini demi kebaikan kita semua." Berkali-kali dia meyakinkan diri. Sampai tanpa terasa mobilnya telah tiba di depan kafe tempat dia janjian. Setelah memarkirkan mobilnya di tempat aman, dia pun turun dan berlenggang memasuki kafe dengan perasaan masih berdebar. Ternyata, seorang yang dia ajak janjian telah sampai lebih dulu. Seorang itu terlihat duduk di kursi dekat kasir tanpa perlu susah payah dia mencarinya. Alena memaksakan senyum. "Anjani!" Ya, seseorang yang ingin dia temui adalah Anjani. Alena mendatangi Anjani yang menatap ke arahnya. Alena duduk di kursi di hadapan Anjani. "Udah lam

    Last Updated : 2023-05-03
  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 26

    Bagaimana tidak? Selama ini dia belum memikirkan masalah pernikahan. Dan sejujurnya dia belum siap untuk menikah. Namun, tetiba dia dimintai menjadi istri kedua suami mantan bosnya sendiri. Dia bahkan tidak kenal siapa suami Alena. Ini sungguh mengejutkan. "Ibu minta saya jadi istri kedua suami Ibu sendiri?" Anjani menatap Alena tak percaya. "Ibu nggak salah?" "Enggak, Anjani ...." Alena menggeleng. "Saya tahu awalnya kamu pasti syok dan permintaan saya ini mungkin berat bahkan nggak masuk akal. Tapi saya mohon Anjani, justru saya sangat berharap kamu mau jadi istri kedua suami saya, tolong saya." "Maaf, Bu. Saya nggak bisa." Anjani menarik tangannya dari genggaman Alena. Lantas perempuan itu berdiri. Namun, Alena ikut berdiri, masih berusaha menahan Anjani. "Anjani, kamu mau ke mana? Dengerin penjelasan saya dulu sampai selesai saya mohon. Saya akan lakukan apa saja agar kamu mau mendengarkan dan menolong saya." "Menolong apa, Bu?" sahut Anjani. Dari nada bicara dan raut wajahny

    Last Updated : 2023-05-04
  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 27

    "Mas, ada yang mau aku omongin, ini penting," ungkap Alena kala suaminya baru memasuki rumah sepulang dari kerja. "Tentang apa?" tanya Andrio sambil mengulurkan tangannya untuk disalami Alena. Melihat itu, Alena terkekeh. "Maaf, Mas, aku lupa." Alena pun menempelkan tangan suaminya di hidung lalu melepasnya. Andrio lalu berjalan gontai menuju sofa ruang tengah tempat mereka biasa berkumpul, diiringi Alena yang sudah tidak sabar memberi tahu suaminya tentang rencananya itu. "Mas," panggilnya lagi. "Iya?" Andrio melonggarkan ikatan dasi dari kerah kemejanya. Alena duduk di samping Andrio. "Kamu capek, ya, Mas. Mau ganti baju dulu atau langsung mandi? Maaf, ya, Mas--" "Kamu mau ngomong apa tadi?" Andrio teringat dengan perkataan Alena tadi. "Tapi sebaiknya kamu mandi dulu aja. Udah beres nanti baru aku cerita. Aku siapin makan dulu, ya. Ayam goreng mau?" Andrio hanya mengangguk. Dia masih terlihat santai. Dia tidak akan mengira bahwa sesuatu yang penting yang akan Alena bicaraka

    Last Updated : 2023-05-04

Latest chapter

  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 132

    "Kamu nggak coba telepon suamimu?" tanya Mama Marissa.Alena hanya menggeleng."Ini Mama telepon dari tadi nggak diangkat-angkat." Wajah Mama Marissa tampak cemas sambil menatap layar ponsel. Hal itu juga menular ke Alena. Alena jadi mendadak khawatir. Kenapa suaminya tidak mengangkat telepon dari mamanya? Apa sengaja karena ingin memberi suprise? Alena masih berusaha berpikir positif."Mungkin masih di jalan kali, Ma." Putra ikut berbicara dan menenangkan."Aneh," gumam Marissa masih menatap layar ponsel. "Bikin khawatir aja ""Jangan mikir aneh-aneh deh, Ma. Berdoa aja semoga Andrio baik-baik aja dan segera sampai. Mungkin terjebak macet di jalan." Lagi sang papa mertua menenangkan istrinya.Mama Marissa hanya diam masih sibuk dengan ponselnya.Ting Tong!Tak lama kemudian terdengar suara bel menggema. Alena langsung menatap mama mertuanya. "Nah itu pasti Mas Andrio, Ma.""Biar saya ya yang bukain pintu," ucap Bi Jum yang kebetulan lewat di depan meja makan."I-iya, Bi," sahut Alena.

  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 131

    Dua jam kemudian masakan Alena dan Bi Jum sudah terhidang rapi di meja makan bak sajian restoran yang siap disantap."Waduh enak nih keliatannya ...." Mama Marissa menatap hidangan makanan yang terlihat menggugah selera itu. "Oma jadi nggak sabar buat cicipin." Marissa menyengir lebar melirik cucu kesayangannya sudah duduk di kursi makan di sampingnya."Tunggu Papa!" seru balita itu semangat."Iya, Oma ngerti. Kita tunggu Papa dulu ya baru boleh makan?"Si bocah mengangguk antusias.Alena yang mendengar percakapan itu dari ambang pintu dapur hanya tersenyum simpul. Dia lalu teringat sesuatu dan merogoh ponsel di saku celana kainnya lalu perlahan berjalan ke arah ruang tengah. Hendak menelepon suaminya.***Pria itu duduk bersandar di kursi penumpang. Matanya sejak tadi memindai jalanan yang padat akan kendaraan di depannya. Sesekali macet menghampiri membuatnya semakin gelisah saja. Karena hal itu membuatnya makin lama untuk segera sampai ke rumah.Namun, dia tak lupa ada hal lain yang

  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 130

    Dua tahun kemudianDua tahun sejak kepergian Andrio berlalu. Anak-anak mereka telah tumbuh kian besar dan bisa bicara dengan fasih. Hari-hari yang Alena lalui tanpa Andrio memang terasa berbeda. Walau kadang ditemani keluarganya yang membantunya--entah itu ibu mertuanya, mami dan papi. Malam-malam Alena dia lalui dengan tidur sendiri. Masalah-masalah yang menderanya dia hadapi sendiri.Walau hampir setiap hari mereka bertukar kabar melalui chat dan video call-an. Tetap saja Alena merasa berbeda. Dua tahun dia lewati semua penuh kesabaran dan harapan. Sampai tibalah hari ini. Hari di mana Andrio harusnya pulang."Pagi, Mama ...." Terdengar sayup-sayup suara mungil membangunkan, disusul kecupan hangat di pipi. Wanita itu sontak membuka mata. Lantas menoleh ke samping. Wajah balita mungil dan menggemaskan tersenyum menyambutnya.Alena tersenyum. "Pagi juga, Sayang ....""Bangun, Mama.""Iya, ini Mama udah bangun. Sini peluk dulu." Alena meraih badan mungil itu dan mendekapnya penuh cinta

  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 129

    "Suami gue selingkuh, Al ....""Selingkuh gimana, Far? Lo tahu dari mana itu selingkuhannya? Siapa tahu emang cuman teman kan?""Bukan teman, Al. Tapi selingkuhannya. Udah setahun Al, gue sering baca chatingan mereka. Dari chatingannya jelas-jelas mereka ada hubungan spesial. Gue yang lebih tahu.”"Maaf, Far, co-coba sekarang lo cerita yang jelas sama gue ...."Alena sontak memejamkan mata dan menggelengkan kepala kencang-kencang setiap teringat cerita perselingkuhan sahabatnya itu.Waktu Farah memberitahu kalau pernikahannya sedang dilanda perselingkuhan oleh suaminya. Alena syok tak menyangka dan meminta sahabatnya itu bercerita dari awal pertemuannya dengan calon suaminya hingga bagaimana perselingkuhan itu terjadi. Farah mengadu padanya sambil menangis tersedu-sedu.Farah sudah menikah lima tahun lalu yang itu artinya Farah menikah beberapa bulan setelah dia menikah dengan Andrio, tepat mereka kehilangan kontak satu sama lain hingga Alena pun tidak tahu kapan Farah menikah. Farah j

  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 128

    Mereka akhirnya tiba di rumah Alena. Farah begitu kagum melihat rumah Alena sampai-sampai perempuan itu membuka mulut. Rumah sahabatnya itu begitu mewah, bergaya minimalis modern.Dari depan, rumahnya terlihat tinggi dan megah karena berlantai tiga. Dinding dan tiang-tiang rumahnya terlihat kokoh karena dibangun dengan material batu. Dengan jendela lebar dan pintu yang terbuat dari kaca. Langit-langitnya tinggi. Sementara pagarnya terbuat dari besi yang tingginya melebihi kepala orang dewasa. Bahkan ketika dia sudah turun dari mobil itu pun dia masih saja terpana. "Rumah kalian semewah ini?" Farah menatap Alena tidak percaya.Alena tertawa. "Ah, elo mah berlebihan. Rumah lo emangnya nggak semewah ini?"Farah terdiam, mengingat sesuatu. Lebih tepatnya mengingat masa lalu sahabatnya itu. "Ya maksud gue ... Eng, iya Alhamdulillah kehidupan lo sekarang udah sukses dan nyaman banget." Farah tersenyum kaku. "Gue harus banget berterima kasih sama Andrio atas semua ini."Alena mengernyit hera

  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 127

    "Farah?" tebak Andrio lebih dulu membuat Alena menoleh ke suaminya. Ternyata Andrio juga bisa mengenalnya."Iya, gue Farah," sahut perempuan itu kemudian.Alena kembali menatap perempuan yang mengaku Farah itu. Dia melotot tak percaya. "Farah?! Ya ampun!" Alena sontak berdiri. "Gue hampir nggak bisa ngenalin lo tahu, lo berubah banget!" Alena serta-merta memeluk Farah erat-erat. Sementara yang dipeluk juga membalas hal serupa.Mereka saling berpelukan erat. Tubuh kedua wanita itu bahkan bergerak-gerak ke kiri dan kanan karena Alena begitu antusias. Alena kemudian melepas pelukannya. "Apa kabar lo? Kebetulan banget ya kita ketemuan di sini?""Iya, maaf ya gue nggak ada kabar selama ini," jawab Farah. "Iya, nih. Nomor WA lo udah lama nggak aktif, abis itu nggak ada ngasih kabar ke gue juga. Sombong lo.""Bukannya gitu." Farah menyengir terlihat tak nyaman.Alena tertawa. "Iya, iya, gue cuman bercanda kok."Farah lalu menatap Andrio dan anak-anak mereka. "Kalian pada mau ke mana nih?""M

  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 126

    "Pakaian udah, dalaman udah, pembersih muka udah, pomade udah, jam tangan udah, berkas-berkasnya udah, tiket udah, foto-foto aku sama anak-anak juga udah, hmmm apa lagi, ya ...." Alena mengecek barang-barang yang sudah dia masukkan dalam koper Andrio. "Iya semuanya udah beres."Setelah dirasa semuanya sudah lengkap, Alena pun menutup koper itu lalu menyeretnya dekat pintu agar mudah di bawa keluar. Ada dua koper yang siap Andrio bawa. Sebagian besar isinya adalah pakaian dan barang-barang penting.Bersamaan dengan itu, Andrio keluar dari kamar mandi yang ada di kamarnya. Pria itu baru saja selesai mandi, bertelanjang dada dengan handuk kecil melilit pinggangnya, sedangkan handuk kecil lain menyampir di bahunya. "Udah beresin semua? Makasih, ya, sayang," ucapnya saat melihat kesibukan istrinya menata koper. Dia lalu menatap cermin sambil mengeringkan rambut dengan handuk kecil.Alena menoleh. "Udah beres. Cepetan pakai bajunya. Udah kusiapin di lemari paling depan," beritahu Alena. "Ak

  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 125

    Malam harinya, Alena gelisah seorang diri di kamar. Anna dalam gendongannya sejak tadi tak berhenti menangis kencang. Kekhawatiran Alena terjawab ketika dia menempelkan jemari di kening si bayi yang terasa sangat panas. "Ya ampun, Nak. Badanmu panas banget ...." Alena berdiri menggendong anaknya, mencoba mendiamkan meski rasanya mustahil karena bayi itu sedang demam tinggi.Alena melirik jam di dinding yang menunjukkan pukul tujuh. Lalu dia meraih ponsel di atas nakas, mengecek pesan dari Andrio, tapi tidak ada.Alena menarik napas, lalu mengembuskannya kembali. Hal itu dia lakukan berkali-kali sampai perasaannya tenang. "Aku nggak boleh panik. Sebaiknya aku cari tahu di g****e pertolongan pertama waktu bayi lagi demam, apa, ya?" Sambil menggendong bayi dengan tangan sebelah, dia mengotak-atik ponselnya.Dia membaca sekilas informasi yang dia dapat dari g****e. Lalu dia menghubungi Bi Jum lewat chat, minta siapkan air hangat dan kain buat kompresan. "Sabar, ya, Nak. Mama siapin air ha

  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 124

    Satu tahun kemudian ...."Kupandang langit penuh bintang bertaburan ... berkelap-kelip seumpama intan berlian ...." Alena bernyanyi kecil sambil mendorong baby stroller, berjalan mengelilingi taman rumah. Di dalam kereta bayi itu ada Anna dan Kenzy.Satu tahun berlalu, tidak banyak yang berubah dari kehidupan Alena dan Andrio selain anak-anak mereka yang sudah tumbuh besar. Alena yang juga sudah terbiasa mengurusi anak-anaknya.Kenzy sudah berusia satu tahun sepuluh bulan, sedangkan Anna berusia satu tahun satu bulan. Kenzy sudah biasa bicara dengan pengucapan yang jelas, sudah mengerti diajak bicara dan sudah bisa berjalan sendiri tanpa dipimpin, sedangkan Anna sudah bisa bicara namun masih tidak jelas pengucapannya, bisa berjalan dengan dipimpin dan bisa mengerti diajak bicara juga."Mau nyanyi apalagi?" tanya Alena pada anak-anaknya. "Lagu kupu-kupu yang lucu mau?""Mau ...," jawab Kenzy sambil mendongak menatapnya, sedangkan Anna hanya menatap ke segala arah."Oke, kita nyanyi lagu

DMCA.com Protection Status