Beranda / Romansa / Dendam Anak Tiri / 40. Kejadian Pada Dini Hari (2)

Share

40. Kejadian Pada Dini Hari (2)

Penulis: Aprillia D
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-22 10:00:00
"Rista! Rista!"

Bagas mencari istrinya. Seluruh ruang di rumahnya sudah dia jelajahi tapi istrinya tak kunjung di temukan. Padahal dia yakin perampok itu tidak membawa istrinya jauh sampai ke luar rumah karena pintu utama rumahnya masih dikunci dari dalam. Pria itu sejak tadi sudah panik setengah mati.

"Mmph! Mmph!" Sampai dia mendengar suara di depan kamar tamu. Langkahnya pun terhenti, matanya membelalak. Dan langsung menuju kamar itu dan membuka pintunya. Namun sepertinya kamar itu dikunci dari dalam karena tidak bisa dibuka.

"Rista!" Bagas menggedor pintu itu keras-keras. Agar istrinya meresponsnya.

"Mmph! Mmph!" Dan suara itu terdengar kian nyaring seolah minta tolong.

"Siapa di dalam? Keluarkan istri saya, Biadab?!" Bagas menggedor pintunya keras dengan emosi yang telah mencapai ubun-ubun.

Senyap tak ada suara menyahut selain suara istrinya.

"Rista, kamu yang sabar, ya? Aku cari kunci serapnya dulu!" Bagas lalu bergegas ke kamarnya untuk mencari kumpulan kunci ruangan di r
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Dendam Anak Tiri   41. Bertemu

    Pagi itu sekitar pukul delapan, Alena tengah menyiram tanaman yang ada di halaman kantor dengan teko penyiram tanaman. Di saat yang sama, dia melihat Alyssa yang baru datang ke kantor. Tapi tiba-tiba Alyssa berhenti di halaman kantor, gadis itu merogoh tasnya dan mengeluarkan ponsel. Seperti sebuah intuisi, Alena ingin memperhatikan gadis itu dengan saksama. Sepintas lalu, Alyssa terlihat sangat cantik dan menawan dengan gayanya yang fashionable, menunjukkan kesan kalau hidupnya amat bahagia dan kaya raya. Dan Alena baru menyadari ketika dia tak sengaja mendongak, di lantai kesekian yang terlihat dari sini sedang ada perbaikan. Alena melihat ada tangga lipat besi bertengger di atas pagar balkon lantai itu. Tepat di atas Alyssa yang sedang berdiri, menunduk mengotak-atik ponsel. Perasaan Alena mendadak tak nyaman. Detik berikutnya tangga lipat besi itu terjun ke bawah. Alyssa yang sibuk dengan ponselnya sama sekali tidak menyadari hal itu. Melihat itu, refleks Alena melepas tekony

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-23
  • Dendam Anak Tiri   42. Pengalaman Mendebarkan

    Alyssa telah tiba di kampus. Dan hari ini akan berbeda dari hari-hari biasanya. Karena hari ini adalah hari pertama para mahasiswa kedokteran bertemu dengan guru besar mereka yang biasa disebut cadaver. Rasa deg-degan yang tadi Alyssa rasakan kian meningkat tatkala dia dan teman-teman kelompoknya menunggu giliran di depan Laboratorium Anatomi. Ketika Asisten Dosen mempersilakan kelas Alyssa untuk masuk ke Laboratorium Anatomi, Alyssa beserta teman-teman sekelasnya masuk ke Lab tersebut. Aroma formalin berpadu dengan bau busuk langsung menyengat indera penciuman. Udara di dalam terasa lebih panas dari pada di luar ruangan. Alyssa seketika merasa mual dan menutup indra penciumannya. Pemandangan yang cukup menakjubkan, juga mengerikan menyambut mereka. Tak lain adalah mayat asli yang digunakan untuk praktik. Untuk mengenal secara langsung bagian-bagian tubuh manusia. Mayat tersebut sudah tercacah-cacah, berwarna hitam pekat. Giginya terlihat keropos. Semua berdiri sesuai kelompok masi

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-23
  • Dendam Anak Tiri   43. Makan di Restoran Mewah

    "Iya. Kan tadi gue udah bilang mau ajak lo makan." Alyssa memandanginya, tersenyum. "Lo 'kan keluar pas jam istirahat. Ini pasti jam makan siang lo 'kan?" "Iya, sih. Tapi--" "Udah yuk turun." Tak menghiraukan perkataan Alena, Alyssa membuka pintu mobilnya dan turun dari sana lebih dulu. Sementara Alena masih terdiam di dalam mobil. "Alena cepetan, dong!" Alena bisa melihat Alyssa yang berdiri di depan mobil dan meneriakinya. Suara gadis itu terdengar samar dari dalam mobil yang kedap. Alena pun tersadar dan langsung keluar dari mobil itu. Alyssa memandu Alena masuk ke restoran tersebut. Alena sedikit terbengong kala memasuki gedung Pine Resto yang mewah. Suasananya seperti rumah. Ada lampu-lampu gantung menghiasi langit-langitnya yang berukir. Dindingnya bermotif. Hanya saja ruangan di sini sangat luas dan dipenuhi beberapa set meja dan kursi untuk makan yang berjejer rapi. Di dekat setiap meja terdapat pohon hias hijau yang amat cantik menghiasi. Di setiap meja juga terdapat no

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-24
  • Dendam Anak Tiri   44. Makan di Restoran Mewah (2)

    "Dia masih mahasiswa kedokteran juga. Sama kayak gue," jawab Alyssa. Alena ber'oh' ria. "Sama sama calon dokter, nih. Kampusnya sama juga?" "Iya, Alena." Alena mengangguk-angguk. Dia baru tahu Alyssa punya pacar. "Nanti kapan-kapan gue kenalin deh ke elo. Pacar gue ganteng banget tauk." Alyssa terlihat bangga. "Kira-kira udah berapa lama ya kita nggak ketemu semenjak Nenek Karla meninggal?" tanya Alyssa lagi. "Gue lupa saking lamanya. Yang pasti udah lama banget. Dulu aja waktu terakhir kita ngumpul di rumah Moyang pas Moyang meninggal kita masih SD. Berarti sekitar delapan atau sembilan tahun lalu." "Untung gue masih ingat muka lo." "Muka gue nggak berubah 'kan?" Alena menyengir. Alyssa hanya mencibir. Alena ingat terakhir kali dia masih bisa berkumpul dengan keluarganya waktu Moyang Karla masih hidup. Di tiap tahun menjelang lebaran atau acara lainnya. Karena Moyang Karla satu-satunya keluarganya yang menyayangi ibunya setelah apa yang terjadi. Dan semenjak Moyang Karla

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-24
  • Dendam Anak Tiri   45. Club Malam

    Waktu baru menunjukan pukul sepuluh malam, tapi suasana di diskotik malam itu sudah cukup ramai. Lampu-lampu menyorot penuh warna-warni. Laki-laki dan perempuan yang mengenakan pakaian mini berbaur menjadi satu, berjoget ria di bawah suasana remang-remang diiringi musik yang menghentak. "Sa, lo kok tumben ngajak ke sini lagi. Padahal udah lama 'kan kita nggak ke sini? Lo izin apa sama bokap lo?" Suara Cindy terdengar tenggelam timbul ditelan hentakan musik dan suara tawa dari pengunjung lain. Mereka hanya duduk-duduk di kursi yang mengelilingi meja bundar sambil menikmati minuman yang telah mereka pesan. Alyssa menggeleng setelah meneguk Mocktail pesanannya melalui sedotan dan meletakkan gelas itu di meja. Wajah gadis itu sesekali terlihat berwarna karena sorotan lampu. "Bokap gue jelas nggak tahu lah gue di sini. Yang bener aja. Kalau bokap gue tahu bisa mati gue." "Terus lo nggak izin gitu?" tanya Cindy lagi yang sambil main ponsel, sesekali menyeruput Mocktail. "Lo kayaknya ada

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-25
  • Dendam Anak Tiri   46. Kerusuhan di Club Malam

    "Jangan, dong. Ini pasti cuman ujian kok. Kuliah kedokteran 'kan memang berat. Pokoknya lo nggak boleh nyerah. Lo harus terus lanjutin sampai selesai. Lo pasti bisa kok, Sa." Cindy menyemangati. Alyssa menggeleng. "Gue bingung. Gue sekarang lagi nggak mau mikir. Makanya gue ke sini buat nenangin diri." Alyssa, Cindy, dan Shareen sahabatan sejak SMA. Mereka berkuliah di tempat yang berbeda dengan jurusan yang berbeda pula. Cindy mengambil jurusan hukum, sedangkan Shareen jurusan ekonomi prodi akuntansi, katanya dia ingin meneruskan usaha orang tuanya sebagai Tauke Klontong. Ya, Shareen adalah keturunan chinese. Meskipun berpisah, ketiganya masih bersahabat akrab. Bagi Alyssa tidak ada teman baru yang sepengertian kedua sahabatnya itu. Di kampusnya Alyssa bahkan tidak punya teman dekat. "Eh, lo Alyssa, 'kan, mahasiswi kedokteran di kampus Buana Citra?" Tiba-tiba seorang perempuan berambut pendek menghampiri meja mereka membuat ketiganya terheran. Alyssa memandangi cewek itu. Dia kena

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-25
  • Dendam Anak Tiri   47. Berkunjung ke Rumah Ayah

    Beberapa hari kemudian .... Sepulang dari kantor, Alena langsung mandi sore dan bersiap-siap. Gadis itu sudah rapi mengenakan kaos ketat putih yang ditimpa outer motif bunga-bunga berwarna denim serta celana kain warna senada dengan outer. Sore ini dia akan main-main ke rumah Alyssa seperti yang diminta gadis itu tempo hari. Sebelum pergi Alena termenung duduk di tepi ranjang menatap pantulan dirinya di cermin. Dia mengingat hal-hal yang dia lakukan akhir-akhir ini. Dia mengirim teror ke rumah keluarga Bagaskara, mengikuti Alyssa sampai ke club malam hanya untuk mengetahui gadis itu lebih dalam. Memanfaatkan kebaikan gadis itu untuk balas dendam secara halus seperti yang telah dia rencanakan. Apakah itu berlebihan? Dia rasa tidak. Apakah dia kejam? Bagi Alena apa yang dia lakukan ini belum ada apa-apanya dibanding apa yang sudah Rista lakukan terhadap ibunya dulu. Dan sekarang, rencana terakhirnya adalah ... menghancurkan Alyssa. Karena Alyssa adalah anak satu-satu mereka dan

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-26
  • Dendam Anak Tiri   48. Bertemu Ayah

    "Cari siapa, Neng?" Rupanya satpam penjaga gerbang sudah menyadari kedatangannya. Alena menatap satpam itu di antara terali pagar. "Saya temannya Alyssa di suruh datang ke sini sama Alyssa," jawab Alena. Lagi-lagi gadis itu berbohong. "Oh, temannya Non Alyssa? Tapi Non Alyssa-nya lagi keluar. Mungkin sebentar lagi pulang." "Iya, saya tahu. Dan saya disuruh menunggu di dalam. Bisa bukain pagarnya?" Alena tersenyum. "Siap." Satpam itu pun membuka pagar tinggi menjulang itu perlahan. "Terima kasih, Pak." Alena terus menatap rumah megah itu seiring dengan langkahnya mendekati rumah itu. Berada di dekat rumah sebesar itu membuat Alena merasa kecil. Alena berdecak kagum sekali lagi mengamati rumah itu dari dekat, lebih indah dari kejauhan. Ditambah halamannya yang luas, berlantai keramik sebagian, dan terdapat taman mini di samping kanannya--di taman mini itu ada kursi-kursi yang terbuat dari batang pohon besar, juga ada kolam ikannya yang terdengar berkecipak. Taman itu terasa sejuk d

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-26

Bab terbaru

  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 132

    "Kamu nggak coba telepon suamimu?" tanya Mama Marissa.Alena hanya menggeleng."Ini Mama telepon dari tadi nggak diangkat-angkat." Wajah Mama Marissa tampak cemas sambil menatap layar ponsel. Hal itu juga menular ke Alena. Alena jadi mendadak khawatir. Kenapa suaminya tidak mengangkat telepon dari mamanya? Apa sengaja karena ingin memberi suprise? Alena masih berusaha berpikir positif."Mungkin masih di jalan kali, Ma." Putra ikut berbicara dan menenangkan."Aneh," gumam Marissa masih menatap layar ponsel. "Bikin khawatir aja ""Jangan mikir aneh-aneh deh, Ma. Berdoa aja semoga Andrio baik-baik aja dan segera sampai. Mungkin terjebak macet di jalan." Lagi sang papa mertua menenangkan istrinya.Mama Marissa hanya diam masih sibuk dengan ponselnya.Ting Tong!Tak lama kemudian terdengar suara bel menggema. Alena langsung menatap mama mertuanya. "Nah itu pasti Mas Andrio, Ma.""Biar saya ya yang bukain pintu," ucap Bi Jum yang kebetulan lewat di depan meja makan."I-iya, Bi," sahut Alena.

  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 131

    Dua jam kemudian masakan Alena dan Bi Jum sudah terhidang rapi di meja makan bak sajian restoran yang siap disantap."Waduh enak nih keliatannya ...." Mama Marissa menatap hidangan makanan yang terlihat menggugah selera itu. "Oma jadi nggak sabar buat cicipin." Marissa menyengir lebar melirik cucu kesayangannya sudah duduk di kursi makan di sampingnya."Tunggu Papa!" seru balita itu semangat."Iya, Oma ngerti. Kita tunggu Papa dulu ya baru boleh makan?"Si bocah mengangguk antusias.Alena yang mendengar percakapan itu dari ambang pintu dapur hanya tersenyum simpul. Dia lalu teringat sesuatu dan merogoh ponsel di saku celana kainnya lalu perlahan berjalan ke arah ruang tengah. Hendak menelepon suaminya.***Pria itu duduk bersandar di kursi penumpang. Matanya sejak tadi memindai jalanan yang padat akan kendaraan di depannya. Sesekali macet menghampiri membuatnya semakin gelisah saja. Karena hal itu membuatnya makin lama untuk segera sampai ke rumah.Namun, dia tak lupa ada hal lain yang

  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 130

    Dua tahun kemudianDua tahun sejak kepergian Andrio berlalu. Anak-anak mereka telah tumbuh kian besar dan bisa bicara dengan fasih. Hari-hari yang Alena lalui tanpa Andrio memang terasa berbeda. Walau kadang ditemani keluarganya yang membantunya--entah itu ibu mertuanya, mami dan papi. Malam-malam Alena dia lalui dengan tidur sendiri. Masalah-masalah yang menderanya dia hadapi sendiri.Walau hampir setiap hari mereka bertukar kabar melalui chat dan video call-an. Tetap saja Alena merasa berbeda. Dua tahun dia lewati semua penuh kesabaran dan harapan. Sampai tibalah hari ini. Hari di mana Andrio harusnya pulang."Pagi, Mama ...." Terdengar sayup-sayup suara mungil membangunkan, disusul kecupan hangat di pipi. Wanita itu sontak membuka mata. Lantas menoleh ke samping. Wajah balita mungil dan menggemaskan tersenyum menyambutnya.Alena tersenyum. "Pagi juga, Sayang ....""Bangun, Mama.""Iya, ini Mama udah bangun. Sini peluk dulu." Alena meraih badan mungil itu dan mendekapnya penuh cinta

  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 129

    "Suami gue selingkuh, Al ....""Selingkuh gimana, Far? Lo tahu dari mana itu selingkuhannya? Siapa tahu emang cuman teman kan?""Bukan teman, Al. Tapi selingkuhannya. Udah setahun Al, gue sering baca chatingan mereka. Dari chatingannya jelas-jelas mereka ada hubungan spesial. Gue yang lebih tahu.”"Maaf, Far, co-coba sekarang lo cerita yang jelas sama gue ...."Alena sontak memejamkan mata dan menggelengkan kepala kencang-kencang setiap teringat cerita perselingkuhan sahabatnya itu.Waktu Farah memberitahu kalau pernikahannya sedang dilanda perselingkuhan oleh suaminya. Alena syok tak menyangka dan meminta sahabatnya itu bercerita dari awal pertemuannya dengan calon suaminya hingga bagaimana perselingkuhan itu terjadi. Farah mengadu padanya sambil menangis tersedu-sedu.Farah sudah menikah lima tahun lalu yang itu artinya Farah menikah beberapa bulan setelah dia menikah dengan Andrio, tepat mereka kehilangan kontak satu sama lain hingga Alena pun tidak tahu kapan Farah menikah. Farah j

  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 128

    Mereka akhirnya tiba di rumah Alena. Farah begitu kagum melihat rumah Alena sampai-sampai perempuan itu membuka mulut. Rumah sahabatnya itu begitu mewah, bergaya minimalis modern.Dari depan, rumahnya terlihat tinggi dan megah karena berlantai tiga. Dinding dan tiang-tiang rumahnya terlihat kokoh karena dibangun dengan material batu. Dengan jendela lebar dan pintu yang terbuat dari kaca. Langit-langitnya tinggi. Sementara pagarnya terbuat dari besi yang tingginya melebihi kepala orang dewasa. Bahkan ketika dia sudah turun dari mobil itu pun dia masih saja terpana. "Rumah kalian semewah ini?" Farah menatap Alena tidak percaya.Alena tertawa. "Ah, elo mah berlebihan. Rumah lo emangnya nggak semewah ini?"Farah terdiam, mengingat sesuatu. Lebih tepatnya mengingat masa lalu sahabatnya itu. "Ya maksud gue ... Eng, iya Alhamdulillah kehidupan lo sekarang udah sukses dan nyaman banget." Farah tersenyum kaku. "Gue harus banget berterima kasih sama Andrio atas semua ini."Alena mengernyit hera

  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 127

    "Farah?" tebak Andrio lebih dulu membuat Alena menoleh ke suaminya. Ternyata Andrio juga bisa mengenalnya."Iya, gue Farah," sahut perempuan itu kemudian.Alena kembali menatap perempuan yang mengaku Farah itu. Dia melotot tak percaya. "Farah?! Ya ampun!" Alena sontak berdiri. "Gue hampir nggak bisa ngenalin lo tahu, lo berubah banget!" Alena serta-merta memeluk Farah erat-erat. Sementara yang dipeluk juga membalas hal serupa.Mereka saling berpelukan erat. Tubuh kedua wanita itu bahkan bergerak-gerak ke kiri dan kanan karena Alena begitu antusias. Alena kemudian melepas pelukannya. "Apa kabar lo? Kebetulan banget ya kita ketemuan di sini?""Iya, maaf ya gue nggak ada kabar selama ini," jawab Farah. "Iya, nih. Nomor WA lo udah lama nggak aktif, abis itu nggak ada ngasih kabar ke gue juga. Sombong lo.""Bukannya gitu." Farah menyengir terlihat tak nyaman.Alena tertawa. "Iya, iya, gue cuman bercanda kok."Farah lalu menatap Andrio dan anak-anak mereka. "Kalian pada mau ke mana nih?""M

  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 126

    "Pakaian udah, dalaman udah, pembersih muka udah, pomade udah, jam tangan udah, berkas-berkasnya udah, tiket udah, foto-foto aku sama anak-anak juga udah, hmmm apa lagi, ya ...." Alena mengecek barang-barang yang sudah dia masukkan dalam koper Andrio. "Iya semuanya udah beres."Setelah dirasa semuanya sudah lengkap, Alena pun menutup koper itu lalu menyeretnya dekat pintu agar mudah di bawa keluar. Ada dua koper yang siap Andrio bawa. Sebagian besar isinya adalah pakaian dan barang-barang penting.Bersamaan dengan itu, Andrio keluar dari kamar mandi yang ada di kamarnya. Pria itu baru saja selesai mandi, bertelanjang dada dengan handuk kecil melilit pinggangnya, sedangkan handuk kecil lain menyampir di bahunya. "Udah beresin semua? Makasih, ya, sayang," ucapnya saat melihat kesibukan istrinya menata koper. Dia lalu menatap cermin sambil mengeringkan rambut dengan handuk kecil.Alena menoleh. "Udah beres. Cepetan pakai bajunya. Udah kusiapin di lemari paling depan," beritahu Alena. "Ak

  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 125

    Malam harinya, Alena gelisah seorang diri di kamar. Anna dalam gendongannya sejak tadi tak berhenti menangis kencang. Kekhawatiran Alena terjawab ketika dia menempelkan jemari di kening si bayi yang terasa sangat panas. "Ya ampun, Nak. Badanmu panas banget ...." Alena berdiri menggendong anaknya, mencoba mendiamkan meski rasanya mustahil karena bayi itu sedang demam tinggi.Alena melirik jam di dinding yang menunjukkan pukul tujuh. Lalu dia meraih ponsel di atas nakas, mengecek pesan dari Andrio, tapi tidak ada.Alena menarik napas, lalu mengembuskannya kembali. Hal itu dia lakukan berkali-kali sampai perasaannya tenang. "Aku nggak boleh panik. Sebaiknya aku cari tahu di g****e pertolongan pertama waktu bayi lagi demam, apa, ya?" Sambil menggendong bayi dengan tangan sebelah, dia mengotak-atik ponselnya.Dia membaca sekilas informasi yang dia dapat dari g****e. Lalu dia menghubungi Bi Jum lewat chat, minta siapkan air hangat dan kain buat kompresan. "Sabar, ya, Nak. Mama siapin air ha

  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 124

    Satu tahun kemudian ...."Kupandang langit penuh bintang bertaburan ... berkelap-kelip seumpama intan berlian ...." Alena bernyanyi kecil sambil mendorong baby stroller, berjalan mengelilingi taman rumah. Di dalam kereta bayi itu ada Anna dan Kenzy.Satu tahun berlalu, tidak banyak yang berubah dari kehidupan Alena dan Andrio selain anak-anak mereka yang sudah tumbuh besar. Alena yang juga sudah terbiasa mengurusi anak-anaknya.Kenzy sudah berusia satu tahun sepuluh bulan, sedangkan Anna berusia satu tahun satu bulan. Kenzy sudah biasa bicara dengan pengucapan yang jelas, sudah mengerti diajak bicara dan sudah bisa berjalan sendiri tanpa dipimpin, sedangkan Anna sudah bisa bicara namun masih tidak jelas pengucapannya, bisa berjalan dengan dipimpin dan bisa mengerti diajak bicara juga."Mau nyanyi apalagi?" tanya Alena pada anak-anaknya. "Lagu kupu-kupu yang lucu mau?""Mau ...," jawab Kenzy sambil mendongak menatapnya, sedangkan Anna hanya menatap ke segala arah."Oke, kita nyanyi lagu

DMCA.com Protection Status