"APA?!" "Tadi bukannya baik-baik saja?" Harsa segera bangun dan turun dari ranjang. "Ya paham feeling anak kecil dong, Mas! Mereka tuh cemburu ayah kandungnya justru meluk-meluk anak orang lain!" jawab ketus Nyiur. "Ouh, anak apa ibunya nih, Sayang?" goda Harsa. Saat suasana yang seperti itu, Harsa tidak pernah lupa untuk menggoda istrinya. Dia memang sosok yang romantis, baik dengan ucapan maupun perbuatan. Kecemburuan antar istri pun segera bangkit. "Mas! Aku nggak lagi canda ya, emang kapan sih aku cegah kalian berduaan. Bahkan aku saranin untuk honeymoon, tapi kalau soal anak beda ya Mas!" timpal Nyiur. "Kamu tahu diri juga dong Ay! Jangan mentang-mentang kamu diratukan semuanya terus bisa sewena-wena bikin anak aku kekurangan kasih sayang!" bentak Nyiur. "Kamu itu semakin ke sini semakin kurang ajar!" Ayu langsung mendekati Nyiur. "Ay, Nyiur. Kita sama-sama ke kamar Chala Chali. Stop ributnya, kalian ini ... sesuatu yang sangat berarti untuk saya. Kalian ju
"Kayaknya perlu dibawa ke psikiater nih istri kedua kamu, Mas! Dia benar-benar stres!” kilah Nyiur. “Kamu yang stres!” bentak Ayu. “Jelas-jelas kamu yang stres!” sahut Nyiur. Meredakan emosi, Ayu mau ke rumah sakit satu mobil dengan mereka. Tidak menyangka, persahabatannya bisa retak sampai sini. Nyiur adalah orang yang banyak tahu juga tentang Ayu, ini pasti membuat Nyiur lebih mudah untuk menghancurkannya. “Bagaimana, Dok? Istri saya benar-benar hamil dan keadaannya bagaimana?” tanya Harsa dengan menahan jantungnya yang berdebar-debar. “Kabar bahagia, selamat ya istri Pak Harsa memang sedang hamil 5 minggu. Keadaannya baik, hindari berpikir berat!” ungkap sosok dokter tersebut. “Alhamdulillah, tuh Sayang. Jangan mikir yang aneh-aneh.” Harsa tersenyum manis sembari mengusap perut datar istrinya. Ayu terpaksa untuk senyum dan hanya bisa marah dalam batin. ‘Udah ketebak bakal begini hasilnya! Oke, Nyiur main duit, aku juga bisa main duit.’ *** Ayu sangat kesal dengan di
"Sebenarnya apa Mas? Mas tahu sesuatu?” tanya Ayu serius. “Hahhaa serius amat wajahnya. Entar aja, sekarang katanya mau ke cafe, yuk berangkat!” ajak Harsa. “Enggak mau! Ceritain dulu!” rengek Ayu penasaran. “Entar aja, enaknya waktu mau tidur ceritanya,” jawab Harsa. Harsa masih lahap makan mendol buatan istrinya. Jika mengingat masa lalu itu lengkap sudah perasaannya. Ada penyesalan, ada manis yang tak bisa dilupakan, ada kebencian, bahkan kalau dituruti mungkin ada juga yang namanya dendam. Pintarnya, Harsa tidak fokus pada hal yang berbau ketidaknyamanan, penyesalan hanya akan menjadi sebuah hal yang menghalangi, kebencian hanya akan memberinya keresahan, dan dendam hanya akan memberinya kerusakan. “Ya udah ayo! Makan terus kayak gitu kok ngajak berangkat!” omel Ayu. “Hehe, abis enak banget. Kamu tuh kecil-kecil pintar juga kalau bikin makanan,” puji Harsa. “Aku dari dulu pinter, masa baru inget sekarang, sih! Tega banget dilupain!” Ayu bermanja beralih menjatuhkan di
Zulkarnain: "Oh itu wkwk. Tahulah, satu hal nih PR kamu. Kalau jadi suaminya anak Daddy tuh harus banyak-banyak koleksi game. Semenjak kamu tinggal nikah, Ayu suka main game entah itu game apapun, katanya sih biar bisa move on sama kamu." Mas Harsa: "Aduh ada-ada aja, emang gamenya gimana Dad?" Zulkarnain: "Ini nih (Kirim video) Mas Harsa: "Allahu Akbar haha, makasih sekali Daddy. Ehmm, tapi sekarang kan udah nggak perlu move on, kenapa anak Daddy tetap suka game?" Ayu belum tahu kalau Harsa bertanya ke Zulkarnain. Mengetahui hal tersebut, Harsa menahan tawa di depan istrinya yang masih memanyunkan bibir. Jadi semakin sayang sama Ayu, Harsa jadi lebih mengerti jikalau Ayu adalah perempuan yang hebat dalam mengelola cinta. Ia berhasil melawan tanpa harus mengganggu. Zulkarnain: "Ibaratnya kayak kamu kalau semalem aja nggak berinteraksi dengan pasukan dalamnya tubuh anak Daddy🤣🤣. Dah sana rawat anak Daddy dengan baik." Sama saja, Harsa dan Zulkarnain adalah kelompok lelaki
“Hei! Di mana kamu Mas!” Ayu turun dari mobil dan mengikuti jejak suaminya tadi. Ayu: “Mas, jangan bikin panik dong!” Mas Harsa: “Haha, lagi kebelet Ay.” Ayu: “Nggak percaya! Jangan-jangan ketemuan sama istri pertama!” Mas Harsa: “Tidak, Sayang” Ayu: “Nggak percaya! Toilet samping masjid kosong tuh pintu terbuka.” Kembali membuat Ayu panik dan kesal. Ia sampai masuk ke toilet depan yang entah mengapa sangat bau. Hampir saja muntah, demi suaminya ia rela meneliti di sudut-sudut kamar mandi tersebut. Mas Harsa: “(Kirim foto) Nggak percaya, hmm?” Ayu lupa kalau di belakang masih ada toilet. Baru sadar setelah Harsa mengirim foto sedang buang air besar di toilet tersebut. Harsa yang mengetahui Ayu berada di toilet depan merasa sangat diperhatikan sekali, ada wanita yang sepanik itu dengan dirinya. Mas Harsa: “Kamu ngapain di toilet laki-laki? Di situ bau Ay, belum lagi kalau ada cowok yang kebelet. Saya gak mau istri saya ternodai matanya.” Ayu: “Iya udah kelu
Video tentang seseorang yang mengatakan tentang kerja sama bersama dokter yang menangani Ayu di depan toilet membuat Harsa tercengang dan Ayu yang mendengar pun langsung ingin memberitahukan hal tersebut kepada Nyiur. Namun, Harsa belum terlalu yakin karena kalau Ayu yang dimaksud itu pasti Ayu Renjana, dan belum tentu juga maksud dari kerja sama tersebut adalah perkara buruk. Satu lagi tentang foto Nyiur memberikan amplop ke dokter yang menangani Ayu, belum pasti juga hal itu buruk. "Sayang, hal itu belum jelas. Kita analisa berdua dulu!" Harsa menutup pintu kamar. "Mas! Ini buktinya sudah jelas, mau tunggu sampai separah apa, hah! Sampai keluarga Mas berhasil dipermalukan Nyiur, iya!" bentak Ayu. Sementara di luar Nyiur kaget mendengarkan Harsa dan Ayu tahu keberadaannya memberi amplop dokter yang memang ia ajak kerja sama. Nyiur sengaja melakukan hal ini dengan tujuan utama supaya Ayu dibenci sang mertua, tetapi lagi-lagi tuduhan tersebut sekalipun dipercaya tetap saja Ayu
“Katakan apa yang sebenarnya kamu tahu,” Kata Harsa. “Ada rasa takut yang sangat dalam, aku takut kena baby blues, Mas! Jangan jauh-jauh ya, jangan tinggalin aku. Aku tidak pernah mempermasalahkan bagaimana sikap orang lain kepadaku, asal kamu tidak pernah mengabaikanku dan anak-anak, sekalipun sekarang ada Ayu yang benci Nyiur." Nyiur menunduk. Harsa mengangkat wajah sang istri untuk dihadapkan dengan tatapannya. “Sayang, kalau ada yang kurang … bilang ya. Kalau kamu tidak kuat dengan sikap Mama dan Papa, bilang ya. Kalau sekiranya capek banget sampai nggak kuat untuk berbuat baik lagi dan dengan terpaksa akhirnya merajut hal-hal yang dilarang … kamu nggak perlu ketakutan menyembunyikan itu semua dari saya. Kita ini bukan musuh dan saya tidak mungkin mengabaikan kamu serta anak-anak. Apa yang terjadi sekarang ini jika dipandang dari sisi manusia ya memang ini sudah menjadi pilihan kita. Kita udah diberi pilihan, konsekuensi yang menyakitkan mau tidak mau harus diusahakan un
“Biar Harsa yang ngeberesin, Ma. Nyiur lagi mau ngasih ASI ke Adik Chali,” jawab Harsa. “Kamu tuh jangan dikit-dikit manjain istri kamu ini! Akibatnya dia jadi pemalas dan membiarkan rumah berantakan! Hari ini ada arisan satu jam lagi di rumah ini, tapi semua masih berantakan. Ngapain aja istri kamu ini!” bentak Zalfa. “Mama kamu benar, Har. Jangan dengan alasan punya anak jadi pemalas! Mama kamu dulu waktu ngelahirin kamu juga tidak selebay Nyiur. Semua tetap dilakukan untuk menjaga kebersihan rumah,” imbuh Zulfikar. Suasana yang seperti ini yang membuat Harsa dan Nyiur sangat sesak. Mau dilawan dengan keras juga, tetapi itu adalah orang tua. Bagaimana pun, pernah berjuang keras bagi berdirinya seorang Harsa. Namun, berbeda dengan Nyiur yang kini justru main belakang dengan terpaksa mengorbankan Ayu. Bahayanya orang yang sedang sakit hati itu ya seperti ini, kembali menyerang dengan caranya sendiri. “Ma, Pa. Mohon maaf, mulai besok Harsa harus mencari pembantu! Semakin ke
Harsa: "Aman, Sayang. Kamu di belakang saja sama Nyiur." Ayu: "Huuh, iya-iya!" Harsa: "Hehe, bentar ya Sayang ya." Sejatinya, poligami itu pilihan. Pilihan yang bergantung pada kejadian apa yang menyebabkan diri tersebut harus, wajib, atau tidak dianjurkan poligami. Dalam Al-Qur'an memang poligami itu diperintahkan, Nabi Muhammad juga melakukan, tetapi tidak sekedar perintah mentah yang tak mempunyai syarat dan ketentuan. Dalam surat An-Nisa', poligami diperintahkan sampai maksimal empat, salah satu syaratnya yaitu dengan syarat adil terhadap para istri dan itu pun di ayat selanjutnya dipertegas bahwasannya laki-laki tidak akan bisa adil terhadap istri-istrinya. Itu artinya, poligami sifatnya kondisional. Penjelasan dari maksimal empat itu sendiri memliki maksud dalam sejarahnya sebagai batasan karena dulu di zaman Rosululloh itu laki-laki menikahnya dengan banyak sekali perempuan. Nabi Muhammad pun, melakukan poligami selepas istri pertamanya meninggal, poligami Nabi Mu
Poligami menjadi perbincangan besar mungkin dalam suatu kalangan ada yang berpikir bahwasanya poligami ini dianggap haram. Ada juga yang menganggap bahwasanya poligami itu justru dianjurkan. Saat ini harusnya berada di tengah orang yang menganggap bahwasanya poligami itu haram. Bisa dikatakan yang mengatakannya itu adalah orang baru di lingkungan tersebut. Bukan hanya berhasil menjadi orang baru yang memikat banyak perhatian karena ia adalah seorang yang kaya raya dan menjadi cucu dari kepala desa tersebut tetapi orang tersebut juga menjadi seorang yang terkenal agamanya kuat karena kabarnya juga dia ke situ itu setelah pulang dari pesantren serta kuliah juga di luar negeri. Mengetahui hari saya memang poligami seseorang tersebut mendatangi rumah Harsa dan mencoba mengatakan untuk menceraikan salah satu dari istrinya. Ayo langsung emosi Mendengar hal tersebut ya langsung ke belakang dan membicarakan hal tersebut dengan nyiur dengan keadaan wajah yang sa
Itu semua adalah bayangan harga dan akibatkanlah mereka saat ini sedang di kamar tidur. tiba-tiba teringat dengan putrinya, yaitu Aliza yang dijodohkan dengan Yudhistira. bentar lagi memang acara apa di pesantren tersebut itu terlaksana dan rencananya mereka akan membahas hal tersebut lagi. Mereka bercerita seperti itu seakan-akan sudah nyata. meskipun harus sah dan istri pertama usai honeymoon di Bobocabin Coban Rondo Malang mana tempat tersebut juga menjadi tempat yang Ayu inginkan saat mereka di sana Ayu merasa sangat iri sekali sangat ingin segera ke sana dengan Harsa setelah Harsa pulang ternyata keinginan tersebut sudah hilang juga Ayu tidak terlalu menginginkan untuk pergi ke sana bahkan sekarang yang ia bahas setelah hari Sabtu pulang itu bukannya menceritakan tentang bobo cabin Coban Rondo tersebut tetapi saat ini Ayu justru terbuka untuk saling ngobrol mengenai masa depan dari anak-anak mereka. tidak keberatan untuk Harsa
Saat acara haflah di pesantren Nyiur, Harsa, dan juga Ayu, mereka terlebih dahulu sowan ke ndalem dan di sana mereka juga bertemu Yudhistira Pamungkas yang menjadi pura kecil dari Bhima Purnama dan Tessa Soraya yang merupakan pengasuh cabang pesantren yang dulu ditempati oleh mereka bertiga. "Om Tila ayo main!" ajak Aliza. "Main apa Za?" Kini keakaraban Yudhistira dengan putri Harsa pun sudah sangat erat. Sebenarnya mereka itu dijodohkan dari kecil, Yudhistira menyadari itu karena saat ini dia sudah menginjak usia SMP. Jaraknya memang sangat jauh, tetapi orang tua mereka yakin untuk menjodohkan sejak dini. Yudhistira ini orangnya cool, tidak terlalu mengurusi juga apa yang orang tuanya rencanakan. Berbeda dengan Aurora Willona. Sosok cantik kembaran Yudhistira yang sangat cerewet dan nakal. Meskipun sudah ditegur beberapa kali, dihukum juga, ia tetap saja teguh pada apa yang menjadi keinginan. Cewek tomboi, andaikan dia tidak berada di lingkungan yang kenthal agama, mungkin
"Mas Harsaaaaaa! Ayu kangen banget banget banget!" Ayu langsung memeluk sang suami saat masih di depan pintu. "Kamu nggak kangen aku, Ay?" tanya Nyiur. Ayu beralih memeluk Nyiur. "Kangen dong! Kapan sih aku nggak kangen sama kamu!" "Huum, Ayu! Lihat nih Mas Harsa KDRT!" kata Nyiur. "Mas Harsa!" Ayo melotot keras saat melihat lebam di tangan Nyiur. "Kalian ini udah mau bikin saya naik daerah ya masih di depan pintu!" CUPP CUPP Harsa mengecup keduanya dan memberi senyuman desta merangkul mereka untuk segera masuk ke dalam rumah. Putri dan putra mereka tanpa senyum bahagia dan bersorak meskipun sang buah hati yang masih kecil masih bisa tertawa tawanya bayi. Raut wajah mereka tidak bisa bohong bahwa mereka itu sangat merindukan Nyiur dan juga Harsa. Meskipun saat berada di dalam telepon juga Mereka terlihat seperti negara-negara saja itu sebenarnya nyiur dan
"Hahah, iya-iya. Kita keluarkan bareng-bateng ya Sayang!" Harsa masih sempat mengecup Sudah sejauh ini ia melangkah dalam rumah tangganya. Pernah berpikir, dulu waktu kecil punya kesenangan yang luar biasa itu ketika berkumpul dengan teman dan bermain bersama. Harsa terbengong di depan cermin saat menunggu istrinya masih buang air besar. Waktunya cepat sekali berubah. Seakan-akan kita hidup di dunia ini hanya tentang kenikmatan sementara dan digantikan dengan kenikmatan lain seiring berjalannya waktu. Itu bukan seakan-akan, tetapi kenyataan. Yang sebenarnya, dari situ Tuhan sudah memberi peringatan. Ya, peringatan bahwasannya hidup di dunia hanya mampir. Kebahagiaan di setiap detiknya berubah. Ini juga tentang, bagaikan merawat waktu yang sedikit ini untuk bisa menyelaraskan antara kepuasan dan kebijaksaan. Hidup itu ya begitu-begitu saja. Ada ekspetasi, kepuasaan, kekecewaan, dan kekhilafan. Kecil adalah simulasi dari besar. Waktu
"Sayang, aku kebelet banget! Tapi males ini gimana?" tanya Nyiur. "Ya dilawan dong malasnya. Emangnya kamu mau jadi budaknya hawa nafsu? Mau jadi pembantunya? Baru aja semalam kita bahas di Qosidah Burdah pasal 2. Hati-hati sama nasihatnya hawa nafsu, hawa nafsu sesat Sayang!" Harsa menghentikan mobilnya. "Mas! Apa sih orang kebelet malah diceramahin! Bisa-bisa aku ngompol aja di mobil kamu ini!" sahut ketus Nyiur. "Hmmm, maaf Sayang nggak ada maksud Mas yang mau menghakimi kamu! Sini peluk dulu!" kata Harsa. Nyiur pun mengambil kesempatan yang diulurkan oleh tangan sang suami. "Ceramahin boleh banget, tapi Nyiur lagi sensitif hawanya Mas. Aku pengennya marah-marah, aaa nggak jelas deh. Aku jadi makin kangen Ayu kalau lagi nggak jelas kayak gini. Tahu gak Mas? Aku sama Ayu yuh kadang punya perasaan ngerasa gak jelas kayak gini barengan loh." Mungkin, efek akan datang bulan. Ini yang ada da
mereka sudah beberapa hari menginap di Bobocabin Coban Rondo. saat sore hari sudah waktunya mereka untuk pulang, rasanya ya seperti masih ingin berteduh di tempat tersebut lebih lama. akan tetapi tidak bisa dibohongi mereka juga merindukan yang di rumah entah itu Aliza dan Alifa Ayu Alil dan Aliq maupun orang tua dan mertuanya. Salah satu beredar mereka supaya bisa ikhlas atau menerima bahwa mereka itu tempatnya tidak bisa selalu di situ ya karena menyadari bahwa mereka itu sudah berkeluarga dan memiliki keluarga yang tempatnya tidak di situ. tempat tersebut memang memberi sebuah ketenangan yang luar biasa untuk mereka dibalik seluruh keresahannya selama ini. bukan hanya menyediakan tempat untuk bersenang-senang bagi mereka dalam menjalankan sesuatu yang memang menjadi misi akan tetapi mereka di sana Ini juga banyak belajar tentang sebuah kerukunan yang ternyata Puncak dalam mencapainya itu harus disertai effort yang luar biasa. Di sana mere
Endingnya selalu memuaskan. Mereka sama-sama puas dan merasakan apa yang memang menjadi tujuan. Namun, di sisi lain Harsa merasa dirinya terlalu keras terhadap sang istri dalam urusan dunia erotisnya. "Maaf ya kalau di sini Mas mainnya lumayan lebih keras," bisik Harsa. "Hemm, gapapa suamiku, Nyiur seneng kok. Cuman kalau jadi, Mas jangan marah," jawab Nyiur. "Jadi apanya?" tanya Harsa. "Ya jadi anaklah," jawab Nyiur terkekeh. Sebuah hal terjadi di dunia ini sudah banyak tipu dayanya. Harsa mencoba angkat bicara seperti apa yang dinasihatkan dalam Qosidah Burdah pasal dua. Salah satu baitnya mengatakan tentang tipu daya, di sana pakai kata lapar lebih sering dari kenyang. Ini artinya, godaan hawa nafsu itu lebih pintar menyusun godaan yang mana akibatnya tidak seberapa memberi keberuntungan. "Jadi kembalinya gini Sayang. Ya kalau nggak siap dengan akibat, ngapain berbuat?" "Kan bisa jadi karena ngga