“Mengapa kau lakukan ini padaku, Mate?” tanya paman.
Apa? Apa telingaku tidak salah mendengar bahwa beliau menyebut mate? Bukankah sejak awal tidak tercium aroma werewolf sedikit pun, tetapi beliau menduga penyihir itu mate-nya?
“Apa maksudmu dengan menyebutku sebagai mate? Kau gila! Jangan menuduhku sembarangan!”
Gawat! Sepertinya penyihir itu mulai terganggu dengan panggilan paman padanya. Duh! Jangan sampai ia kembali mengamuk dan menyiksaku lagi. Sudah cukup aku tersiksa dengan tali yang membakar ini, jangan sampai ada tambahan yang lain.
Usai penyihir itu mengatakan bahwa tali ini akan menyiksa, jika aku semakin berontak, aku mulai menenangkan diri. Tak sanggup rasanya menahan panas yang membakar, begitu aku bergerak dengan semakin liar. Huh! Penyihir menyusahkan ini begitu menyebalkan.
“Jangan membohongi keadaan, Mate! Aku sudah sangat yakin de
“Diamlah atau kita semua tak akan selamat!” Wanita penyihir itu berbisik dari belakang. Sepertinya, kami tengah berada dalam masalah hingga ia begitu panik. Ingin rasanya aku tertawa, melihatnya tadi begitu pongah dan sekarang seperti itu. Seperti kucing yang ketakutan saat melihat kami—serigala.Benar saja, tak lama kemudian ada yang datang. Dari pakaian yang mereka pakai, sepertinya itu adalah rombongan warrior pack yang mencari kami. Aku bisa mengenali mereka dari jubah yang dikenakan. Masing-masing pack memiliki idenditas jika ke luar wilayah. Kebanyakan dari mereka memakai jubah dengan lambang pack. Jubah werewolf berwarna coklat, vampire hitam, dan manusia abu-abu. Namun, tidak semua memakai jubah, melainkan hanya mereka yang tergabung dalam keprajuritan saja.Seperti aku dan Paman, yang tidak memakai jubah karena hanya warga biasa. Selain itu, kami juga hanya pelarian. Pelarian yang keluar dari pack tidak akan
“Aku tidak takut! Aku ini Elena, sang penyihir dari bangsa manusia yang tidak membutuhkan siapa pun! Tak akan menjadi masalah untukku jika hidup sendiri tanpa pasangan. Tidak seperti kalian para werewolf, yang ditinggal pasangan saja seolah dunia sudah berakhir!”Aku memang pernah mendengar hal ini, tetapi begitu mendengar langsung dari mulut wanita itu, entah mengapa terasa menyakitkan.“Tutup mulutmu! Kamu mungkin keturunan manusia, tetapi aku tidak bisa menjamin kau keturunan murni. Aku bisa menghidu aroma werewolf dari tubuhmu meski samar, dan kupastikan bahwa kau mate-ku adalah bukan seuatu kesalahan. Kumohon, jangan mencari masalah. Kita tak bisa menghadapi semua ini dengan emosi. Jika kau mau, aku bisa menunjukkan jika kita memang pasangan.” Suara paman melirih di akhir. Aku merasa miris dengan kondisi yang beliau hadapi.Di lain hari ketika nanti aku bertemu mate-ku, aku ingi
“Bangunlah, Dav! Katakan pada Paman bahwa kau sudah tak apa-apa.” Sambil menggenggam tanganku, paman mengucap hal itu. Beliau terdengar cemas. Apakah di sini aku sudah baik-baik saja?Ketika di hutan, aku berpikir bahwa hidup ini sudah berakhir. Terlepas dengan keadaan saat ini, aku bersyukur. Merasakan tangan orang yang membesarkanku menggenggam tanganku, hatiku menghangat. Kekhawatiran beliau padaku tak pernah berubah sedikit pun.“Berhenti mengkhawatirkannya secara berlebihan seperti itu, Sean! Dia bukan orang yang pantas!”Ah! Aku lupa dengan kehadiran wanita penyihir itu. Jika tadi dia selalu memusuhi paman, apakah saat ini keadaan sudah berbalik? Karena dari apa yang dibicarakannya, dia terdengar mengekang beliau. Seolah wanita itu sudah memiliki hubungan dengannya, sampai-sampai mengkhawatirkanku saja dia seperti itu.“Dia sangat pantas kukhawatirkan, Lena. Dia ad
“Maafkan pertengkaran kami, Dav. Aku tak bermaksud seperti ini di hadapanmu.” Paman berbalik dan menatapku langsung. Sepertinya, sejak awal beliau mengetahui jika aku sudah bangun. Namun, masih tetap saja melanjutkan pertengkarannya.“Tak ... pa,” ucapku dengan lirih. Napasku terasa berat hanya untuk berkata seperti itu.“Jangan memaksakan dirimu, ya? Tubuhmu masih belum membaik. Setelah menghirup bubuk wolfsbane dan melakukan teleportasi, kau yang tak sadarkan diri membuat Paman khawatir, Dav. Maafkan Paman.”Paman menunduk. Apakah beliau ingin menunjukkan sebuah penyesalan, atau kelalaian dalam menjagaku dan mengkhianati janji pada mereka? Aku tak tahu. Bertemu dengan penyihir wanita itu membuatku banyak berpikir. Dengan keadaanku yang tidak sempurna ini, bukan tak mungkin Paman hanya menjalankan tugasnya.Di luar sana—yang entah di mana berad
Mataku memindai ke seluruh ruangan. Ruang yang terbuat dari kayu ini terlihat bagitu tertata rapi. Jika pemiliknya adalah penyihir wanita tadi, wajar saja. Sejak dulu, wanita terkenal memiliki kerapian lebih baik ketimbang laki-laki. Aku yang hanya hidup berdua dengan Paman, tentu tak akan menemui tempat tinggal kami serapi ini.Aku sama sekali tidak ahli dalam beberes, begitupun dengan beliau. Pria yang mengasuhku itu hanya merapikan seadaanya. Jadi, pemandangan ruang kotor dan tak sedap dipandang itu biasa. Dan hal luar biasanya adalah yang ada saat ini.Melihat semua ini, aku semakin menguatkan diri untuk pergi. Setidaknya di sini paman memiliki pasangan. Beliau akan hidup dengan lebih baik, dan sang mate akan mengurus semua kebutuhannya. Aku rela beliau hidup bahagia tanpaku, karena sudah cukup bertahun-tahun menanggung hidupku.Paman, aku mendoakan kebahagianmu.“Dav, maaf lama. Paman masi
“Dav, apa pun yang terjadi, jangan tinggalkan Paman, ya?” ucap paman tadi siang. Kini sudah malan, itu artinya sudah waktunya aku pergi seperti perjanjian. Hanya saja, aku masih menunggu penyihir itu memenuhi janjinya. Enak saja, apa aku harus pergi tanpa membawa apa pun?Aku memang berbiat untuk pergi, tetapi begitu wanita penyihir itu mendatangiku, aku bertekad untuk pergi dengan persiapan. Amu bagaimana lagi, wanita itu yang menawarkan semua itu padaku. Jadi, tak ada salahnya untuk menyambut baik dan menerimanya, kan?Paman, maafkan aku yang tidak bisa menemanimu lebih lama. Aku yakin, kau tak akan kesepian karena kepergianku. Ada pasanganmu yang akan menemanimu menggantikanku. Kalau saja nanti kau merindukanku, pasti ia tak akan tinggal diam. Selamanya, aku akan memanggilnya wanita penyihir. Aku tak mau memanggil dengan namanya. Bagiku, terdengar memuakkan.Namanya memang bagus, tetapi wanita itu gagal mengambil hatiku. Dia menjengkelkan, hingga aku enggan m
Begitu cahaya ini semakin menyilaukan, mataku kembali kututup. Peduli setan pada penyihir ini! Aku sama sekali tak masalah akan dibawa ke mana. Jika ke tempat yang tidak bagus, akan kubuat perhitungan padanya nanti.Tak lama—dengan jeda waktu yang hampir sama pada saat itu, kami sampai. Rasanya lebih baik ketimbang yang pertama, dan aku bersyukur kali ini tidak pingsan. Bisa kurasakan itu, karena tubuhku terasa lebih ringan tanpa merasa sakit. Andai dulu juga begini, tentu aku akan merasa lebih baik.“Bukalah matamu, Bodoh!”Meski terasa jengkel, aku tetap menuruti perintahnya. Enak saja memanggilku bodoh, memangnya dia siapa?“Ja ... ngan ... pang ... gil ... bodoh!” Aku menjawabnya dengan ketus. Yah, meski ucapan ini harus susah payah kukeluarkan. Setidaknya sudah bisa membuatnya mengerti bahwa aku tak suka.“Jika bukan bodoh, lalu apa? Kau s
Hal yang pertama kali kucari adalah sumber air. Penyihir itu memang membawakanku air dalam botol, tetapi tidak banyak. Aku sebagai makhluk hidup menyadari air adalah kebutuhan pokok. Mungkin saja nanti saat aku mencari sumber air, akan menemukan tempat sebagai bernaung juga. Mengandalkan indera pendengar, aku mencoba mencari. Begitu lama berjalan hingga tak tahu tujuan. Apalagi, aku sama sekali tidak mengenal tempat ini. Mana tahu aku ini wilayah werewolf, atau vampire. Bagus jika penghuninya tidak memusuhi werewolf sepertiku. Jika tidak, bisa habis usiaku di tangan mereka. “Diam di tempatmu!” Tubuhku reflek membeku kala mendengar suara itu. Suara wanita, tetapi terdengar lebih berat. Di leherku, terasa ada logam yang didekatkan tepat di urat nadi. Kuduga ini adalah pisau yang sekejap bisa membunuhku. Ah, lagi-lagi aku kena sial. Belum melihat matahari terbit saja sudah bertemu dengan makhluk yang memburu hidupku.
“Kalau kau memilih, kau tidak bisa menarik kembali apa yang telah disepakati. Pertukaran yang telah terjadi, akan mengambil yang diserahkan. Kau tidak akan bisa mundur, Dav. Jadi pikirkan baik-baik apa yang akan kau korbankan,” ucapnya lagi. Paman Davian terdengar seperti menekankan dengan jelas apa yang harus kupilih.Aku memang belum lama menikmati hidup, tetapi kurasa semua itu sudah cukup. “Aku benar-benar akan menyerahkan nyawaku jika bisa memastikan Arthur menghilang selamanya. Kalau perlu, dia tak perlu reingkarnasi kembali,” putusku. Setidaknya itu setimpal.Orang tuaku sudah pernah berusaha untuk menyingkirkannya, tetapi tidak disangka dia seolah bangkit dari kematian dan menghancurkan semuanya. Jika dia benar-benar dimusnahkan, aku serius untuk memberikan nyawaku untuk itu. Bagaimanapun juga, aku sudah tidak memiliki siapa pun.“Pikirkan lagi, Dav. Kau tidak bisa memutuskannya dengan cepat. Ingat, kau hidup masih hanya belasan tahun. Kau bisa hidup lebih lama lagi. Kau bisa
“Aku harusnya berterima kasih kepada kalian sebelum mencabut nyawa kalian, kan?”Aku mendengar suara Arthur yang berat. Terdengar menyeramkan dan ….“Aku meminta maaf atas kesalahanku, Dav. Tidak seharusnya aku menyelamatkannya, dan membuat keadaan seperti ini,” ujar Aline dengan lirih. Dia terbaring di sampingku, dengan keadaan telentang dan tangan kaki yanga terikat. Sedangkan aku, langsung dengan posisi menyamping menghadapnya. Mungkin Arthur kesulitan membuat posisiku telentang dengan tubuh serigalaku.Suasana yang gelas, membuatku sedikit takut. Ada beberapa titik obor yang tidak berpindah. Mungkin tidak dipegang oleh makhluk, tetapi ditancapkan di tanah. Arthur yang masih bertubuh setengah serigalanya berdiri menantang seperti tidak mengalami perang sebelumnya. Berbeda dengan aku dan Aline yang sudah terlihat mengenaskan. Bulu serigala Devan sudah memiliki banyak bercak darah, dan luk
“Kau hanya tikus kecil yang tidak tahu apa-apa, Bocah!” ucap Arthur. Dia menangkap pergerakan Aline dan mencekik lehernya. Setelah itu, pergerakan Aline benar-benar dilumpuhkan. Aku terkejut, tak menyangka jika Aline bisa dikalahkan semudah itu.Aku tidak bisa tinggal diam. Tangan kecil Aline berusaha untuk melepaskan cekikan Arthur padanya. Namun, pergerakan itu sama sekali tidak membuahkan apa pun. Aline justru terdengar merintih kecil. Mungkin, dia merasa sangat kepayahan akibat cekalan Arthur yang begitu kuat.Aku tahu, Aline telah melakukan hal yang tidak kusukai, atau malah lebih ke menghancurkan hidupku. Akan tetapi, jika kupikir lagi itu bukan muri kesalahannya. Dia tidak tahu siapa yang ditolong, dan apa yang telah diperbuat oleh orang yang terlihat menyedihkan. Aline, dia hanya memiliki sifat empati lebih banyak dari sebangsanya.Hanya saja aku tidak tahu, kenapa aku harus disandingkan dengn vampire sepertinya, dan bukan dengan sesame werewolf seperti yang lain.“Kau ingin m
Ada sebuah hal yang membuatku ingin menerkam tubuh wanita itu. Selain menerkamnya, mencabik tentu adalah hal terbaik begitu hal itu dilakukan. Dorongan itu begitu kuat, seiring perubahan yang lebih banyak lagi di tubuhku. Aline, wanita yang baru kutemui tidak sampai sehari, begitu membuat hidupku jungkir balik dalam sekejap.Akan tetapi, andai semua dorongan itu kulaksanakan, bagaimana rasanya, ya?Aku berusaha menahannya. Bagaimanapun juga, Aline bukan seseorang yang pantas untuk diperlakukan seperti itu. Singkatnya hubungan kami bukan sesuatu hal yang patut dijadikan alasan. Dia adalah pasanganku, dan tentu tidak akan mudah untuk mengabaikan hal besar seperti itu.“Percayalah, aku tidak melakukannya secara sengaja, Dav. Aku benar-benar tidak tahu kalau dia adalah semua akar permasalahan yang besar. Aku pun tidak menyangka jika dia akan memperburuk suasana hingga sampai sejauh ini.” Aline berucap lirih. Sia
Untuk sesaat, aku tertegun. Fakta yang terdengar sepele—mungkin untuk sebagian orang tentunya, tetapi tidak denganku. Arthur adalah sumber dari segala hal yang menyiksaku. Dia membuatku terpisah dengan ibu sejak keil, membuat ayah dibenci ibu, dan membuat keluargaku meregang nyawa. Kalau saja dia tidak ada, tentu aku tidak akan mengalami itu semua. Ah, aku lupa. Paman Davian juga tidak ada karena dia, kan? Kalau memang begitu kenyataannya, kenapa harus aku yang menjadi pasangan dari Aline? Bukankah secara tidak langsung dia yang menyebabkan aku berpisah dengan keluargaku? “Al ...,” ucapku lirih. Tubuhku terasa lemas, seolah semua tulang penyangganya kehilangan kekuatan. Tak hanya itu, napas juga semakin memburu dengan jantung berdebar kencang. “Dav ... maksudku bukan begitu. Aku ... aku hanya ... tidak tahu dia siapa ....” Aline membalasnya. Jika dia menjawab seperti itu, bukankah itu
Arthur tertawa sambil menghindari serangan-serangan yang Aline berikan padanya.“Aku tak akan membiarkanmu hidup dengan tenang, Art! Kau bedebah busuk yang hidup tidka lama lagi, sama sekali tidak berhak untuk mengatakan hal itu padanya!” maki Aline. Ada yang janggal dari setiap serangannya. Dia terlihat kacau dengan sekejap hanya dari beberapa kata yang diucapkan Arthur. Bukankah sebelumnya Aline masih baik-baik saja, tidak mengalami lonjakan emosi seperti itu?Untuk sekilas, mungkin tidak akan ada yang memahami pola serangan Aline. Terlihat biasa, dan sama sekali tidak akan kentara jika dia menyembunyikan banyak hal. Namun, aku menyadari bahwa ada sesuatu yang salah. Tidak seharusnya Aline bertempur dengan cara seperti itu. Tidak! Aku harus menghentikannya sebelum terlambat.“Al, mundurlah untuk sejenak! Control dulu emosimu, lalu kita kembali menyerangnya seperti tadi,” ucapku. Ah, sebenarnya a
Sayangnya, semua tidak seperti yang kubayangkan. Aline memang hebat, tetapi bukan berarti dia sanggup mengalahkan Arthur dengan begitu mudahnya. Kami yang bertarung mati-matian berdua arus berusaha lebih keras. Mungkin karena keterikatan kami pulalah, sebuah Kerjasama yang mendadak bisa tercipta. Kami tidak pernah berlatih bersama. Akan tetapi, serangan yang dilakukan benar-benar bisa membentuk harmoni. Tubuh ini juga seperti sudah terlatih untuk bertarung bersama belahan jiwanya.Ah, hubungan dan ikatan yang rumit.Aku pun sampai saat ini tidak mengerti tentang hubungan seperti itu. Dalam hal itu juga, hubungan antara kedua orang tuaku. Di antara mereka yang terikat, ada hubungan masa lalu dengan Paman Davian dan tidak bisa kufahami. Mau bagaimana agi, dari keduanya juga tidak ada yang mau menjelaskan secar ajelas padaku.“Dav, harus kukatakan padamu kalau sampai Arthur tidak bisa dikalahkan, maka aku akan hidup d
Aku takt ahu kenapa Arthur begitu amat terobsesi pada Delta. Tidak ada sesuatu yang membuatku meragukan itu. Justru ,aku sangat yakin jika dia memang menargetkan Delta yang ada di muka bumi ini.“Waw! Dia kuat juga, ya? Padahal tadi aku sangat yakin kalau dia sudah kupukul dengan sekuat tenaga,” ujar Aline. Dia mengatakannya dengan santai, seolah lawan yang kami hadapi bukan siapa-siapa.Aku merasa yakin jika bisa mengalahkan Arthur. Hanya saja, tidak se-optimis Aline. Dia seperti memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Baiklah! Dia mungkin sudah menumbangkan Arthur. Namun, bukan berarti dia adalah seseorang kemarin sore yang baru muncul dan bisa diseret sewaktu-waktu untuk dihabisi.Dari semua hal, berpikir bahwa wanita vampire itu—yang mengaku sebagai pasanganku, adalah orang yang lebih tua dariku adalah sesuatu yang mengerikan. Vampire bisa memiliki umur panjang tanpa menua sekalipun. Dan aku, entah kenapa merasa jika pemikiran itu sedikit … menyesakkan.Sebagai pria, harusnya aku y
“Kau pikir aku akan mati semudah itu!?” Aku terjungkal karena tidak terbiasa mendengar suara lantang yang seperti itu. Setelah kabut debu mereda, mereka mulai terlihat sedikit demi sedikit. Dan, hal yang membuatku terkejut untuk setelahnya adalah wanita itu—yang mengaku sebagai pasanganku, berdiri dengan tegak dan jubah yang sudah tidak lagi dipakai. Sedangkan Arthur, werewolf tua itu sudah terjungkang di tanah. Sungguh di luar dugaan! Aku yang sudah melawannya hingga sampai lelah, tidak bisa membuatnya terjungkang seperti itu. Aku ingin tahu seberapa kuat wanita itu, dan bagaimana cara dia melawan Arthur. Ah ... andai aku memiliki penglihatan yang tajam dan bisa menembus pekatnya kabut debu itu, pasti pertandingan yang seru tak akan terlewatkan. “Jujur saja, Mate, aku tadi sempat berpikir untuk menghabisi diriku sendiri saat berpikir kau tiada,” ujarku mengatakan apa yang telah kupikirkan tentangnya.