Kalian mampu merubah diriku menjadi yang lebih baik. Gak ada kata menyesal setelah kenal kalian.
-Della-Sekarang hari kamis. Hari dimana Della, Nisa, dan Rena akan menghadiri pengajian.
Saat sore hari, mereka bertiga pergi ke toko kerudung, karena tadi Rena dikasih uang mamanya seratus ribu buat beli kerudung bertiga."Itu bagus, Del. Ayo kita beli itu aja." Nisa menunjuk kerudung syari yang sedang dipegang Della.
"Iya, nih, bagus, harganya murah lagi, cuma tiga puluh ribu. Kalian mau warna apa?"
"Ya pasti warnah hitam lah, Del," balas Rena.
"Iya, nih. Kan alangkah baiknya kita memakai kerudung atau pakaian yang gelap."
"Iya deh, ini aja yang warna hitam. Pas, nih, ada tiga."
Kemudian, mereka bertiga menuju ke kasir untuk membayar kerudung tersebut.
Setelah mereka bertiga selesai membeli kerudung, mereka langsung pulang ke rumah Della.
"Nak, makan dulu! Nisa sama Rena juga sekalian ajak makan!" Teriak Rahma dari luar pintu kamar Della.
"Iya, Bu. Sebentar lagi kita keluar," jawab Della.
"Kalian udah siap belum?" Tanya Della kepada Nisa dan Rena yang masih membenarkan kerudungnya.
"Udah, kok. Ayo keluar." Mereka bertiga setelah salat isya makan terlebih dahulu sebelum pergi menghadiri pengajian.
*****
"Wah, ramai sekali ya, yang menghadiri pengajian ini." Della terkagum melihat betapa ramainya majlis pengajian ini.
"Iya, Del. Biasanya juga ramai seperti ini. Ayo kita cari tempat duduk, nanti bisa-bisa kita gak kebagian tempat."
Tiba-tiba, orang-orang pada berdiri dan diam. Ternyata Kiyainya sudah datang. Della, Nisa, dan Rena pun ikutan berdiri, layaknya menghormati kiyai yang baru saja datang. Della kaget, saat di belakang kiyai tersebut ada teman satu madrasahnya, yang beberapa hari ini dia sering melihatnya. Yaitu Syafiq.
Nisa dan Rena yang tau maksud Della kenapa dia melamun pun langsung angkat bicara.
"Iya, Syafiq anaknya kiyai itu, kiyai Ma'ruf. Kamu kaget, ya?"
"Wah, ternyata Syafiq itu anaknya kiyai Ma'ruf. Terkejut sih, aku."
"Haha, iya, aku awalnya juga terkejut. Iya udah, diam, pengajiannya bentar lagi mau dimulai."
*****
Lagi dan lagi, tema pengajian malam ini tentang menutup aurat dan fitrahnya manusia untuk betah di rumah.
"Perempuan adalah sebaik-baik manusia. Sehingga perempuan sangatlah terjaga. Dari segi pakaian ataupun yang lainnya," ucapan terakhir kiyai Ma'ruf dalam pengajian malam ini.
"Keluar bentar dulu ya? Masih ramai, pasti nanti berdesak-desakan," ujar Rena.
"Iya, Ren. Kita duduk di sini dulu!" Mereka kembali duduk di kursi yang kosong sambil menunggu jalanan lumayan sepi. Karena banyak sekali orang yang keluar dari area majlis, jadi itu semua menimbulkan kemacetan dekat situ.
Saat kiyai Ma'ruf turun dari panggung, beliau digandeng sama Syafiq. Dari situ, terlihat bahwa Syafiq adalah anak yang sangat patuh dengan orang tua. Jujur Della yang melihat itu, hati dia sangat terpikat dengan Syafiq. Namun, dia lebih memilih untuk memendamnya, gak mungkin dia ungkapkan. Karena dia ingat kata-kata yang pernah Rena ucapkan, 'Mendekati zina itu dilarang'
Setelah sedikit sepi jalanan keluar dari majlis, Della beserta Nisa dan Rena langsung meninggalkan tempat pengajian.
Mereka bertiga berjalan kaki menuju rumahnya Della, karena rumah Della dan tempat pengajiannya tidak terlalu jauh.*****
Sekarang hari jumat, sekarang Della, Nisa, dan Rena masih berada di kamar Della. Mereka setelah melaksanakan salat duha lebih memilih untuk membaca buku-buku yang dibelinya kemarin untuk mengisi hari libur mereka.
Della mulai membuka lembaran pertama dalam buku yang berjudul 'Hindari pacaran, yuk!'
Di lembar pertama berisi pengertian dan hukum pacaran.
'pacaran adalah suatu perbuatan yang akan menimbulkan zina hati, zina kaki, zina tangan, zina mata dan lain sebagainya dalam upaya mendekati zina. Jadi, dalam agama islam hukum pacaran yaitu haram!'
Della setelah membaca kalimat tersebut, dia kembali teringat tentang perbuatan dia yang dulu. Dia dulu sangat menjaga hubungan pacarannya dengan llham—mantan kekasihnya. Della berpikir, 'apakah dosaku tersebut akan diampuni oleh Allah? Sedangkan aku saja saat itu sangat bangga karena mempunyai pacar'
Kemudian, Della membalik ke lampiran kedua, di sana dia melihat tulisan 'Tidak boleh antara laki-laki dan wanita berduaan kecuali disertai oleh muhrimnya, dan seorang wanita tidak boleh bepergian kecuali ditemani oleh muhrimnya.'(HR. Muslim).
'Pacaran yang diperbolehkan dalam agama islam adalah pacaran setelah menikah yang sah'
Della semakin khawatir dengan dosa yang sudah diperbuatnya dulu. Sampai dia berteriak, 'A..., tidak! Maafkan aku ya, Allah." Tiba-tiba Della menangis kencang sambil melempar buku yang tadi dibacanya.
"Della, kamu kenapa?" Tanya Nisa dan Rena khawatir karena Della tiba-tiba teriak dan menangis.
"Aku takut, hiks. Aku takut dosa-dosaku dulu tidak terampuni, apalagi perbuatanku yang sudah melakukan pacaran, padahal itu sudah benar-benar haram." Tangisan Della semakin menjadi-jadi.
"Della, kamu tenang, ya. Aku dulu juga pernah khilaf ngelakuin pacaran, bahkan juga sampai berbulan-bulan. Dan aku juga menyesali semua itu, tapi kita juga manusia biasa. Pasti kita juga punya kesalahan."
"Iya, Della. Apa yang dikatakan Rena memang benar. Itu kan dulu kamu sebelum tahu tentang hukum pacaran itu bagaimana, yang kamu tahu cuma pacaran itu seperti apa dan bahagianya mempunyai pacar. Tapi, sekarang kan kamu sudah sendiri definisi dan hukum pacaran menurut islam itu bagaimana. Jadi, mulai sekarang kamu jangan ngelakuin sesuatu yang sudah kamu tahu bagaimana hukumnya." Nisa ikut menenangkan Della.
"Kita semua punya dosa masing-masing. Karena bagaimanapun gak ada yang sempurna, kecuali Allah SWT. Kamu ingat itu ya," ucap Rena.
"Udah, jangan nangis, ya. Nanti cantiknya hilang loh, sini biar aku usapin air matamu, gak cocok kalau bidadari nangis begini." Nisa mengusap air mata Della. Sedangkan Della sendiri masih terdiam, seperti memikirkan sesuatu.
"Nisa, Rena." Della memanggil kedua sahabatnya.
"Iya, Della. Mau ngomong apa?"
"Aku sangat bersyukur bisa kenal kalian berdua. Aku sangat sayang kalian berdua." Della kembali menangis setelah mengatakan itu.
"Eh, kok nangis lagi. Jangan nangis dong, kita juga sayang banget sama Della! Della itu anak baik, cantik, sholihah. Kita juga bersyukur banget bisa kenal sama Della. Della sangat cepat sekali dapat berjuang hijrah bersama kita."
" Nisa sama Rena, kalian idolaku. Jangan tinggalin Della, ya. Temanin Della sampai benar-benar jadi perempuan yang sholihah, perempuan yang benar-benar paham tentang ilmu agama. Della gak mau lagi berjalan dalam kesesatan. Maka dari itu, bimbing Della."
"Iya, kita gak akan ninggalin Della kok. Kita akan terus bersama-sama sampai nanti di surganya Allah."
"Aamiin, ya, Allah."
"Jangan pergi." Zahra memeluk Dila dan Rizki sangat erat.
Tidak mudah untuk kita berproses menjadi lebih baik. Akan ada kalanya banyak cobaan yang harus kita lewati. Tinggal kita lihat, kita tetap teguh dengan keyakinan atau goyah dengan godaan.Sekarang jam munjukkan pukul dua siang, Della sedang menonton TV sendirian. Jam sepuluh tadi Nisa dan Rena sudah pulang dari rumah Della. Della mendapat kabar bahwa teman satu sekolahannya dulu yang bernama Lila dan Devi nanti mengajaknya ketemu di taman dekat rumah Della, karena kebetulan Lila dan Devi sedang ada di daerah rumah Della.Saat azan asar sudah berkumandang, Della cepat-cepat mandi lalu menunaikan salat asar.Setelah Della sudah selesai bersiap-siap, dia keluar dari kamarnya dan minta ijin ke ibunya kalau dia mau menemui teman sekolahnya dulu. "Ibu, aku ijin ke taman depan rumah ya, soalnya Devi dan Lila ngajak ketemu di sana. Katanya mumpung dia ada di kota ini.""Kenapa gak ke rumah aja, Del?" tanya Rahma."Gak tau, Bu. Gak apa-apa
Jika kamu belum tahu tentang suatu hal dengan pasti, maka cari tahulah hal tersebut selagi dalam kebaikan.Hari ini Della, Nisa, dan Rena sedang mengobrol-ngobrol di dalam kelas. Karena tadi setelah jam istirahat kelasnya jam kosong."Sa, Ren, aku mau tanya.""Tanya apa, Del?""Kalian ada niatan untuk bercadar gak, sih?" tanya Della."Kalau niatan sih ada, akan tetapi aku belum mantap aja. Masih takut nanti kalau cuma sesaat, belum bisa istikomah," jawab Nisa."Oh gitu, ya. Kalau Rena?" Della kembali bertanya.
Kau yang sudah berani meminangku, 'tak akan aku tolak. Karena kamu adalah orang yang sangat berani dalam kebaikan. Kamu memilih meminangku untuk menikah daripada menembakku untuk berpacaran.Hari ini, Della, Nisa, dan Rena sedang bersantai-santai di kantin karena mereka baru saja telah menyelesaikan ujian madrasah yang sudah dilaksanakannya sepuluh hari."Kalian habis ini rencananya mau ngapain? Mondok? Atau kuliah?" tanya Nisa."Aku sih kayaknya mondok," jawab Rena."Kalau kamu, Del? Mau ngapain?" Pertanyaan Nisa yang membuat Della terdiam seperti memikirkan sesuatu."Sepertinya aku kuliah, deh. Soalnya ayah pernah ngomong begitu," ucap Della."Oh, bagus deh. Nanti kita bakalan pisah dong," ujar Nisa sambil merengut."Iya, tapi jangan sedih, dong. Kita berpisah kan juga untuk masa depan kita, asal kalau s
Ketika ada manisnya pertemuan, kita juga harus merasakan pahitnya perpisahan.Pagi ini, seorang gadis sudah berpenampilan sangat cantik dengan mengenakan gamis putih serta kerudung warna hijau. Iya, gadia tersebut adalah Della. Dia hari ini akan melaksanakan acara perpisahan di madrasahnya. Dia sekarang tengah menatap dirinya di pantulan cermin. "Aku sudah besar, ya. Sampai sudah ada yang ingin meminangku. Apakah diriku pantas menjadi istri dari anak seorang kiyai? Ya Allah, jika memang engkau telah menyiapkan dia untukku, maka permudahkanlah segala urusan yang mengenai aku dan dia kedepannya. Sesungguhnya Engkaulah yang maha meringankan segala urusan. Dan jika dia tidak Engkau takdirkan untukku, damaikanlah kita berdua," ucap Della pelan penuh dengan harapan.Jam menunjukkan pukul setengah tuj
Sepuluh hari berlalu setelah acara perpisahan. Hari ini, Della bangun pagi-pagi sekali seperti biasanya. Della dan Dila hari ini diajak oleh ayah dan ibunya Rena untuk mengantar Rena ke pondok pesantren, karena itu kemauannya Rena.Saat Della baru saja memakai kerudung, pintu kamarnya sudah diketok-ketok dari luar."Della, kamu ngapain aja kok lama banget? Nisa udah nungguin kamu di bawah." Teriakan Rahma membuat Della merasa gugup, dia berkerudung dengan waktu yang cepat. Karena Della 'tak mau kalau nanti ibunya terus berteriak-teriak.Baru saja Della keluar kamar, ibunya kembali mengomelinya. "Kamu udah ditungguin Nisa daritadi kok lama banget sih, kan kasihan dia.""Gak apa-apa kok, Tante. Kan belum terlalu lama juga aku nungguinnya," ucap Nisa."Iya maaf, Bu. Iya udah, aku sama Nisa mau pergi dulu. Assalamualaikum." Della dan Nisa melangkahkan kaki keluar rumah, 'tak lupa juga mereka berdua menicu
'Kring kring kring'Alarm Della berbunyi nyaring tepat pada jam tiga, Della yang mendengar itu pun langsung bangun dari alam mimpinya.Dia segera bergegas ke kamar mandi mengambil air wudhu untuk melaksanakan salat tahajud.Della membaca kalam Al-quran sampai azan subuh.Setelah Della selesai melaksanakan salat subuh, dia merapikan tempat tidurnya serta membersihkan setiap sudut kamarnya.Tepat pukul enam, dia keluar dari kamarnya untuk membantu Rahma."Ibu, apakah perlu bantuan Della?" tanya Della saat baru saja menemui ibunya di dapur."Tolong kamu masak nasi, ya. Biar ibu yang goreng ikan sama masak sayurnya," pinta Rahma."Iya, Bu, udah dicuci belum berasnya?""Belum, Del. Ini cuci dulu." Rahma memberikan beras yang yang sudah ada di wadah.Butuh waktu empat puluh lima menit, Della dan ibunya menyiapkan makanan."Del, kamu panggil ayah dulu, ya. Biar ibu ambil piring."
“ Barangsiapa yang mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi karena Allah dan tidak memberi karena Allah, maka sungguh telah sempurna imannya.”(HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi)Pagi ini, Della akan pergi bersama dengan Fatimah dan Nur Khalisah—umi dari Syafiq.Rahma dan Khalisah memutuskan mengajak Della untuk memilih gaun yang akan dipakainya nanti."Della, ayo berangkat sekarang." Langkah kaki Rahma keluar dari kamar sambil membenarkan tas yang dipakainya."Ayo, Bu."Mereka berdua janjian dengan Khalisah di salah satu butik terkenal milik saudara Khalisah yang ada di daerah situ. Della dan ibunya mengendarai mobil untuk menuju ke lokasi butik, dan membutuhkan waktu setengah jam untuk sampai."Umi Khalisah sudah sampai sini belum, ya." Della dan Rahma keluar dari mobil dan langsung masuk ke dalam butiknya."Selamat datang, dengan atas nama Della dan Ibu Rahma?" tanya pelayan yang menyambut
Pernikahan adalah ibadah, dan setiap iba dan bermuara pada cinta-Nya sebagai tujuan. Sudah sewajarnya setiap upaya meraih cinta-Nya dilakukan dengan suka cita.Hari ini, matahari bersinar terang. Seakan menggambarkan suasana hari ini sama halnya seperti Della, yang merasa dirinya paling bahagia pagi ini. Iya, Della bahagia, karena hari ini tepat tanggal enam belas september, nanti dia akan sah menjadi seorang istri dari laki-laki yang sholeh."Della, jangan lama-lama, ya. Sebentar lagi kita akan berangkat," ucap Rahma setelah menghampiri Della yang sedang duduk di depan meja rias."Iya, Bu. Bagaimana dengan wajahku? Gak ketebalan, kan?" tanya Della."Enggak, kok. Kamu cantik, make up nya natural seperti ini.""Terima kasih, Ibu.""Ra, ingat pesannya ibu, ya. Sampai kapanpun kamu dengan Syafiq harus tetap bersama, jangan sampai ada kata pisah walaupun ada masalah seberat apapun." Rahma berpesan kepada putri satu-satunya."I
Hari ini, sudah sepuluh hari dimana Syafiq dan Della sah menjadi suami istri. Dan sekarang pukul satu siang, mereka berdua sedang bertukar cerita di teras rumah."Mas!" panggil Della."Apa, Sayang?" Syafiq menoleh ke arah Zahra kembali bertanya."Ayok keluar, aku lagi pengen makan bakso. Soalnya udah lama aku gak makan bakso," ucap Della."Mau makan bakso dimana?""Ya di warung bakso, Mas. Yakali mau beli bakso di warung nasi padang?""Iya tau lah, maksud mas itu warung bakso yang sebelah mana? Warung bakso kan banyak ....""Ya, gak tau, Mas. Nanti cari aja di jalan, kalau ada warung bakso tinggal mampir.""Iya udah, sekarang kamu siap-siap. Biar mas panasin mobilnya dulu," ucap Syafiq."Iya udah, aku masuk ke dalam dulu, ya.""Eh, bentar." Syafiq mencegah tangan Della untuk menghentikan langkahnya."Apa lagi, Mas?" Della membalikkan tubuhnya."Jangan lupa pakai cadarnya ya, Sayang," ucap Syafiq samb
Menikahi seseorang yang mencintai Allah, akan menunjukkan lebih banyak hal tentang masa depan dibanding apa yang kau lihat dan dengar sekarang.Pagi tadi, Della dan Syafiq sudah pindah ke rumah yang sudah di beli sebelum pernikahan.Sekarang mereka sedang santai-santai di ranjang kamar."Syafiq." Syafiq memanggil Della dengan begitu lembut."Iya, Mas. Kalau boleh, apakah mas mau manggil aku dengan sebutan dek?" Pertanyan Della yang membuat Syafiq seketika tertawa kencang. "Jadi kamu mau mas panggil dengan panggilan dek?""Iya, Mas. Memang kenapa kok mas malah tertawa ih ...." Syafiq menunjukkan raut kesal di wajahnya."Ututu, gak apa-apa dong, Dek." Syafiq menarik-narik pipi Della dengan pelan."Aw, sakit, Mas." Della merintih."Iya-iya, Dek." Tangannya Syafiq berpindah mengelus-elus pucuk kepala istrinya. "Dek, apakah mas boleh tiduran di pangkuan?" Della yang mendengar pertanyaan Syafiq pun langsung terkejut. "Hah?"
Pernikahan adalah ibadah, dan setiap iba dan bermuara pada cinta-Nya sebagai tujuan. Sudah sewajarnya setiap upaya meraih cinta-Nya dilakukan dengan suka cita.Hari ini, matahari bersinar terang. Seakan menggambarkan suasana hari ini sama halnya seperti Della, yang merasa dirinya paling bahagia pagi ini. Iya, Della bahagia, karena hari ini tepat tanggal enam belas september, nanti dia akan sah menjadi seorang istri dari laki-laki yang sholeh."Della, jangan lama-lama, ya. Sebentar lagi kita akan berangkat," ucap Rahma setelah menghampiri Della yang sedang duduk di depan meja rias."Iya, Bu. Bagaimana dengan wajahku? Gak ketebalan, kan?" tanya Della."Enggak, kok. Kamu cantik, make up nya natural seperti ini.""Terima kasih, Ibu.""Ra, ingat pesannya ibu, ya. Sampai kapanpun kamu dengan Syafiq harus tetap bersama, jangan sampai ada kata pisah walaupun ada masalah seberat apapun." Rahma berpesan kepada putri satu-satunya."I
“ Barangsiapa yang mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi karena Allah dan tidak memberi karena Allah, maka sungguh telah sempurna imannya.”(HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi)Pagi ini, Della akan pergi bersama dengan Fatimah dan Nur Khalisah—umi dari Syafiq.Rahma dan Khalisah memutuskan mengajak Della untuk memilih gaun yang akan dipakainya nanti."Della, ayo berangkat sekarang." Langkah kaki Rahma keluar dari kamar sambil membenarkan tas yang dipakainya."Ayo, Bu."Mereka berdua janjian dengan Khalisah di salah satu butik terkenal milik saudara Khalisah yang ada di daerah situ. Della dan ibunya mengendarai mobil untuk menuju ke lokasi butik, dan membutuhkan waktu setengah jam untuk sampai."Umi Khalisah sudah sampai sini belum, ya." Della dan Rahma keluar dari mobil dan langsung masuk ke dalam butiknya."Selamat datang, dengan atas nama Della dan Ibu Rahma?" tanya pelayan yang menyambut
'Kring kring kring'Alarm Della berbunyi nyaring tepat pada jam tiga, Della yang mendengar itu pun langsung bangun dari alam mimpinya.Dia segera bergegas ke kamar mandi mengambil air wudhu untuk melaksanakan salat tahajud.Della membaca kalam Al-quran sampai azan subuh.Setelah Della selesai melaksanakan salat subuh, dia merapikan tempat tidurnya serta membersihkan setiap sudut kamarnya.Tepat pukul enam, dia keluar dari kamarnya untuk membantu Rahma."Ibu, apakah perlu bantuan Della?" tanya Della saat baru saja menemui ibunya di dapur."Tolong kamu masak nasi, ya. Biar ibu yang goreng ikan sama masak sayurnya," pinta Rahma."Iya, Bu, udah dicuci belum berasnya?""Belum, Del. Ini cuci dulu." Rahma memberikan beras yang yang sudah ada di wadah.Butuh waktu empat puluh lima menit, Della dan ibunya menyiapkan makanan."Del, kamu panggil ayah dulu, ya. Biar ibu ambil piring."
Sepuluh hari berlalu setelah acara perpisahan. Hari ini, Della bangun pagi-pagi sekali seperti biasanya. Della dan Dila hari ini diajak oleh ayah dan ibunya Rena untuk mengantar Rena ke pondok pesantren, karena itu kemauannya Rena.Saat Della baru saja memakai kerudung, pintu kamarnya sudah diketok-ketok dari luar."Della, kamu ngapain aja kok lama banget? Nisa udah nungguin kamu di bawah." Teriakan Rahma membuat Della merasa gugup, dia berkerudung dengan waktu yang cepat. Karena Della 'tak mau kalau nanti ibunya terus berteriak-teriak.Baru saja Della keluar kamar, ibunya kembali mengomelinya. "Kamu udah ditungguin Nisa daritadi kok lama banget sih, kan kasihan dia.""Gak apa-apa kok, Tante. Kan belum terlalu lama juga aku nungguinnya," ucap Nisa."Iya maaf, Bu. Iya udah, aku sama Nisa mau pergi dulu. Assalamualaikum." Della dan Nisa melangkahkan kaki keluar rumah, 'tak lupa juga mereka berdua menicu
Ketika ada manisnya pertemuan, kita juga harus merasakan pahitnya perpisahan.Pagi ini, seorang gadis sudah berpenampilan sangat cantik dengan mengenakan gamis putih serta kerudung warna hijau. Iya, gadia tersebut adalah Della. Dia hari ini akan melaksanakan acara perpisahan di madrasahnya. Dia sekarang tengah menatap dirinya di pantulan cermin. "Aku sudah besar, ya. Sampai sudah ada yang ingin meminangku. Apakah diriku pantas menjadi istri dari anak seorang kiyai? Ya Allah, jika memang engkau telah menyiapkan dia untukku, maka permudahkanlah segala urusan yang mengenai aku dan dia kedepannya. Sesungguhnya Engkaulah yang maha meringankan segala urusan. Dan jika dia tidak Engkau takdirkan untukku, damaikanlah kita berdua," ucap Della pelan penuh dengan harapan.Jam menunjukkan pukul setengah tuj
Kau yang sudah berani meminangku, 'tak akan aku tolak. Karena kamu adalah orang yang sangat berani dalam kebaikan. Kamu memilih meminangku untuk menikah daripada menembakku untuk berpacaran.Hari ini, Della, Nisa, dan Rena sedang bersantai-santai di kantin karena mereka baru saja telah menyelesaikan ujian madrasah yang sudah dilaksanakannya sepuluh hari."Kalian habis ini rencananya mau ngapain? Mondok? Atau kuliah?" tanya Nisa."Aku sih kayaknya mondok," jawab Rena."Kalau kamu, Del? Mau ngapain?" Pertanyaan Nisa yang membuat Della terdiam seperti memikirkan sesuatu."Sepertinya aku kuliah, deh. Soalnya ayah pernah ngomong begitu," ucap Della."Oh, bagus deh. Nanti kita bakalan pisah dong," ujar Nisa sambil merengut."Iya, tapi jangan sedih, dong. Kita berpisah kan juga untuk masa depan kita, asal kalau s
Jika kamu belum tahu tentang suatu hal dengan pasti, maka cari tahulah hal tersebut selagi dalam kebaikan.Hari ini Della, Nisa, dan Rena sedang mengobrol-ngobrol di dalam kelas. Karena tadi setelah jam istirahat kelasnya jam kosong."Sa, Ren, aku mau tanya.""Tanya apa, Del?""Kalian ada niatan untuk bercadar gak, sih?" tanya Della."Kalau niatan sih ada, akan tetapi aku belum mantap aja. Masih takut nanti kalau cuma sesaat, belum bisa istikomah," jawab Nisa."Oh gitu, ya. Kalau Rena?" Della kembali bertanya.