Home / Romansa / Dear, Pak Dokter / calon menantu

Share

calon menantu

Author: Riri riyanti
last update Last Updated: 2022-10-25 06:40:11

Langkah kaki panjangnya tampak gontai menjejak lantai dingin menuju kamar Kia. Wajah khas bangun tidur masih menghiasi rautnya, pula dirinya sesekali menguap lebar. Seperti biasanya, ritual pagi Nathan adalah mengecek kondisi Sang putri di kamarnya.

Pagi ini merupakan pagi terbaik untuk pria itu. Setelah beberapa hari selalu menyambut pergantian hari dengan murung, kini dadanya dilingkupi semangat baru. Pasalnya Kia baru tadi malam dibawa pulang dari rumah sakit, dan kini kondisi balita cantik itu berangsur semakin baik.

"Selamat pagi, Princessnya Papa," sapanya setelah membuka pintu kamar Kia. Ternyata Nathan datang di waktu yang tepat, di mana gadis kecil itu baru saja membuka mata.

"Pagi, Papa~" Kia membalas sapaan ayahnya dengan suara serak. Mata lebarnya tampak mengerjap lucu lengkap dengan menguap kecil, menggemaskan sekali. Hal yang membuat Nathan bergerak untuk menciumi kedua pipi bulatnya.

"Bagaimana keadaanmu, Sayang? Masih pusing?" tanya pria itu setelahnya. Ia duduk di te
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Dear, Pak Dokter   meyakini

    Meja makan di rumah Nathan tak pernah seramai ini sebelumnya, tentu karena adanya satu anggota baru yang turut duduk bersama. Ya, dia Reanna. Meskipun masih tampak kikuk, wanita cantik itu cukup mudah berbaur dengan keluarga. Ia bahkan makin perhatian pada anak semata wayang Si dokter pirang."Kia mau makan yang mana, Nak? Biar Kakak ambilkan," tawar Reanna pada Kia yang duduk di kursi di sisinya. Senyum manis itu seakan tak pernah pudar menghiasi raut wajahnya."Yang itu." Kia menunjuk sepiring ikan goreng dengan jari telunjuk mungilnya. Dan Reanna dengan sigap segera menuruni keinginan gadis kecil itu, ia mengambilkan sebuah ikan yang ukurannya paling besar ke atas piring Kia, memancing senyuman lebar balita itu."Mau disuapi sekalian?" tawarnya lagi. Namun, Kia membalasnya dengan gelengan kepala. "Tidak. Kia cudah bica makan cendiri, Kak~" lalu balita imut itu mulai menyuap makanan di atas piringnya langsung dengan tangan, tanpa sendok ataupun garpu. Tentu setelah mencuci tangann

    Last Updated : 2022-10-26
  • Dear, Pak Dokter   menghangat

    Dalam fisiologi, senyum adalah ekspresi wajah yang terjadi akibat bergeraknya atau timbulnya suatu gerakan di bibir atau kedua ujungnya, atau pula di sekitar mata. Kebanyakan orang senyum untuk menampilkan kebahagiaan dan rasa senang. Dan hal tersebutlah yang terjadi pada Nathan. Pria blasteran itu seakan tak pernah berhenti tersenyum seharian. Bahkan ketika dirinya harus pulang larut malam karena banyaknya jadwal operasi, raut bahagia itu tetap terpatri. Bagaimana tidak? Setiap kali dirinya memikirkan jika ketika ia pulang nanti akan ada Reanna yang menyambutnya, dadanya terasa dipenuhi euforia."Hmm ... sepertinya cuaca hari ini sangat cerah, ya? Berbeda sekali dengan hari-hari lalu yang selalu mendung," sindir Arvi yang berjalan di sisinya menuju parkiran. Sesekali mata Si dokter anak itu kedapatan melirik ke arah Nathan dengan senyum jenaka."Tidak perlu menyindir begitu, Ar. Aku tahu maksudmu." Nathan justru terkekeh ringan menanggapinya. Ia meraih kunci mobil di saku celana saa

    Last Updated : 2022-10-28
  • Dear, Pak Dokter   ke mana?

    Puas. Satu kata yang kini berada dalam benak Reanna ketika baru saja selesai menyisir rambut halus gadis kecil di depannya. Lihat saja, bahkan hanya dengan merapikan sedikit surai pirang Kia, balita itu sudah terlihat begitu istimewa. "Kamu cantik sekali, Sayang." Tak pelak bibir mungil itu merekah setelah mendengar pujian dari kakak tersayangnya, sebuah senyuman ceria terangkai dari wajah imutnya ketika menatap pantulan wajahnya sendiri pada cermin di hadapannya. Gadis kecil itu melirik sekilas melalui ekor mata pada wanita yang duduk di belakangnya."Kuncil dua, Kak~""Baiklah. Sesuai permintaanmu, Sayang." Wanita itu kembali menyunggingkan senyuman. Kedua tangannya kembali terangkat, kembali menyisir rambut gadis kecil itu lalu membaginya menjadi dua.Dari arah kanan mereka, muncul sosok Tisha yang baru saja melayani seorang pelanggan. Gadis cantik dengan rambutnya yang terurai panjang itu melayangkan sebuah senyuman ketika netranya menangkap sosok Kia beserta Reanna. Ia menduduk

    Last Updated : 2022-10-29
  • Dear, Pak Dokter   melamarmu

    "Mau pulang dulu?" pertanyaan Nathan memecah keheningan di dalam mobil hitam yang tengah melaju. Netra biru itu melirik pada Reanna melalui spion dalamnya. "Untuk?" wanita yang duduk di belakang kursi pria itu tampak mengerutkan keningnya. Jari-jemarinya tak henti menyisir lembut surai pirang balita yang tertidur dengan berbantalkan pahanya."Berganti baju misalnya?"Kerutan pada kening Reanna semakin dalam saja, ia masih belum mengerti atas pertanyaan Nathan. "Memangnya kita mau ke mana?""Ke rumahku. Mama dan Papa sudah menunggu." Pria blasteran itu menjawab begitu ringan, membuat kepala Reanna mengangguk-angguk paham di kursi belakang. "Sepertinya memang harus pulang dulu. Aku akan berganti baju dengan yang lebih baik," putus wanita itu pada akhirnya. Biar bagaimanapun ia harus terlihat lebih sopan di hadapan calon mertua, 'kan? Pakaian yang ia kenakan sekarang terasa terlalu santai baginya. "Apa ada acara penting?""Sangat penting." Nathan menjawab cepat seraya mengangguk mantap

    Last Updated : 2022-10-31
  • Dear, Pak Dokter   diterima

    Reanna mendongak secepat yang ia bisa atas pertanyaan kakaknya. Jantungnya berdentum kencang di dalam rongga dada. Ah, ia belum menceritakan soal putusnya hubungan dirinya dengan lelaki yang namanya baru saja disebutkan oleh Bastian. Dan kini ia bingung harus mengatakan apa.Sedangkan Danudirja pun tampak mengernyit saat mengingat nama tersebut. Seingat pria baya itu, Kalandra memanglah nama yang sering Reanna perkenalkan padanya lewat sambungan telepon beberapa bulan lalu."Kalandra siapa, Rea?" Joana yang mendengar nama lelaki asing keluar dari mulut Bastian membuatnya menatap menyelidik pada calon menantunya. Tentu hal tersebut membuat Reanna semakin pusing dibuatnya. 'Apakah aku jujur saja?' batinnya seraya sesekali meremas rok di atas pangkuannya.Ketika raut panik mendominasi wajah adiknya, Bastian yang duduk di samping sang ayah terkekeh puas. Pria itu tahu dengan pasti bahwa lelaki yang duduk di samping adiknya itu bukanlah Kalandra Adi Sucipta; tunangan yang sering diceritak

    Last Updated : 2022-11-02
  • Dear, Pak Dokter   mengambil hati

    Kafe yang biasa Reanna dan Tisha kunjungi siang ini memang cukup lengang. Hanya ada beberapa meja yang terisi, sedangkan mereka memilih duduk di kursi yang berada di teras, sehingga mereka dapat sekaligus melihat kendaraan yang berlalu lalang di jalanan."Tidak ada Kia, sepi ya?" Ucapan tiba-tiba Tisha membuat Reanna menoleh padanya, sejenak menghentikan suapan nasi daun jeruk ke dalam mulutnya. "Iya, Kia sedang di rumah neneknya," ungkapnya membenarkan. Tanpa balita cantik itu di sekitarnya, memang rasanya seperti ada yang kurang bagi Reanna. Setelahnya, ia meneguk segelas jus jeruk untuk melepas dahaga.Kepala Tisha mengangguk-angguk. Namun, secara spontan ingatannya kembali pada hari kemarin, seiring rasa ingin tahu yang datang. Sebelum mengatakan apa yang ada di kepalanya, Tisha lebih dulu membasahi tenggorokannya dengan segelas es teh pesanannya. "Serius, kamu benar-benar membuatku penasaran. Kemarin Pak dokter mengajakmu ke mana?" tanyanya."Dia mengajakku ke rumah orang tuaku

    Last Updated : 2022-11-04
  • Dear, Pak Dokter   miss you

    Tidak biasanya Bastian bangun sesiang ini, ketika mentari pagi sudah hampir naik sepenggalah. Ia semalaman susah tidur, dan baru bisa terlelap ketika pukul empat pagi. Entah kenapa setiap kali ia mengingat bahwa adik tersayangnya akan segera menikah, ia merasa tidak rela.Sambil mengucek sebelah mana, Bastian membuka pintu kamarnya. Langkah kaki panjang itu lalu bergerak menuju dapur, hendak memasak seperti tugas biasanya. Namun, ketika ia sampai di ambang pintu, atensinya mendapati bahwa di atas meja makan sudah tersaji beberapa masakan yang sepertinya masih panas, terlihat dari asap yang mengepul di atasnya. Dari aroma menggugah selera yang masuk ke dalam hidung mancung pria itu, Bastian yakin bahwa masakan yang telah siap santap di sana memiliki cita rasa yang luar biasa. Tanpa sadar kedua kaki pria itu menjejak mendekat untuk melihat lebih jelas masakan jenis apa yang terhidang di sana.Dan ... kedua mata sehitam jelaga Bastian berbinar seketika. Ia segera duduk di salah satu kur

    Last Updated : 2022-11-07
  • Dear, Pak Dokter   follow you

    "Sebentar, Kak. Rea akan angkat telepon dulu."Bastian hanya menganggukkan kepala untuk merespons izin adiknya. Sedangkan Reanna segera berjalan sedikit menjauh untuk mengangkat telepon yang ternyata dari calon suaminya, Nathan."Ya, Mas?" tanyanya pada seseorang di seberang telepon sana. Sejenak terdengar suara gemersik sebelum suara maskulin Nathan memasuki indera pendengaran Reanna."Kenapa kamu pulang ke rumah tidak memberitahuku, Rea?"Reanna terdiam selama beberapa detik mendengar pertanyaan Nathan. Meskipun ia sudah menduga jika Sang calon suami akan bertanya demikian, namun ia tetap merasa setitik rasa tak enak hati mengingat dirinya yang pergi tanpa izin. "Maaf, Mas. Aku tahu kalau Mas Nathan sedang sangat sibuk, jadi aku tidak mau mengganggu." Pada akhirnya hanya itu yang mampu Reanna ucapkan sebagai alasan."Pesan darimu tidak akan pernah menggangguku. Jangan diulangi, aku tidak suka." Nathan menjawab dengan sedikit nada ketus di seberang telepon sana. Meski begitu, Reanna

    Last Updated : 2022-11-10

Latest chapter

  • Dear, Pak Dokter   extra - 4

    "Selamat, Dok. Bayi lelaki Anda lahir dengan sehat tanpa kurang suatu apa pun." Di belakang sosok perawat berseragam putih tersebut, terlihatlah sosok dokter kandungan wanita, seseorang yang bertanggung jawab melakukan proses persalinan operasi caesar Reanna. Sesosok bayi mungil berbalut kain putih terlihat dalam gendongan si dokter, tangisannya terdengar menggema.Tentu Nathan segera mendekat, meninggalkan dua sosok lain di belakang tubuhnya di ambang pintu, karena memang hanya sang dokter piranglah—yang notabenenya adalah suami pasien—yang boleh memasuki ruang pemulihan.Pria pirang itu menerima buntalan bayi merah tersebut dengan hati-hati, mengamati sejenak wajah mungil Sang putra. Jari telunjuk tangan kanannya yang bebas menyentuh pelan pipi tembam anaknya, dia ... benar-benar mirip dirinya dan juga Reanna.Namun, ia tak mampu lama-lama mengagumi anugerah Tuhan yang dititipkan padanya beserta istri tercinta. Hatinya masihlah khawatir sebelum melihat kondisi wanitanya. Ia mengalihk

  • Dear, Pak Dokter   extra - 3

    "Bagaimana hasilnya, dr. Karin?" Nathan menelan salivanya dengan sedikit gugup ketika seorang dokter obgyn wanita mengamati monitor hitam alat USG-nya, ia harap-harap cemas. Tentu ia berharap jika hasil pemeriksaan rekan sesama dokter kandungannya itu bisa sedikit berbeda dari hasil yang ia dapatkan ketika memeriksa kandungan Sang istri beberapa hari lalu. Sedangkan Reanna, wanita hamil yang terbaring di ranjang tinggi tempat praktik dr. Karin hanya diam mengamati pula mendengarkan pembicaraan kedua orang dokter kandungannya. Ia pun sejujurnya gugup, namun berusaha menormalkan detakan jantungnya. "Janin dalam keadaan sehat, ketuban cukup, plasenta tidak menghalangi jalan lahir dan belum terjadi pengapuran. Hanya saja bayi dalam posisi oksiput posterior atau terlentang di dalam kandungan, mungkin hal tersebut yang membuat janin belum masuk panggul hingga sekarang," jawab dr. Karin apa adanya, tanpa melepas atensi dari layar monitor yang menampilkan keadaan kandungan Sang pasien, istri

  • Dear, Pak Dokter   extra - 2

    "Tunggu sebentar, Sayang." Kedua tangan kekar itu melepaskan rengkuhannya dari tubuh Sang istri kemudian menarikkan sebuah kursi makan untuknya, menimbulkan suara decitan kecil akibat kaki tempat duduk yang bergesekan dengan lantai keramik di bawah kakinya. Sedangkan Reanna hanya tersenyum manis menanggapinya. Telapak tangan kanan dan kirinya tiada henti membelai permukaan perutnya yang terasa menegang, tentu diikuti gerakan janinnya yang semakin brutal dari dalam kandungan. Ah, bayi mereka memang super aktif."Pelan-pelan." Setelahnya, pria itu menuntun tubuh berisi Sang wanita untuk mendudukkan diri dengan hati-hati. Sungguh, Nathan sangat over protektif pada Sang istri akhir-akhir ini. Bahkan jika boleh, ia akan dengan senang hati menggendong tubuh Reanna tanpa mengizinkannya menapaki bumi.Reanna terkekeh sembari menggeleng singkat kala mendapatkan perlakuan suaminya yang begitu hangat, meskipun ia akui itu sedikit berlebihan. Namun, ia menerima segala perhatian itu dengan senang

  • Dear, Pak Dokter   extra - 1

    "Kamu yakin?" mata biru itu menatap menelisik raut jelita Sang istri di depan cermin riasnya. Hari masihlah pagi, namun wanitanya sudah terlihat begitu rapi. Tubuh dengan kandungan yang sudah sangat besar itu terbalut dengan manisnya dress hamil selutut berwarna lilac, sedangkan rambut kelam yang dahulu begitu panjang kini terpangkas sebatas bahu, dikuncir sebagian; meninggalkan separuhnya lagi tergerai di belakang. "Tentu." Wanita itu menjawab dengan pasti, tak lupa mengurva senyuman manis untuk Sang suami. Ia lantas meletakkan sebuah lipstik berwarna pink kembali ke tempat semula, tentu setelah ia selesai mengoleskan benda itu pada kedua belah bibir ranumnya."Tapi, perutmu sudah sangat besar, Sayang ... apa itu tidak apa-apa?" raut tampan Si dokter pirang masihlah terlihat cemas. Mengabaikan kemeja hitam yang belum terkancing sempurna—yang melekat di tubuhnya, pria yang akan kembali bergelar sebagai ayah itu memposisikan diri di belakang tubuh Sang istri. Kedua netra biru itu kem

  • Dear, Pak Dokter   bukan akhir cerita, tapi awal bahagia

    "Mama ... !!" teriakan keras nan memekakkan telinga dari Kia adalah hal yang menyambut Reanna dan Nathan saat mereka baru saja membuka pintu utama rumah Joana. Balita cantik nan menggemaskan itu berlari sambil merentangkan tangan, lalu masuk ke dalam dekapan ibu sambungnya ketika wanita yang tengah hamil muda itu merendahkan tubuh menyambutnya. Rasa hangat yang menjalari dada menuntun sudut-sudut bibir wanita itu menarik lengkungan senyuman."Merindukan Mama, hm?" tanyanya seraya membalas dekapan."Lindu~" pelukan balita itu semakin erat. Lengan-lengan mungilnya mengalungi leher Reanna, mencium wangi parfum yang biasa ibunya pakai penuh kerinduan. "Mama ke mana caja? Kenapa Kia tidak diajak?""Mama tidak ke mana-mana, Sayang. Hanya pergi sebentar untuk menenangkan diri." Reanna melepas pelukan demi menatap wajah imut Sang putri. Tangan-tangannya menangkup kedua pipi bak bapao Kia, lalu memberikan ciuman sayang di dahi.Dari arah ruang keluarga muncul sosok Joana, ia menebar senyum ba

  • Dear, Pak Dokter   perasaan yang terbalaskan

    "Apakah ... kamu sudah mencintaiku, Mas?" suara lembut nan pelan itu mengalun perlahan, menembus kesunyian. Sedangkan Nathan sejenak terdiam, sedikit terkejut dengan pertanyaan Sang istri yang di luar dugaan."Apakah aku harus menjawabnya?" pria itu menjawab pertanyaan Reanna dengan pertanyaan lainnya. Dan hal itu justru membuat raut wajah wanita itu mendung seketika. Spekulasi negatifnya kembali menyeruak dalam dada. Pria itu memang tidak memiliki rasa yang sama terhadapnya."Tidak perlu. Aku sudah tahu jawabannya." Reanna menunduk, menatap permukaan meja kaca di hadapannya dengan sendu. "Kamu tidak pernah mencintaiku," lanjutnya, semakin lirih di akhir kata."Tidak semua wanita bisa peka ternyata.""?" Reanna tersentak mendengar ucapan suaminya. Dengan spontan, ia menoleh cepat pada raut tampan Si dokter pirang."Tanpa kamu mengatakannya pun aku sudah tahu bagaimana perasaanmu padaku," ungkap Nathan, menatap tepat pada kedua mata indah istrinya penuh arti."Apa yang kamu tahu?" t

  • Dear, Pak Dokter   mengganjal

    "Ekhem! Jadi?" ucapan Alona menyita kembali atensi mereka. Ah, Nathan hampir lupa tujuan utama ia mengajak Sang istri datang ke sana."Sebelumnya perkenalkan ... dia Reanna, istri kecilku." Kedua tangan besar Nathan hinggap di kedua bahu Sang istri, memperkenalkan. Meresponsnya, Alona menggulirkan pandangan mata kemudian tersenyum dengan manisnya kala menatap wajah istri Si dokter tampan. "Hay, Reanna ... kamu cantik sekali."Reanna hanya tersenyum malu-malu membalasnya. Di puji begitu membuat wajah ayunya sedikit merona."Dan Rea, dia bernama Alona, calon istri Arvi, Si dokter anak yang adalah sahabatku. Dia tunangan pria di sebelahnya." Kembali, Nathan berujar memperkenalkan."Salam kenal." Reanna berucap seadanya, sedikit membagi senyumnya."Kamu bisa memanggilku Kakak, atau mungkin Tante? Aku dua tahun lebih muda dari suamimu," ungkap Alona dengan senyuman yang tak luntur dari bibirnya."Kakak saja. Kamu terlihat masih sangat muda, Kak Alona.""Terima kasih.""Al, berikan penjela

  • Dear, Pak Dokter   titik temu

    "Pulanglah bersamaku."Ucapan itu menggema di dalam telinga Reanna. Wanita itu masih saja terdiam terpaku, menatap mata biru yang terus menatap lembut pada kedua mata indahnya. "Kembalilah, Rea ... kami sangat membutuhkanmu." Pria pirang di depannya kembali bersuara.Sedangkan Reanna memejam mata sarat akan luka kala ingatan tempo hari lalu menyeruak dalam kepala cantiknya. Ketika Sang suami dengan begitu akrabnya membersamai wanita lain selain dirinya."Kamu tidak membutuhkanku, Mas. Aku bukan apa-apa bagimu," ungkap wanita itu, selirih tiupan angin. Namun, cukup mampu di dengar Sang suami.Embusan napas pria itu terdengar berat setelahnya. Ia tidak habis pikir dengan jalan pemikiran Sang istri."Kamu istriku, Rea. Kamu bagian terpenting dalam keluarga. Keluarga kita, yang artinya bukan hanya tentang aku dan Kia. kamu pun ada di dalamnya." Nathan berusaha meyakinkan istrinya."...." Reanna tampak menunduk pedih mendengarnya. Apakah ia harus percaya? Sedangkan ia melihat sendiri de

  • Dear, Pak Dokter   red rose

    [Saya sedang dalam perjalanan ke sana. Mungkin memang sedikit memakan waktu sebab jalanan menuju ke Florist cukup macet. Saya harap kamu bisa menahan Reanna untuk tetap berada di sana sampai saya sampai.]Pesan itu masuk hampir satu jam lalu, dan Tisha baru saja membuka ponselnya karena dirinya sedikit sibuk. Tentu pesan itu berasal dari nomor Si dokter tampan, suami sahabatnya. Sedangkan Reanna sudah tampak lebih baik sekarang, dia sedang merangkai sebuket bunga mawar merah untuk membunuh waktu, sebab Tisha memang belum memberinya tugas apa pun untuk mulai bekerja.[Sekarang sampai di mana?]Tisha membalas pesan itu dengan sedikit tergesa lalu melirik Reanna sejenak. Dan nyatanya dirinya tak perlu menunggu terlalu lama untuk mendapatkan balasan dari pria di seberang telepon sana.[Mungkin 5 menit lagi saya sampai. Posisi saya sudah dekat.]"Rea ... aku titip Florist padamu, ya? Sebentar saja." Tisha membuka suara, ia memang sedang berpikir untuk memberikan pasangan suami-istri itu r

DMCA.com Protection Status