Share

BAB 33

Penulis: Blezzia
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-27 22:17:48

Tatapanku terpaku pada pantulan bulan dari danau di hadapan. Dan terdengar suara-suara serangga di sekitar yang tidak lagi kupedulikan, begitu pula dengan kumpulan bebek di dekat pasir berbatu, tak jauh dari danau, kini terdengar ribut karena sepertinya terganggu akan hadirku.

“Aku juga butuh tempat sama seperti kalian, dasar berisik,” kataku sengit saat salah satu bebek itu mulai mengepakkan sayap, seolah mengusirku pergi.

Aku mendengus keras dan mulai beranjak mencari tempat nyaman untuk merenung kembali.

Baru saja aku menemukan spot yang bagus, saat tiba-tiba bayangan seorang pria hadir di hadapan yang seketika menghentikan langkahku.

Duh, mengejutkan saja. Apa sulitnya membuat suara? Untung saja aku tidak berteriak dan membuat semua bebek itu semakin ribut dan mengejarku dengan sayap terkembang karena sudah mengganggu tidur mereka.

“Mau apa Om ke sini?” tanyaku kesal ketika menyadari bukan dia pria yang kuharapkan.

Padahal biasanya

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Dear Gavin (INDONESIA)   BAB 34

    Baru saja aku menaruh tas di kamar setelah pulang dari sekolah, saat tiba-tiba ponselku berbunyi dan nama ‘Om Jaxon’ muncul di layar.Huh, tidak biasanya dia mengirimi pesan.Dia sendiri yang mengakui lebih menyukai panggilang suara dibanding text. Kurasa dia tidak begitu mahir membaca dan rasa ‘suka tidak suka’ tersebut hanya alasan agar orang-orang tidak curiga, bahwa kepala Mafia paling ditakuti buta literasi.Om Jaxon: Kau sudah pulang?Aneh sekali dia menanyai, bukankah tadi orang suruhannya mengikuti sampai ke rumah. Dasar basa-basi busuk.Me: Memangnya kenapa bila belum? Kau mau mengajak makan siang? Kebetulan sekali aku ingin makan di La Fontana.Om Jaxon: Siapa juga yang akan mengajakmu ke sana. Aku tidak mau berbicara dengan Dune Fontana saat ini. Kemarin saja dia nyaris tidak memberiku kursi. Reservasi penuh.Membaca pesannya, aku sangat yakin dia mengajak teman kencan seorang wanita ke La Fontana. H

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-31
  • Dear Gavin (INDONESIA)   BAB 35

    Kakiku pegal karena terlalu lama berdiri sehingga aku pun memutuskan untuk berjongkok.Tidak lama kemudian petugas penjaga pintu mendatangi lagi, dan ini sudah sekian kali dengan menyakan hal yang sama berulang-ulang.“Apa kau benar-benar tidak apa-apa berada di sini?”Dapat kulihat wajahnya yang cemas, karena bisa saja dia takut kedapatan membiarkan tamu berada di luar gedung malam-malam.Untuk meyakinkannya, aku mengangguk pasti hingga membuat leherku sedikit pegal.“Tidak apa-apa. Kembali saja ke dalam, aku lebih suka menunggu di luar,” kataku sembari mengibaskan tangan, pertanda mengusir petugas itu agar membiarkanku sendiri, tetapi dia sangat keras kepala, atau mungkin saja rasa takut berlebih membuatnya enggan beranjak.“Di dalam lebih hangat dan nyaman,” bujuknya lagi yang membuatku ingin memutar bola mata.Bagaimana cara mengusir petugas ini agar membiarkanku sendiri?“Aku lebih

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-31
  • Dear Gavin (INDONESIA)   BAB 36

    Aku menatap langit-langit kamar, dan dengan perasaan kesal, kedua tanganku memukul sisi tempat tidur diikuti hentakan kaki berkali-kali.Dasar pria menyebalkan!Setelah membawaku ke sini, Gavin pergi keluar dan meninggalkanku sendiri, tapi tidak lama setelahnya dia datang lagi dengan sebuah kemeja dalam genggaman bersamaan dengan T-Shirt dan juga celana boxer.Tanpa sekali pun melihat ke arahku, dia menaruh semua itu di kaki ranjang, lalu keluar begitu saja.Aku bahkan tidak mendengar sedikit pun dia bicara, membuatku sedikit menderita karena itu artinya dia benar-benar abai sehingga pergi tanpa sepatah kata.Apa aku pulang saja? Tapi … aku tidak mau di rumah sendiri.Bagaimana bila ke rumah Evan?Hhh … takutnya dia sedang ke party dan tidak di rumah.Saat kedua tanganku memukul kasur kembali, maka saat itu pula Gavin memutuskan untuk masuk ke kamar dan berdiam diri di depan pintu sembari bersandar pada kusen seda

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-02
  • Dear Gavin (INDONESIA)   BAB 37

    Setelah kejadian beberapa hari lalu, aku pun melakukan apa saja untuk merusak hari-hari yang Gavin lalui dengan sengaja. Dimulai dari mendatanginya ke Red Cage, lalu mengobrak-abrik kesenangannya saat dia bersama wanita lain. Bahkan, banyak wanita yang perlahan menjauhinya karena tahu aku akan melabrak mereka satu per satu, namun hanya satu orang saja yang tidak terpengaruh, yaitu si Jalang Nayla.Tidak hanya mendatangi Gavin di mana saja, aku juga menerornya dengan pesan-pesan singkat serta menghubunginya tengah malam, hanya untuk memastikan dia sendiri apa tidak. Untungnya Om Jaxon berbaik hati memberiku nomor Gavin dan tanpa peduli dia akan kesal, aku pun mengganggunya setiap waktu.Mulai dari menanyakan apakah dia sudah makan, hingga kegiatan apa yang sedang dia lakukan. Meski dengan marah-marah, Gavin tetap membalas dan menjawab semua pertanyaan.Hanya saja, saat kami mengadakan pesta Piyama di Penthouse milik saudara laki-laki Slaine, yaitu Danny Johanson,

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-04
  • Dear Gavin (INDONESIA)   BAB 38

    Malam semakin larut, tetapi aku tidak juga bisa tidur, sehingga aku pun terbangun kembali dan duduk di atas kasur sembari menatap ke arah jendela yang sengaja kubuka.Bulan tampak bersinar terang di luar, tetapi cahayanya yang lembut tidak bisa memberiku ketenangan.Bahkan aku tidak menyadari pipi yang basah selama beberapa menit. Dan begitu lelehan air mata jatuh ke lengan, barulah aku mengusap semua jejak tangis yang tidak ingin kubiarkan bertahan lama di pelupuk.Kepalaku melirik ke arah ponsel yang terletak di atas meja, namun sekuat tenaga aku mengenyahkan keinginan untuk meraihnya.Buat apa? Menghubungi Gavin tengah malam dan menangis hanya untuk diabaikan? Atau mungkin saja dia mengangkat panggilan dan aku mendengar suara feminim yang sedang menghangatkan ranjangnya di seberang.Mengingat kemungkinan terakhir, hatiku merasa sakit tiba-tiba, dan tanpa sadar aku meremas dada lalu menepuk-nepuknya pelan.“Kau bahkan tidak peduli,&r

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-06
  • Dear Gavin (INDONESIA)   BAB 39

    Aku mematut diri di depan cermin dengan tidak minat, padahal bila diperhatikan sekilas, kecantikanku sangat paripurna, tanpa cela dan … sempurna.Sayang sekali, tidak ada teman dansa yang akan menghabiskan malam bersama. Dan dapat kubayangkan nantinya aku hanya akan jadi pajangan di sudut ruangan, menatap ke arah teman-temanku yang berputar di lantai bersama pasangan masing-masing, sedangkan wajah mereka tampak berbinar bahagia.“Krista?” panggil Ibu dari luar kamar yang membuat senyum tidak tulusku luntur seketika.Mendengar kekhawatiran dari nada suaranya, aku tahu bahwa Ibu pasti ingin bertanya apa yang sebenarnya terjadi, dan di mana pria berstelan necis yang seharusnya mengetuk daun pintu sejak sejam lalu, karena jelas sekali acara Prom Night akan dimulai tidak lama lagi, tetapi tidak seorang pria pun datang ke rumah.Aku bahkan sudah tidak peduli, dan jika memang terlambat, aku hanya akan pasrah.“Krista?”

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-08
  • Dear Gavin (INDONESIA)   BAB 40

    Begitu lama aku berputar-putar di sekitar Denver, hingga akhirnya mobilku berhenti tepat di depan Klub GC.Begitu berhenti, aku pun memutuskan untuk tetap berdiam di dalam sembari melirik ke sekitar.Entah apa yang sedang kucari, karena yang kuikuti adalah kata hati begitu melewati jalanan Denver, sehingga tanpa sadar membawaku ke sini.Setelah menarik napas dalam-dalam, aku memutuskan untuk segera pergi dan pulang saja ke rumah, tetapi suara ketukan di pintu jendela membuatku terlonjak seketika.Dengan cepat kepalaku mengarah ke sumber suara, dan perasaan lega membanjiri saat mendapati ternyata Mason yang berada di luar.“Ada apa kau mengetuk?” tanyaku begitu menurunkan kaca jendela.Dia tersenyum dan mengisyaratkan dengan tiga jari dari tangan kanan agar aku keluar.Begitu berada di luar mobil, dia langsung mencecarku dengan pertanyaan bertubi-tubi.“Bukankah ini hari besarmu? Mengapa kau ada di

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-10
  • Dear Gavin (INDONESIA)   BAB 41

    Suara seseorang sedang melakukan percakapan membuatku terjaga.Kelopak mataku membuka dengan berat, dan kepalaku menoleh pelan ke arah sumber suara, yang ternyata berasal dari sosok laki-laki yang tidak ingin kulihat atau sebut namanya lagi.Kini, dia berdiri menyamping, sedang fokus pandangan ada pada pemandangan di luar jendela.Sepertinya dia masih memakai baju yang tadi, karena penampilannya masih belum berubah. Yang hilang hanyalah dasi, dan tampaknya kancing baju bagian atas terbuka sedikit, memamerkan kulit indah yang sedikit berkilau ditimpa remang-remang lampu jalanan, juga memberikan sedikit pencahayaan pada wajahnya yang terlihat kaku.Aku berusaha menutup mata kembali dan berharap ini semua hanya mimpi, namun berapa kali pun mencoba, sosok itu masih berdiri di tempat semula.Kali ini aku mendengarkan apa yang sedang dia bicarakan dengan orang di ujung panggilan.“Dia masih belum bangun,” ucapnya dengan berbisik pelan.

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-12

Bab terbaru

  • Dear Gavin (INDONESIA)   -TAMAT-

    “Kemana kau akan membawaku?” tanya gadis itu ketika Gavin mengemudikan mobil menuju ke jalanan yang jauh dari kota, seolah-olah mereka menuju sebuah tempat terpencil.Dengan tatapan ingin tahu, Krista tidak bisa melepas pandangan pada pria yang menyetir di sebelah.Cukup lama Gavin akhirnya menjawab.“Kau akan tahu bila kita tiba,” ucap pria itu dengan senyuman simpul.Bahkan, Krista melihat sesuatu yang sangat tidak biasa dari cara Gavin menatapnya, seolah pria itu melihat bongkahan berlian dengan ekspresi antusias, yang seketika menghangatkan pipi gadis itu hingga bersemu merah.Bukannya kecanggungan yang tercipta, suasana di sekitar beruba

  • Dear Gavin (INDONESIA)   BAB 68

    Saat terbangun pagi itu, Krista meraba sisi ranjang di sampingnya hanya untuk mendapati tempat itu terasa dingin, seolah-olah tidak ada tubuh yang berbaring di sana dalam waktu yang cukup lama. Seketika dia pun terkesiap dan terduduk sembari memperhatikan ke sekitar ruangan.Perlahan-lahan rasa takut mulai menjalari diri, membuat kepanikan menyelimuti hingga dia merasakan getir pada mulut.“Gavin,” panggil gadis itu, layaknya seseorang yang kehilangan.Dengan tergesa-gesa, Krista menyibak selimut sembari berlari keluar kamar menuju tangga ke lantai bawah.Napas gadis itu memburu ketika dia tiba-tiba saja melihat sosok Gavin tengah berdiri di dekat jendela di ruang keluarga dengan ponsel di telinga. Sembari menata napas, Krista memperhatikan pria di hadapan yang berpakaian sangat rapi dengan kemeja biru dongker membalut tubuh, lengkap dasi dan sepatu kulit hitam mengkilat.Mendengar suara yang berasa dari balik tubuhnya, pria itu p

  • Dear Gavin (INDONESIA)   BAB 67

    Langit tampak mendung di pemakaman, membuat Krista mendongak sebentar sebelum memusatkan perhatian kembali pada dua batu nisan di hadapan.Lama dia terdiam, dengan kepala menunduk, menyembunyikan tangisan yang tadi sempat mengering.Sementara itu, Gavin yang berada di sampingnya sejak tadi hanya diam sembari mengawasi. Pria itu menatap batu nisan yang sering dia kunjungi selama beberapa tahun terakhir dengan tatapan sama sendunya dengan langit yang hendak menurunkan hujan.Dalam kesunyian yang menyelimuti, keheningan itu pun pecah dengan suara serak Krista yang berkata; “Terima kasih.”Mendengar ucapannya, Gavin hanya menoleh pelan.Kini, gadis itu memandang ke arahnya dengan mata yang basah kembali.“Terima kasih sudah merawat keduanya selama aku tidak ada,” lanjut Krista yang mendapat senyuman lemah.“Bagaimana kau tahu?” tanya Gavin lembut.Dia merapikan anak rambut gadis itu yang diterban

  • Dear Gavin (INDONESIA)   BAB 66

    Sentuhan lembut di bahu membangunkan Krista. Tubuhnya menggeliat pelan sembari menoleh ke samping dengan mata sedikit terbuka. Kemudian, dia pun terdiam ketika mendapati wajah Gavin yang mengulas senyuman halus di wajah rupawannya.“Bangunlah sleepy head,” bisiknya pelan sembari mengelus pipi gadis itu.Krista tampak masih dikusai kantuk, membuat Gavin sedikit merasa bersalah telah membangunkan.“Kita ada di mana?” tanya Krista sembari melirik ke luar jendela.Dia pun terdiam saat mendapati bangunan yang sangat familiar.“Kita sudah tiba,” bisik Krista itu gugup saat menyadari mereka telah berada di dalam Kota Denver.Dengan cepat Gavin menggamit lengan gadis itu, lalu meremasnya hati-hati.“Ya. Aku akan membawamu ke tempatku,” ucap Gavin, tanpa melepaskan pegangan keduanya.Kepala Krista menunduk seketika, dia tahu bahwa Gavin mengerti perasaannya saat ini.“Ok

  • Dear Gavin (INDONESIA)   BAB 65

    Gavin hendak membawa Krista ke dalam kamar hotel, saat tiba-tiba gadis itu menahannya.Mendapati mata Krista yang mendelik tajam, hati Gavin pun meringis melihat itu.“Masuklah, kita bisa bicarakan di dalam,” ucapnya, membuat Krista tampak ingin pergi, sehingga Gavin pun menangkup wajah gadis itu di antara kedua telapak tangan.Dia mendekatkan wajah dan berbisik pelan dengan tatapan mata yang lembut.“Kau tahu bahwa tidak ada pilihan untuk menghindariku, Baby Girl,” tambahnya sembari mengusap dagu Krista dengan kedua ibu jari penuh kehati-hatian. “Berkali-kali aku meminta kesempatan, namun kau tidak memberikannya. Dan ini satu-satunya cara yang kutahu untuk menghilangkan egomu itu.”Krista meremas jas yang melekat di tubuh Gavin. Dia ingin menumpahkan kemarahan, akan tetapi tatapan pria itu yang tulus membuatnya merenggangkan pegangan. Mata gadis itu berubah panas, sebelum akhirnya lelehan air mata bergulir pelan

  • Dear Gavin (INDONESIA)   BAB 64

    Esok paginya, sebuah nada dering membangunkan Krista dari tidur lelap. Seketika dia terjaga dan meraba permukaan meja untuk mencari-cari benda pipih yang sangat ribut sejak tadi menjadi alarm pengganti.Namun, ketika melihat nama yang tertera di layar, seketika Krista menggeram kesal. Dia tidak ingin berbicara dengan pria tua itu di jam sepagi ini. Bisa-bisa mood-nya rusak seharian karena pastilah yang dibicarakan tidak jauh-jauh dari masalah hutang dan bank.Setelah mematikan ponsel, Krista kembali menarik selimut dan mengundang alam mimpi menyelimuti. Akan tetapi, suara gedoran keras yang berasal dari depan pintu membuat Krista menyibak selimut dengan gerakan marah.“Ini masih pagi!” hardiknya kesal.Kepala Krista berputar ke seluruh ruangan, mencari-cari keberadaan Linda yang ternyata tidak pulang sejak semalam.Sembari memijit pelipis, dia bergumam pelan; “Di saat semua orang memiliki kisah cinta yang berbunga, aku malah mende

  • Dear Gavin (INDONESIA)   BAB 63

    Suasana hening di dalam mobil tampaknya tidak sedikit pun mengusik Gavin, karena sejak tadi dia terus mengulas senyuman sembari mengelus permukaan kulit Krista yang berada dalam genggaman.Sejak mereka berhenti di parkiran asrama, tidak satu pun dari keduanya keluar dari sana. Bahkan, rasa enggan berpisah terlihat jelas dari wajah Gavin yang terus memegangi tangan Krista.Pandangan pria itu tidak sedikit pun lepas, walau hanya sekedip saja. Seakan tidak ingin gadis itu pergi dan mereka kembali pada situasi semula.“Sebentar lagi libur semester, ikutlah denganku ke Denver,” ucap Gavin lembut.Mendengar itu, Krista membuang wajah dan menatap ke luar jendela. Tampaknya, dia masih belum menerima Gavin sepenuhnya. Atau mungkin, Gavin saja yang terlalu percaya diri bahwa hubungan mereka sudah lebih baik dari sebelumnya.“Jika kau tidak mau ke sana, aku akan menemanimu di sini,” tambahnya yang masih tidak Krista pedulikan.M

  • Dear Gavin (INDONESIA)   BAB 62

    Sebuah tamparan mendarat di pipi Gavin hingga meninggalkan jejak merah seukuran lima jari.Seketika pria itu memejamkan mata, dan dia menarik napas panjang sebelum akhirnya membuka kelopak matanya kembali dengan tatapan mengunci pandangan mereka.Mata sebiru samudra yang diarahkan pada Krista menatap tulus, seolah mengisyaratkan bahwa dia akan menerima tamparan dari wanita itu sebanyak apa pun itu. Dan dengan jari-jemari yang mengelus pipi Krista lembuat, Gavin pun melontarkan pertanyaan yang sama kembali.“Maukah kau menikah denganku, Princess?” Tatapan matanya lurus ke depan, dan tidak sedikit pun dia membiarkan pandangan keduanya lepas.Lagi, satu tamparan mendarat di pipi Gavin yang seketika membuat kepalanya berputar Sembilan puluh derajat ke kiri.Tanpa mengatakan apa-apa, pria itu pun menoleh pelan untuk menatap Krista yang mendelik tajam dari balik bulu matanya yang basah. Bahkan, sebulir air matanya tampak menetes jatuh hingga

  • Dear Gavin (INDONESIA)   BAB 61

    “Aku tidak bisa melakukannya,” jawab Jaxon dari seberang sambungan, membuat Krista terdiam seketika.Detak jantung gadis itu memompa cepat hingga keringat dingin membasahi telapak tangan.Susah payah Krista menata diri akan rasa tidak percaya yang perlahan menguasai.Saat dia hendak bertanya alasannya, pria itu pun menjawab dengan sendirinya.“Dengar, aku tahu bahwa kita punya kesepakatan, tapi untuk masalah ini aku benar-benar tidak bisa membantu. Kau bisa saja meminta yang lain, tapi kali ini aku angkat tangan.”Pembicaraan keduanya pun menjadi hening. Dan saat itulah Krista dapat mendengar suara serangga yang berasal dari danau di taman.Kini, matanya menatap lurus, pada siluet pria yang sabar menunggu di ujung jalan.Bila saja dia meneriakkan nama pria itu, maukah dia berlari ke tempatnya berdiri?Merasa diperhatikan, Gavin memiringkan kepala dan balas menatap dengan seksama. Seolah-olah dia me

DMCA.com Protection Status