Ardy dan Yogi sedang menghabiskan waktunya di apartemen milik Kenzo. Kedua pria itu adalah sahabat baik Kenzo sedari SMA. Walaupun berbeda keperibadian, nyatanya hubungan pertemanan mereka masih terajut baik hingga kini."Katanya elu beli si Riani? Mana dia engga ada di sini tuh!" Ardy celingukan mencari keberadaan teman SMA nya itu."Ya bener lah," Kenzo menyeruput Vanila Latte yang baru ia buat."Ya terus mana? Gue engga lihat tuh batang hidungnya!" Seloroh Ardy lagi tidak percaya."Tunggu-tunggu! Kalian ngomongin siapa sih?" Yogi yang baru pulang dari Yunani terheran-heran."Itu si Riani, teman SMA kita. Yang anaknya di Bapak ODGJ," Jawab Ardy sembari menyesap kopi yang ada di dalam gelasnya. Sesekali Ardy menghisap vape yang ia bawa dan meniupkan asapnya ke udara."Gue udah bilang, jangan ngerokok di depan gue!!" Kenzo berkata dengan marah. Ia memang tidak pernah suka berdekatan dengan seorang perokok. Biasanya Ardy tidak akan berani merokok di hadapan pria pemarah itu."What? Si
Riani membawa ranselnya ke rumah sakit dan menemani kembali ayahnya di sana. Hati Riani sedikit resah, ia takut Kenzo melakukan hal yang buruk pada keluarganya. Riani menatap Andi yang sedang tertidur. Air matanya kembali menetes. Riani merasa sangat sedih karena ia tidak menemani sang ayah setelah operasi. Riani pun menghapus air matanya saat pintu kamar Andi dibuka oleh seseorang."Bu, tadi dokter sudah visit lagi. Hari ini Bapak Andi sudah boleh pulang ya?" Ucap seorang perawat sembari membawa kursi roda, obat dan juga surat kontrol agar Andi kembali memeriksakan dirinya seminggu kemudian."Boleh pulang?" Mata Riani berbinar. Setidaknya jika ia mengurus Andi di rumah, biaya yang dikeluarkan akan minim. Menunggu di rumah sakit seperti ini Riani harus membeli makanan dan minuman di luar."Iya. Bapak Andi boleh pulang hari ini. Saya lepas infusnya ya, Bu?" Perawat itu berucap dengan ramah. Riani mengangguk dan memeprhatikan perawat yang melepas infus dari tangan Andi. Andi yang sedang
"Sha, jangan tinggalin aku!!" Kenzo mengigau.Pria itu bermimpi tentang Shakila. Kenzo langsung terbangun dari tidurnya. Keringat terlihat membasahi piyama pria itu. Kenzo mengstabilkan nafasnya. Kemudian ia mengambil gelas berisi air mineral yang ada di atas nakas."Aku bermimpi Shakila lagi," Kenzo mengusap wajahnya kasar.Sekelebat ingatan tentang Shakilla kemudian melintas dalam memorinya."Sha, aku takut!!' Kenzo yang berusia sepuluh tahun gelagapan melihat jurang yang ada di bawah.Mereka memang tengah naik jembatan kaca yang ada di negara China. Di bawah jembatan itu adalah jurang yang sangat dalam. Shakilla dan Kenzo memang berteman dari kecil. Ibu Shakilla adalah sahabat dari ibu Kenzo. Shakilla maupun Kenzo sering kali bermain saat usia mereka kanak-kanak. Mereka pun sering berlibur ke luar negeri bersama."Zo, engga usah takut! Coba atur nafas kamu. Tarik dan lepaskan!" Shakilla memberi aba-aba."Baik," Kenzo menuruti perintah teman kecilnya itu."Bagaimana?" Tanya Shakill
Taksi online yang di tumpangi oleh Riani dan Andi sampai di depan gang menuju kontrakan kecil mereka. Ayah dan anak itu memang harus turun di depan gang karena mobil tidak akan masuk sampai halaman kontrakan. Perlu diketahui, gang itu terletak di sebelah sekolahan SMA yang merupakan sekolah Riani dan Kenzo di masa silam. Supir taksi segera membantu Riani dengan mengeluarkan kursi roda dari dalam bagasi. Supir taksi online itu juga membantu memangku Andi dari jok mobil ke kursi roda. Riani pun membayar ongkos plus memberi tip pada driver yang menurutnya sangat baik itu."Ini kebanyakan," supir taksi itu menatap ongkos yang dibayarkan oleh Riani."Sisanya tip dari saya, Pak. Terima kasih bantuannya," Riani tersenyum tulus."Sama-sama. Saya juga makasih ya? Semoga Bapaknya cepet sembuh," supir online itu dengan tulus mendoakan Andi."Iya, Pak," balas Riani dengan ramah.Supir taksi online pun pamit dan segera pergi untuk mengambil orderan dari penumpang yang lain. Riani kemudian mendoron
"Ibu gimana sih? Katanya si Riani engga bakal balik lagi ke rumah?" Omel Gita saat kini mereka sedang berjalan menuju pasar.Gita sendiri memang telah resign dari pekerjaannya dari super market. Ia mengira uang 800 juta yang dijanjikan Om Deni atau Kenzo akan segera mereka terima. "Mana Gita udah resign. Gimana sih, Bu?" Rengek Giga lagi."Ibu juga engga tahu Ta kenapa bisa jadi gini. Kenapa bisa tuh anak sialan balik lagi," Tuti mengusap wajahnya dengan kasar."Sekarang impian kita buat hidup senang musnah, Bu," Gita menghentak-hentakan kakinya ke tanah.Tuti semakin kalut saja. Dari mana kini ia bisa hidup? Uang yang ia terima dari Kenzo pun sudah habis digunakan untuk berbelanja, berfoya-foya, memanjakan Gita dan juga sebagian lainnya dipakai Tuti untuk bermain judi online.Di saat mereka tengah kebingungan, tiba-tiba ada mobil mewah keluaran terbaru yang berhenti tepat di hadapan mereka. Gita dan Tuti pun saling menyikut ketika melihat supir mobil antik itu turun."Ibu Tuti? Mari
Ini sudah hari ketiga Tuti dan Gita melancarkan segala cara agar Riani dapat kembali ke apartemen milik Kenzo. Bahkan Tuti pun sampai pura-pura akan menenggak racun serangga jika Riani tidak kembali kepada Kenzo. Tapi semuanya nihil, Riani masih tak bergeming. Ia tidak akan pergi ke mana pun, karena Riani ingin terus bersama Andi. Selain itu, tidak ada yang bisa Riani percaya untuk menjaga Andi. Alasan yang paling kuat adalah Riani sudah menyelesaikan perjanjian dengan Kenzo. Riani tidak sudi harus menjadi penghangat ranjang dan juga pelayan untuk Kenzo lagi. "Gimana ini, Bu? Si Riani engga mau balik ke apartemen Tuan Kenzo," Gita berkata dengan khawatir."Tenang aja lah, Ta! Tuan Kenzo engga akan laporin ibu. Dia cuma gertak kita," Tuti berkata dengan enteng."Bu, bukan itu. Dia kan janji bakal kasih kita hadiah kalau si Riani balik lagi. Kalau si Riani engga balik, dari mana kita dapet duit, Bu? Skincare Gita mau abis. Emang ibu rela kulit Gita item, kusam, berjerawat gara-gara eng
"Bapak!!' Riani langsung berdiri dan dengan isak tangis berhambur melihat Andi yang terpental dari kursi rodanya. Ia berjongkok di hadapan Andi yang tampak memejamkan matanya.Supir angkot yang menabrak pun turun dari angkotnya untuk melihat keadaan Andi yang saat ini tergeletak di jalanan. Kursi roda yang Riani sewa pun tampak hancur karena benturan itu. Semua orang yang ada di sana segera datang ke arah Andi dan membantu dengan semampunya."Jangan tinggalin Riani!" Riani menangis histeris melihat Andi yang tidak sadarkan diri. Kenapa ujian bertubi-tubi datang padanya?"Bapak!!!" Gita ikut menangis melihat keadaan Andi yang begitu pilu. Tampak darah keluar dari kakinya yang baru saja di operasi. Tak hanya itu, kepala Andi pun mengeluarkan banyak darah."Ayo, Ta! Kita pergi dari sini!!" Tuti menarik tangan Gita menjauh dari sana."Lepasin, Bu!!" Gita berteriak."Ayo, Ta! Kamu mau ibu di penjara, hah? Kita pasti lebih repot abis kejadian ini!!" Tuti berbisik dengan geram kepada Gita. G
Kenzo tersenyum penuh kemenangan saat sekretarisnya mengatakan ada kerabat dirinya yang bernama Riani meminta izin untuk bertemu. Usaha Kenzo kini berhasil membawa Riani dengan sukarela padanya. Sebenarnya Kenzo sudah tahu apa yang terjadi pada Riani, karena ia menyuruh orang untuk memata-matai wanita itu."Sudah ku bilang, kamu tidak akan lepas dariku!" Kenzo tersenyum dengan percaya diri.Tak lama pintu ruangan Kenzo diketuk oleh sekretaris yang membawa Riani di sampingnya. Kenzo memasang wajah angkuhnya melihat wanita yang ia benci itu. Dirinya belum puas bermain-main, jadi jangan harap Riani bisa pergi darinya."Kamu boleh pergi!" Usir Kenzo kepada sekretarisnya."Dan kamu boleh masuk!" Kenzo berpura-pura melihat lihat dokumen yang ada di atas meja."Kenzo, maksudku Tuan," Riani duduk di hadapan Kenzo."Ada perlu apa kamu ke sini?" Kenzo menyenderkan tubuhnya di kursi kerja miliknya. Pria itu terlihat menggerak-gerakan kursi itu ke kiri dan ke kanan."A-aku membutuhkan bantuanmu,"
Mobil Kenzo tiba di sebuah daerah yang sangat asri. Wilayahnya terdiri dari pegunungan yang begitu hijau dan sejuk. Tak lama hamparan sawah semakin memanjakan mata. Ya, mobilnya kini sudah sampai di kampung halaman Andi, ayah dari Riani. "Terima kasih Kakak masih mau mengajakku pergi!" Gita menangis terisak. Kenzo terdiam. Hatinya merasa sesak. Apakah ini benar benar hari perpisahan mereka? Kenzo melirik Riani. Wanita itu terlihat tidak bergairah Semenjak kepergian sang ayah, keceriaan Riani seolah hilang tak berbekas. "Kakak masih punya nurani," Riani berusaha meraup oksigen sebanyak-banyaknya. Satu sisi hatinya yang lain, Riani begitu marah pada Gita. Akan tetapi, bagaimana pun Andi tak akan senang bila ia meninggalkan sang adik di kota. Terlebih ia sudah tidak memiliki tempat bernaung dan sanak saudara yang bisa menyayangi. Hanya dirinya kini yang dimiliki oleh Gita. Riani berharap Gita dapat merubah segala sikap buruknya dan berubah menjadi pribadi yang baik. Keduanya k
Meski enggan melepaskan, akan tetapi Kenzo tidak memiliki alasan untuk menahan wanita itu lebih lama di sisinya. Kenzo yang sudah menyukai Riani pun seolah tak rela dengan perpisahan mereka. Akan tetapi, ingin menahan pun Kenzo sudah tak mempunyai ancaman agar Riani mau berada di sisinya. "Ada Shakilla yang akan menggantikanku," ucap Riani yang membuat Kenzo menggelengkan kepalanya. Riani seakan tak peduli. Ia segera membawa kopernya keluar dari apartemen Kenzo. Pria jangkung itu terlihat mencekal tangannya dan menghadap jalan wanita cantik itu. Langkah Riani pun terhenti karena cekalan dari mantan bosnya. "Setidaknya biarkan aku mencarikan tempat tinggal yang nyaman untukmu. Kau mau ke mana malam-malam seperti ini? Di luar kejam, Ri. Tidak akan ada yang berbaik hati padamu," ucap Kenzo. "Aku bisa pergi ke mana pun yang aku mau. Kau tak perlu khawatir, aku mempunyai uang yang cukup," Riani seakan tak ingin tergoyahkan untuk pergi dari sana. "Tolong biarkan aku mengantarmu! S
Riani menatap gundukan tanah yang penuh dengan bunga berwarna warni di atasnya. Wanita cantik itu mengusap nisan sang ayah dengan air mata yang terus berderai. Kini orang yang selalu ia perjuangkan kebahagiaannya sudah pergi."Bagaimana Riani menjalani hidup ini tanpa Bapak?" Riani memeluk nisan sang ayah dan menangis tersedu-sedu.Kenzo, Yogi dan Ardi yang hadir pun hanya berdiri di belakang Riani. Mereka menundukan kepalanya. Perasaan bersalah lebih mendominasi diri Kenzo. Dirinya memberikan perawat yang lalai dalam menjaga Andi. Jika saja Andi tidak di bawa paksa oleh Gita dan Tuti, pasti pria itu kini masih hidup."Maut, jodoh, rejeki Allah yang ngatur!!" Ucap Ardi yang seakan tahu apa yang dipikirkan oleh Kenzo.Kenzo memang menceritakan semua peristiwa yang Andi alami pada kedua sahabatnya. Penyesalan dirasakan Kenzo semakin besar kala menyadari jika kini Riani sudah kehilangan sosok cinta pertamanya."Bapak!" Gita berjongkok dan mengusap nisan Andi yang satunya. Mata gadis itu
Riani telah sampai di rumah sakit tempat Andi dirawat. Wanita itu ke rumah sakit diantar langsung oleh Kenzo. Pria paruh baya itu kini tengah menjalani perawatan intensif di ruang ICU. Riani mendekat ke arah pintu dengan berderai air mata. Tampak di sana Gita dan Tuti tengah terduduk di kursi yang ada di depan ruangan ICU."Kalian lagi!!" Riani menjerit dan menghampiri Tuti dan Gita.Bak kehilangan kendali, Riani langsung menjambak rambut Gita dengan beringas. Tak ia hiraukan teriakan Tuti dan Kenzo yang mencoba melerainya. Kenzo semakin keras menarik Riani dari Gita yang hanya diam tak melawan. Gadis itu terus terisak karena syok melihat kondisi Andi yang saat ini dinyatakan koma."Kamu ini anak kandungnya! Bisa-bisanya kamu culik bapak buat kamu sia-siakan! Mikir kamu, Ta! Selama ini aku dan bapak sayang sama kamu. Bapak selalu sayang dan engga pernah membeda-bedakan kita!" Teriak Riani yang tak tahan dengan tingkah adik tirinya.Jika Tuti, Riani bisa memaklumi karena wanita itu sed
Riani mencoba menelfon nomor ayahnya, tapi nomornya tidak aktif. Hal itu membuat Riani resah. Apalagi dirinya belum sama sekali melihat ayahnya yang telah diberi rumah baru oleh Kenzo. Kenzo menatap Riani dengan cemas. Entah mengapa ia belum rela jika Riani harus pergi saat ini juga. Padahal sudah ada Shakilla di sisinya seperti yang Kenzo idam-idamkan beberapa tahun ini. "Kenzo, aku ingin bertemu Bapak," Riani langsung berdiri dari duduknya. Ia memegang tangan Kenzo dengan penuh harap pria itu dapat mengantarkannya pada Andi. "Aku sedang ada urusan di kantor. Dua hari lagi aku akan mengantarkanmu ke sana," Kenzo berjanji walau ia sendiri tidak tahu pasti kapan Andi akan ditemukan. "Dua hari lagi? Mengapa sangat lama?" Riani mencebikan bibirnya. "Aku harus bekerja agar bisa menggajimu," jawab Kenzo seraya berlalu dari hadapan Riani. "Tapi kamu janji ya bawa aku ke sana dua hari lagi?" Riani mengejar Kenzo yang berjalan ke arah dapur. "Iya. Aku janji," Kenzo mengambil gel
Andi meringkuk di atas kasur usang yang ada di kontrakan istri dan anaknya. Andi memang dibawa ke kontrakan Tuti. Akan tetapi, karena takut di cari oleh Kenzo, mereka pun berpindah kontrakan dan menyewa kontrakan yang memiliki dua kamar. Uang kontrakan baru itu didapatkan karena Gita mendaftar aplikasi pinjaman online. Andi berguling ke sana ke mari. Ia terus mendengar suara orang-orang memanggil namanya. Andi mengambil bantal dan menutupi telinganya dengan harapan suara-suara itu menghilany. Andi memang menderita skizofrenia. Ia sering mendengar suara-suara yang menurutnya seperti sebuah bisikan. Akan tetapi, suara-suara itu akan menghilang jika Andi rutin meminum obat. "Bangun kamu!" Tuti membuka pintu dengan kasar dan menatap suaminya dengan nyalang. Ia terlihat membawa semangkuk nasi dan juga obat yang harus Andi minum hari ini."Ri, Riani?" Andi berharap putri sulungnya yang datang."Engga ada si Riani. Nih makan!" Tuti menyimpan nasi yang hanya di lumuri kecap itu di atas kasu
Rio kini telah dalam tahap penjajakan dengan seorang gadis cantik dan kaya raya yang dikenalkan oleh ayahnya. Ayahnya berkata jika gadis itu adalah pewaris dari perusahaan yang ada di ibu kota. Saat ini Rio dan gadis yang bernama Naya itu tengah makan malam di sebuah restoran fancy."Kamu manis ya?" Naya tersenyum saat ia menilik wajah Rio yang tampak dingin malam ini. Entah mengapa pria itu sangat tidak antusias dengan perkenalan mereka. Hatinya seakan tertinggal di Bali.Rio pikir ia akan segera melupakan Riani. Rio mengira jika perasaannya hanya rasa suka palsu belaka. Setelah mengetahui Riani adalah seorang asisten rumah tangga, dirinya pikir akan melupakan Riani dengan cepat. Baginya tak level sekali sang pewaris perusahaan seperti dirinya berkencan dengan gadis yang hanya seorang asisten rumah tangga. Tapi Rio salah. Riani seolah terus menari-nari di kepalanya dan mengusik hatinya yang paling dalam. Rio terus mengingat Riani. Pria itu tidak pernah seperti ini sebelumnya. Rio men
Flashback....Tuti dan Gita datang ke rumah sakit tempat Andi di rawat. Mereka kecewa tatkala frontliner rumah sakit mengatakan jika Andi sudah pulang ke rumah. "Tolong apa anda tahu di mana suami saya berada? Kami adalah istri dan anaknya. Kami ingin bertemu dengan Pak Andi," Tuti menatap frontliner berjilbab biru muda itu dengan penuh harap."Mohon maaf, Ibu. Data pasien adalah rahasia rumah sakit. Kami tidak bisa memberi tahu di mana alamat pasien. Jika ibu dan adik adalah keluarganya, lantas mengapa kalian tidak tahu di mana yang bersangkutan tinggal?" Selidik Frontliner berwajah cantik itu."Nah itu masalahnya, ayahku dibawa oleh seseorang yang mengaku keluarganya. Padahal beliau sama sekali tidak memiliki keluarga lagi. Justru kami yang harus mempertanyakan kredibilitas rumah sakit ini, mengapa pasien bisa dibawa pulang oleh orang lain?" Gita yang sedari tadi berdiri di belakang Tuti maju beberapa langkah hingga kini ia berhadapan dengan frontliner itu."Semua yang mengambil pa
Kenzo tengah mengemudikan mobilnya menuju apartemen. Pria itu menatap tajam jalanan yang sudah mulai lengang karena malam sudah semakin larut. Kenzo mencengkram kemudi mobilnya, menandakan ada hal yang membuatnya tidak senang. Pria itu kemudian menepi ke pinggir jalan yang ia rasa aman untuk mengangkat panggilan dari seseorang. Kenzo langsung menggeser ikon hijau ketika melihat orang suruhannya menelfon."Bagaimana? Apa sudah ketemu?" Kenzo bertanya dengan dingin."Belum, Tuan," orang di sebrang sana menyahut dengan takut."Lalu, kenapa kamu menelfonku? Dasar bodoh!" Sungut Kenzo dengan kesal."Sepertinya Pak Andi dibawa ke pemukiman yang tidak terjangkau oleh kita," orang kepercayaan Kenzo menjawab dengan takut."Lalu? Mengapa tidak kau jangkau tempat persembunyian ibu dan anak itu? Jangkau tempat di mana dia di sembunyikan!!" Kenzo menaikan suaranya beberapa oktaf."Baik, Tuan.""Dengar! Jika dia tidak ditemukan. Kau dan anak buahmu yang akan berada dalam masalah!" Ancam Kenzo denga