Playlist :
Lea Michele - If You Say So
••••••
Dor!!
Sebuah peluru terlepas dari sarangnya. Menghantam tubuh Andrea yang sejak tadi berusaha bertahan. Secara mendadak, napas seakan terhenti, kabut bayangan yang masih ingin ia lihat tergambar jelas, mengambang seperti kabur pekat yang menghantui perjalanan nya selama ini. Ia menutup mata, berharap Tuhan mungkin akan memberi kesempatan, melepaskan dari jerat dua peluru tajam yang kini bersarang di tubuhnya. Hingga Andrea jatuh, terjun bebas dari bibir tebing
Phoenix, merupakan nama baru yang di sematkan untuk kartel Blanca Teressa. Setelah berhasil lolos dari DEA, wanita itu menjalin relasi kuat bersama Geogre Savalas untuk membangun kekuatan kartel nya kembali. Menurut seorang informan, Blanca bisa lolos karena bantuan dari dalam untuk melenyapkan bukti. Namun, hingga saat ini pihak DEA belum mampu mencari sesuatu hal yang bisa mendukung pengakuan tersebut.George Savalas, merupakan pemasok terbesar nomor tujuh dunia. Pria pencinta uang itu menguasai kota-kota yang ada di Kolombia, Kosta Rika,Chili, Paraguay dan tengah bersikeras untuk memasok barangnya ke dalam garis Mexico. Peperangan ini memanas, saat akuntan kartel Vargas Mexico —Jordan Williamson, tewas terbunuh. Hal inilah, yang cukup membuat Markus khawatir beberapa hari terakhir. Blanca bertindak, menarik Megan ke tengah pertempuran agar Markus mendesak Marina untuk memberikan
Playlist : Paramore - Decode•••••
Playlist : Paramore - Monster•••••"Hmm!! Aroma makanan mu tercium hingga luar. Aku lapar,"sindir Taylor, menatap Andrea dari sudut pintu dapur. Pria itu menoleh sejenak, dan melempar senyuman tipis."Kemari lah, Cicipi ini! Aku membuat sup minestrone khas Italia,"tawar Andrea, membuat Taylor langsung melangkah mendekat. Memerhatikan pria itu mengaduk sup dengan sendok kayu yang panjang."Sepertinya kau memiliki keahlian yang tersembunyi,"tukas Taylor."Aku belajar banyak hal selama empat tahun,"Andrea mengusap wajah Taylor, menyisipkan rambut wanita itu di balik telinga
Playlist :Halsey - New Americana••George savalas membuang sisa cerutu nya. Ia sedikit bergeser, memusatkan pandangan pada seorang wanita yang melangkah pelan dari kejauhan. Pria itu fokus, tidak bergeming sedikitpun seakan memastikan langkah wanita tersebut aman hingga masuk ke dalam rumahnya. Sejenak, pria itu menarik napas dalam, lalu memutar tubuh untuk meninggalkan lokasinya sekarang bersama para pengawal.Namun saat George berbalik arah, mendadak empat buah mobil Range Rover berwarna hitam mengepung nya. Hal tersebut, membuat seluruh pengawal Phoenix menodong senjata. George mengerutkan kening dengan wajah tegang, memerhatikan sa
Playlist :Angels We Have Heard on High Nicole Serrano, Tommee Profitt (AUDIO)•••••Markus membasuh kedua tangannya di wastafel. Merasakan air yang mengalir hangat, pria itu menahan napas, mencoba mengontrol diri. Mendadak, orang-orang yang pernah ia bunuh dengan tangannya sendiri muncul, memenuhi otak dan pikirannya."Daddy...."Dor!!!
Playlist: Halsey - Castle••••Florida, NaplesDua hari kemudian...Tiga buah Range Rover menepi, memasuki kawasan elit mansion yang ada di Florida. Pelayan sibuk, menggunakan sarung tangan putih untuk membuka pintu mobil yang di isi tokoh utama. Lantas, bergerak cepat untuk menjalankan tugas."Mommy, Daddy!"pekik Allison menangkap sosok familiar lewat mata hijau kebiruannya."Allison,"Megan melangkah cepat, menangkap tubuh kecil gadis tersebut dan memelukn
Perasaan Taylor memuncak, merasa begitu bergairah di tiap hujaman yang terasa menuntut. Taylor berdebar, membuka diri begitu pasrah, Andrea menanam pohon cinta di dalam tubuhnya beberapa kali, dan Taylor merasa begitu sempurna. Ia mulai ingin menuntut, menciptakan rasa panas yang tidak akan berhenti. Sungguh, pandangan mata keduanya seakan tidak bisa lepas. Masing-masing mereka menyimpan perasaan yang terasa cukup dalam."Oh Jesus,"erang Andrea, memeluk Taylor begitu lekat, menekan miliknya jauh dan melepaskan kehangatan yang tersisa pada dasar lubang yang tengah ia nikmati. Andrea menyatukan kening mereka, menatap wajah Taylor lekat-lekat dan melempar senyuman penuh kepuasan."Kau lelah?"tanya Andrea, masih memiliki hasrat yang cukup tinggi ke wajah Taylor yang pucat."Hmm..
Florida, NaplesThe Hodgue Home | 7. 32 AMDua tahun lalu, keluarga Hodgue memilih menjual penthouse mahal milik mereka dan membeli rumah dua lantai di pinggir kota. Jaraknya, hanya sekitar satu jam dari mansion Alexander. Sejak Billy pensiun, mereka banyak menghabiskan waktu berdua di rumah itu. Membicarakan banyak hal, mengingat momen indah yang tidak pernah di sangka. Tanpa sadar, kedua anak-anak mereka tumbuh begitu cepat. Mengambil jalan masing-masing yang ingin mereka tempuh."Dimana Allison?"tanya Billy, memerhatikan langkah Milla yang bergerak mendekat."Hmm? Apa mereka masih tidur?"balas Milla, sambil menelan ludah dan mengedarkan matanya ke tiap tempat. Billy
"Sudah aku katakan padamu, Alther. Anak ini penuh masalah!"tuding Jenifer lantang, menatap marah pada Leon."Jaga ucapan mu Mrs. Smith,"bela George."Apa kau mencoba mengancam ku?"tanya Jenifer, tanpa mengalihkan tatapannya. Leon menunduk, meremas tangan Alicia yang bergetar. Wanita itu menelan ludah, mengamati wajah putranya yang terluka cukup parah."Kau merasa terancam?""Jelas. Bukankah kau gembong narkoba? Berapa banyak yang sudah kau bunuh demi bisnis kotor itu? Hmm?""Hentikan Jenifer!"peringat Alther."Kau ingin membela mereka? Kau tidak lihat bagaimana keadaan Jayler karena anak sialan ini?"
Mississipi, Biloxi, Amerika serikat. 2 minggu pernikahan Taylor dan Andrea. "Allison,"Markus memanggil, mengusik permainan Allison yang tampak seru. Ia menghabiskan berjam-jam waktu hanya untuk kubus rubik. Lagi dan lagi, meski terlihat membosankan, permainan itu adalah hal terbaik yang selalu ingin ia kuasai."Hmm,"gumamnya pelan, tidak melirik ke sumber suara sedikitpun. Markus mendekat, memerhatikan jari-jari mungil putrinya. Sekolah terbaik dunia, The Rosey, memastikan Allison lulus tes. Nilai akademis nya sempurna.
"Bagaimana keadaan mu?"tanya Taylor pada Andrea sambil menyatukan kedua tangan mereka."Aku masih tidak percaya kalau kau sekarang sudah menjadi istriku,"ungkap Andrea senang."Aku tidak tanya itu,"Taylor mengalihkan wajah, mengusap pipinya yang terasa panas. Malu. Andrea diam, mengulum bibir tanpa mengalihkan pandangannya dari Taylor. Wanita itu salah tingkah."Siapa namanya?"tanya Andrea mendadak. Sengaja, agar Taylor menoleh ke arahnya. Sungguh, Andrea selalu jatuh cinta jika melihat rona merah di wajah wanita itu."Maksudmu?""Kau punya ide nama yang bagus untuk anak kita?"Andrea sialan. Pertanyaannya membuat Taylor berdebar. Ia menelan ludah nya sekuat mungkin, memompa napas seb
Andrea memutar tubuhnya, ketika pintu gereja terbuka. Ia membulatkan mata, menatap dengan jantung berdebar. Tercengang kaku. Taylor berdiri, memasang senyuman tipis lewat bibir nya yang mungil. Wanita itu menarik napas, meremas lengan Markus yang mendampinginya menuju altar."Kau siap?"tanya Markus, ketika langkah Taylor terasa berat. Ia menahan tangis, sambil menggigit bibir.Bahu Andrea yang tadinya tegap, kini tertunduk, menarik napas nya panjang ketika menyadari air mata lebih dulu membasahi pelupuk mata."Ya,"jawab Taylor, menahan napasnya dalam. Kembali melanjutkan langkah yang mulai begitu ringan. Andrea menatapnya, bersama tangisan kecil yang begitu penuh arti.Megan dan Allison menunggu di barisan depan, tersenyum dan bertepu
"Kau mau pulang hari ini?"tanya Milla sambil mengaduk adonan cake nya. Megan mengangguk, memotong apel hijau dan mengunyahnya tanpa henti."Jam berapa?""Entahlah. Markus masih rapat di Ferrero tower,"jawab Megan memaksakan diri untuk bicara sebisanya."Hmm.. Aku dengar, Markus mempercayakan bisnis itu pada mantan kekasih mu yang berengsek itu,"sindir Milla."Mom... Axel hanya masa lalu.""Bagiku tidak. Keluarganya pernah menghina kita. Aku pernah menjambak rambut mommy nya, kau ingat?"sergah Milla. Terdengar tidak ingin kalah."I know mom, tapi aku tidak ingin ikut campur dalam bisnis Markus."
"Markus..!"sentak Megan, menahan salah satu pergelangan tangan pria itu. Markus menolak, menatap Megan tanpa suara."Aku hanya ingin melindungi Allison,"ucap Megan. ."Kau pikir aku tidak ingin melindungi keluargaku?"Markus bicara serak, mengedarkan pandangan di kedua kornea mata Megan."Dia hanya anak gembong narkoba,"tuduh Megan.Kali ini Markus diam, memikirkan kalimat yang baru saja di deklarasikan egois dari mulut Megan yang pedas. Tanpa mengalihkan pandangannya, Markus menyunggingkan bibir, menertawakan wanita yang berdiri tegap dengan tatapan nanar. "Anak gembong narkoba, katamu?"tanya Markus, dibalas anggukan cepat."Lalu apa yang pantas di sematkan pada Allison? Anak mantan
Hari ini Markus terbangun dengan secercah kegelapan yang tersisa di dalam hidupnya, berdiri tegap menghadap matahari seakan melawan rasa khawatir. Allison tumbuh besar, kuat dan cerdas layaknya penguasa yang sulit dihentikan. Queen Savage."Kau bangun pagi sekali,"Megan memeluk tubuh topless Markus dari belakang. Menyangga kepalanya di bahu tegap pria itu dan mengusap bulu halus yang tersebar mulai perut hingga dada. Tubuh kekar yang membuat Megan tidak berhenti memuji, mengumpat kasar ketika mereka bercinta."Everything,"balas Markus meraih kedua tangan Megan dan meremasnya erat."Ingin jujur padaku?"tanya Megan mengecup pundak berotot pria itu. Markus mengangguk, membuang napasnya kasar."Anak lak
"Aku sangat tidak suka melihat mu seperti ini,"protes Megan, mengusap luka di wajah Markus dengan salep."Ini perbuatan daddy-mu,"celetuk Markus, membuat Billy dan Milla menoleh bersamaan ke arahnya."What?"tandas Markus, melempar senyuman picik. Billy menatapnya tajam, lalu tiba-tiba bangkit dari tempat duduk nya dan bergerak mendekat."Shit,"umpat Megan pelan. Memangku kepalanya dengan tangan dan bersandar di sofa."Kau tahu apa yang ada di dalam otakku?"tanya Billy. Markus diam, menaikkan salah satu alisnya dan melipat kedua tangannya di dada."Billy tolonglah. Kita....""Aku sangat ingin membunuh mu,"u
"Allison, kau ingat Leon?"tanya Markus, membuat sorot mata gadis nya bergerak cepat."My horse?"Bukan. Tapi anak laki-laki yang pernah datang ke mansion bersama paman George,"ujar Markus, membuat kedua bola mata Allison bergerak memutar."Oh. Anak aneh itu,"ucap Allison singkat, lalu memasukkan sisa potongan Pizza kedalam mulutnya. Markus diam, menyatukan kedua tangannya tanpa mengalihkan pandangan, pria itu menunggu reaksi Allison."Dad aku pikir kau mati,"celetuk Allison."Aku?"tanya Markus tidak yakin dengan apa yang ia dengar."Hmm. Mommy menangis, jadi aku pikir kau mati,"ujar Allison enteng. Markus