Share

Bab 66

Author: Wening
last update Last Updated: 2022-03-22 09:37:37

Suasana sepi serasa mencekam di ruangan tempat Sarah dirawat. Suara detak jam dinding terdengar keras menghentak jantung. Kuintip wajah pucat itu yang masih terlelap. Rasa bersalah kembali menyusup di dada.

Aku tak mengerti kenapa rasa untuknya kini hambar. Kerinduan jarang sekali menyapa karena wanita yang memberikan tiga anak ini sering membuatku emosi. Harapan agar dia berdamai dengan Zubaidah semakin hari justeru semakin berjarak.

“Sarah ... Kenapa kau sekarang menjadi istri pembangkang?” gumamku sambil menyibak ujung jibab yang menutupi pipi.

Melihatnya ada rasa terenyuh tatapi jujur aku tak berdaya. Keuanganku buruk akhir-akhir ini. Menjaga ekonomi yang amburadul sementara ada dua rumah yang kuurus membuat fokus ini selalu mengarah ke sana.

Mengendalikan keuangan.

Zubaidah tak sekuat Sarah dalam berbagai hal meski sama-sama bisa menghasilkan uang, gaji sebagai guru tidaklah besar sekali. Cukuplah untuk kebutuhan pribadinya dan sedikit me

Wening

Hai pembaca setia DDP... Maaf ya baru bisa up bab baru. Semoga kedepan lebih konsisten lagi bikin sajian buat kalian semua. Love you all♥️

| 1
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Damai dalam Poligami   Bab 67

    Zubaidah menyambutku dengan senyum diambang pintu. Meraih tangan kanan untuk dicium setelah mengambil bawaan. Aku sengaja membelikan martabak manis kesukaannya. Sama seperti Sarah saat hamil. Wanita hamil mudah lapar dan suka ngemil. Mengingat Sarah membuat perasaanku kembali buruk.“Ada apa, Bang?”“Sarah masuk rumah sakit.”“Masuk rumah sakit lagi!” pekik Zubaidah dengan mata membulat.“Kenapa lagi dia?”“Katanya depresi paska melahirkan dan jahitan bekas operasi bocor,” kataku lesu.Terdengar desah kejengkelan Zubaidah. Tak ada nada sedih atau simpati atas apa yang terjadi pada kakak madunya.“Abang pasti akan sibuk mengurusnya seperti biasa. Istri manjamu itu selalu saja penuh drama dalam hidupnya.”Aku melirik istri keduaku itu dengan perasaan yang rumit. Dirinya bukanlah wanita mandiri setelah kupinang. Bahkan kemanjaannya melebihi Sarah.Wanit

    Last Updated : 2022-03-22
  • Damai dalam Poligami   Bab 68

    Pulang dari kantor aku memutuskan datang ke rumah sakit tempat Sarah dirawat. Sudah tiga hari berdiam di rumah Zubaidah membuat perasaanku tidak enak. Aku bisa saja beralasan bahwa itu memang jatah hari istri ke duaku saat nanti mertua bertanya. Toh memang begitu kenyataannya. Aku sebagai suami yang berpoligami harus adil membagi waktu. Langkah kupercepat ketika pintu ruangan telah terlihat. Sepi. “Eh, Mas, Mas! Ini Bu Sarah yang dirawat di ruangan ini dipindah ke mana, ya?” tanyaku pada petugas kebersihan yang kebetulan melintas. “Oh, sudah dibawa pulang keluarganya, Pak,” jawabnya ramah. Aku mengangguk dan mengucapkan terima kasih. Segera kuputar langkah kembali ke parkiran dan membawa kendaraan menuju rumah Sarah. Sampai di rumah lagi-lagi aku tercengang. Rumah telah kosong dan sebagian pakaian Sarah tidak ada. Aku bergegas memasuki kamar anak-anak. Kubuka lemari dan keadaannya sama dengan lemari bundanya. Langkahku terayun cepat ke belakang. “Bik! Bibik!” Sia-sia. Tak ad

    Last Updated : 2022-03-23
  • Damai dalam Poligami   Bab 69

    “Bu makan sedikit ya ... ayo dibuka mulutnya,” bujuk seorang wanita dengan wajah sedih.“Masih belum mau makan, Bik?” Seorang ibu berbusana kebaya dipadu dengan jarik batik bertanya prihatin.“Njih Ndoro Sepuh,” jawabnya sambil mengangguk hormat.“Sampai kapan kau akan begini, Nduk?Kasihan anak-anak kalau ibunya tidak berusaha kuat.Ayolah, Sayang ... sadarlah!” Diguncangnya pemilik bahu yang hanya diam dengan pandangan kosong ke depan.“Kata dokter tidak boleh dipaksa, Ndoro.Biar pelan-pelan saja. Akan saya pastikan Bu Sarah bisa makan biarpun sedikit.”“Terima kasih ya, Bik.Tolong yang sabar menghadapinya.”“Njih, Ndoro.”Dengan mata penuh kaca-kaca Ibunda Sarah keluar dari kamar putrinya.“Bagaimana Sarah, Bu?” tanya Sang Suami mencegatnya di depan pintu.Pasangan yang tak lagi muda itu hanya

    Last Updated : 2022-04-03
  • Damai dalam Poligami   Bab 70

    *Royyan*“Pesantren?Kalian yakin? Hidup di pondok pesantren itu tidak enak harus jauh dari keluarga. Katanya makanan di sana juga tidak enak, lho,” kata kakek menakut-nakuti.Aku sudah biasa ikut penstren kilat. Setidaknya setahun sekali bunda mendaftar aku ikut di acara semacam itu. Banyak penyelenggara di kota kami tinggal jadi kalau sekarang aku harus masuk pondok lebih awal rasanya sudah siap. Syamil juga beberapa kali ikut pondok pesantren kilat. Meski tidak sesering aku mengikuti acara itu setidahnya dia sudah tahu mondok itu bagaimana.Kami akan bangun tidur lebih awal, sholat berjamaah awal waktu, makan di jam yang sudah ditentukan, harus mengantri dalam setiap kegiatan dan lain-lain. Semua tidak ada yang buruk tapi agar kami terbiasa disiplin.Di pondok pesantren bukan melulu belajar dan mengaji, kami pasti ada juga waktu bermain bersama teman di sela kesibukan. Ada jam olahraga dan juga jalan-jalan di waktu tertentu.B

    Last Updated : 2022-04-03
  • Damai dalam Poligami   Bab 71

    “Hallo Assalamualaikum! Anton!” Pekik Bapak ketika suara di seberang sana menjawab salamnya. Mereka kemudian mengobrol banyak hal. Dari menanyakan kabar sampai menceritakan keadaan Sarah sekarang yang sedang sangat memerlukan perawatan khusus. Desah napas Anton jelas terdengar dari ujung sana dan Bapak tetap menunggu. ‘Anton tidak menyangka keadaanya separah itu,Pak. Pasti saya bantu.’ Pernyataan di ujung telephon sana membuat Bapak tersenyum lebar. Beliau meminta tolong pada Anton untuk dicarikan rumah sewa dekat rumah sakit tempat dulu Sarah dirawat. Bapak berencana membawa Sarah kembali berobat disana tanpa harus tinggal di rumahnya bersama Fadhil. Anton juga berjanji akan menguruskan kepindahan sekolah Royyan dan Zamil dengan mendapatkan tanda tangan wali dalam surat kuasa. Entah bagaimana lelaki itu akan mendapatkan tanda tangan dari Fadhil. “Bagaimana, Pak?” tanya Ibu melihat suaminya tampak tersenyum lega. “Nak Anton memang sangat bisa diandalkan. Besok kita bisa langs

    Last Updated : 2022-04-03
  • Damai dalam Poligami   Bab 72

    Laras memegang tangan Sarah sambil sesenggukan. Sang Suami menepuk bahunya menenangkan.“Sudah, Mi jangan ditangisi terus. Yang paling penting kita bantu bagaimana pengobatannya berjalan lancar.”“Bapak sudah bertemu Dokter Wan dan Dokter Irma juga sudah mendapatkan jadwal pengobatan Sarah.Mereka memastikan tidak akan membenturkan dengan jadwal istrinya Fadhil yang lain.Bapak terpaksa jujur soal kondisi keluarga kita.”“Bukan masalah, Pak. Dokter Irma itu teman Sarah,” jawab Anton.“Bagaimana soal anak-anak?” tanya Ibu khawatir.“Beres sudah itu, Bu,” jawab Anton sambil mengacungkan jempol.“Kalau begitu tidak ada kendala lagi.” Bapak mengangguk lega.Ditepuknya bahu Anton dan berkata, “Terima kasih banyak.”Anton tersenyum dan membalas menepuk dengan lembut tangan orang tua yang kini masih bertengger di bahunya.“Mm

    Last Updated : 2022-04-03
  • Damai dalam Poligami   Bab 73

    Waktu bergulir sangat lambat bagi Ibu dan Bapak Sarah dalam menjaga Sang Putri di lingkungan yang asing. Hawa panas perkotaan sungguh membuat pasangan tak muda itu sesungguhnya tidak betah. Begitupun hawa dingin di kamar yang mereka tempati sungguh berbeda dengan segarnya hawa dari jendela kamar rumah mereka di desa sana.“Sabar, Ndoro Sepuh. Dinginnya AC memang tidak enak, bibi saja milih pakai kipas angin,” kata bibi malu-malu.Bibi sebenarnya tidak pernah diperlakukan sebagai pembantu di keluarga besar Sarah, terutama kedua orang tuanya itu. Mereka menganggap bibi adalah keluarga dan teman. Ibu dan bibi hampir sebaya. Bibi memanggil dengan sebutan Ndoro Sepuh padahal ibu dan bapak jengah mendengarnya.Wanita baik hati itu tetap saja kukuh memanggil demikian.Ibu hanya tersenyum menanggapi. Baru seminggu rasanya setahun. Semoga Sarah cepat pulih dan bisa segera meninggalkan ketidak nyamanan ini. Hanya itu harapan terbesar di hati Ibu Sarah.Bayi Putri adalah hiburan terbaik bagi sem

    Last Updated : 2022-05-25
  • Damai dalam Poligami   Bab 74

    “Anton!!”Dengan wajah merah padam Fadhil berjalan cepat menuju kubik di mana Anton berada. Mereka bekerja dalam satu ruangan yang sama sehingga mudah saja lelaki tiga puluh lima tahun itu memasukinya tanpa perlu susah-susah izin.Bugg!!Bogem mentah Fadhil berhasil mengenai rahang kokoh Anton yang tidak siap menerimanya. Namun ketika tangan itu kembali berayun untuk ke dua kalinya justru membuat si pelaku terpelanting menabrak meja dan kursi hingga mengalami beberapa kerusakan.Pekikan para pegawai wanita yang tengah bersiap pagi itu membuat suasana menjadi gaduh.Dua lelaki yang diketahui bersahabat baik sejak lama membuat para rekan kerja terkejut karena baku hantam dalam ruangan pagi-pagi. Baik Fadhil maupun Anton keduanya memiliki dendam kesumatnya sendiri.Bayangan Anton yang ikut membela Sarah juga dengan lancang ikut campur dalam masalah keluarga juga anaknya membuatnya naik darah. Sementara Anton yang sudah geregetan mengetahui perilaku Fadhil yang sudah semena-mena pada Sara

    Last Updated : 2022-05-30

Latest chapter

  • Damai dalam Poligami   Bab.84 Buah Dari Perbuatan Masa Lalu

    Fadhil nanar menatap sekumpulan keluarga besar yang sedang tertawa bahagia di taman sebuah rumah yang telah disulap menjadi aula pesta kebun yang semarak. Semesta seakan merestui hari bahagia itu dengan cuaca cerah langit memamerkan gemerlap bintang bermunculan ketika hari telah beranjak semakin malam. “Seharusnya aku yang ada di sana,” gumamnya sambil tak lepas memandang seorang wanita cantic yang bergelayut manja pada seorang pria tampan berkulit putih dengan anak perempuan mungil dalam gendongan. Itu adalah hari bahagia Sarah pada acara resepsi pernikahannya bersama Dokter Wan. “Sudahlah, Bang tak usah dilihat terus! Apa, Abang tak sadar itu sudah jadi masa lalu? Sekarang lihat kenyataan bahwa Sarah sudah bahagia dan kita juga harus melanjutkan hidup berusaha bahagia dengan keadaan yang ada,” kata Zubaidah sambil menggoyangkan lengan sang suami untuk menyadarkannya. SETAHUN YANG LALU Pada hari Zubaidah melahirkan seorang putra, Sarah sang madu juga tersadar dari baby blues ya

  • Damai dalam Poligami   Bab 83. Tak ingin Kehilangan

    Laras berlari cepat ke parkiran rumah sakit di mana Sarah dirawat. Ketika Dokter Wan mengabarkan bahwa Zubaidah melahirkan di rumah sakit yang sama, dirinya segera menghubungi sang suami. Anton sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit membawa bayi Putri dan neneknya juga Bibi sebagai pengasuh. Mereka harus segera dihentikan agar jangan sampai bertemu Fadhil ataupun Zubaidah yang mungkin saja keluar ruang rawat menjenguk bayinya yang konon dirawat khusus di NICU karena lahir premature.“Ayo dong, Bi … angkat,” gumam Laras sambil terus menekan-nekan keypad gawainya lalu menempelkan ke telinga.Karena panggilan terus saja gagal wanita berjilbab panjang itu berinisiatif menunggu di loby. Benar saja tak berapa lama kendaraan dengan nomor polisi yang dikenalnya memasuki loby utama. Laras mengetuk kaca bagian pengemudi ketika mobil melambat. Jelas Anton jadi mengerutkan dahi melihat istrinya tampak panic.“Buka saja kuncinya biar aku masuk dulu.”Laras segera masuk ke jok tengah kendaraan

  • Damai dalam Poligami   Bab 82. Misteri Lantai Teratas

    Zubaidah telah berbaring kembali di ranjang pasien dengan selimut yang kurapikan menutupi tubuhnya hingga ke dada. Meski matanya terpejam, aku tahu kalau dirinya sama sekali tidak tidur. Dia sepertinya masih marah karena kutinggalkan cukup lama hingga kehausan. Luka di perutnya masih basah hingga belum bisa bangun atau duduk apa lagi beranjak mengambil minum di meja samping temat tidur sendiri. Jaraknya cukup jauh dari jangkauan tangan.Alih-alih mencemaskan kemarahan istri, ingatanku justru kembali pada Laras di lorong rumah sakit tadi.“Siapa yang dia jenguk?” gumamku tanpa sadar.“Siapa, Bang?”Aku menoleh dan mendapati Zubaidah telah membuka matanya kembali. Tatapannya mengisyaratkan tanya. Mungkin dia telah menatapku dari tadi tetapi aku yang tidak menyadarinya karena asyik melamun. Aku bergerak dalam dudukku seolah mencari posisi yang baik tapi sebenarnya aku sedang memilah kata untuk kusampaikan padanya tentang hal-hal aneh yang kutemukan di rumah sakit ini. Wanita ini baru sa

  • Damai dalam Poligami   Bab 81. Suasana yang Aneh

    Kebahagian ini rasanya ada yang kurang entah apa itu. Kelahiran bayi yang dilahirkan Zubaidah adalah hal istimewa karena sejak awal pernikahan tak pernah terpikir akan mendapatkan anak darinya. Perjalan hampir tiga tahun bersamanya aku lebih banyak merasa mendapat jekpot dalam hidup ini.Biaya hidup keluarga yang tak perlu kupikirkan sampai hadiah-hadiah special juga pelayanan istimewa yang kudapatkan dari istri keduaku ini sungguh membuatku senang. Keadaan yang jauh berbeda dari kehidupan pernikahanku bersama Sarah. Begitupun cintaku tetap lebih besar pada wanita mungil yang mendampingiku lebih dulu. Sampai akhirnya hadir Arjuna di Rahim Zubaidah. Semua seperti terbalik. Rasa ingin membalas kebaikan yang kudapatkan darinya membuatku membantunya untuk mendapatkan kebahagiaan juga. Agar dia juga merasa beruntung memilikiku maka selalu kubantu dia untuk menggapai apa yang diinginkannya sampai hal dia ingin lebih lama bersama atau lebih aku perioritaskan kehidupannya dari Sarah dan ana

  • Damai dalam Poligami   Bab 80. Ingin Menjaganya

    Aku seorang dokter yang dituntut profesional menghadapi pasien bagaimanapun keadaannya. Hanya saja aku sungguh tak bisa mengendalikan diri jika menghadapi lelaki yang telah menyakiti hati seorang wanita.Yah, khusus wanita itu. Sarah.Datanya kusimpan secara khusus ketika hati ini tak bisa berhenti memikirkannya. Semula aku mengira mungkin ini karena rasa kasihan mengetahui dirinya yang telah disakiti seorang suami sedemian rupa.Namun rasa ini sungguh terlalu dalam.Wajah sayunya selalu membayang di pelupuk membuatku sulit memejamkan mata sebelum memastikan keadaannya.Apakah baik-baik saja? Apakah nyaman dalam menerima setiap tindakan medis juga perawatannya?Apakah obatnya sudah diminum?Apakah cukup menerima asupan? Juga apakah-apakah yang lain.Kekhawatiranku semakin bertambah sejak hari ini. Biang yang telah membuatnya sakit tengah berkeliaran di rumah sakit tempatnya dirawat. Istri lelaki yang sama sekali tak pantas disebut suami itu sedang melahirkan. Kandungan istimewa itu b

  • Damai dalam Poligami   Bab 79. Kelahiran Arjuna

    Kularikan mobil dengan kecepatan tinggi ke rumah sakit. Sebelumnya telah kuhubungi dokter Wan yang bertanggung jawab pada istriku sejak awal kehamilan. Aku sendiri tak berani asal masuk ke rumah sakit lain karena kondisi kehamilan Zubaidah yang cukup menghawatirkan. Dokter Wan lebih tahu kondisi pasien karena memiliki catatan medisnya sejak awal. “Bapak tunggu di luar saja biar Dokter focus bekerja! Bapak bantu doa saja,” kata perawat menahan langkahku memasuki ruang periksa. Perasaanku sangat kacau. Tak seperti kelahiran anak-anakku bersama Sarah yang bisa kuhadapi dengan tenang karena kondisi ibunya yang sehat dan normal juga bantuan keluarganya yang ikut siaga baik moril maupun materil. Sekarang aku bingung sendirian. “Pak Fadhil!” “Ya!” Entah mengapa aku seperti mendapatkan tatapan yang kurang menyenangkan dari semua orang di rumah sakit ini. Bahkan ketika aku sedang kesulitan seperti sekarang wanita berseragam putih-putih itu tetap bicara dengan nada tinggi seperti kesal. Ap

  • Damai dalam Poligami   Bab 78. Kesadaran Fadhil

    Ruangan minimalis yang tampak lebih luas karena sedikitnya perabot itu hening. Dua wanita dewasa berdarah sama masih saling diam dan masing-masing sibuk dengan ponsel di tangan. Sesekali sang kakak melirik adiknya yang masih acuh tak acuh setelah memuntahkan serentetan kata menusuk. Tak berapa lama istri Anton itu memasukkan ponsel ke dalam tas dan menoleh pada kakaknya. “Mas Anton sudah menjemput jadi aku mau pulang,” katanya sambil kembali sibuk dengan gendongan kangguru di dadanya. Ungkapan pamitnya sama sekali seperti sedang bicara pada diri sendiri. Hal itu jelas membuat perasaan Zubaidah gamang. Zubaidah bangkit dari duduk. Mulutnya membuka dan menutup seperti ingin mengatakan sesuatu tetapi tak ada satupun kata terucap hingga Laras sang adik mengayunkan langkah ke arah luar rumah. Ketika hendak mencapai pintu, langkah kakinya berhenti sejenak tanpa menoleh ke belakang. “Pikirkan dulu setiap langkahmu, Kak. Jangan sampai menyesal kelak,” katanya yang kemudian melanjutkan lan

  • Damai dalam Poligami   Bab 77

    “Laras!”Zubaidah bangkit dengan susah payah sambil memegangi bagian bawah perutnya yang membuncit. Wajahnya memerah karena marah.“Kau tidak bisa mengatur soal hidupku hanya karena berperan di pernikahan kami.Jodoh itu dari Allah!Takdir yang telah terjadi bahkan jika bukan peranmu tetap saja kami bersama karena jodoh!” katanya panjang lebar dengan intonasi tinggi.Sang adik buru-buru menepuk lembut punggung bayinya yang sempat terbangun karena kaget. Wajah imut yang kembali memejamkan mata melihat senyum ibunya itu kembali tenang dalam buaian mimpi indah. Senyumnya terbit membuat sang ibu ikut menarik ujung bibir. Sementara kakaknya yang sedang dikuasai emosi masih berdiri cemberut sambil mengatur napas yang sempat tersengal.Kini Laras menatapnya dengan pandangan miring.“Sepertinya Kakaku ini benar-benar dikuasai napsu syetan yang terkutuk.”“Kau ....”Laras buru-buru mengangkat tangan menghentikan ucapan Zubaidah.“Kalau Kakak benar, itu berarti Laras juga bebas berbuat semaunya

  • Damai dalam Poligami   Bab 76

    Akhir pekan adalah hari Zubaidah bersantai. Biasanya di waktu ini dirinya sedang berdua di depan TV dengan sepiring camilan. Bersama suami bercanda dan bermanja. Status istri telah disandangnya selama dua tahun. Tak disangka waktu berjalan dengan cepat dan kandungannya kini telah memasuki bulan ke tujuh.Fadhil saat ini dalam jatah harinya Sarah. Meski dirinya tahu kakak madunya itu sedang tidak ada di rumah. Mungkin saja sekarang sang suami sedang menyusulnya ke rumah orang tua Sarah atau apapun, Zubaidah tidak ingin memikirkannya.Sesuai pesan sang suami.“ Sekarang jatah harinya Sarah jadi Abang harus adil. Diam-diamlah di rumah jangan pikirkan apapun biar dedek bayi sehat.Kalau nanti Abang lama, pekan depan Abang janji akan mengembalikan jatah harimu dari Sarah. Mengerti?” tanya Fadhil yang hanya dijawab dengan anggukan kepala.Begitulah sang suami berpesan saat mau berangkat.🍀Denting suara selot pagar mengalihkan perhatian Zubaidah dari layar di depannya. Nampak seorang wanit

DMCA.com Protection Status