Share

Bab 33

Author: Wening
last update Last Updated: 2021-11-07 18:17:37

Suasana kafe cukup ramai di sore hari yang cukup cerah setelah beberapa hari hujan terus saja turun. Februari adalah bulan basah di mana hari-hari lebih banyak hujan dan mungkin orang-orang lebih memilih bergelung dengan selimut dari pada keluyuran di luar rumah. Begitupun masih ada saja yang merasa rumah tak lagi memberikan kenyamanan maka inilah salah satu gunanya tempat nongkrong semacam kafe. Mengurai kepenatan.

Aku menculik Anton yang kebetulan minta nebeng untuk pulang seperti biasa. Kami memang kerap saling bergantian nebeng kendaraan kalau sedang cape menyetir atau mobil kami bermasalah. Bahkan dulu saat ekonomi kami belum stabil kami saling bergantian bawa kendaraan untuk menghemat.

Masa-masa itu tak boleh rusak saat ini hanya karena masalah keluarga. Anton paling memahamiku jadi aku memilih jujur padanya. Karena itulah kami ada di sini. Pria menyebalkan itu pasti selalu punya cara membantuku meski ledekannya nanti bisa bikin panas

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Damai dalam Poligami   Bab 34

    Aku mendengarkan music melalui hadset yang kusumpalkan di telinga. Wajah memerah Zubaidah dan gerak bibirnya kuhiraukan. Setidaknya pertemuanku dengan Anton mulai kucoba terapkan di sini. Rumah istri keduaku. Sejujurnya aku tak tahan mendengar kritikan Anton kemarin. Yah meski sudah kularang ceramah toh aku mendengarkan juga setiap yang dia sampaikan.“Kita tak boleh sombong sebagai lelaki hanya kerana menafkahi mereka apa lagi kalau itu bahkan tidak cukup dan membuat mereka juga harus membantu banting tulang. Seharusnya kita malu karena nafkah lahir batin itu tak sesederhana pikiran kebanyakan lelaki.” Begitu cerocosnya yang menyentil hatiku terdalam.“Nafkah itu bukan titipan uangmu untuk belanja harian termasuk bayar cicilan, Bro, tapi uang yang kau khususkan baginya.Lalu nafkah batin bukan soal kau yang mencari kenikmatan dari tubuhnya tapi soal ketenangannya dalam kecukupan biologis juga tak adanya kekhawatiran

    Last Updated : 2021-11-07
  • Damai dalam Poligami   Bab 35

    *Sarah*Hari perkiraanku melahirkan tinggal sebentar lagi tapi Mas Fadhil masih saja diam dan menghindar setiap kucoba bicara soal biaya persalinan. Aku jelas takut kalau-kalau tiba waktunya biaya persalinan tidak siap. Memang masa pandemic membuat penghasilan sebagian orang terganggu tak terkecuali suamiku. Kantornya menghapus bonus juga memotong sekian persen dari gajinya. Kami harus legowo dari pada kehilangan pekerjaan.Sejak maduku hamil, Mas Fadhil bertingkah aneh. Sangat pendian dan suka gugup tanpa alasan setiap kudekati. Meski cemburu itu ada tapi aku sudah berusaha ikhlas sejak awal termasuk jika suamiku punya anak juga dari Zubaidah. Mungkin itu hadiah dari Allah bagi kesabaran Zubaidah selama ini yang lebih banyak mengalah. Kuasa Allah segalanya mungkin bahkan jika usia maduku rawan untuk mengandung.“Mas!” Aku mencekal tangan Mas Fadhil yang akan beranjak dari sofa begitu tubuhku mendarat di samp

    Last Updated : 2021-11-09
  • Damai dalam Poligami   Bab 36

    Aku mulai menyingsingkan lengan baju untuk mengatasi setiap pembiayaan pribadi. Mengumpulkan setiap tabungan baik yang dalam rekening juga yang dalam bentuk perhiasan sampai mendapatkan cukup untuk biaya persalinan. Aku bertekad tidak akan mengabarkan pada orang tua apa lagi meminta bantuan tambahan dana kalau tidak sangat terpaksa. Sungguh malu rasanya.Mas Fadhil seperti berusaha menghindar dan sesingkat mungkin berada di sekitarku. Lembur atau Zubaidah control adalah alasan utamanya. Aku sendiri seolah lupa kalau perlu perhatian lebih. Emosi membuat tenagaku banyak dan napsu makan meningkat. Berat badan juga naik pesat seiring bertambah usia kandungan. Dua bulan lagi HPL jadi aku harus kuat. Taka da yang kupikirkan selain diri ini sehat dan berusaha bahagia bersama anak-anak.“Maaf, Dik tapi Zubaidah hamil pertama. Keadaannya tak sebaik kamu,” katanya pagi ini.Aku hanya diam ketika banyak alasan Mas Fadhi

    Last Updated : 2021-11-11
  • Damai dalam Poligami   Bab 37

    Taman bermain tampak rame sore ini. Berbagai gerobag Mang jajanan berderet sepanjang mata memandang. Aku duduk memperhatikan kedua jagoanku yang sedang memilih-milih lalu berhenti untuk mengatri. Tubuhku terasa berat dan tak sanggup kalau harus mengikuti mereka.Kandunganku memasuki usia Sembilan bulan tapi masih bisa bermotoran pelan bareng Syamil. Taman ini berada tak jauh dari rumah dan tak perlu keluar jalan raya. Rayyan memilih mengikuti di belakang menaiki sepedanya.“Nanti Bunda berat bawa tiga anak,” katanya sambil menunjuk perutku. Kami tertawa bersama.Mendekati hari kelahiran jujur saja ada rasa takut. Bukan tak percaya takdir hanya saja melahirkan indentik dengan bertaruh nyawa. Setidaknya aku ingin banyak menghabiskan lebih banyak waktu untuk melihat senyum mereka. Penyemangat hidup dan harta paling berharga.“Bunda! Ini es krimya lucu,” kata Syamil sambil menunju

    Last Updated : 2021-11-11
  • Damai dalam Poligami   Bab 38

    Plok! Plok!Aku bertepuk tangan dua kali untuk mengalihkan perhatian anak-anak lalu berbalik menghampiri Rayyan dan Syamil yang duduk bersebelahan sambil menunduk. Wajah mereka tampak tertekan. Kedua tanganku hinggap di satu bahu masing-masing anak.“Ayo jagoan! Tak perlu menangisi hal yang tak perlu!” seruku sambil menatap mata anak-anak bergantian.“Dengar! Kalian anak bunda yang melakukan apapun dalam pantauan orang tua baik ayah maupun bunda, itu tidak masalah sama sekali.Ayp lupakan!Kita bersenang-senang tadi jadi jangan ada drama sedih sekarang.Pergi mandi dan shalat.Ayo! Ayo!” Aku melambaikan tangan diikuti gerakan mereka yang bergegas. Dengan menarik ujung bibir selebar mungkin aku mengiringi mereka dengan tatapan mata berbinar. Aku paham mimic wajahku mempengaruhi mereka. Kuhiraukan lelaki yang mematung di dekat

    Last Updated : 2021-11-12
  • Damai dalam Poligami   Bab 39

    *Fadhilah Sambodo*Semua menjadikanku serba salah. Aku berharap bisa menunjukkan power sebagai kepala rumah tangga dengan menegurnya yang bepergian sampai malam dalam keadaan hamil. Entah bagaimana seorang ayah yang menasihati anak-anak agar jangan nakal dengan berbagai permintaan yang menyusahkan orang tua juga jadi salah di mata Sarah.Sarah diam dan anak-anak terus menghindar dan mejauh, bagaimana aku akan betah di rumah yang seperti itu? Lalu kenapa jadi kesalahan besar ketika aku berusaha mengungkapkan perasaan?“Kalau begitu hancurkan saja,” kata Sarah dengan suara datar.Jelas aku kaget setengah mati mendengarnya apa lagi dia mengatakannya dengan enteng saja tanpa beban. Sebagai suami aku sudah tak dianggap oleh anak dan istriku. Bagaimana aku tak jadi lebih betah di rumah Zubaidah kalau begitu? Sarah bahkan enggan memasakkan makanan yang biasa kumakan hingga terpaksa

    Last Updated : 2021-11-12
  • Damai dalam Poligami   Bab 40

    Hidupku kembali seperti memegang bara. Panas di dada membuat ketegangan kerap kualami dan melonjakkan tekana darah. Aku mulai panic ketika pemeriksaan terakhir telah mencapai seratus empat puluh per Sembilan puluh. Tak terlalu tinggi tapi rasa takut justeru memicunya tambah melonjak.“Ibu … selain tekanan darah meninggi badannya juga mulai kelihatan bengkak.Coba perhatikan kaki dan wajah! Ini gejala kelainan kehamilan. Saya akan melakukan beberapa tes yang hasilnya bisa diketahui beso dengan dokter yang menangani Ibu. Saya hanya dokter jaga yang menggantikan Dokter Irma.Semoga ini ringan saja, ya … kurangi konsumsi garam dan minyak. Jalan pagi ya biar peredaran darah lancer dan jangan lupa lepaskan alas kaki sementara agar titis syaraf tersentuh,” nasihat dokter.Meski kalimat panjang itu bernada lembut tetap saja membuat kekhawatiran bertambah. Apa lagi memang bukan dokter yang biasa m

    Last Updated : 2021-11-19
  • Damai dalam Poligami   Bab 41

    Kamar ini terasa sangat sunyi meski ada dua orang berbaring bersama dalam satu ranjang. Jam diding berdetak dengat irama teratur bersama jantungku yang agak sedikit menghentak kali ini. Penyebab keteganganku karena hendak membahas hasil pemeriksaan tadi siang yang mungkin saja akan membuat perdebatan di antara kami.“Mas.”“Hem.”Dia berbaring membelakangiku sementara diri ini terlentang menatap langit-lagit kamar. Mas Fadhil selalu kekanakan jika tengah bersitegang dengan pasangan. Aku tak tahu bagaimana dia menyelesaikan setiap masalah di kantor yang melibatkan banyak orang dalam team.“Sarah ketemu dokter hari ini. Hasil pemeriksaan kemungkinan ada kelainan kehamilan. Itu sedikit menakutkan,” gumamku pelan.Mas Fadhil membalikkan badan menatapku intens. Pandangan kami bertemu membuat hatiku ingin menjerit kencang. Itu bukan tat

    Last Updated : 2021-11-19

Latest chapter

  • Damai dalam Poligami   Bab.84 Buah Dari Perbuatan Masa Lalu

    Fadhil nanar menatap sekumpulan keluarga besar yang sedang tertawa bahagia di taman sebuah rumah yang telah disulap menjadi aula pesta kebun yang semarak. Semesta seakan merestui hari bahagia itu dengan cuaca cerah langit memamerkan gemerlap bintang bermunculan ketika hari telah beranjak semakin malam. “Seharusnya aku yang ada di sana,” gumamnya sambil tak lepas memandang seorang wanita cantic yang bergelayut manja pada seorang pria tampan berkulit putih dengan anak perempuan mungil dalam gendongan. Itu adalah hari bahagia Sarah pada acara resepsi pernikahannya bersama Dokter Wan. “Sudahlah, Bang tak usah dilihat terus! Apa, Abang tak sadar itu sudah jadi masa lalu? Sekarang lihat kenyataan bahwa Sarah sudah bahagia dan kita juga harus melanjutkan hidup berusaha bahagia dengan keadaan yang ada,” kata Zubaidah sambil menggoyangkan lengan sang suami untuk menyadarkannya. SETAHUN YANG LALU Pada hari Zubaidah melahirkan seorang putra, Sarah sang madu juga tersadar dari baby blues ya

  • Damai dalam Poligami   Bab 83. Tak ingin Kehilangan

    Laras berlari cepat ke parkiran rumah sakit di mana Sarah dirawat. Ketika Dokter Wan mengabarkan bahwa Zubaidah melahirkan di rumah sakit yang sama, dirinya segera menghubungi sang suami. Anton sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit membawa bayi Putri dan neneknya juga Bibi sebagai pengasuh. Mereka harus segera dihentikan agar jangan sampai bertemu Fadhil ataupun Zubaidah yang mungkin saja keluar ruang rawat menjenguk bayinya yang konon dirawat khusus di NICU karena lahir premature.“Ayo dong, Bi … angkat,” gumam Laras sambil terus menekan-nekan keypad gawainya lalu menempelkan ke telinga.Karena panggilan terus saja gagal wanita berjilbab panjang itu berinisiatif menunggu di loby. Benar saja tak berapa lama kendaraan dengan nomor polisi yang dikenalnya memasuki loby utama. Laras mengetuk kaca bagian pengemudi ketika mobil melambat. Jelas Anton jadi mengerutkan dahi melihat istrinya tampak panic.“Buka saja kuncinya biar aku masuk dulu.”Laras segera masuk ke jok tengah kendaraan

  • Damai dalam Poligami   Bab 82. Misteri Lantai Teratas

    Zubaidah telah berbaring kembali di ranjang pasien dengan selimut yang kurapikan menutupi tubuhnya hingga ke dada. Meski matanya terpejam, aku tahu kalau dirinya sama sekali tidak tidur. Dia sepertinya masih marah karena kutinggalkan cukup lama hingga kehausan. Luka di perutnya masih basah hingga belum bisa bangun atau duduk apa lagi beranjak mengambil minum di meja samping temat tidur sendiri. Jaraknya cukup jauh dari jangkauan tangan.Alih-alih mencemaskan kemarahan istri, ingatanku justru kembali pada Laras di lorong rumah sakit tadi.“Siapa yang dia jenguk?” gumamku tanpa sadar.“Siapa, Bang?”Aku menoleh dan mendapati Zubaidah telah membuka matanya kembali. Tatapannya mengisyaratkan tanya. Mungkin dia telah menatapku dari tadi tetapi aku yang tidak menyadarinya karena asyik melamun. Aku bergerak dalam dudukku seolah mencari posisi yang baik tapi sebenarnya aku sedang memilah kata untuk kusampaikan padanya tentang hal-hal aneh yang kutemukan di rumah sakit ini. Wanita ini baru sa

  • Damai dalam Poligami   Bab 81. Suasana yang Aneh

    Kebahagian ini rasanya ada yang kurang entah apa itu. Kelahiran bayi yang dilahirkan Zubaidah adalah hal istimewa karena sejak awal pernikahan tak pernah terpikir akan mendapatkan anak darinya. Perjalan hampir tiga tahun bersamanya aku lebih banyak merasa mendapat jekpot dalam hidup ini.Biaya hidup keluarga yang tak perlu kupikirkan sampai hadiah-hadiah special juga pelayanan istimewa yang kudapatkan dari istri keduaku ini sungguh membuatku senang. Keadaan yang jauh berbeda dari kehidupan pernikahanku bersama Sarah. Begitupun cintaku tetap lebih besar pada wanita mungil yang mendampingiku lebih dulu. Sampai akhirnya hadir Arjuna di Rahim Zubaidah. Semua seperti terbalik. Rasa ingin membalas kebaikan yang kudapatkan darinya membuatku membantunya untuk mendapatkan kebahagiaan juga. Agar dia juga merasa beruntung memilikiku maka selalu kubantu dia untuk menggapai apa yang diinginkannya sampai hal dia ingin lebih lama bersama atau lebih aku perioritaskan kehidupannya dari Sarah dan ana

  • Damai dalam Poligami   Bab 80. Ingin Menjaganya

    Aku seorang dokter yang dituntut profesional menghadapi pasien bagaimanapun keadaannya. Hanya saja aku sungguh tak bisa mengendalikan diri jika menghadapi lelaki yang telah menyakiti hati seorang wanita.Yah, khusus wanita itu. Sarah.Datanya kusimpan secara khusus ketika hati ini tak bisa berhenti memikirkannya. Semula aku mengira mungkin ini karena rasa kasihan mengetahui dirinya yang telah disakiti seorang suami sedemian rupa.Namun rasa ini sungguh terlalu dalam.Wajah sayunya selalu membayang di pelupuk membuatku sulit memejamkan mata sebelum memastikan keadaannya.Apakah baik-baik saja? Apakah nyaman dalam menerima setiap tindakan medis juga perawatannya?Apakah obatnya sudah diminum?Apakah cukup menerima asupan? Juga apakah-apakah yang lain.Kekhawatiranku semakin bertambah sejak hari ini. Biang yang telah membuatnya sakit tengah berkeliaran di rumah sakit tempatnya dirawat. Istri lelaki yang sama sekali tak pantas disebut suami itu sedang melahirkan. Kandungan istimewa itu b

  • Damai dalam Poligami   Bab 79. Kelahiran Arjuna

    Kularikan mobil dengan kecepatan tinggi ke rumah sakit. Sebelumnya telah kuhubungi dokter Wan yang bertanggung jawab pada istriku sejak awal kehamilan. Aku sendiri tak berani asal masuk ke rumah sakit lain karena kondisi kehamilan Zubaidah yang cukup menghawatirkan. Dokter Wan lebih tahu kondisi pasien karena memiliki catatan medisnya sejak awal. “Bapak tunggu di luar saja biar Dokter focus bekerja! Bapak bantu doa saja,” kata perawat menahan langkahku memasuki ruang periksa. Perasaanku sangat kacau. Tak seperti kelahiran anak-anakku bersama Sarah yang bisa kuhadapi dengan tenang karena kondisi ibunya yang sehat dan normal juga bantuan keluarganya yang ikut siaga baik moril maupun materil. Sekarang aku bingung sendirian. “Pak Fadhil!” “Ya!” Entah mengapa aku seperti mendapatkan tatapan yang kurang menyenangkan dari semua orang di rumah sakit ini. Bahkan ketika aku sedang kesulitan seperti sekarang wanita berseragam putih-putih itu tetap bicara dengan nada tinggi seperti kesal. Ap

  • Damai dalam Poligami   Bab 78. Kesadaran Fadhil

    Ruangan minimalis yang tampak lebih luas karena sedikitnya perabot itu hening. Dua wanita dewasa berdarah sama masih saling diam dan masing-masing sibuk dengan ponsel di tangan. Sesekali sang kakak melirik adiknya yang masih acuh tak acuh setelah memuntahkan serentetan kata menusuk. Tak berapa lama istri Anton itu memasukkan ponsel ke dalam tas dan menoleh pada kakaknya. “Mas Anton sudah menjemput jadi aku mau pulang,” katanya sambil kembali sibuk dengan gendongan kangguru di dadanya. Ungkapan pamitnya sama sekali seperti sedang bicara pada diri sendiri. Hal itu jelas membuat perasaan Zubaidah gamang. Zubaidah bangkit dari duduk. Mulutnya membuka dan menutup seperti ingin mengatakan sesuatu tetapi tak ada satupun kata terucap hingga Laras sang adik mengayunkan langkah ke arah luar rumah. Ketika hendak mencapai pintu, langkah kakinya berhenti sejenak tanpa menoleh ke belakang. “Pikirkan dulu setiap langkahmu, Kak. Jangan sampai menyesal kelak,” katanya yang kemudian melanjutkan lan

  • Damai dalam Poligami   Bab 77

    “Laras!”Zubaidah bangkit dengan susah payah sambil memegangi bagian bawah perutnya yang membuncit. Wajahnya memerah karena marah.“Kau tidak bisa mengatur soal hidupku hanya karena berperan di pernikahan kami.Jodoh itu dari Allah!Takdir yang telah terjadi bahkan jika bukan peranmu tetap saja kami bersama karena jodoh!” katanya panjang lebar dengan intonasi tinggi.Sang adik buru-buru menepuk lembut punggung bayinya yang sempat terbangun karena kaget. Wajah imut yang kembali memejamkan mata melihat senyum ibunya itu kembali tenang dalam buaian mimpi indah. Senyumnya terbit membuat sang ibu ikut menarik ujung bibir. Sementara kakaknya yang sedang dikuasai emosi masih berdiri cemberut sambil mengatur napas yang sempat tersengal.Kini Laras menatapnya dengan pandangan miring.“Sepertinya Kakaku ini benar-benar dikuasai napsu syetan yang terkutuk.”“Kau ....”Laras buru-buru mengangkat tangan menghentikan ucapan Zubaidah.“Kalau Kakak benar, itu berarti Laras juga bebas berbuat semaunya

  • Damai dalam Poligami   Bab 76

    Akhir pekan adalah hari Zubaidah bersantai. Biasanya di waktu ini dirinya sedang berdua di depan TV dengan sepiring camilan. Bersama suami bercanda dan bermanja. Status istri telah disandangnya selama dua tahun. Tak disangka waktu berjalan dengan cepat dan kandungannya kini telah memasuki bulan ke tujuh.Fadhil saat ini dalam jatah harinya Sarah. Meski dirinya tahu kakak madunya itu sedang tidak ada di rumah. Mungkin saja sekarang sang suami sedang menyusulnya ke rumah orang tua Sarah atau apapun, Zubaidah tidak ingin memikirkannya.Sesuai pesan sang suami.“ Sekarang jatah harinya Sarah jadi Abang harus adil. Diam-diamlah di rumah jangan pikirkan apapun biar dedek bayi sehat.Kalau nanti Abang lama, pekan depan Abang janji akan mengembalikan jatah harimu dari Sarah. Mengerti?” tanya Fadhil yang hanya dijawab dengan anggukan kepala.Begitulah sang suami berpesan saat mau berangkat.🍀Denting suara selot pagar mengalihkan perhatian Zubaidah dari layar di depannya. Nampak seorang wanit

DMCA.com Protection Status