***Sore ini, Sarah sudah kembali ke Jakarta. Ia merasa rindu dengan aktivitas di Jakarta, terutama makanan Padang yang sangat ia gemari. Sarah tak sabar untuk memakannya malam ini. Ketika ia masih membayangkan makanan itu, bunyi bel apartemennya terdengar. Ia bergegas melihat siapa yang datang, dan tersenyum saat melihat siapa yang berdiri di depan pintu.“Nasi rendang Padang, pasti kamu lapar,” ucap Zeline seolah tahu apa yang diinginkan Sarah.“Wah, kamu memang yang terbaik, tahu saja aku mau apa,” Sarah merasa senang dan langsung mengambil bungkusan yang ada di tangan Zeline.Mereka masuk dan duduk di balkon apartemen, sementara Sarah sibuk makan dengan antusias.“Terima kasih, ya,” ucap Zeline tulus.“Untuk yang kemarin?” tanya Sarah.“Iya. Aku sebenarnya tidak ingin kamu yang ke sana, tapi Kak Hansen bersikukuh kalau kamu yang harus mendampinginya. Tadinya aku akan menolak dan tak apa jika aku tidak mendapat dukungan dari Mr. Wang,” Zeline berkata dengan nada menyesal.“Aku tak
***Sudah seminggu Kevin berada di Swiss, tepatnya di kota Zurich. Zurich merupakan kota terbesar di Swiss dan terkenal sebagai salah satu pusat keuangan di dunia, menjadi rumah bagi bursa saham terbesar keempat dan berbagai perusahaan internasional. Meski biaya hidup di sana tinggi, biaya pendidikan, khususnya bagi mahasiswa internasional, cukup terjangkau. Zurich memiliki dua kampus terbaik, yaitu ETH Zurich (The Swiss Federal Institute of Technology) dan University of Zurich.Swiss sangat indah, dan Kevin ingin mengajak Sarah ke sana. Pasti gadis itu akan sangat menyukainya, sebab saat Sarah memberi kabar padanya bahwa ia sangat menyukai Singapura, gadis itu bilang padanya ingin datang ke sana dan menghabiskan waktu untuk liburan bersamanya dan juga Sophia.Kevin selalu tersenyum melihat foto-foto yang dikirim Sarah padanya. Gadis itu memegang janjinya, ia hanya menghabiskan waktu di kamar hotel saja dan tak pernah sekalipun jalan-jalan bersama Hansen kecuali saat makan malam saja.
***“Sarah, nanti setelah ini kamu harus bertemu dengan customer-ku, dia memesan gaun pengantin. Dia pelanggan VVIP,” seru Zeline sambil menata barang-barang yang akan dibawanya.“Aku ikut denganmu?” tanya Sarah.“Iya, aku ingin kamu juga ikut. Aku ingin melibatkanmu langsung,” jawab Zeline. “Dan aku sengaja mengajakmu, biar Kak Hansen hari ini tidak ada alasan untuk mengajakmu pergi dengannya,” lanjutnya sambil berbisik.“Ah, iya. Barusan dia kirim pesan padaku untuk bertemu dengannya membahas persiapan nanti di Milan,” ucap Sarah.“Tuh kan, aku tidak akan membiarkannya. Bukannya aku jahat sama Kak Hansen, tapi ini demi kebaikannya juga. Aku sedih sudah sangat lama kakakku dan Kak Hansen tidak akur. Padahal dulu Kak Hansen paling dekat dengan Ka Kevin,” tutur Zeline.“Aku juga berharap Hansen menemukan perempuan yang tulus mencintainya dan juga membuatnya bahagia. Dia lelaki baik dan sangat lembut,” ucap Sarah dengan tulus.“Iya, aku harap juga begitu. Kak Hansen memang mempunyai sik
***Urusan di Swiss akhirnya selesai, dua hari lebih cepat dari perkiraan. Kevin dan Nancy sangat senang bisa segera kembali ke Jakarta. Meski mereka sangat menyukai Swiss, semua keindahan di sana terasa hambar tanpa orang-orang yang mereka cintai.Mereka diperkirakan tiba di Jakarta tengah malam. Kevin sudah merencanakan untuk langsung pulang dan mampir ke apartemen Sarah. Ia sangat merindukannya dan berniat menagih janji untuk mencium gadis itu saat tiba.“Semua sudah selesai?” tanya Kevin.“Sudah, akhirnya kita pulang,” jawab Nancy bersemangat.“Tapi nanti saat kamu tiba di Jakarta, kamu akan lebih sibuk. Jaga kesehatanmu!” ucap Kevin.“Iya, aku akan sehat terus. Kamu bisa mengandalkanku,” seru Nancy.“Mungkin untuk proyek ini, kamu yang akan lebih sering menemaniku untuk rapat. Biar Violet yang menangani urusan kantor.”“Kenapa bukan dia yang ikut rapat? Dia masih muda dan energik, staminanya pasti lebih dariku,” kata Nancy.“Nanti wanitaku akan cemburu dan dia nanti tak mau aku p
***Pagi ini, Sarah sudah mendecak kesal. Ia menatap dirinya di depan cermin, lingkaran mata panda sukses terlukis di bawah matanya. Pelakunya adalah Kevin, lelaki yang ia tunggu hingga menjelang pagi. Pikiran Sarah sudah tidak karuan memikirkan mengapa Kevin tak juga datang menemuinya di apartemen. Kevin sudah janji akan pulang ke apartemen setelah selesai dengan urusan bisnisnya di Swiss.Namun yang membuat Sarah semakin merutuki Kevin adalah pesan barusan yang dikirimkan lelaki itu, memberitahunya bahwa dia tak jadi ke apartemen karena sangat lelah. Sarah hanya bisa mengelus dada dengan alasan konyol itu. Kevin memang menyebalkan. Dia bahkan tidak mengabarinya saat malam itu, padahal Sarah tidak bisa tidur dengan tenang."Kevin, kamu pria yang menyebalkan!" Sarah terus mendumel dalam hatinya. Ia harus tegas kali ini, ia tak mau memaafkan lelaki itu. Gara-gara Kevin, ia tak bisa tidur semalaman.Sarah berangkat lebih pagi. Ia sengaja melakukannya karena tak mau dijemput oleh Kevin.
***“Kamu!! Kenapa selalu mencuri ciuman di bibirku!” kesal Sarah.“Mau kamu apa? Mau yang lebih? Dengan senang hati aku mewujudkannya, sayang,” ucap Kevin dengan sengaja.Sarah masih kesal, ia hanya mendiamkan Kevin begitu saja.Dan kemarahan gadis itu membuat Kevin tak mengerti. Kevin terus menatap lekat gadis itu tanpa jeda, hingga akhirnya Sarah mengatakan sesuatu."Apa kamu tak peka?" tanya Sarah akhirnya."Aku bukan cenayang, sayang. Mana bisa aku menebak kenapa kamu mendiamkanku tanpa aku tahu apa salahku. Coba kamu beberkan salahku apa, nanti aku bisa memperbaikinya dan aku tak akan mengulangi lagi, aku janji!" jawab Kevin."Kamu memang enggak pernah peka!" ujar Sarah kesal. Kevin menghela napas, perempuan memang makhluk yang sangat rumit, banyak kode yang sampai sekarang para pria sulit untuk memecahkannya. Bahkan diamnya seorang perempuan bisa menghancurkan kewarasan.Kevin mengelus wajah Sarah dengan lembut, "Aku minta maaf. Kalau kamu tak bicara apa salahku, nanti ke depan
***Esok hari, Hansen akan terbang ke Inggris. Ada urusan mendadak yang harus segera ia selesaikan di sana. Ayahnya yang seorang bangsawan Inggris memaksanya datang dan mengancam jika ia tak menggubrisnya. Sebenarnya ia malas berhubungan dengan ayah kandungnya itu, ia tak mau dipusingkan dengan segala aturan dan protokol yang membelenggu kebebasannya. Hansen tak suka diatur, ia harus mengatur dirinya sendiri.Hansen memencet nomor ponsel Sarah, ia tahu gadis itu sulit untuk mengangkat telepon darinya. Pesan pun dibalas singkat olehnya.“Halo… “Deg! Suara gadis itu membuat irama jantungnya berdebar lebih cepat.“Halo, Sarah. Aku tunggu kamu di kantorku sore ini, aku akan menyerahkan dokumen yang harus kamu pelajari,” kata Hansen dengan suara tenang.“Harus saya yang datang?” tanya Sarah.“Iya, harus kamu,” balas Hansen.“Baiklah. Nanti sore saya datang.”“Oke. Aku tunggu,” ucap Hansen.Panggilan telepon pun berakhir, Hansen menghela napas. Ditapaknya langit dari jendela ruang kerjanya
***Sudah dua hari Shopia dirawat di rumah sakit swasta di Jakarta. Shopia dirawat karena mengalami kecelakaan kecil setelah ditabrak oleh pengendara motor yang ugal-ugalan. Beruntung, Shopia hanya mengalami patah tulang ringan di kakinya dan beberapa memar. Sarah terus menemani dan merawatnya dengan penuh perhatian. Dua hari ini pikirannya sangat kacau, ia terus saja menangis karena merasa kecelakaan yang dialami oleh Shopia adalah salahnya. Anak itu kecelakaan karena menunggunya yang janji akan datang menjemputnya sepulang sekolah. Sarah merasa ia bukan calon ibu yang baik untuk anak itu. Shopia sudah mulai mau makan hari ini dan tadi dokter datang untuk memeriksa Shopia pasca operasi dan mengatakan perkembangan Shopia sangat pesat.Shopia melihat Sarah yang sedang muram, lalu ia mengucapkan, "Bunda, senyum dong."Sarah tak menyangka Shopia memperhatikannya, lalu dengan senyum ia membelai rambut Shopia dengan penuh kasih sayang. "Iya, sayang. Bunda ini senyum. Kamu udah enakan?" tan
***Akhirnya, Sarah melahirkan anak pertamanya setelah menahan kontraksi selama dua belas jam. Anak pertamanya lahir tentu dengan drama, di mana Kevin selalu dibentak dan rambutnya dijambak oleh Sarah ketika menahan rasa sakit kontraksi. Namun, perjuangan Kevin tak sebanding dengan perjuangan istrinya yang melahirkan anaknya dengan selamat ke dunia. Anak laki-lakinya sangat cantik, meskipun jenis kelaminnya adalah laki-laki. Wajah bayi laki-laki itu, meskipun kata orang pasti akan berubah-ubah, sangat mirip dengan Sarah.“Ini Adiknya Kakak, Pi?” tanya Shopia dengan takjub.“Iya, Kak. Bagaimana? Kakak sayang enggak sama Adik bayi?” Kevin bertanya balik.Shopia langsung mengangguk cepat. “Tentu saja, sangat sayang. Tapi, ini Adik bayinya perempuan, yah?” tanya Shopia.“Laki-laki dong,” sahut Kevin.“Kalau laki-laki, kenapa Adik bayinya cantik?” tanya Shopia heran.“Karena
***"Kamu mau konsep resepsi yang bagaimana?" tanya Zeline pada Nisa."Aku bingung," balas Nisa."Loh, kok bingung?" Zeline menatap Nisa yang sedang bimbang.Nisa menghela napasnya. "Aku bingung, ini seperti mimpi. Aku takut saja, bahwa saat ini aku sedang tertidur," ungkap Nisa.Zeline menghembuskan napasnya. "Ini bukan mimpi! Dan kamu juga tidak sedang tertidur. Sebulan lagi kalian akan menikah, kan?" tanyanya."Kami memutuskan akan menikah setelah Sarah melahirkan saja, mungkin setelah anak Sarah sudah berumur tiga bulan, baru kami akan menikah," jawab Nisa."Kenapa harus menunggu anak Sarah berusia tiga bulan?""Aku yang mau. Aku enggak mau membuat Sean dan Sarah kecapean mengurus pernikahanku. Apalagi Sarah, dia sangat antusias dan ingin menyiapkan segalanya untukku. Lagian juga, Sean masih harus berjuang dengan proyek-proyeknya yang belum goal. Aku tidak ingin membuat konsentrasinya jadi pecah.""Kan bisa akad dulu
***Sarah melihat suaminya hanya diam saja dari tadi. Kevin memang sangat cemburu saat tadi Hansen dengan sengaja memujinya di depan lelaki itu. Wajah suaminya langsung muram dan tidak mengatakan satu patah kata pun.Setelah sampai di kamar, Kevin langsung mengganti bajunya dengan piyama dan tidur tanpa bicara apa pun. Sarah hanya bengong, menatap suaminya yang langsung tertidur tanpa melakukan ritual setiap mau tidur. Biasanya, Kevin selalu mengajak ngobrol janin yang ada dalam perutnya, menceritakan harinya, dan selalu memeluknya serta menunggunya sampai terlelap.Sarah menggelengkan kepalanya. Cemburu suaminya itu memang tidak pernah berubah, seperti anak kecil. Sarah mencuci kaki, tangan, dan juga membersihkan wajahnya. Setelah mengganti bajunya dengan gaun tidur, ia berbaring di sebelah Kevin yang posisinya membelakanginya.Sarah mengelus punggung Kevin. “Hubby, masa gitu aja cemburu sih. Tadi kan Hansen bercanda aja,” ucap Sarah memulai
***Setelah melaksanakan resepsi pernikahan yang sangat megah, Zeline dan Bastian mengadakan pesta kebun yang sangat privat. Hanya keluarga dan teman dekat yang menghadirinya, karena pesta ini bertujuan untuk saling bertemu setelah masing-masing sibuk dengan urusan masing-masing.Shopia tidak ikut karena sedang menginap di rumah sahabatnya, Yonna. Setelah berkenalan dengan teman barunya itu, Shopia menjadi lebih rajin belajar. Ketika Shopia mengatakan akan menginap di rumah Yonna, Kevin dan Sarah tentu saja mengizinkannya.“Shopia tumben akrab sama temannya?” tanya Nisa.“Teman baru di sekolahnya. Anaknya asyik dan pintar, jadi Shopia senang akhirnya bisa punya sahabat,” balas Sarah.“Bagaimana kandunganmu? Bayinya sebentar lagi mau launching, jadi enggak sabar,” seru Nisa.“Perkembangannya sangat baik. Aku deg-degan memang mau melahirkan, agak takut. Aku takut nanti bisa melahirkan atau tidak,&rdquo
***Usia kandungan Sarah sudah menginjak tujuh bulan, perutnya semakin membesar dan sudah mulai kelihatan. Ia sudah mulai sulit untuk tidur. Kevin selalu menuruti apa yang diinginkan oleh Sarah, apalagi Shopia. Anak kecil itu selalu memijit kepala Bundanya."Perutmu semakin besar, tapi badanmu tetap kecil," ucap Zeline."Memang tadinya aku kecil kan, ini naik juga kok berat badanku. Naik delapan kilo," kata Sarah."Aku ingin hamil juga, sudah dua bulan tapi belum juga ada tanda-tanda. Malah saat ini aku lagi datang tamu bulanan. Jadi aku sedih," lirih Zeline."Duh, kamu yah. Baru juga dua bulan. Lihat banyak pasangan yang belasan tahun pun masih menanti. Mereka tetap bersyukur dan sabar menantinya. Jangan banyak pikiran, nanti jadi sugesti loh," kata Sarah."Bukannya aku tidak mau bersyukur, tapi sedih sih saat aku ketemu teman dan kerabat, terus mereka bilang, 'Kamu sudah isi belum?' atau 'Kok belum isi sih, sudah dua bulan belum ada kabar
***Hari yang ditunggu akhirnya tiba juga. Hari ini, Zeline akan memulai babak awal dalam kehidupannya. Hari ini, Bastian akan mengucap janji pada Tuhan untuk mengikatnya. Zeline sangat cantik, meski polesan riasannya sangat sederhana tapi tidak melunturkan aura bahagianya itu.Sarah dan Nisa yang akan menjadi pendamping Zeline. Sarah tersenyum melihat kegugupan adik iparnya itu, mengingat perasaan yang sama saat di Jepang. Namun, dulu ia melaksanakan akad di ranjang rumah sakit.“Jangan terlalu gugup,” ucap Sarah.Zeline mengangguk. “Aku sangat terharu. Aku akan menjadi seorang istri dalam beberapa menit lagi.”“Dan kamu akan menuai pahala setelah menjadi seorang istri,” timpal Sarah.“Babak baru dalam hidupku saat ini telah dimulai,” ujar Zeline penuh semangat. Mereka bertiga saling merangkul dengan haru.***Setelah akad diucapkan dengan lancar, yang otomatis membuat Bastian da
***Sarah akhirnya bisa tersenyum dengan senang ketika suaminya memenuhi keinginannya yang sedang ngidam. Tanpa Sarah ketahui, ternyata Kevin langsung menghubungi kenalannya di Bandung dan meminta secara khusus pada manajemen bubur ayam Mang Haji Oyo untuk membuatkan bubur ayam untuk istrinya.Setelah permintaannya disanggupi, akhirnya Sarah dan Kevin berangkat ke Bandung jam dua dini hari, waktu di mana sebagian besar orang terlelap. Kevin dan Sarah tiba di Bandung dalam waktu kurang lebih tiga jam. Sungguh tidak pernah terpikir oleh Kevin untuk jauh-jauh datang ke Bandung hanya demi bubur ayam. Semua ini demi istrinya, demi memenuhi ngidamnya, dan juga karena ia sudah berjanji. Kevin menatap istrinya yang makan dengan lahap, menghabiskan empat mangkok bubur ayam.Sarah merasa senang karena perutnya akhirnya kenyang.“Terima kasih, Hubby. Sudah memenuhi keinginanku dan dedek bayi di dalam perut,” ucap Sarah manja.“Kan aku sudah
***Sarah melihat kecemburuan di wajah Sean. Ia tersenyum, merasa senang karena baru kali ini melihat wajah kakaknya yang seperti tomat. Jelas terlihat, sebab Sean memiliki kulit seputih susu.“Kakak cemburu, ya?” tanya Sarah sambil tertawa kecil.“Enggak juga. Kakak hanya sebal sama lelaki itu!” jawab Sean pura-pura tenang.“Masa sih? Kok aku enggak percaya, ya?” timpal Sarah.“Kakak enggak suka lihat lelaki genit.”Sarah tersenyum lagi, merasa gemas karena kakaknya tidak mengakui bahwa dirinya sedang cemburu. “Kak, kalau cemburu bilang saja, jangan malu!”“Siapa yang cemburu? Kakak enggak pernah cemburu, itu hanya untuk laki-laki yang putus asa,” bela Sean.“Ah! Kata siapa? Cemburu itu tanda cinta loh. Memang jangan terlalu cemburu, tapi cinta akan bekerja jika ada rasa cemburu. Tanpa cemburu, cinta terasa membosankan dan hambar.”Sean
***Hari ini, Nisa menemani Sarah seharian. Mood sahabatnya itu luar biasa berubah. Bukan hanya suaminya yang kewalahan menghadapi sifat Sarah saat hamil, tetapi Nisa juga harus sabar dan membenarkan apa yang diyakini sahabatnya. Prinsip Nisa saat ini adalah jangan pernah membantah Sarah jika ingin semuanya baik-baik saja.Usia kehamilan Sarah sudah hampir memasuki lima bulan. Waktu terasa sangat cepat berlalu. Selama itu juga, perasaan Nisa terhadap Sean semakin memuncak, meski terkadang ada satu titik di mana ia merasa ragu pada dirinya sendiri. Masa lalunya yang rumit membuatnya merasa tidak percaya diri dan tidak pantas berada di sisi lelaki itu.Nisa terkejut melihat porsi makan Sarah yang meningkat tiga kali lipat. Awal kehamilan, sahabatnya itu malah sulit makan. Tetapi sekarang, semua makanan terus dicicipi Sarah.“Wah, Adek bayi kayaknya senang kalau Bundanya makan ini,” seru Sarah bersemangat.“Jangan kebanyakan dong! In