共有

Bab 53

作者: skybby
last update 最終更新日: 2024-05-24 17:26:17

Hari ini adalah hari yang sangat melelahkan bagi Grita, setelah melalui rangkaian rapat yang melelahkan dan kerja tanpa henti sejak pagi, Grita merasakan kelelahan yang luar biasa. Tubuhnya terasa berat dan pikirannya mulai kehilangan fokus. Dia duduk di kursi ruangan rapat, berharap bisa mengumpulkan tenaga untuk pulang ke apartemennya.

Sementara Anton pergi keluar entah kemana, ia menawarkan Grita untuk pulang bersama dan tentu saja Grita terima. Namun saat ini pria itu pamit pergi entah kemana dan tak kunjung kembali.

Sembari menunggu Anton, Grita menelungkupkan wajahnya dimeja dan memejamkan matanya. Tanpa sadar Grita tertidur selama hampir 20 menit. Anton datang sembari membawa dua cup kopi panas. Ia mendekati Grita dengan perlahan. Melihat Grita yang tertidur karena kelelahan, Anton meletakkan cup kopi itu diatas meja. Diperhatikannya wajah damai Grita saat tidur, entah apa yang Anton rasakan tapi ia tak bisa melepaskan pandangannya dari Grita.

Mata Grita terbuka perlahan dan
ロックされたチャプター
GoodNovel で続きを読む
コードをスキャンしてアプリをダウンロード

関連チャプター

  • Dalam Jeratan Bodyguard Tampan   Bab 54

    Entah apa yang merasuki Anton hari ini hingga ia berbaik hati mengijinkan Kara untuk pergi ke kota. Kara langsung bersorak kegirangan seperti anak kecil saat itu juga. Walaupun begitu Anton tidak sepenuhnya membiarkan Kara ke kota begitu saja, ia harus ditemani salah satu bodyguardnya. Batas waktunya juga hanya sampai pukul 6 sore, dan saat itu juga Kara harus sudah sampai dirumah. Satu jam lebih Kara menghabiskan waktunya didalam kamar untuk memilih pakaian yang akan digunakannya. Ia terdiam beberapa saat didepan lemari pakaian melihat rentetan baju-baju miliknya. Hanya ada dress disana, dan sepertinya tidak ada pakaian lain. Kara baru sadar jika selama ini yang ia pakai hanya dress berbagai model serta piyama. Kenapa tidak ada baju yang lain? Kara menyambar sebuah dress tanpa lengan berwarna cream dengan motif bunga-bunga. Dress itu panjangnya sampai mata kaki. Kara memilih dress itu karena ia sangat menyukainya, itu adalah dress favoritnya. Setelah berganti pakaian, Kara duduk s

    最終更新日 : 2024-06-02
  • Dalam Jeratan Bodyguard Tampan   Bab 55

    Tak ada yang berubah dari taman ini, semuanya tampak masih sama sejak terakhir kali Kara pergi kesini. Kara sangat senang melihat hamparan bunga-bunga dihadapannya, bermekaran dan tumbuh indah. "Ayo, Kai!"Kara menarik tangan Kaisar membuat Kaisar mau tak mau mengikutinya. Gadis itu membawanya menuju ke hamparan bunga tulip kuning. Sesampainya disana Kara melepaskan tangannya dan berlari girang seperti anak kecil. Kaisar hanya melihatnya tanpa ekspresi. Ia mengikuti kemanapun Kara pergi dari belakang.Kaisar baru mengetahui jika ada taman bunga seluas ini dikota. Tamannya sangat bersih, terawat dan banyak bunga yang bermekaran. Kara kembali berjalan menuju kumpulan bunga tulip pink. Ia berjongkok sambil menyentuh bunga itu. "Cantik banget ya, Kai?" tanya Kara. Kaisar mengangguk sekilas. Seakan tersadar sesuatu, ia mengeluarkan ponsel dari saku celananya."Mau saya foto?" tawar Kaisar. Kara mendongak dan tanpa basa-basi ia langsung mengangguk cepat. Kara berjongkok di samping bung

    最終更新日 : 2024-06-11
  • Dalam Jeratan Bodyguard Tampan   Bab 56

    Kaisar hendak menghampiri saat sebuah tangan menarik lengannya. Kaisar menoleh dan melihat Kara menatapnya heran. "Mau kemana? Kara jangan ditinggal," ucap Kara sembari menatap cemas.Kaisar menoleh sekilas dan tidak menemukan keberadaan Grita lagi, seolah gadis itu lenyap ditelan bumi. Kaisar menghela nafas kasar dan berbalik ke Kara lalu kembali duduk disampingnya. "Maaf," ucap Kaisar. Kara mengangguk sambil tersenyum."Kaisar lihat apa tadi?"Kaisar terdiam lalu menggelengkan kepalanya pelan, "Tidak ada."Kara mengangguk dan tidak bertanya lebih, es krim stroberi ditangannya itu akan segera mencair lama-lama. Kaisar menoleh ke sekeliling berharap masih menemukan keberadaan Grita disana. Namun nihil, ia tak melihat sosok gadis itu walau sedikitpun. Ia hanya ingin memastikan jika yang ia lihat tadi itu bukan hanya sekadar imajinasinya saja, tapi jika itu memang benar Grita untuk apa gadis itu berada di kota ini? Dan siapa pria disebelahnya tadi? Walau hanya melihat belakang tubuh

    最終更新日 : 2024-06-24
  • Dalam Jeratan Bodyguard Tampan   Bab 57

    Malam ini Kaisar tidak bisa tidur dengan tenang. Ia hanya membolak-balikkan tubuhnya ke kanan-kiri. Kaisar teringat dengan kejadian sore tadi, ia melihat dengan jelas bahwa Grita ada dihadapannya, tapi bersama seorang pria di sampingnya. Kaisar mencoba berpikir positif bahwa hubungan Grita dan pria di sampingnya itu hanyalah sekadar rekan kerja, namun melihat interaksi intensif antara mereka membuat Kaisar curiga.Perasaan curiga itu tiba-tiba lenyap saat pesan masuk ke ponsel Kaisar, yang tidak lain tidak bukan dari Grita. Lelaki itu tersenyum kecil membaca pesan dari gadisnya itu.Mengesampingkan rasa cemburu dan curiga, Kaisar lalu berpikir bahwa Grita tidak akan mungkin berselingkuh darinya. Ia menanamkan prinsip bahwa dalam suatu hubungan yang terpenting adalah rasa saling percaya antar kedua belah pihak.***Di balik hiruk-pikuk bisnis dan dunia korporat yang gemerlap, selalu ada permainan kekuasaan dan manipulasi. Termasuk Heru dan Dodi, mereka memandang dunia ini sebagai medan

    最終更新日 : 2024-07-04
  • Dalam Jeratan Bodyguard Tampan   Bab 58

    Anton duduk di taman belakang rumah yang nyaman, memandang sekelilingnya di mana sinar matahari sore menyinari dengan lembut. Ia merasakan kecemasan yang aneh di dadanya, sebuah perasaan yang jarang sekali ia rasakan. Di tangannya secangkir kopi yang ia aduk-aduk tanpa henti, bukan karena haus, tetapi lebih karena cemas. Ia tahu, percakapan ini tidak akan mudah, tetapi ia juga tahu bahwa ia harus melakukannya.Saat itu juga Kara lewat sembari membawa sebuah novel ditangannya. Anton pikir ini adalah waktu yang tepat. "Kara, bisa kita bicara sebentar?" tanyanya dengan suara yang tenang. Kara mengangkat wajahnya dari buku dan memandang ayahnya. "Tentu, Pah. Ada apa?" jawabnya dengan senyum tipis lalu berjalan menghampiri ayahnya. Anton tersenyum kecil dan meminta Kara untuk duduk di sebelahnya. Ia meletakkan kopi di meja lalu menatap wajah anaknya. "Kara, ada sesuatu yang ingin Papah bicarakan denganmu. Ini mungkin sedikit mengejutkan, tapi Papah harap kamu bisa mendengarkan dengan ha

    最終更新日 : 2024-07-20
  • Dalam Jeratan Bodyguard Tampan   Bab 59

    Kaisar merasa hidupnya berubah sejak ia pindah ke kota lain untuk bekerja. Hubungan jarak jauh bukanlah hal yang mudah bagi Kaisar, yang terbiasa dengan kehadiran fisik dan kenyamanan bertemu langsung. Namun, ia dan Grita berkomitmen untuk mempertahankan hubungan itu, meski ada jarak yang memisahkan. Selama beberapa bulan pertama, segalanya berjalan lancar. Mereka saling berkabar, bercerita tentang kegiatan sehari-hari, dan menyempatkan waktu untuk panggilan video. Namun, seiring berjalannya waktu, Kaisar mulai merasakan adanya perubahan yang tak bisa ia abaikan. Perlahan, frekuensi komunikasi mereka menurun. Grita sering kali mengatakan ia sibuk dengan pekerjaan atau terlalu lelah untuk berbicara lama. Kaisar berusaha memahami kondisi Grita, menyadari bahwa pekerjaan barunya memang menuntut perhatian yang lebih. Namun, di hatinya, muncul perasaan cemas dan takut. Ia mulai bertanya-tanya, apakah kesibukan itu hanya alasan, ataukah ada hal lain yang disembunyikan Grita darinya. Kecur

    最終更新日 : 2024-10-27
  • Dalam Jeratan Bodyguard Tampan   Bab 60

    Kara duduk di balkon kamarnya, malam itu terasa begitu sunyi. Angin dingin berhembus lembut, namun justru membuat hatinya semakin terasa perih. Ia menatap langit gelap yang berhiaskan bintang-bintang, berusaha mencari ketenangan di antara kerlipan cahaya kecil itu. Namun, pikirannya terus kembali ke satu momen yang membuat hatinya hancur—saat Anton, ayahnya, mengakui bahwa ia menjalin hubungan dengan Grita, sekretarisnya. Kata-kata Anton tadi terngiang jelas di benaknya. Ia masih ingat raut wajah ayahnya, serius namun tak bisa disembunyikan dari sorot mata. Bagi Kara, kata-kata itu tidak hanya menghancurkan kepercayaannya pada Anton, tetapi juga meruntuhkan bayangan tentang keluarga yang ia kira masih utuh, meski ibunya sudah tiada. Sambil memeluk lututnya, Kara menundukkan kepala, menahan sesak yang mengisi dadanya. “Papah udah ga sayang sama mamah lagi…” gumamnya lirih. Di tengah keheningan malam, ia seperti berbicara pada dirinya sendiri, pada langit, atau mungkin pada ibunya y

    最終更新日 : 2024-10-28
  • Dalam Jeratan Bodyguard Tampan   Bab 61

    ***Pagi hari di rumah mewah itu terasa damai, ketika sinar matahari perlahan menyusup di antara dedaunan pohon besar yang mengelilingi, menciptakan pola cahaya yang indah di halaman. Suara burung berkicau lembut mengisi udara, sementara embun pagi masih menempel di rumput hijau, menambah kesegaran suasana. Aroma bunga-bunga yang bermekaran berpadu dengan udara segar, menciptakan suasana yang tenang dan menenangkan, seolah waktu berjalan lebih lambat di tempat ini.Sinar matahari baru mulai menyinari halaman rumah mewah di mana Vano, bodyguard yang selalu siaga, berdiri di depan pos satpam, melakukan sedikit pemanasan. Suara burung berkicau mengiringi suasana tenang, hati Vano juga merasakan ketenangan yang sama. Ia memperhatikan rekannya, Kaisar, yang sepertinya tidak bersemangat. Wajahnya tampak berbeda dari biasanya; ada sesuatu yang mengganjal dalam dirinya.Vano mengerutkan kening, bertanya-tanya apa yang terjadi. Biasanya Kaisar meski pendiam, selalu memiliki aura tenang yang b

    最終更新日 : 2024-10-28

最新チャプター

  • Dalam Jeratan Bodyguard Tampan   Bab 86

    Malam telah larut. Langit gelap pekat tanpa bintang, hanya diterangi rembulan yang menggantung samar di kejauhan. Udara dingin menyelinap di antara celah-celah bangunan, membawa kesunyian yang sesekali dipecah oleh suara hembusan angin malam. Kota nyaris tertidur, hanya menyisakan beberapa lampu jalan yang berpendar redup, menciptakan bayangan panjang di trotoar yang sepi.Di salah satu sudut kota, tepatnya kompleks perumahan mewah berdiri dengan megah, dikelilingi tembok tinggi yang seolah menjadi batas antara dunia luar dan rahasia yang tersembunyi di dalamnya. Tidak ada suara selain gemerisik dedaunan yang terbawa angin, hingga langkah kaki yang berlari cepat memecah keheningan.Sosok itu berlari secepat mungkin, napasnya memburu di udara malam yang dingin. Langkahnya ringan tapi tergesa, menyeberangi jalann gelap sebelum tiba di tembok tinggi yang membatasi perumahan itu dengan dunia luar.Tanpa ragu, ia meraih tonjolan kecil di tembok dan mulai memanjat. Jari-jarinya bergerak cek

  • Dalam Jeratan Bodyguard Tampan   Bab 85

    Setelah Kara masuk ke kamarnya, Kaisar, Vano, dan Pak Adi berdiri mengitari meja, di mana kotak hitam dan mobil mainan kecil masih tergeletak.“Kita periksa CCTV sekarang,” kata Kaisar akhirnya.Pak Adi mengangguk. “Aku setuju. Semakin cepat kita tahu siapa yang melakukannya, semakin baik.”Vano meregangkan tubuhnya, lalu menghela napas. “Baiklah, ayo ke ruang monitor.”Mereka bertiga berjalan ke ruangan kecil di sudut rumah, tempat layar-layar monitor yang menampilkan berbagai sudut rumah terpasang. Pak Erik, seorang petugas keamanan yang hanya bertugas sekali dalam seminggu itu langsung berdiri ketika mereka masuk.“Pak Adi? Ada apa?”“Kami perlu melihat rekaman dari beberapa jam terakhir. Khususnya bagian gerbang depan,” jawab Pak Adi.Pak Erik mengangguk dan segera mengakses rekaman. Kaisar dan Vano berdiri di belakangnya, menatap layar dengan fokus.01:20 AMLayar menunjukkan rekaman gerbang depan. Semuanya tampak biasa—hanya gerbang besi hitam yang kokoh, jalanan sunyi, dan lamp

  • Dalam Jeratan Bodyguard Tampan   Bab 84

    Kaisar melangkah keluar, diikuti oleh Pak Adi yang berjalan dengan langkah waspada. Udara malam terasa dingin, menusuk kulit, membawa aroma tanah basah yang khas setelah embun turun. Lampu-lampu di halaman depan rumah Kara menyala redup, menciptakan bayangan panjang di atas tanah berbatu.Vano masih duduk di kursi teras, kedua lengannya terlipat di dada. Ia tampak enggan bergerak, tetapi setelah mendesah panjang, akhirnya ia ikut bangkit. Langkahnya berat, seolah ia sudah bisa menebak bahwa malam ini tidak akan membawa kabar baik.Kara tetap berdiri di ambang pintu, kedua tangannya mengepal di sisi tubuhnya. Matanya mengikuti ketiga pria itu yang berjalan menuju gerbang. Dadanya berdebar lebih cepat, tapi ia berusaha untuk tetap tenang. Angin berembus pelan, mengibarkan ujung rambutnya yang dibiarkan terurai. Dari sudut rumah pegawai, beberapa orang masih mengintip dari jendela, rasa ingin tahu mereka sulit dibendung. Bi Ina menyaksikan mereka dari kejauhan dengan raut wajah cemas.Ka

  • Dalam Jeratan Bodyguard Tampan   Bab 83

    Pak Adi menarik tangan Kara, membawanya masuk ke dalam rumah. Dengan cekatan, ia menutup dan mengunci gerbang.Di dalam, suasana rumah terasa sepi. Tidak ada suara selain langkah kaki mereka dan hembusan angin yang bergerak pelan.Kara masih berdiri disana, menatap ke luar. Kaisar dan Vano sudah menghilang dalam kegelapan. Ia menggigit bibir, berusaha menahan pikirannya agar tidak berlarian terlalu jauh.Pak Adi memperhatikannya sejenak sebelum berkata, “Non, mereka pasti baik-baik saja.”Kara menoleh sekilas dan tersenyum tipis. “Aku tahu.”Namun, hatinya berkata lain.Ia ingin percaya bahwa Kaisar dan Vano mampu menangani situasi ini, tetapi kotak hitam yang muncul entah dari mana, ditambah dengan sosok misterius yang mengawasi mereka dari balik semak-semak, membuat pikirannya terus bekerja.Pak Adi berjalan ke pos satpam sementara Kara masih berdiri di tempatnya, memperhatikan gerbang yang kini tertutup rapat.Hening.Lalu, terdengar suara langkah kaki.Kara refleks menoleh. Bebera

  • Dalam Jeratan Bodyguard Tampan   Bab 82

    Malam itu, udara dingin menusuk hingga ke tulang. Kaisar, Vano, Pak Adi, dan Kara berdiri di luar gerbang rumah, mengitari sebuah kotak hitam yang entah bagaimana bisa muncul di sana tanpa ada yang melihat siapa yang membawanya. Kaisar mendekat dan memperhatikan setiap detail kotak misterius itu. Namun, sebelum ia sempat menyentuhnya, telinganya menangkap sesuatu, suara langkah kaki di atas kerikil, samar tetapi jelas.Krek… krek… krek…Kaisar langsung menegakkan tubuhnya. “Sst! Diam.”Mereka semua terdiam, menajamkan pendengaran. Suara itu datang dari balik semak-semak. Langkahnya ringan, hampir tak terdengar, seperti seseorang yang sengaja bergerak dengan hati-hati.Kaisar menegakkan tubuhnya, matanya menyipit, fokus mencari sumber suara itu. Dalam sepersekian detik, ia bergerak. "Ada orang disana!" serunya, langsung berlari ke arah datangnya suara.Vano yang refleks ikut waspada langsung mengejar. “Oi, tunggu! Jangan sendirian!”Vano segera mengejar Kaisar. Namun, sebelum pergi, ia

  • Dalam Jeratan Bodyguard Tampan   Bab 81

    Langit mulai berubah warna ketika matahari merayap turun di balik pepohonan. Di halaman rumah Kara yang luas, tiga pria berdiri dalam diam, menatap benda asing di hadapan mereka—sebuah kotak hitam yang muncul beberapa hari lalu.Kaisar menyilangkan tangan di dada, rahangnya mengeras. Vano berdiri di sampingnya, menggoyang-goyangkan tubuh seperti anak kecil yang tidak bisa diam, sementara Pak Adi mengusap dagunya dengan wajah penuh keraguan.“Ini sudah malam keempat,” gumam Kaisar, nadanya berat.Pak Adi mengangguk, “Dan yang bikin tambah aneh, tuan nggak pulang.”Vano menghela napas panjang lalu menendang pelan kerikil di kakinya. “Dua kemungkinan, dia kabur karena takut sama kotak ini atau dia udah tahu dan nyari siapa pelakunya?”Pak Adi menggeleng. “Saya juga ga tahu.”Kaisar menunduk, menatap kotak hitam itu. Tidak ada tanda-tanda aneh di permukaannya hanya kotak biasa tanpa tulisan, tanpa petunjuk. Tapi mereka tahu, ada sesuatu yang salah.“Pokoknya, kita nggak boleh lengah. Kita

  • Dalam Jeratan Bodyguard Tampan   Bab 80

    Raven tidak pernah memiliki kehidupan yang mudah. Ia lahir di keluarga miskin di pinggiran kota, tumbuh di lingkungan yang keras di mana kejahatan adalah bagian dari kehidupan sehari-hari. Setiap sudut jalan yang ia lalui dipenuhi dengan bayangan gelap; transaksi ilegal di gang-gang sempit, suara sirene polisi yang menjadi latar belakang kesehariannya, dan bisikan ketakutan yang menyelinap di antara orang-orang yang tahu bahwa mereka hidup dalam sistem yang tidak berpihak pada mereka.Ayahnya adalah seorang pecandu alkohol yang kasar, pria yang lebih sering menghabiskan waktunya di bar daripada di rumah. Ketika pulang, ia membawa serta aroma minuman keras yang menyengat dan amarah yang tak terkendali. Ibunya, sebaliknya, adalah wanita kuat yang bekerja siang dan malam untuk menghidupi keluarganya, tetapi kerja kerasnya tidak pernah cukup untuk mengangkat mereka dari kemiskinan. Setiap hari adalah perjuangan untuk bertahan hidup, dan Raven kecil menyaksikan semua itu dengan mata yang s

  • Dalam Jeratan Bodyguard Tampan   Bab 79

    Malam itu, hujan turun deras di taman kota yang sepi. Lampu-lampu jalan redup, memantulkan cahaya ke genangan air di trotoar. Udara dingin menusuk, membawa aroma tanah basah dan dedaunan yang gugur.Di salah satu sudut taman, di bawah pohon besar yang batangnya basah oleh air hujan, berdiri seorang pria. Ia mengenakan hoodie hitam yang sudah mulai basah, tetapi ia tidak peduli. Tudung hoodienya menutupi sebagian wajahnya, membuatnya tampak seperti bayangan yang muncul dari kegelapan. Ia bukan orang sembarangan—ia adalah mata-mata Anton, seorang pria yang bekerja dalam bayang-bayang, mengumpulkan informasi. Nama aslinya sudah lama tenggelam dalam catatan sejarah. Di dunia ini, ia hanya dikenal dengan kode: Raven.Tangan kirinya berada di saku, sementara tangan kanannya memegang ponsel. Jemarinya yang panjang dan dingin menekan tombol panggil. Ia menempelkan ponsel ke telinganya, mendengar suara dering yang memecah keheningan malam.Satu kali. Dua kali. Lalu, suara di seberang menjawab

  • Dalam Jeratan Bodyguard Tampan   Bab 78

    Malam itu, suasana di dalam ruangan terasa dingin, meski tak ada pendingin udara yang menyala. Lampu di langit-langit menerangi meja kayu di tengah ruangan, tempat seorang pria duduk dengan ekspresi tak terbaca. Ia menyandarkan punggungnya ke kursi, satu tangan menopang dagunya, sementara tatapannya lurus ke depan.Di seberang meja, seorang pria lain berdiri dengan tubuh tegap. Ia mengenakan pakaian serba hitam, tampak formal tapi tetap cukup fleksibel untuk bergerak cepat jika diperlukan. Tangan kanannya mengepal di belakang punggung, sementara tangan kirinya memegang sebuah map tipis berwarna abu-abu.“Sudah tiga hari,” kata pria yang berdiri itu.Yang duduk tidak langsung menanggapi. Ia menggeser jemarinya di atas meja, menelusuri permukaannya yang halus, sebelum akhirnya berkata, “Dan dia tidak kembali ke rumahnya sama sekali?”“Tidak.”Hening sejenak. Angin dari luar jendela berhembus pelan, menggoyangkan tirai tipis yang setengah tertutup.“Tidak ada tanda-tanda dia berada di ru

コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status