Tidak hanya berdetak kencang, bahkan jantung Alisya seakan melompat dari rongga dada. Ucapan Dafandra yang terdengar begitu mengancam segera membuat bulu kuduk sang putri meremang.
'Apakah pria ini telah kehilangan akal sehat!' tidak henti-hentinya Alisya mengumpat dalam hati.
Menyadari Alisya tidak merespon ancamannya, satu tangan sang pangeran menyibak selimut Alisya.
'Terkutuk kamu, Pangeran Kosmimazh!'
Kelopak mata Alisya segera terbuka menampilkan iris hijau sebening kristal. Meski begitu sorot mata wanita berambut merah begitu marah dan bertindak agresif dengan mendorong sang pangeran menjauh.
Sayangnya, Dafandra lebih sigap dengan mencengkeram pergelangan tangan Alisya. Kedua insan itu beradu sengit.
"Beri aku penjelasan! Kenapa kamu membawaku ke sini!" ucap Dafandra memancing kekesalan sang putri.
"Bukan aku! Tapi kamu yang membawaku ke sini!" bantah Alisya kesal sambil menarik tangannya.
"Tidak, kamu yang membawaku ke sini! Bukankah seharusnya kita berdansa! Ternyata begini taktik Putri Raja Nandri untuk menjerat lelaki."
Alisya masih terus meronta, 'Demi Tuhan, pria ini sangat menjengkelkan!'
"Bukankah kamu bisa membawaku ke ruang kesehatan? Dasar pria mesum!" maki Alisya tidak sabar.
"Jika aku membawamu ke sana, aku tidak bisa membongkar kebohonganmu karena akan ada banyak dokter di sana!" ucap Dafandra masih mencengkeram tangan sang putri.
"Kenapa sangat bernafsu membongkar kebohonganku! Itu artinya aku tidak bersedia berdansa denganmu! Apa kurang jelas!"
Sang putri tidak tahu harus berkata apa. Satu-satunya hal yang paling dia inginkan saat ini adalah menghilangnya Pangeran Dafandra di dalam kamar. Alisya begitu kesal dengan hari-harinya yang tiba-tiba saja menjadi sangat kacau.
"Tidak! Tidak ada orang yang boleh menolakku! Atau sebenarnya kamu tidak bisa berdansa?" ejek Dafandra.
"Iya! Aku tidak bisa berdansa! Apa kamu puas!" dusta Alisya sambil menarik tangannya. Tentu saja Dafandra tidak percaya begitu saja.
Terdengar suara langkah kaki mendekat. Pangeran kedua Kosmimazh segera melepaskan tangan Alisya tepat waktu sebelum pintu kamar sang putri terbuka.
Seorang pangeran berbadan tegap dengan rambut merah pendek dan mata sebiru lautan memasuki kamar. Raut wajahnya yang semula terlihat tegang perlahan mengendur.
"Alisya, apa kamu tidak apa-apa?" tanya pria itu dengan nada khawatir ketika duduk di sisi Alisya. Dia adalah Pangeran Mahkota Rifian, kakak kandung Alisya.
Raut wajah Alisya terlihat lega, memandang sang kakak seperti malaikat penolong.
"Terima kasih telah mengkhawatirkan aku," Jawaban Alisya membuat senyuman Rifian melebar.
Pandangan sang pangeran mahkota tertuju pada pria yang duduk di sisi Alisya, calon suami sang adik. Spontan pria itu memberi hormat pada calon kakak ipar meski tatapan kedua pria itu tidak bersahabat.
"Kamu sendirian bersamanya?" tanya Rifian dengan nada tidak suka. Seorang pria dan wanita tanpa ikatan pernikahan berada di dalam satu kamar. Bukankah itu hal yang tidak pantas?
"Tidak. Tadi ada dokter yang memeriksa Putri Alisya. Tapi karena sang putri terlihat baik-baik saja, jadi dia meninggalkan kami berdua," jawab Dafandra santai.
Ucapan pangeran berambut pirang membuat mata Alisya terbelalak seakan hampir melompat. Padahal jelas-jelas tadi Alisya mendengar Dafandra mengusir dokter itu.
"Terima kasih telah membawa adikku ke tempat yang aman. Tapi tolong jaga sikapmu. Dia masih Putri Crysozh yang berharga!" Rifian memperingatkan, namun bagi Alisya terdengar sangat berlebihan.
Nyatanya alisya memang nyaris dihukum mati dan harus menjalani pernikahan politik yang tidak dia kehendaki. Kebahagiaan sang putri tidak lebih berharga dari tambang emas kerajaan Crysozh yang membuat silau siapa pun yang memandangnya.
Hal itu juga yang melatar belakangi kerajaan Kosmimazh bersedia menjalin hubungan dengan Kerajaan Crysozh. Sebagai negeri penghasil kerajinan tangan dan perhiasan terbesar di dunia, pasokan emas yang stabil dari Crysozh sangat berarti bagi kerajan Kosmimazh.
"Karena Pangeran Mahkota Rifian sudah ada di sini, saya pamit dulu." Dafandra berucap dengan nada datar. Dia tahu berlama-lama di kamar Alisya hanya akan memperburuk keadaan.
Sepertinya perhatian Alisya dan Rifian sudah begitu kuat tertancap pada Pangeran Mahkota dari Kosmimazh. Sehingga, meskipun pertunagan mereka batal, tidak serta-merta menjadikan Alisya, Rifian, dan mungkin yang lain menjadi condong kepada Dafandra.
Terkecuali raja dan ratu. Mereka berdua memang terlihat bergairah dengan langkah politik luar negeri Crysozh dan Kosmimazh dalam menjalankan rencana pernikahan aliansi.
Sepeninggal Dafandra, Rifian menanyai adiknya dengan nada khawatir, "Apakah dia berbuat kurang ajar kepadamu? Katakan yang sebenarnya jika memang dia pria yang brengsek!"
Hallo, Pembaca! Jika kamu suka karya ini, jangan lupa masukan ke pustakamu, Ya! Ikuti terus kisah Alisya hanya di Goodnovel! 😃
Alisya menghela napas lelah seolah menerbangkan sebagian beban. Dia menggigit bibir bawah karena sedikit ragu. Pria Kosmimazh itu memang brengsek. Bahkan, Alisya tidak yakin akan bisa bertahan lama di sisi pangeran kedua Kosmimazh setelah menikah. Sebenarnya bisa saja Alisya mengungkap kebusukan sikap Dafandra. Katakanlah dia benar-benar mengatakan Dafandra pria brengsek dan menyebalkan. Akan tetapi, apakah tindakan itu dapat membatalkan pertunagannya? Alih-alih membatalkan pertunangan, Dafandra malah bisa membocorkan kebohongan Alisya kepada raja dan ratu. Mereka tidak akan menyukai tindakan Alisya yang pura-pura pingsan hanya karena tidak ingin berdansa dengan tunangannya. "Kalau aku katakan dia pria yang brengsek, apakah pernikahanku dengannya akan batal?" lirih Alisya sambil menyandarkan punggung di kepala ranjang berukiran kupu-kupu dan berbagai bunga yang ada di taman istana Crysozh. "Raja dan ratu membiarkanku lolos dari hukuman mati hanya karena mereka masih bisa memanfaa
Malam harinya setelah pesta usai, Alisya masih mengurung diri di kamar. Dia begitu terpuruk setelah mendengarkan penjelasan dari Rifian. Apa lagi yang bisa dia lakukan selain menangis meratapi nasib. Oh, tidak! Tiba-tiba Alisya mempunyai ide. Tengah malam dia bergegas keluar dari kamar menyusuri koridor menuju ke ruang penyimpanan bahan obat. Dengan cepat Alisya meraih keranjang kecil kemudian menuju deretan rak yang diisi dengan gerabah dan keranjang untuk menyimpan berbagai macam biji-bijian, akar, rimpang, kulit pohon, batang pohon pilihan, juga daun-daun, dan bunga tertentu. Beberapa bahan Alisya masukan ke dalam keranjang di tangan. Kemudian dia menuju ke meja di sudut ruangan dan menumbuk semua bahan. Setelah semua bahan ditumbuk, kemudian diperas untuk diambil sarinya. "Semoga ini tidak masalah," gumam Alisya sebelum meminum ramuan berwarna coklat keruh. Tidak lama gelas dalam genggaman sang putri menjadi kosong. Dia begitu terkejut karena kehilangan ingatan yang sangat pe
Tentu saja Alisya tidak mengerti dengan maksud pria itu. Dia hanya baru saja bertemu dengan Iason, tidak lebih. "Apa kamu baru saja bertemu dengan kekasihmu yang lain di istana ini?" Sang putri segera mengerti, pria berjubah hitam itu mencurigainya bertemu dengan pria lain. Ya, meski Alisya menolak keras tuduhan mengkhianati pertunagan dengan Pangeran Mahkota Fasya, nyatanya Raja Nandri membatalkan pertunangan merek karena merasa malu atas skandal putrinya. Jadi wajar jika Dafandra masih curiga kepada Alisya. Meski begitu, sang putri tidak menyangka pangeran kedua Kosmimazh akan menemukannya setelah bertemu denga pria tua, yang tidak lain gurunya sendiri. "Kamu salah paham! Aku bisa menjelaskan!" Kedua alis Dafandra terangkat kemudian mengendorkan cengkeraman di tubuh Alisya. Untuk sesaat sang putri bisa bernapas lega. 'Oh Tuhan, lelaki ini sangat tempramental!' keluh Alisya di dalam hati. "Aku tidak bertemu dengan kekasih atau selingkuhan seperti yang kamu tuduhkan kepadaku!"
Setelah beberapa saat menangis akhirnya Alisya kembali memberanikan diri untuk membaca isi surat. Tampak deretan huruf yang ditulis dengan tinta hitam yang rapi. Tiba-tiba dada Alisya terasa begitu sesak seolah merasakan kerinduan yang dalam. Kepada Alisya Maafkan aku yang tidak bisa hadir di acara pertunaganmu. Semoga kamu bahagia bersama Dafandra. Fasya Alisya tidak menyangka mantan tunangannya akan mengirimkan sebuah surat. Apakah dia marah? Dia tidak meyinggung sama sekali tentang skandal Alisya. Secara teknis bukankah Alisya telah mengkhianatinya? "Kenapa kamu begini kepadaku? Kamu membuatku tidak bisa memaafkan diriku sendiri!" Isak sang putri lagi.Alisyalagi.Alisya semakin gelisah. Cepat atau lambat pernikahannya dengan Dafandra akan terjadi. Suka atau tidak suka pada akhirnya dia akan bertemu dengan Pangeran Mahkota Fasya di istana agung Kosmimazh. Semalam suntuk Alisya tidak bisa tidur. Pagi harinya dengan mata bengkak dia bergeas untuk mengantar kepergian Pangeran Dafa
Di saat semua orang menyudutkan Alisya dan menuduhnya bunuh diri, ternyata masih ada seorang yang berucap dirinya tidak bunuh diri. Jika Alisya tidak bunuh diri, lantas apa yang sebenarnya terjadi? Apakah dia jatuh karena terpeleset? Apakah itu artinya Alisya memanjat pagar kemudian tergelincir dan jatuh ke danau? Itu lebih terdengar tidak mungkin. "Myran, tolong katakan yang sebenarnya dan jangan buat aku menunggu!" pinta Alisya dengan wajah tegang. "Saat kejadian itu sebenarnya aku sedang membaca buku di tepi danau untuk persiapan ujian. Karena lelah membaca aku memutuskan untuk mengedarkan pandangan di sekitar danau. Tiba-tiba aku menangkap kejadian aneh. Saat itu aku melihat tubuhmu terlempar dari balkon." Alisya dan Rifian saling memandang. Penjelasan Myran tidak seperti yang Alisya harapkan. Dia bahkan telah mendengar kesaksian semacam itu ratusan kali dari para saksi mata. "Tunggu sebentar! Aku belum selesai bercerita." Setelah menghela napas lelah, Alisya memberi isyarat
Kedua pangeran bermabut merah menoleh bersamaan pada pria berambut cokelat lurus yang menjuntai hingga ke dada. Bagian atas rambut pria itu diikat ke belakang dan membiarkan terurai bagian yang lain. Namanya Ega, tampilan pria itu rapi dan mempunyai wajah tampan. Siapa sangka pria berusia empat puluh tahunan itu masih bujangan. "Paman..." ucap Rifian dan Mayran nyaris bersamaan kemudian memberikan hormat kepada penasehat kerajaan. "Tempat seperti ini bukanlah tempat bagi pria terhormat seperti kalian. Biarkan penjaga penjara yang melakukan itu." Ega memperingatkan. "Aku hanya tidak sabar. Pria gila ini terus berucap omong kosong!"Ega menghela napas lelah. Raut wajah pria itu juga terlihat buruk jika mengingat bagaimana dia harus meredakan amarah raja untuk tidak memenggal satu-satunya putri kerajaan Crysozh. "Lupakan soal dia! Ada masalah serius yang harus kita bicarakan dengan raja." Melihat raut wajah Ega yang buruk, Rifian dan Myran segera menurut untuk menghadap raja. Dan be
Sekembalinya dari Crysozh, Dafandra segera menghadap Raja dan Ratu Kosmimazh. Ada berita besar yang akan dia sampaikan. Apalagi kalau bukan soal pernikahannya dengan Alisya yang dipercepat. "Apa kamu yakin, Putraku?" tanya raja dengan dua alis melompat bersamaan. Raut wajah pria tua berambut pirang berubah cerah seketika. "Ya, Saya tidak bisa menunggu lebih lama lagi." Dafandra menjawab dengan tanpa ekspresi. Dia tahu ayahnya sangat bernafsu untuk menjalin kerja sama lebih erat dengan kerajaan Crysozh. Meskipun putri Crysozh wanita berskandal asalkan salah putranya tidak mempermasalahkan itu dia akan menyetujui dengan senang hati. Sebaliknya, wajah pangeran berambut cokelat yang duduk di kursi tandu tampak muram. Meskipun secara kasat mata Alisya telah mengkhianatinya, dan Raja Nandri telah memutuskan secara sepihak pertunagan mereka, hati Fasya masih tidak rela melepaskan Alisya. Bagi Fasya, Alisya adalah harta dan semangat untuk menjalani hari-harinya yang berat di tengah kebenci
Di meja belajar, Alisya membongkar surat-surat dari pangeran mahkota Kosmimazh yang masih dia simpan. Dengan berlinang air mata dia membaca ulang setiap lembaran yang berisi tulisan tangan mantan tunangannya. Kepada Alisya Terima kasih atas hadiah yang kamu kirim. Aku sangat menyukainya. Kata Kim, cincin giok itu sangat cocok denganku. Oh ya, sebentar lagi usiamu dua puluh tahun. Itu artinya sesuai dengan perjanjian yang dibuat dua kerajaan, kita akan segera menikah. Apakah kamu sudah siap? Meskipun dalam hatiku menggebu dan mendambamu seperti orang mabuk cinta, aku akan tetap bersabar jika kamu tidak ingin terburu-buru menuju ke pernikahan. Tolong balas suratku. Fasya Kesal dan putus asa, Alisya menggebrak meja belajar. Kemudian menelungkup kan wajah ke meja sambil kembali terisak. 'Hubungan kita baik-baik saja kan? Bahkan sebelum ulang tahunku dia masih mengirimkan surat!' Dalam setiap surat yang Fasya kirm, tidak ada tanda-tanda hubungan mereka berdua yang kacau. Semuanya t
Saat makan malam tiba. Dalam satu meja makan terdapat Dafandra, Alisya dan ibu suri. Suasana di meja makan sangat hening, sampai ibu suri angkat bicara. "Aku dengar kamu telah mengalami perdarahan. Apakah ketubanmu telah pecah?" "Belum, Ibu Suri." Alisya menjawab sopan. "Makanlah yang banyak agar tubuhmu lebih kuat menghadapi persalinan! Mungkin nanti malam atau besok pagi anakmu akan lahir. Semoga persalinanmu berjalan lancar." Ibu suri menatap Alisya yang terlihat sedikit malas menyendok makanan. "Terima kasih atas perhatiannya, Ibu Suri." Alisya membalas ucapan ibu mertuanya dengan senyuman. Sepertinya ibu raja juga turut bahagia karena akan menyambut cucu pertamanya. Setelah acara makan malam usai ibu suri meninggalkan ruang makan. Di ruang makan Alisya masih terduduk di kursinya. Sang ratu kembali menahan sakit dengan tangan mengelus perut yang menegang. Pada saat yang sama janin Alisya juga bergerak seakan mengabarkan dirinya tidak sabar untuk segera terlahir. "Ayo, Alisya!
"Benarkah?" Alisya bangkit untuk melihat secara langsung darah yang Dafandra maksud. Sang raja menelan ludahnya sendiri. Alisya bukan lagi gadis perawan. Kenapa kewanitaannya mengeluarkan darah? Seketika wajah pria nomor satu di Kosmimazh berubah pucat. Sang raja tidak habis pikir jika perbuatannya dapat mengakibatkan sang istri mengalami perdarahan. "Aku akan segera memanggil dokter!" tangan raja segera meraih baju di sisi ranjang. "Yang Mulia!" Alisya menahan lengan kekar Dafandra. "Darah ini pertanda aku akan segera melahirkan, Yang Mulia." Alisya tersenyum lebar. "Benarkah?" Alis raja melengkung ke atas seakan tidak percaya dengan ucapan yang baru saja dia dengar. Entah karena Hujaman raja yang terlalu keras atau karena efek peleasan hormon cinta di tubuh ratu, yang jelas usia kehamilan Alisya sudah lebih dari cukup untuk melahirkan bayi. "Jika kontraksinya bagus, mungkin nanti sore atau malam, bayimu akan lahir." Senyuman di bibir merah delima Alisya merekah indah, membuat
Malam yang dingin menyelimuti kota Asteryzh. Ibu kota kerajaan Kosmimazh. Dingin yang seakan menusuk tulang membuat siapa pun ingin meringkuk di bawah selimut tebal. Akan tetapi, malam ini Alisya menyibak selimut dengan rasa gusar. Bintik-bintik keringat menghiasi dahi wanita nomor satu di Kosmimazh. "Ada apa?" Gerkaan kasar ratu membuat raja terbangun dari mimpi. "Aku hanya merasa gelisah, Yang Mulia." Alisya Menjawab segera pertanyaan suaminya seraya duduk di ranjang. Merapatkan tubuh pada wanita berambut merah, Dafandra berbisik di telinga putri Crysozh. "Kenapa?" Tangan raja mengelus perut bulat wanita dalam dekapan. "Seharusnya, bayi ini sudah lahir. Tetapi, aku belum merasakan tanda-tanda akan melahirkan." Alisya menundukkan wajah sehingga wajah tertutup rambut merah bagaikan tirai. Raja berpindah posisi tepat di hadapan ratu. Tangan menyibak rambut, Dafandra memegang kedua sisi wajah sang putri Crysozh. Pria nomor satu di Kosmimazh sangat mengerti kegundahan hati istrinya.
Terima kasih kepada segenap pembaca yang telah mengikuti kisah Alisya sampai akhir. Bagi saya, Alisya adalah cinta pertama saya dalam dunia novel, karena dia dalah original character pertama buatan saya. Dengan kata lain, novel ini adalah novel pertama saya. Mohon maaf jika karya ini masih jauh dari kata sempurna. Maaf juga jika ada yang kurang puas dengan akhir dari jovel ini. Yang jelas, saya berusaha menulis novel ini dengan sepenuh hati. Sudah tidak terhitung banyaknya waktu dan revisi yang saya lakukan untuk novel ini. Semua itu saya lakukan untuk mencoba memberikan yang terbaik bagi pembaca. Ikuti juga novel-novel author Sunny Zylven selanjutnya, Ya! Salam sayang, Sunny Zylven ❤️❤️❤️
Memasuki kamar Raja Rifian, Alisya tidak menyangka akan bertemu ibu suri. Meski canggung, adik kandung penguasa Crysozh tetap berusaha tenang dan tersenyum. "Hormat kepada Ibu Suri," ucap Alisya, selanjutnya memberikan hormat kepada raja yang masih terbaring di ranjang. "Syukurlah, akhirnya kakak sadar juga!" Seulas senyuman terlukis di bibir sang putri Crysozh. Setelah dokter menemukan penyebab utama raja tidak kunjung sadar, perawatan ekstra diberikan kepada pria normor satu di kerajaan Crysozh. Kesehatan Raja Rifian memang belum pulih sempurna. Wajah kakak Alisya juga masih terlihat pucat. Akan tetapi, itu masih lebih baik dari pada terus terpejam tidak sadarkan diri. "Ya, semua ini berkat suamimu," balas Rifian. "Suamiku?" Alis sang ratu Kosmimazh melompat bersamaan. "Tentu saja, jika tidak karena pertolongannya, baik aku, kamu, ibu, dan rakyat tidak berdaya pasti sudah mati di tangan Paman Ega. Aku sangat berterima kasih kepadanya. Kamu sangat beruntung Alisya, mempunyai seo
"Bagaimana keadaannya, Dokter?" tanya Dafandra kepada pria berambut putih. Dengan wajah cerah Iason berkata, "Yang Mulia tenang saja, kondisi janin Ratu Alisya baik-baik saja." Setelah sekian lama di Crysozh, baru kali ini Alisya mendapatkan pemeriksaan medis oleh dokter kerajaan Crysozh. Keadaan sebelumnya yang memaksa sang ratu Kosmimazh untuk menyembunyikan kehamilan. Spontan senyuman di bibir pria nomor satu Kosmimazh melebar, "Terima kasih, Dokter." "Sebaiknya Yang Mulia beristirahat terlebih dahulu di Crysozh, jangan buru-buru kemabli ke Kosmimazh. Biarkan Ratu Alisya beristirahat setelah hari-hari yang buruk menimpanya." Kepala dokter kerajaan memandang Alisya dan Dafandra bergantian. "Tentu, Dokter! Aku akan memberikan waktu istirahat yang banyak untuk ratuku," jawab Dafandra segera. "Guru, ngomong-ngomong bagaimana keadaan kakakku?" tanya Alisya dengan kedua alis melengkung ke atas. Rasa di hati putri Crysozh belum lega jika sang kakak belum pulih kembali. "Yang Mulia b
Layang-layang di angkasa terlihat berpencar. Lysias dan beberapa penyihir lain menembakan sihir ke langit. Saat fokus para penyihir tertuju pada puluhan layang-layang dan terjadi ledakan berkali-kali di ketinggian, sekumpulan pria entah dari mana menggiring pengunjung alun-alun menjauhi pusat keributan melalui jalan yang sepertinya telah disiapkan. Pertempuran di darat dan udara pun pecah. Setelah semua penduduk di pesta berhasil dievakuasi, ratusan panah api turun dari langit bagaikan hujan deras. Prajurit sihir yang kehilangan kemampuan sihir karena tangan dan mulut tidak bisa digerakkan lari kocar-kacir. Tidak membutuhkan waktu lama kobaran api membakar beberapa sisi alun-alun yang terbuat dari kayu. "Mungkinkah mereka pasukan Yang Mulia ..?" gumam sang ratu Kosmimazh. Para gadis di dalam sangkar mulai panik, mereka berteriak dan menangis. Melirik ke sisi kiri, Alisya mendapati ibu kandungnya menatap keributan dengan santai. Begitu juga dengan Gelsi, si Mentri pertahanan. Keduan
"Apa ada di antara kalian yang ingin mengikuti jejak Gelsi? aku akan menerimanya dengan senang hati" tanya Ega dengan salah satu alis terangkat. Semua orang di dalam aula kerajaan terdiam. Para menteri yang tamak tentu saja akan lebih memilih nyawa mereka masing-masing. *** "Yang Mulia, tiga hari lagi kerajaan akan mengadakan upacara pengangkatan raja. Pada malam pengangkatan raja, akan diadakan upacara pengorbanan lima puluh gadis perawan dan tiga orang bangsawan." Arys memberikan laporan kepada pria berambut pirang yang tengah duduk termenung memandang peta ibu kota Stemmazh. "Apa? Pengorbanan lima puluh gadis perawan dan tiga bangsawan? Apa maksudnya?" tanya Dafandra dengan kedua alis melompat bersamaan. Pria nomor satu di Kosmimazh tidak dapat menyembunyikan keterkejutan. "Mereka akan menggelar ritual sihir!" jelas Arys. "Sial!" umpat pria nomor satu di Kosmimazh sambil mengepalkan tangan di atas meja. "Menurut informasi dari intelejen, Pangeran Ega akan mengorbankan para pe
"Kasihan sekali raja baru kita, belum lama menjabat kini harus merelakan diri turun dari tahta," ucap seorang wanita bergaun biru di salah satu gang ibu kota. "Benar sekali. Akan tetapi, aku rasa itu yang terbaik demi kemajuan kerajaan. Kita tidak bisa terus-terusan menunggu orang yang tertidur untuk bangun, sedangkan rakyat setiap hari bangun pagi untuk mencari sepotong roti," saut wanita bergaun cokelat. "Setuju! Apalagi yang akan menjadi raja selanjutnya adalah Pangeran Ega. Bukankah dia pejabat yang bijaksana?" Wanita bergaun ungu turut angkat bicara. "Benar ... Benar sekali!" Jawab wanita bergaun biru dan cokelat serempak. Suasana di ibu kota benar-benar kondusif untuk segera melengserkan Raja Crysozh yang berkuasa. Segala lini kehidupan telah memberikan dukungan kepada calon raja baru. Bahkan, pada lapisan masyarakat paling bawah. Penduduk kota telah menyambut pengangkatan raja baru dengan mendekorasi kota sedemikian rupa. Siapa sangka, di saat yang sama pasukan penyihir yan