Share

Bab 2 Pesta Dansa

Author: Sunny Zylven
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Sepertinya kamu sangat sedih karena akan menjadi istriku. Padahal, jika bukan aku tidak akan ada pangeran lain yang sudi menikahi putri berskandal seperti dirimu. Jadi sebaiknya kita saling bekerja sama." 

Ucapan Dafandra selanjutnya lebih menyayat hati. Jika tidak ingat akan kebencian raja dan ratu kepadanya, Alisya ingin segera berlari meninggalkan acara pertunagan begitu saja.

'Yah, aku memang putri berskandal. Bahkan kelahiranku adalah kutukan bagi ratu. Tidak ada orang-orang yang tulus mencintaiku. Dan orang yang kuanggap mencintaiku selama ini telah kuhianati tanpa kusadari! Tuhan, ini terdengar tidak adil untukku! Tolong kembalikan ingatanku! Aku berjanji akan membereskan semua kekacauan ini!' ratap Alisya dalam hati.

Meski perasaannya hancur, Alisya tidak ingin menangis lagi di hadapan tunangan yang angkuh, kemudian pria itu menyentuh pipinya dan mendapatkan sorotan dari mata para tamu sebagai seorang pria lembut dan perhatian. Itu sangat memuakan.

"Aku tidak butuh belas kasihan darimu!" ucap Alisya dengan suara tertekan.

"Jika tidak karena aku melamarmu, pasti raja telah mengesekusimu saat ini. Saling bekerja sama juga tidak buruk, Kan?" raut wajah pria itu acuh tak acuh.

Ucapan Dafandra memang benar. Alisya nyaris mendapatkan hukuman mati karena menjadi aib kerajan. Hal itu membuat hati sang putri semakin meradang.

Alisya menoleh cepat untuk memandang wajah pria jangkung di sebelah. Pria itu tidak memberikan penjelasan lebih. Tapi enatah mengapa, Alisya sangat yakin Pangeran Dafandra tidak mencintai atau tertarik padanya sama sekali.

'Dengar apa yang dia ucapkan! Bukankah pertunagan ini sangat terlihat sebagai sebuah transaksi jual beli! Sepertinya lebih baik aku mendapatkan hukuman mati ketimbang menjalani pernikahan politik yang terlihat suram ini!'

Seketika Alisya merasa bagaikan berjalan di atas bilah pedang yang tajam. Maju ke depan kakinya akan tersayat, mundur kebelakang pun kakinya akan tetap mendapatkan luka yang sama.

Saat hati Alisya begitu gelisah, alunan musik kembali terdengar. Pesta dansa pun digelar. Orang-orang menyoraki Alisya untuk berdansa dengan Pangeran Dafandra.

Seharusnya hati sang putri Crysozh berdebar kencang, tapi hasrat itu telah padam bahkan sebelum sempat menyala. Alisya menolak permintaan orang-orang untuk menari dengan alasan perutnya masih sakit.

Saat Alisya kembali melirik Dafandra, pangeran itu tidak bereaksi sama sekali. Sebagai tunagan Alisya, dia telah mengetahui fakta putri Raja Nandri baru saja keguguran dan ayah dari janin itu adalah seorang budak rendahan. 

'Sepertinya dia orang yang sangat totalitas untuk memakmurkan Kerajaan Kosmimazh. Dia bahkan rela melakukan pernikahan aliansi dengan Kerajaan Crysozh demi menjalankan agenda politik. Atau ... dia orang yang sangat ambisius untuk tahta!' batin Alisya semakin gelisah ketika mengingat hubungan Fasya dan Dafandra tidak pernah baik.

Suasana di aula kerajan Crysozh menjadi canggung. Sialnya, waktu justru berjalan lambat, membuat Alisya ingin beteriak kencang untuk membubarkan kemeriahan pesta. 

Alisya benci pesta pertunangan dan semua orang yang memandang kasian kepadanya. Lebih lagi, orang-orang menganggap pernikahannya tidak akan bahagia karena hanya permainan politik bukan atas dasar cinta.

Mata Alisya pun mencari kedua saudaranya yang entah kenapa tidak tertangkap oleh lensa mata. Mungkin kedua pangeran itu terlalu malu menampakkan diri, sehingga memilih sudut aula yang tidak begitu ramai.

"Apa kamu memang sependiam itu?" tanya Dafandra mengejutkan Alisya.

'Apakah rasa jijikmu telah hilang dan ingin mengobrol denganku?' Alisya mencemooh basa-basi Dafandra di dalam hati.

"Kamu pasti cemas dan mencari keberadaan Fasya di pesta ini," ucapan pangeran berusia dua puluh tiga tahun kembali menarik perhatian Alisya. 

"Dia sedang sakit, jadi dia tidak bisa datang." Dafandra berucap santai, seoalah dia mengharapkan kematian saudara tirinya.

Raut wajah Alisya berubah masam, hati sang putri semakin kacau setelah mendengar informasi dari pangeran kedua Kosmimazh.

"Pangeran Mahkota Fasya sakit apa?" Alisya memberanikan diri untuk bertanya.

"Entahlah, dia memang sering sakit sejak kamu dikabarkan melarikan diri dari istana bersama seorang budak lelaki."

Dafandra menyeringai jijik tanpa memandang ke arah Alisya. Sang putri pun menyesal telah bertanya. Meski begitu, Alisya tetap ingin bertemu dengan Fasya untuk meluruskan kesalahpahaman tentang skandalnya. Itu pun jika Fasya bersedia untuk mendengar penjelasan Alisya.

"Sebaiknya kamu tidak banyak bicara tentang skandalku jika kamu tidak tahu apa-apa tentang aku! Seseorang telah menjebakku!" Alisya mulai geram dengan ejekan Dafandra. Meski begitu, dia tetap menjaga sikap di keramaian. 

Perhatian para tamu memang sedang tertuju pada para penari di tengah aula, tapi bukan tidak mungkin beberapa dari tamu tetap memperhatikan Alisya dan Dafandra.

"Kamu telah kabur dari istana dan mengandung anak budak itu. Bahkan kabarnya kamu memberontak saat tentara kerajaan memaksamu untuk kembali ke istana. Apakah itu disebut dengan kesalahpahaman? Bisa jadi kamu tergelincir karena kebodohanmu. Tapi jangan anggap semua orang sama bodohnya dengan dirimu!" Pangeran berambut pirang berucap dengan nada dingin.

Ucapan Dafandra bagaikan belati yang memotong lidah sang putri. Dia ingin menjerit tapi tak kuasa. Tentu saja Alisya marah dengan ucapan calon suaminya. Tapi lebih dari itu, dia lebih membenci dirinya sendiri karena hilang ingatan.

"Ikut denganku!" Tiba-tiba saja Dafandra meraih tangan Alisya dan menarik sang putri menuju ke tengah aula.

"Hei! Apa yang mau kamu lakukan?" ucap Alisya sambil menarik tangan. Sayangnya, pegangan tangan Dafandra begitu kuat.

'Oh Tuhan, dia bahkan memegang tanganku seperti elang yang mencengkeram mangsa!' Alisya meringis menahan sakit.

"Berdansa denganmu." Setelah sampai di tengah aula, pangeran berambut pirang menatap mesra sang putri sambil salah satu tangan  berada di pinggang Alisya.

Semua tamu seolah menahan napas, menantikan kedua orang rupawan menari di hadapan mereka.

"Para tamu butuh hiburan. Mereka pasti akan suka jika kamu menghibur mereka dengan tubuhmu,' bisik Dafandra.

Tepuk tangan meriah segera memenuhi aula kerajaan. Alisya menatap wajah Ratu Amaira, ibu kandungnya. Wanita itu menyadari keengganan Alisya untuk berdansa, tapi sorot mata hijau sang ratu begitu menuntut untuk sebuah pertunjukan dansa.

'Tuhan, kapan sandiwara bodoh ini akan berakhir? Aku tidak mau menari seperti badut di hadapan banyak orang!' ratap Alisya di dalam hati.

Alisya tidak akan sudi untuk menyuguhkan tarian yang hanya membuat hatinya terluka. Dia sudah cukup sakit hati dengan penghinaan Pangeran Dafandra di hari pertunagan.

'Tidak! Aku tidak akan berdansa!'

Seketika itu juga Alisya pura-pura pingsan dengan menjatuhkan diri. Untungnya tangan Dafandra melingkar kokoh di pinggang Alisya, sehingga sang putri tidak terjatuh.

Semua orang menjerit melihat aksi putri Raja Nandri karena khawatir. Hanya ratu, satu-satunya orang yang terlihat kesal.

Sunny Zylven

Hallo, Pembaca! Jika kamu suka karya ini,jangan lupa masukan ke pustakamu, Ya! Ikuti terus kisah Alisya hanya di Goodnovel! 😃

| 1

Related chapters

  • Dalam Genggaman Sang Raja   Bab 3 Pingsan

    "Putri Alisya! Putri Alisya!" bisik Dafandra lembut sambil menggoncang tubuh Alisya. Tapi tubuh ramping di tangan Dafandra tidak merespon sama sekali. 'Baru saja kamu terlihat sehat dan baik-baik saja! Apa kamu mau bermain sandiwara denganku, hah?' Tangan Dafandra menyentuh nadi sang putri. Detak jantung Alisya terasa begitu kencang. Sang pangeran segera menyadari jika Alisya berusaha membodohinya. 'Baiklah jika kamu ingin bermain-main!' Pangeran kedua Kosmimazh menggendong Alisya meninggalkan aula kerajan. "Antar aku ke kamar Putri Alisya!" perintah Dafandra pada seorang pelayan. Suasana aula kerajan menjadi riuh karena khawatir terjadi hal buruk pada putri yang berperan penting dalam politik luar negeri kerajan Crysozh. "Semoga Putri Alisya tidak mati! Pernikahan aliansi ini berguna untuk mengamankan kapal-kapal Crysozh yang melintas perairan Kosmimazh dengan aman," ucap seorang pria berambut putih yang disisir ke kebelakang. Kerajaan Crysozh merupakan kerjaan yang berada di

  • Dalam Genggaman Sang Raja   Bab 4 Ancaman Dafandra

    Tidak hanya berdetak kencang, bahkan jantung Alisya seakan melompat dari rongga dada. Ucapan Dafandra yang terdengar begitu mengancam segera membuat bulu kuduk sang putri meremang. 'Apakah pria ini telah kehilangan akal sehat!' tidak henti-hentinya Alisya mengumpat dalam hati. Menyadari Alisya tidak merespon ancamannya, satu tangan sang pangeran menyibak selimut Alisya. 'Terkutuk kamu, Pangeran Kosmimazh!' Kelopak mata Alisya segera terbuka menampilkan iris hijau sebening kristal. Meski begitu sorot mata wanita berambut merah begitu marah dan bertindak agresif dengan mendorong sang pangeran menjauh. Sayangnya, Dafandra lebih sigap dengan mencengkeram pergelangan tangan Alisya. Kedua insan itu beradu sengit. "Beri aku penjelasan! Kenapa kamu membawaku ke sini!" ucap Dafandra memancing kekesalan sang putri. "Bukan aku! Tapi kamu yang membawaku ke sini!" bantah Alisya kesal sambil menarik tangannya. "Tidak, kamu yang membawaku ke sini! Bukankah seharusnya kita berdansa! Ternyata b

  • Dalam Genggaman Sang Raja   Bab 5 Perhatian Kakak

    Alisya menghela napas lelah seolah menerbangkan sebagian beban. Dia menggigit bibir bawah karena sedikit ragu. Pria Kosmimazh itu memang brengsek. Bahkan, Alisya tidak yakin akan bisa bertahan lama di sisi pangeran kedua Kosmimazh setelah menikah. Sebenarnya bisa saja Alisya mengungkap kebusukan sikap Dafandra. Katakanlah dia benar-benar mengatakan Dafandra pria brengsek dan menyebalkan. Akan tetapi, apakah tindakan itu dapat membatalkan pertunagannya? Alih-alih membatalkan pertunangan, Dafandra malah bisa membocorkan kebohongan Alisya kepada raja dan ratu. Mereka tidak akan menyukai tindakan Alisya yang pura-pura pingsan hanya karena tidak ingin berdansa dengan tunangannya. "Kalau aku katakan dia pria yang brengsek, apakah pernikahanku dengannya akan batal?" lirih Alisya sambil menyandarkan punggung di kepala ranjang berukiran kupu-kupu dan berbagai bunga yang ada di taman istana Crysozh. "Raja dan ratu membiarkanku lolos dari hukuman mati hanya karena mereka masih bisa memanfaa

  • Dalam Genggaman Sang Raja   Bab 6 Sang Guru

    Malam harinya setelah pesta usai, Alisya masih mengurung diri di kamar. Dia begitu terpuruk setelah mendengarkan penjelasan dari Rifian. Apa lagi yang bisa dia lakukan selain menangis meratapi nasib. Oh, tidak! Tiba-tiba Alisya mempunyai ide. Tengah malam dia bergegas keluar dari kamar menyusuri koridor menuju ke ruang penyimpanan bahan obat. Dengan cepat Alisya meraih keranjang kecil kemudian menuju deretan rak yang diisi dengan gerabah dan keranjang untuk menyimpan berbagai macam biji-bijian, akar, rimpang, kulit pohon, batang pohon pilihan, juga daun-daun, dan bunga tertentu. Beberapa bahan Alisya masukan ke dalam keranjang di tangan. Kemudian dia menuju ke meja di sudut ruangan dan menumbuk semua bahan. Setelah semua bahan ditumbuk, kemudian diperas untuk diambil sarinya. "Semoga ini tidak masalah," gumam Alisya sebelum meminum ramuan berwarna coklat keruh. Tidak lama gelas dalam genggaman sang putri menjadi kosong. Dia begitu terkejut karena kehilangan ingatan yang sangat pe

  • Dalam Genggaman Sang Raja   Bab 7 Curiga

    Tentu saja Alisya tidak mengerti dengan maksud pria itu. Dia hanya baru saja bertemu dengan Iason, tidak lebih. "Apa kamu baru saja bertemu dengan kekasihmu yang lain di istana ini?" Sang putri segera mengerti, pria berjubah hitam itu mencurigainya bertemu dengan pria lain. Ya, meski Alisya menolak keras tuduhan mengkhianati pertunagan dengan Pangeran Mahkota Fasya, nyatanya Raja Nandri membatalkan pertunangan merek karena merasa malu atas skandal putrinya. Jadi wajar jika Dafandra masih curiga kepada Alisya. Meski begitu, sang putri tidak menyangka pangeran kedua Kosmimazh akan menemukannya setelah bertemu denga pria tua, yang tidak lain gurunya sendiri. "Kamu salah paham! Aku bisa menjelaskan!" Kedua alis Dafandra terangkat kemudian mengendorkan cengkeraman di tubuh Alisya. Untuk sesaat sang putri bisa bernapas lega. 'Oh Tuhan, lelaki ini sangat tempramental!' keluh Alisya di dalam hati. "Aku tidak bertemu dengan kekasih atau selingkuhan seperti yang kamu tuduhkan kepadaku!"

  • Dalam Genggaman Sang Raja   Bab 8 Kepergian Dafandra

    Setelah beberapa saat menangis akhirnya Alisya kembali memberanikan diri untuk membaca isi surat. Tampak deretan huruf yang ditulis dengan tinta hitam yang rapi. Tiba-tiba dada Alisya terasa begitu sesak seolah merasakan kerinduan yang dalam. Kepada Alisya Maafkan aku yang tidak bisa hadir di acara pertunaganmu. Semoga kamu bahagia bersama Dafandra. Fasya Alisya tidak menyangka mantan tunangannya akan mengirimkan sebuah surat. Apakah dia marah? Dia tidak meyinggung sama sekali tentang skandal Alisya. Secara teknis bukankah Alisya telah mengkhianatinya? "Kenapa kamu begini kepadaku? Kamu membuatku tidak bisa memaafkan diriku sendiri!" Isak sang putri lagi.Alisyalagi.Alisya semakin gelisah. Cepat atau lambat pernikahannya dengan Dafandra akan terjadi. Suka atau tidak suka pada akhirnya dia akan bertemu dengan Pangeran Mahkota Fasya di istana agung Kosmimazh. Semalam suntuk Alisya tidak bisa tidur. Pagi harinya dengan mata bengkak dia bergeas untuk mengantar kepergian Pangeran Dafa

  • Dalam Genggaman Sang Raja   Bab 9 Kesaksian Myran

    Di saat semua orang menyudutkan Alisya dan menuduhnya bunuh diri, ternyata masih ada seorang yang berucap dirinya tidak bunuh diri. Jika Alisya tidak bunuh diri, lantas apa yang sebenarnya terjadi? Apakah dia jatuh karena terpeleset? Apakah itu artinya Alisya memanjat pagar kemudian tergelincir dan jatuh ke danau? Itu lebih terdengar tidak mungkin. "Myran, tolong katakan yang sebenarnya dan jangan buat aku menunggu!" pinta Alisya dengan wajah tegang. "Saat kejadian itu sebenarnya aku sedang membaca buku di tepi danau untuk persiapan ujian. Karena lelah membaca aku memutuskan untuk mengedarkan pandangan di sekitar danau. Tiba-tiba aku menangkap kejadian aneh. Saat itu aku melihat tubuhmu terlempar dari balkon." Alisya dan Rifian saling memandang. Penjelasan Myran tidak seperti yang Alisya harapkan. Dia bahkan telah mendengar kesaksian semacam itu ratusan kali dari para saksi mata. "Tunggu sebentar! Aku belum selesai bercerita." Setelah menghela napas lelah, Alisya memberi isyarat

  • Dalam Genggaman Sang Raja   Bab 10 Kegelisahan Alisya

    Kedua pangeran bermabut merah menoleh bersamaan pada pria berambut cokelat lurus yang menjuntai hingga ke dada. Bagian atas rambut pria itu diikat ke belakang dan membiarkan terurai bagian yang lain. Namanya Ega, tampilan pria itu rapi dan mempunyai wajah tampan. Siapa sangka pria berusia empat puluh tahunan itu masih bujangan. "Paman..." ucap Rifian dan Mayran nyaris bersamaan kemudian memberikan hormat kepada penasehat kerajaan. "Tempat seperti ini bukanlah tempat bagi pria terhormat seperti kalian. Biarkan penjaga penjara yang melakukan itu." Ega memperingatkan. "Aku hanya tidak sabar. Pria gila ini terus berucap omong kosong!"Ega menghela napas lelah. Raut wajah pria itu juga terlihat buruk jika mengingat bagaimana dia harus meredakan amarah raja untuk tidak memenggal satu-satunya putri kerajaan Crysozh. "Lupakan soal dia! Ada masalah serius yang harus kita bicarakan dengan raja." Melihat raut wajah Ega yang buruk, Rifian dan Myran segera menurut untuk menghadap raja. Dan be

Latest chapter

  • Dalam Genggaman Sang Raja   Ekstra part 3

    Saat makan malam tiba. Dalam satu meja makan terdapat Dafandra, Alisya dan ibu suri. Suasana di meja makan sangat hening, sampai ibu suri angkat bicara. "Aku dengar kamu telah mengalami perdarahan. Apakah ketubanmu telah pecah?" "Belum, Ibu Suri." Alisya menjawab sopan. "Makanlah yang banyak agar tubuhmu lebih kuat menghadapi persalinan! Mungkin nanti malam atau besok pagi anakmu akan lahir. Semoga persalinanmu berjalan lancar." Ibu suri menatap Alisya yang terlihat sedikit malas menyendok makanan. "Terima kasih atas perhatiannya, Ibu Suri." Alisya membalas ucapan ibu mertuanya dengan senyuman. Sepertinya ibu raja juga turut bahagia karena akan menyambut cucu pertamanya. Setelah acara makan malam usai ibu suri meninggalkan ruang makan. Di ruang makan Alisya masih terduduk di kursinya. Sang ratu kembali menahan sakit dengan tangan mengelus perut yang menegang. Pada saat yang sama janin Alisya juga bergerak seakan mengabarkan dirinya tidak sabar untuk segera terlahir. "Ayo, Alisya!

  • Dalam Genggaman Sang Raja   Ekstra part 2

    "Benarkah?" Alisya bangkit untuk melihat secara langsung darah yang Dafandra maksud. Sang raja menelan ludahnya sendiri. Alisya bukan lagi gadis perawan. Kenapa kewanitaannya mengeluarkan darah? Seketika wajah pria nomor satu di Kosmimazh berubah pucat. Sang raja tidak habis pikir jika perbuatannya dapat mengakibatkan sang istri mengalami perdarahan. "Aku akan segera memanggil dokter!" tangan raja segera meraih baju di sisi ranjang. "Yang Mulia!" Alisya menahan lengan kekar Dafandra. "Darah ini pertanda aku akan segera melahirkan, Yang Mulia." Alisya tersenyum lebar. "Benarkah?" Alis raja melengkung ke atas seakan tidak percaya dengan ucapan yang baru saja dia dengar. Entah karena Hujaman raja yang terlalu keras atau karena efek peleasan hormon cinta di tubuh ratu, yang jelas usia kehamilan Alisya sudah lebih dari cukup untuk melahirkan bayi. "Jika kontraksinya bagus, mungkin nanti sore atau malam, bayimu akan lahir." Senyuman di bibir merah delima Alisya merekah indah, membuat

  • Dalam Genggaman Sang Raja   Ekstra part 1

    Malam yang dingin menyelimuti kota Asteryzh. Ibu kota kerajaan Kosmimazh. Dingin yang seakan menusuk tulang membuat siapa pun ingin meringkuk di bawah selimut tebal. Akan tetapi, malam ini Alisya menyibak selimut dengan rasa gusar. Bintik-bintik keringat menghiasi dahi wanita nomor satu di Kosmimazh. "Ada apa?" Gerkaan kasar ratu membuat raja terbangun dari mimpi. "Aku hanya merasa gelisah, Yang Mulia." Alisya Menjawab segera pertanyaan suaminya seraya duduk di ranjang. Merapatkan tubuh pada wanita berambut merah, Dafandra berbisik di telinga putri Crysozh. "Kenapa?" Tangan raja mengelus perut bulat wanita dalam dekapan. "Seharusnya, bayi ini sudah lahir. Tetapi, aku belum merasakan tanda-tanda akan melahirkan." Alisya menundukkan wajah sehingga wajah tertutup rambut merah bagaikan tirai. Raja berpindah posisi tepat di hadapan ratu. Tangan menyibak rambut, Dafandra memegang kedua sisi wajah sang putri Crysozh. Pria nomor satu di Kosmimazh sangat mengerti kegundahan hati istrinya.

  • Dalam Genggaman Sang Raja   Terima Kasih Pembaca

    Terima kasih kepada segenap pembaca yang telah mengikuti kisah Alisya sampai akhir. Bagi saya, Alisya adalah cinta pertama saya dalam dunia novel, karena dia dalah original character pertama buatan saya. Dengan kata lain, novel ini adalah novel pertama saya. Mohon maaf jika karya ini masih jauh dari kata sempurna. Maaf juga jika ada yang kurang puas dengan akhir dari jovel ini. Yang jelas, saya berusaha menulis novel ini dengan sepenuh hati. Sudah tidak terhitung banyaknya waktu dan revisi yang saya lakukan untuk novel ini. Semua itu saya lakukan untuk mencoba memberikan yang terbaik bagi pembaca. Ikuti juga novel-novel author Sunny Zylven selanjutnya, Ya! Salam sayang, Sunny Zylven ❤️❤️❤️

  • Dalam Genggaman Sang Raja   Bab 234 Pelukan Ibu

    Memasuki kamar Raja Rifian, Alisya tidak menyangka akan bertemu ibu suri. Meski canggung, adik kandung penguasa Crysozh tetap berusaha tenang dan tersenyum. "Hormat kepada Ibu Suri," ucap Alisya, selanjutnya memberikan hormat kepada raja yang masih terbaring di ranjang. "Syukurlah, akhirnya kakak sadar juga!" Seulas senyuman terlukis di bibir sang putri Crysozh. Setelah dokter menemukan penyebab utama raja tidak kunjung sadar, perawatan ekstra diberikan kepada pria normor satu di kerajaan Crysozh. Kesehatan Raja Rifian memang belum pulih sempurna. Wajah kakak Alisya juga masih terlihat pucat. Akan tetapi, itu masih lebih baik dari pada terus terpejam tidak sadarkan diri. "Ya, semua ini berkat suamimu," balas Rifian. "Suamiku?" Alis sang ratu Kosmimazh melompat bersamaan. "Tentu saja, jika tidak karena pertolongannya, baik aku, kamu, ibu, dan rakyat tidak berdaya pasti sudah mati di tangan Paman Ega. Aku sangat berterima kasih kepadanya. Kamu sangat beruntung Alisya, mempunyai seo

  • Dalam Genggaman Sang Raja   Bab 233 Melabuhkan Rindu

    "Bagaimana keadaannya, Dokter?" tanya Dafandra kepada pria berambut putih. Dengan wajah cerah Iason berkata, "Yang Mulia tenang saja, kondisi janin Ratu Alisya baik-baik saja." Setelah sekian lama di Crysozh, baru kali ini Alisya mendapatkan pemeriksaan medis oleh dokter kerajaan Crysozh. Keadaan sebelumnya yang memaksa sang ratu Kosmimazh untuk menyembunyikan kehamilan. Spontan senyuman di bibir pria nomor satu Kosmimazh melebar, "Terima kasih, Dokter." "Sebaiknya Yang Mulia beristirahat terlebih dahulu di Crysozh, jangan buru-buru kemabli ke Kosmimazh. Biarkan Ratu Alisya beristirahat setelah hari-hari yang buruk menimpanya." Kepala dokter kerajaan memandang Alisya dan Dafandra bergantian. "Tentu, Dokter! Aku akan memberikan waktu istirahat yang banyak untuk ratuku," jawab Dafandra segera. "Guru, ngomong-ngomong bagaimana keadaan kakakku?" tanya Alisya dengan kedua alis melengkung ke atas. Rasa di hati putri Crysozh belum lega jika sang kakak belum pulih kembali. "Yang Mulia b

  • Dalam Genggaman Sang Raja   Bab 232 Jangan Pernah Tinggalkan Aku

    Layang-layang di angkasa terlihat berpencar. Lysias dan beberapa penyihir lain menembakan sihir ke langit. Saat fokus para penyihir tertuju pada puluhan layang-layang dan terjadi ledakan berkali-kali di ketinggian, sekumpulan pria entah dari mana menggiring pengunjung alun-alun menjauhi pusat keributan melalui jalan yang sepertinya telah disiapkan. Pertempuran di darat dan udara pun pecah. Setelah semua penduduk di pesta berhasil dievakuasi, ratusan panah api turun dari langit bagaikan hujan deras. Prajurit sihir yang kehilangan kemampuan sihir karena tangan dan mulut tidak bisa digerakkan lari kocar-kacir. Tidak membutuhkan waktu lama kobaran api membakar beberapa sisi alun-alun yang terbuat dari kayu. "Mungkinkah mereka pasukan Yang Mulia ..?" gumam sang ratu Kosmimazh. Para gadis di dalam sangkar mulai panik, mereka berteriak dan menangis. Melirik ke sisi kiri, Alisya mendapati ibu kandungnya menatap keributan dengan santai. Begitu juga dengan Gelsi, si Mentri pertahanan. Keduan

  • Dalam Genggaman Sang Raja   Bab 231 Layang-layang

    "Apa ada di antara kalian yang ingin mengikuti jejak Gelsi? aku akan menerimanya dengan senang hati" tanya Ega dengan salah satu alis terangkat. Semua orang di dalam aula kerajaan terdiam. Para menteri yang tamak tentu saja akan lebih memilih nyawa mereka masing-masing. *** "Yang Mulia, tiga hari lagi kerajaan akan mengadakan upacara pengangkatan raja. Pada malam pengangkatan raja, akan diadakan upacara pengorbanan lima puluh gadis perawan dan tiga orang bangsawan." Arys memberikan laporan kepada pria berambut pirang yang tengah duduk termenung memandang peta ibu kota Stemmazh. "Apa? Pengorbanan lima puluh gadis perawan dan tiga bangsawan? Apa maksudnya?" tanya Dafandra dengan kedua alis melompat bersamaan. Pria nomor satu di Kosmimazh tidak dapat menyembunyikan keterkejutan. "Mereka akan menggelar ritual sihir!" jelas Arys. "Sial!" umpat pria nomor satu di Kosmimazh sambil mengepalkan tangan di atas meja. "Menurut informasi dari intelejen, Pangeran Ega akan mengorbankan para pe

  • Dalam Genggaman Sang Raja   Bab 230 Lima Puluh Gadis Dan Tiga Bangsawan

    "Kasihan sekali raja baru kita, belum lama menjabat kini harus merelakan diri turun dari tahta," ucap seorang wanita bergaun biru di salah satu gang ibu kota. "Benar sekali. Akan tetapi, aku rasa itu yang terbaik demi kemajuan kerajaan. Kita tidak bisa terus-terusan menunggu orang yang tertidur untuk bangun, sedangkan rakyat setiap hari bangun pagi untuk mencari sepotong roti," saut wanita bergaun cokelat. "Setuju! Apalagi yang akan menjadi raja selanjutnya adalah Pangeran Ega. Bukankah dia pejabat yang bijaksana?" Wanita bergaun ungu turut angkat bicara. "Benar ... Benar sekali!" Jawab wanita bergaun biru dan cokelat serempak. Suasana di ibu kota benar-benar kondusif untuk segera melengserkan Raja Crysozh yang berkuasa. Segala lini kehidupan telah memberikan dukungan kepada calon raja baru. Bahkan, pada lapisan masyarakat paling bawah. Penduduk kota telah menyambut pengangkatan raja baru dengan mendekorasi kota sedemikian rupa. Siapa sangka, di saat yang sama pasukan penyihir yan

DMCA.com Protection Status