Kata-kata Abraham mengintimidasi Jonathan. Kedua laki-laki beda usia itu saling menatap tajam."Smith, kau sudah berjanji padaku untuk melindungi putriku walau apapun yang terjadi. Tapi kenapa kejadian ini bisa menimpanya?" tanya Abraham emosi."Maafkan saya, Tuan Morris. Saya sedikit teledor sehingga masalah ini bisa menimpa Magdalena. Tapi seperti janji saya dulu sebelum acara pertunangan dimulai, saya sungguh-sungguh untuk menjaga Magdalena seumur hidup saya.""Baguslah kalau kau tidak main-main. Kalau kau hanya sekedar ingin mempermainkan kehidupan putriku. Aku tidak akan melepaskanmu!" ancam Abraham."Jangan berpikir yang buruk terhadap saya, Tuan. Saya menerima perjodohan ini karena saya juga mempunyai perasaan kepada Magdalena, bukan semata-mata untuk tujuan hubungan bisnis yang akan melebarkan kekuasaan saya. Anda sudah paham siapa saya, bukan? Kalau hanya untuk secuil harta yang Anda miliki, saya tidak butuh berpura-pura untuk mencintai Magdalena selama lima tahun ini." sangga
"Tuan, bagaimana ini?"Mark memijit pangkal hidungnya. Laki-laki itu belum bisa mengembalikan kesadarannya. Karena terkejut dengan berita buruk yang sedang menimpanya."Tuan, kita harus ….""Ayo kita ke sana!" ucap Mark sambil menyambar jaketnya yang berisikan pistol dengan isi peluru penuh."Baik, Tuan."Mark melewati Jena dan Maria yang masih berada di posisi semula. Kedua anak dan ibu itu diam tanpa bertanya tentang tujuan kepergian Mark. Mereka hanya menguping dengan saksama. Berita apakah gerangan yang menjadikan Mark murung dan bergegas keluar mansion pada malam hari."Ma," panggil Maria."Ayo segera bereskan barang-barang kita, Maria.""K-kenapa, Ma?" tanya Maria bingung."Kau dan kakak tirimu sudah mengusik ketenangan dari orang yang berbahaya.""Maksud, Mama?""Laki-laki yang kau kagumi, laki-laki yang kau cintai dengan segenap hatimu itu bukan hanya seorang presdir dan pemilik perusahaan Smith Corporation. Namun, laki-laki itu juga adalah ketua dari perkumpulan dunia hitam, B
Jonathan memandang Mark dengan tatapan sinis. "Kau tidak bisa mendengar apa yang telah aku katakan, hah?!" bentak Jonathan.Mark masih diam di tempat. Tidak sudi menuruti perintah dari Jonathan. Bagaimanapun, ia lebih tua dari dari Jonathan. Baginya, merendahkan diri dengan berlutut di hadapan laki-laki itu adalah suatu penghinaan terbesar dalam hidupnya.Jonathan memerintahkan anak buahnya dengan mengangkat dagunya. Seketika orang-orangnya Jonathan mendekati pengawalnya Mark yang hanya berjumlah empat orang lalu menghajar mereka secara mendadak. Jumlah pengawal Mark yang kalah banyak dari anak buahnya Jonathan, menjadikan para pengawalnya Mark itu dengan mudah untuk dilumpuhkan. Selanjutnya, dua orang anggota Blackstone menendang betis Mark dari belakang hingga laki-laki setengah baya itu jatuh ke depan dengan posisi bertekuk lutut menghadap ke arah Jonathan. Bahkan karena terlalu keras, dahi Mark membentur lantai sehingga membuat laki-laki itu akhirnya bersuara."Akh …" desis Mark ya
Maria dan Jena bersembunyi di balik tumpukan batu-bata. Rumah kecil itu sedang direnovasi sehingga banyak bahan bangunan lainnya yang tercecer.Sekumpulan orang-orang berjas hitam berkumpul kembali setelah menyisir rumah dan lahan kosong di sekitar lokasi rumah itu berdiri."Bagaimana?" tanya salah satu dari mereka."Tidak ada.""Di belakang rumah juga tidak ada." jawab yang lainnya."Aku juga tidak melihat tanda-tanda ada sebuah koper atau barang bawaan asing yang berada di dalam rumah itu." ucap seseorang yang baru keluar dari rumah kosong itu."Heem … begitu." Pria yang terlihat sebagai ketua mereka. Tampak berpikir sambil manggut-manggut mencari solusi."Kalau begitu, ayo kita pergi dari sini. Perketat jalan masuk dan keluar di area ini. Aku yakin daerah ini yang akan menjadi tujuan anak dan ibu itu untuk melarikan diri.""Baik, Kak."Jena dan Maria menghela napas lega setelah kepergian orang-orangnya Jonathan. Mereka keluar dari tempat persembunyian lalu mengambil koper mereka yan
Carlos berlari kesetanan setelah menyadari bahwa Soriano Corporation sedang dalam bahaya. Ia segera berangkat ke kantor pusat perusahaan setelah mengganti bajunya. Tanpa membersihkan diri terlebih dahulu, laki-laki itu sudah menerobos ruangannya dan bersiap membuka situs internet pasar bursa saham yang sebentar lagi akan dibuka.Sekretaris dan karyawannya belum berangkat dikarenakan sekarang baru pukul enam pagi. Hanya beberapa petugas keamanan dan cleaning service yang sudah mulai masuk kerja.Carlos duduk dengan gelisah di kursi kebesarannya, kepalanya bersandar di kursi sambil memejamkan matanya. Laptop yang berada di hadapannya dibiarkan menyala. Tak berapa lama ia tertidur, hingga suara pintu ruangannya mengagetkannya."Pak, Anda sudah berangkat?" tanya sekretaris pribadinya yang kaget melihat keberadaan Carlos."Heem.""Maaf, Pak. A-apa Bapak, sudah melihat Pasar bursa saham hari ini?"Carlos mendadak melotot, teringat dengan masalah besar yang sedang dihadapinya. "Jam berapa sek
Para hadirin yang menyaksikan kekerasan yang dilakukan oleh Carlos kepada Jonathan. Sontak berteriak karena terkejut. Namun anehnya para pengawalnya Jonathan, diam. Tidak berusaha mencegah atau melindungi tuannya dari jangkauan pukulannya Carlos.Carlos langsung lemas setelah ia sadar jika dijebak. Ia terlalu bodoh karena sekali lagi masuk jebakannya Jonathan. Ia pikir bisa melampiaskan kemarahannya kepada Jonathan, nyatanya dirinya lah yang dipermalukan dan terperangkap. Jadi ini tujuannya, Jonathan membiarkannya masuk dan tidak menghalanginya naik ke podium. Jika dipikir-pikir, harusnya Jonathan membunuhnya ketika laki-laki itu berhasil menemukan tunangannya waktu itu. Namun Jonathan membiarkannya hidup hingga detik ini, laki-laki itu sangat mengerikan. Membalasnya dengan cara yang tidak biasa. Menghancurkan sekaligus mengambil keuntungan finansial. Jiwa bisnis yang masih muncul di saat persoalan asmara yang membelitnya.Jonathan menyeka bibirnya yang berdarah lalu meludah. Senyum mi
Jonathan dengan sigap mengerem mobilnya setelah mendengar teriakan dari Magdalena."Tenang Lena, jangan gegabah. Jonathan segera mengunci pintu mobilnya dari dalam ketika Magdalena ingin keluar dari mobil."Tapi Nathan, orang itu sepertinya tertabrak oleh mobil kita.""Aku tahu, tapi kau jangan keluar. Biar aku yang melihatnya. Berbahaya jika malam-malam begini seseorang itu mempunyai niat buruk. Kau tidak punya keterampilan khusus untuk membela diri. Aku tidak ingin yang kedua kalinya kecolongan sehingga kau terluka.""Baiklah Nathan, aku mengerti." ucap Magdalena menuruti perintah Jonathan yang seperti biasa sangat protektif kepadanya.Jonathan tidak langsung turun, instingnya mengatakan jika kejadian ini sangat janggal. Karena ia mengendarai mobil dengan kecepatan sedang dan kemampuan mengemudinya tidak bisa diragukan lagi. Setelah melihat bayangan seseorang, Jonathan langsung mengerem mobilnya.Jonathan menyimpulkan jika kejadian ini direncanakan untuk kepentingan orang yang berpur
Jonathan tersenyum penuh arti setelah melihat orang yang dicekiknya itu mengeluarkan suara memohon maaf."Tolong Tuan, jangan bunuh saya." Laki-laki itu berusaha melepaskan tangan Jonathan dengan sekuat tenaga.Kedua penjaga yang bersama Jonathan hanya saling memandang tidak berani menginterupsi apa yang dilakukan oleh Jonathan. Takut jika mereka menjadi sasaran kemarahan dari Jonathan. Mereka sudah hafal dengan sifat Jonathan yang diam, tenang namun tidak terduga."Aku hanya berusaha membantumu agar lehermu terasa lebih nyaman, teman." ucap Jonathan yang kini semakin mengeraskan cekikan pada leher orang itu."T-tuan, tolong jangan bunuh saya.""Bunuh?" Jonathan menaikkan sebelah alisnya."Lepaskan tangan Anda, Tuan.""Hahaha, baiklah, sepertinya kau menolak maksud baikku." Jonathan melepaskan tangannya lalu mengelapnya dengan sapu tangannya."Jadi kalau sudah sadar? Siapa namamu?" Jonathan tidak ingin berbasa-basi."N-nama saya David, Tuan.""Nama keluargamu?""Saya tidak ingat, Tuan.
“K-kenapa kau ada di sini?” Maria mundur beberapa langkah. Ia tidak mengira jika bukan Magdalena yang berada di dalam karung. Melainkan Jonathan Smith. Orang yang sangat dicintai dan sekaligus dibenci oleh Maria.“Karena saya ingin melihat orang yang mencoba mengganggu hidup saya, Maria.” Jonathan melepas wig yang diambil dari toko di mana Magdalena diculik.Ide menyamar menjadi Magdalena itu datang secara tiba-tiba. Saat Jonathan melihat seseorang membuntuti Magdalena lalu ikut masuk ke ruang ganti. Awalnya Jonathan ingin menghajar laki-laki yang berusaha menculik Magdalena. Tapi kemudian Jonathan mempunyai ide untuk berpura-pura menjadi Magdalena agar bisa mengetahui siapa dalang dibalik rencana penculikan Magdalena.Setelah menemukan karung yang berisikan Magdalena. Jonathan menyuruh anak buahnya untuk mengamankan Magdalena. Ia lalu mengambil sebuah wig berwarna pirang yang mirip dengan rambut Magdalena. Dengan bantuan anak buahnya, Jonathan masuk ke dalam karung lalu diikat seper
Jonathan waspada, ternyata ada seseorang yang sedang mengawasi Magdalena. Seseorang itu masuk ke ruang ganti. Jonathan sangat marah tapi ia menahan amarahnya demi senuah rencana yang sedang di susunnya.Jonathan mengambil sebuah wig lalu memanggil beberapa anak buahnya.Sementara itu di dalam ruang ganti, Magdalena terkejut di saat akan membuka kancing bajunya ada laki-laki yang masuk ke ruang di mana ia berada. “Siapa kau?”Laki-laki itu diam, tidak menjawab lalu membekap mulut Magdalena menggunakan sapu tangan.Magdalena meronta sebentar lalu pingsan. Laki-laki itu tersenyum karena sudah berhasil melumpuhkan korban. Ia kemudian mengambil sebuah karung lalu memasukkan Magdalena ke dalamnya. Selesai mengikat ujung karung, laki-laki itu keluar dari ruang ganti tanpa sepengetahuan pelayan toko.Lily yang melihat laki-laki itu berhasil membawa pergi Magdalena, langsung buru-buru meninggalkan toko. Ia berjanji akan neninggalkan negara Azdania agar Adam selamat dari intimidasi Jonathan dan
“Adam, hubungi anak buah kita untuk segera ke mansion Moris atau mencari keberadaan Magdalena.”Walaupun Adam bingung dengan maksud dari perintah Jonathan. Ia tidak banyak bertanya dan langsung melaksanakan apa yang Jonathan minta. Sudah berkali-kali Jonathan bereaksi seperti ini dan memang ada kejadian genting yang sedang terjadi.Jonathan berlari keluar ruangan diikuti oleh Adam.“Nona Rodriguez, ubah skedul jadwal pekerjaan saya hari ini. Ada kepentingan mendadak yang harus saya tangani bersama Adam.”“Baik, Pak.” Rebecca juga tidak banyak bertanya. Ia pun juga sudah hafal dengan gerak-gerik Jonathan yang sedang tertimpa masalah.Selesai memberi perintah kepada Rebecca, Jonathan masuk ke dalam lift bersama Adam. Ia menghubungi nomor ponsel Abraham. Tapi sayang ponsel Abraham tidak aktif. Jonathan menebak jika calon mertuanya itu sedang berada di kantor pemerintahan karena saat ini adalah jam kantor.“Sial,” desis Jonathan.“Halo, apakah Nona Moris tidak ada di mansionnya?” Jonathan
“Nona Moris,” Lily menyapa Magdalena.“Kau pasti kekasihnya Adam. Lily, kan, namamu?” tebak Magdalena.“Benar Nona.”“Ayo masuk.” Magdalena menarik tangan Lily. Namun ia berhenti setelah mengingat Adam.“Adam, aku bawa Lily ke dalam. Nanti jam lima sore kau bisa menjemputnya.”“Baik, Nona.”“Lily cantik, pantas kau memilihnya.” bisik Magdalena.Adam hanya tersenyum sambil menggaruk rambutnya.“Sudah, sana pergi. Nathan pasti sudah menunggumu di kantor.”“Baik, Nona.” Adam melambaikan tangan kepada Lily sebelum pergi ke kantor Smith Corp.***“Bagaimana? Kau sudah mengantarkan kekasihmu ke rumah Lena?” tanya Jonathan yang baru saja tiba di kantor.“Sesuai perintah dari Tuan.”“Bagus.”“Tuan tidak bertanya, bagaimana reaksi Nona Moris saat bertemu Lily?” Adam kesal karena Jonathan tidak mencari tahu reaksi tunangannya saat Adam membawa Lily.Jonathan tersenyum tipis, “Dia pasti sangat senang. Senyumnya sangat lebar dan dia tak henti-hentinya bersenandung.”Adam mengernyit, “Tanpa bertemu
“Tuan Adam.” Lily kaget melihat kedatangan Adam yang tiba-tiba.“Boleh, aku masuk?”Lily mempersilakan Adam masuk. “Tuan, ada apa?” Lily takut jika ibunya Adam akan marah jika Adam kembali berhubungan intens dengannya.“Lily, jangan panggil aku, Tuan. Panggil saja Adam.” Sebenarnya Adam rindu, tapi ia menahan diri untuk tidak menyentuh gadis itu karena takut jika Lily akan marah.“Tuan, saya tidak ingin melanggar apa yang sudah saya ucapkan kepada ibu Anda.”Adam menghela napas, sungguh sulit meluluhkan hati Lily semenjak ibunya dengan keras memberi peringatan kepada gadis itu agar menjauhi dirinya.“Tuan Smith ingin meminta bantuanmu.” Adam berharap dengan membawa nama Jonathan, Lily akan memperlakukannya sedikit hangat.“Tuan Smith?” Lily kaget karena Jonathan yang terkenal dingin dan tak tersentuh itu tiba-tiba ingin meminta bantuannya.“Boleh aku duduk?” tanya Adam.“Oh, silakan duduk.” Lily lupa mempersilakan Adam untuk duduk.“Terima kasih,” Adam duduk. Namun ia merasa tidak ena
Maria ingin menghubungi orang yang bisa menolongnya dari jeratan Ronald. Namun sayang ponselnya saat ini sedang mati karena baterainya kosong.“Ayolah Nona Soriano. Kau tidak bisa mengelak dari kemauanku.” Ronald tetap saja menarik Maria hingga masuk ke dalam mobilnya. Saat ini kemarahannya harus dilampiaskan. Apalagi Maria adalah partnernya untuk menghancurkan Jonathan Smith. Tentu saja keadaan hatinya yang sedang marah harus ia bagi adil dengan Maria.‘Sialan,’ Maria mengumpat dalam hatinya. Dalam keadaan setengah tidak sadar ia bersumpah akan menghancurkan Ronald. Ia juga tidak peduli jika laki-laki itu juga mempunyai misi yang sama untuk menghancurkan Jonathan.***“Ada apa? Kenapa sudah hampir seminggu ini kau di rumah dan tidak kemana-mana?” tanya Abraham kepada Magdalena.“Aku hanya ingin beristirahat, Pa. Sebelumnya aku sempat kelelahan dan badanku sedikit terasa pegal-pegal.” dusta Magdalena yang tidak ingin memberitahukan larangan Jonathan padanya.“Jangan berbohong, Lena. Pa
“Sialan, brengsek! Dia telah menghinaku,” umpat Ronald yang saat ini telah sampai di hotel yang ditempatinya. Ia mengamuk, mengobrak-abrik isi seluruh kamar hotel yang ditempatinya.“Tenanglah, Tuan.” ucap Alex, asisten pribadinya Ronald.“Tenang katamu?” Ronald langsung menarik kerah bajunya Alex. “Kau tidak melihat bagaimana wajah si keparat itu ketika menghinaku? Penolakannya sungguh sangat membuat wibawaku turun. Kau tahu, selama ini tidak ada satu pun orang yang pernah memandangku dengan sebelah mata. Namun si Jonathan Smith itu berani-beraninya merendahkanku di pertemuan pertama kami.”“Tenanglah, bukankah sebelumnya Nona Soriano sudah memperingatkan Anda akan kelebihan dari Tuan Smith?”“Sialan,” Ronald melempar tubuh Alex ke dinding. “Aargh,” Alex mengerang.“Kau memujinya?”“Saya hanya mengingatkan Anda, Tuan. Tentu saja saya ingin kebaikan di pihak Tuan. Saya bekerja untuk Tuan.” ucap Alex ketakutan.“Ke mana perginya wanita itu?” Ronald menanyakan keberadaan Maria.“Sepert
“Tuan Smith,” Ronald langsung menyambut kedatangan Jonathan yang baru saja keluar dari lift.“Silakan masuk,” ucap Jonathan dingin.“Nona Rodriguez, sediakan dua minuman dingin untuk kami.”“Baik, Tuan.” Rebecca langsung menuju ke pantry untuk membuatkan minuman yang diminta oleh Jonathan.Sedangkan itu Adam langsung mengikuti langkah dari Jonathan dan Ronald. Ia sudah merasa jika ada hal yang tidak beres dengan sikap Jonathan. Maka dari itu ia tidak mau meninggalkan Jonathan sendirian untuk berhadapan dengan Ronald. Adam takut jika emosi Jonathan tidak stabil dalam menghadapi musuh bisnisnya. Walaupun Jonathan belum mengatakan jika Ronald adalah musuhnya. Namun Adam bisa merasakan aura buruk yang dipancarkan oleh Jonathan terkait dengan kedatangan Ronald Robinson.“Tuan, silakan diminum.” Rebecca datang dengan membawa dua gelas cocktail dingin untuk Jonathan dan Ronald.“Terima kasih, Nona Rodriguez.” ucap Jonathan.“Terima kasih, Nona manis.” Ronald mengucapkannya dengan nada yang se
"Pantas saja Jonathan Smith sangat setia, putri Abraham Smith sangatlah cantik." puji Ronald saat menatap photo Magdalena di berita online."Ck," Maria berdecak kesal."Akui saja, Nona Soriano. Kalau pesonamu tidak bisa mengungguli Magdalena Morris. Kau tidak akan patah hati sehingga ditolak oleh Jonathan Smith." cibir Ronald."Cukup sudah aku mendengarkan ocehanmu. Sekarang apa rencana kita untuk menghancurkan Jonathan Smith?""Aku harus bertemu dulu dengan laki-laki itu sambil menunggu orang-orangku yang menyelinap untuk mencari informasi penting di Smith Corporation.""Heh," Maria kecewa. "Lalu kenapa kau mengajakku bertemu?" Maria berkacak pinggang."Sebagai tuan rumah, harusnya kau menjamu tamu penting sepertiku." Ronald mendekati Maria sambil mengelus pipinya."Lupakan itu, aku tidak akan menjual tubuhku." Maria ingin meninggalkan kamar hotel tempat pertemuannya dengan Ronald. Namun kedua penjaganya Ronald menghalangi kepergian Maria."Apa maksudnya ini?""Jangan berpura-pura bod