"Cantik, muda dan berbadan bagus.""Pantas saja Si Smith tidak bisa dirayu Maria." gumam Carlos yang masih betah menatap wajah Magdalena."Ehem, permisi, Tuan. Sebaiknya kita harus segera melanjutkan rencana kita, sebentar lagi Nona Maria akan datang." Ramos mengingatkan Carlos untuk segera berhenti memandangi wajah dan tubuh Magdalena. Laki-laki setengah baya itu takut jika Carlos mulai tertarik dan membatalkan rencana yang telah disusunnya."Tenang, Ramos. Saya masih bisa menahan diri untuk tidak menyentuhnya." Carlos tahu tentang kekhawatiran asistennya. Walaupun sejujurnya, saat ini ia mati-matian menahan hasratnya untuk tidak menyentuh Magdalena. "Ayo, Tuan. Sebelum mereka masuk kedalam kamar ini." desak Ramos yang memerintahkan kedua anak buahnya untuk mengangkat tubuh Magdalena."Angkat tubuh gadis ini dan ikat dia di kursi itu.""Baik, Tuan." kedua laki-laki bertubuh kekar dan memakai jas serba hitam itu menarik kedua lengan Magdalena lalu menyeretnya. Sebuah kursi telah diper
"Aaa …" Maria berteriak histeris lalu mengobrak-abrik seluruh isi kamar hotel. Ia sangat marah dan sakit hati. Gadis itu merasa terhina, Jonathan menamparnya lalu meninggalkan dirinya begitu saja di kamar hotel. Padahal sebelumnya laki-laki itu menciumnya dengan penuh nafsu dan hampir menidurinya."Sialan kau Jonathan Smith!" teriak Maria sambil membanting apa saja yang bisa dirusaknya. Suara dentingan dari guci, gelas dan cermin, membahana di seisi kamar. Hati Maria penuh dengan kebencian dan dendam kepada Jonathan dan Magdalena. Gadis itu mengutuk kedua orang yang menyebabkan dirinya terhina. Yang tidak Maria sadari, sebenarnya dirinya sudah dimanfaatkan oleh Carlos, kakak tirinya. Laki-laki itu tidak benar-benar ingin membantu Maria agar bisa mendapatkan Jonatan hari ini. Carlos hanya menggunakan Maria sebagai batu pijakan untuk membuat Jonathan dan Magdalena salah paham yang berujung renggangnya hubungan mereka. Di saat yang tepat, Carlos akan datang sebagai pahlawan bagi Magdalen
"Halo, kau ada di mana?" bentak Jonathan saat teleponnya tersambung ke ponsel milik Adam. Ia sangat marah saat tidak bisa menemukan keberadaan Adam di situasi genting seperti ini.[Saya sedang di rumah sakit, Tuan.] terdengar suara Adam dengan nada lemas. Tidak seperti biasanya, Adam yang certainly dan bersemangat."Apa? Siapa yang sakit. Magdalena, kah? Kalian sudah menemukannya?" tanya Jonathan tidak sabar.[Apa maksud, Tuan? Ada apa dengan Nona Morris?] Adam kaget dengan berita yang baru didengarnya."Kau berada di rumah sakit mana?" tanya Jonathan memastikan.[Rumah sakit Santa Antonio, Tuan.]"Cepat ke sini, ke kamar nomor 17B. Ruang VVIP di lantai 3, saya berada di sana." [Anda di rumah sakit yang sama dengan saya? Kenapa?] Adam terkejut karena mengira jika Jonathan mengalami hal buruk di luar kantor tanpa pendamping."Ya, jangan banyak bicara. Cepat ke sini." titah Jonathan ketus. [Baik, Tuan.] Adam tahu jika Jonathan saat ini sangat marah terhadap dirinya.Sepuluh menit kemud
"S-sungguh, aku tidak tahu." Air mata Maria jatuh berderai, bukan ini yang ia inginkan. Kenapa hubungannya dengan Jonathan semakin rumit. Dulu gadis itu berpikir jika Jonathan akan menjadi miliknya setelah ia menyelamatkan nyawanya. Namun sekarang kebalikan dari harapannya.***Sepuluh tahun yang lalu.Sejak peristiwa insiden penembakan di taman yang berakhir Jonathan dan Maria harus dioperasi karena luka tembak yang diderita keduanya. Hubungan mereka semakin dekat. Walaupun awalnya Jonathan lah yang berjasa menyelamatkan nyawa Maria. Namun di akhir, Maria juga menyelamatkannya dengan membawanya ke rumah sakit secara tepat waktu sehingga nyawa Jonathan tidak melayang karena kehabisan darah. Jonathan membiarkan Maria di sampingnya walaupun ia tidak pernah membalas pernyataan cintanya."Jonathan, nanti malam datanglah ke rumahku. Papaku mengadakan sebuah pesta besar untuk merayakan keberhasilan bisnisnya yang baru." ajak Maria."Hem … pesta?" jawab Jonathan dengan nada dingin seperti bia
Anna berteriak setelah melihat suaminya ditendang dan sekarang tubuhnya tersungkur di tanah. Merintih menahan sakit di perutnya."Jangan sakiti suamiku!" Anna memasang badan, menghalangi laki-laki itu yang akan melayangkan kakinya kembali ke perut Jonas. Ia tidak rela jika suaminya menjadi korban kebengisan orang-orang tamak seperti mereka."Ayah, Ibu!" Jonathan menangis ketakutan melihat keadaan kedua orang tuanya."Sekarang enyahlah dari rumah ini. Sesuai perjanjian yang sudah kau tandatangani, jika sudah jatuh tempo selama dua bulan berturut-turut. Maka rumah dan perusahaanmu yang sudah jadi jaminan menjadi milik kami" Anak buah rentenir itu meatap tajam Jonas yang terkapar di tanah."Jika kalian mencoba lapor atau berbuat hal yang merugikan kami. Kami tidak akan segan-segan untuk membunuh putra kalian di hadapan kalian. Cam kan itu!" Laki-laki bertubuh tambun itu meludahi Jonas sebelum pergi dan membawa serta bulldozer dari halaman rumahnya Jonathan."Ayah, Ibu." Jonathan menghampi
Delapan tahun lalu, saat pulang sekolah. Jonathan, bermaksud membantu ibunya bekerja. Anna bekerja menjadi cleaning service di instansi pemerintah. Ia bertugas menyapu dan mengumpulkan sampah di taman-taman kota dan pinggiran jalan raya.Jonathan menggantikan ibunya untuk menyapu bagian lorong sungai yang kering disaat musim panas. Namun kegiatannya terhenti ketika Jonathan menemukan tubuh orang dewasa yang sedang terlelap di pinggir sungai dan sekujur tubuhnya bersimbah darah. Ketika Jonathan ingin pergi meninggalkan tempat itu. Sosok yang sedang terlelap itu membuka mata."T-tolong …."Jonathan menghentikan langkahnya. Ia berbalik lalu mengamati wajah yang penuh dengan bercak darah itu. Ada rasa kasihan melihat laki-laki itu, ia teringat dengan ayahnya yang dihajar oleh kaki tangan rentenir dan mengakibatkan luka dalam yang berujung dengan kematian. Namun mengingat pesan ibunya yang melarangnya berurusan dengan segala hal yang berbau kekerasan dan darah. Jonathan bergerak mundur ke b
"Kenapa kau menggangguku?" tanya Jonathan yang menahan perih di lututnya."Karena kau gembel, merusak pemandangan saja. Sekolah ini sekolahan mahal. Bagaimana bisa seorang gembel sepertimu sekolah di sini?""Singkirkan tanganmu!" Jonathan menepis tangan salah satu temannya yang terkenal paling jahil di kelas. Ia adalah salah satu anak dari pengurus sekolah tempatnya belajar. Selama ini Jonathan menghindarinya agar tidak terjadi perkelahian. Sifat semena-mena dan sering membully teman-temannya membuat Jonathan muak. Namun mengingat pesan ibunya dan keadaan ekonomi mereka, membuat Jonathan menahan egonya agar tidak ribut dengan Mario, si tukang bully."Kenapa?" Mario mencengkram kerah bajunya Jonathan. "Kau ingin melawan, hah?" ejek Mario.Jonathan mengepalkan tangannya, rasanya ingin sekali memukul wajah menyebalkan Mario."Aku bilang, singkirkam tanganmu!" Jonathan menggeram marah."Kalau tidak?" pancing Mario."Rasakan ini!" Jonathan membenturkan kepalanya ke kepala Mario. Cukup sudah
"Pak, saya tidak melakukannya. Mario lah yang telah mengganggu dan melukai saya." protes Jonathan yang tidak terima dirinya telah difitnah oleh mereka."Jonathan Smith, Mario terluka dan banyak saksi menyebutkan kau lah pelaku kekerasan kepadanya. Sedangkan dirimu sehat-sehat saja."Jonathan terdiam, ia kalah telak. Rasanya sia-sia menjelaskan kejadian yang sebenarnya kepada mereka. Jika mereka telah meyakini pernyataan Mario adalah suatu kebenaran."Segera bereskan barang-barangmu dan keluar dari sekolah ini dengan segera. Maaf, kami tidak bisa merekomendasikan sekolah baru untukmu. Karena kasusmu adalah pembullyan terhadap siswa lain." ucap kepala sekolah dingin."Jonathan tidak ada pilihan lain selain menuruti permintaan dari kepala sekolah."Tunggu dulu, kau juga harus minta maaf kepada Mario. Kau tidak boleh pergi begitu saja. Kau sudah melukainya.""Minta maaf?" wajah Jonathan menggelap. Ini sudah di luar batas. Dirinya sudah menerima jika dikeluarkan. Tapi kalau harus meminta ma
“K-kenapa kau ada di sini?” Maria mundur beberapa langkah. Ia tidak mengira jika bukan Magdalena yang berada di dalam karung. Melainkan Jonathan Smith. Orang yang sangat dicintai dan sekaligus dibenci oleh Maria.“Karena saya ingin melihat orang yang mencoba mengganggu hidup saya, Maria.” Jonathan melepas wig yang diambil dari toko di mana Magdalena diculik.Ide menyamar menjadi Magdalena itu datang secara tiba-tiba. Saat Jonathan melihat seseorang membuntuti Magdalena lalu ikut masuk ke ruang ganti. Awalnya Jonathan ingin menghajar laki-laki yang berusaha menculik Magdalena. Tapi kemudian Jonathan mempunyai ide untuk berpura-pura menjadi Magdalena agar bisa mengetahui siapa dalang dibalik rencana penculikan Magdalena.Setelah menemukan karung yang berisikan Magdalena. Jonathan menyuruh anak buahnya untuk mengamankan Magdalena. Ia lalu mengambil sebuah wig berwarna pirang yang mirip dengan rambut Magdalena. Dengan bantuan anak buahnya, Jonathan masuk ke dalam karung lalu diikat seper
Jonathan waspada, ternyata ada seseorang yang sedang mengawasi Magdalena. Seseorang itu masuk ke ruang ganti. Jonathan sangat marah tapi ia menahan amarahnya demi senuah rencana yang sedang di susunnya.Jonathan mengambil sebuah wig lalu memanggil beberapa anak buahnya.Sementara itu di dalam ruang ganti, Magdalena terkejut di saat akan membuka kancing bajunya ada laki-laki yang masuk ke ruang di mana ia berada. “Siapa kau?”Laki-laki itu diam, tidak menjawab lalu membekap mulut Magdalena menggunakan sapu tangan.Magdalena meronta sebentar lalu pingsan. Laki-laki itu tersenyum karena sudah berhasil melumpuhkan korban. Ia kemudian mengambil sebuah karung lalu memasukkan Magdalena ke dalamnya. Selesai mengikat ujung karung, laki-laki itu keluar dari ruang ganti tanpa sepengetahuan pelayan toko.Lily yang melihat laki-laki itu berhasil membawa pergi Magdalena, langsung buru-buru meninggalkan toko. Ia berjanji akan neninggalkan negara Azdania agar Adam selamat dari intimidasi Jonathan dan
“Adam, hubungi anak buah kita untuk segera ke mansion Moris atau mencari keberadaan Magdalena.”Walaupun Adam bingung dengan maksud dari perintah Jonathan. Ia tidak banyak bertanya dan langsung melaksanakan apa yang Jonathan minta. Sudah berkali-kali Jonathan bereaksi seperti ini dan memang ada kejadian genting yang sedang terjadi.Jonathan berlari keluar ruangan diikuti oleh Adam.“Nona Rodriguez, ubah skedul jadwal pekerjaan saya hari ini. Ada kepentingan mendadak yang harus saya tangani bersama Adam.”“Baik, Pak.” Rebecca juga tidak banyak bertanya. Ia pun juga sudah hafal dengan gerak-gerik Jonathan yang sedang tertimpa masalah.Selesai memberi perintah kepada Rebecca, Jonathan masuk ke dalam lift bersama Adam. Ia menghubungi nomor ponsel Abraham. Tapi sayang ponsel Abraham tidak aktif. Jonathan menebak jika calon mertuanya itu sedang berada di kantor pemerintahan karena saat ini adalah jam kantor.“Sial,” desis Jonathan.“Halo, apakah Nona Moris tidak ada di mansionnya?” Jonathan
“Nona Moris,” Lily menyapa Magdalena.“Kau pasti kekasihnya Adam. Lily, kan, namamu?” tebak Magdalena.“Benar Nona.”“Ayo masuk.” Magdalena menarik tangan Lily. Namun ia berhenti setelah mengingat Adam.“Adam, aku bawa Lily ke dalam. Nanti jam lima sore kau bisa menjemputnya.”“Baik, Nona.”“Lily cantik, pantas kau memilihnya.” bisik Magdalena.Adam hanya tersenyum sambil menggaruk rambutnya.“Sudah, sana pergi. Nathan pasti sudah menunggumu di kantor.”“Baik, Nona.” Adam melambaikan tangan kepada Lily sebelum pergi ke kantor Smith Corp.***“Bagaimana? Kau sudah mengantarkan kekasihmu ke rumah Lena?” tanya Jonathan yang baru saja tiba di kantor.“Sesuai perintah dari Tuan.”“Bagus.”“Tuan tidak bertanya, bagaimana reaksi Nona Moris saat bertemu Lily?” Adam kesal karena Jonathan tidak mencari tahu reaksi tunangannya saat Adam membawa Lily.Jonathan tersenyum tipis, “Dia pasti sangat senang. Senyumnya sangat lebar dan dia tak henti-hentinya bersenandung.”Adam mengernyit, “Tanpa bertemu
“Tuan Adam.” Lily kaget melihat kedatangan Adam yang tiba-tiba.“Boleh, aku masuk?”Lily mempersilakan Adam masuk. “Tuan, ada apa?” Lily takut jika ibunya Adam akan marah jika Adam kembali berhubungan intens dengannya.“Lily, jangan panggil aku, Tuan. Panggil saja Adam.” Sebenarnya Adam rindu, tapi ia menahan diri untuk tidak menyentuh gadis itu karena takut jika Lily akan marah.“Tuan, saya tidak ingin melanggar apa yang sudah saya ucapkan kepada ibu Anda.”Adam menghela napas, sungguh sulit meluluhkan hati Lily semenjak ibunya dengan keras memberi peringatan kepada gadis itu agar menjauhi dirinya.“Tuan Smith ingin meminta bantuanmu.” Adam berharap dengan membawa nama Jonathan, Lily akan memperlakukannya sedikit hangat.“Tuan Smith?” Lily kaget karena Jonathan yang terkenal dingin dan tak tersentuh itu tiba-tiba ingin meminta bantuannya.“Boleh aku duduk?” tanya Adam.“Oh, silakan duduk.” Lily lupa mempersilakan Adam untuk duduk.“Terima kasih,” Adam duduk. Namun ia merasa tidak ena
Maria ingin menghubungi orang yang bisa menolongnya dari jeratan Ronald. Namun sayang ponselnya saat ini sedang mati karena baterainya kosong.“Ayolah Nona Soriano. Kau tidak bisa mengelak dari kemauanku.” Ronald tetap saja menarik Maria hingga masuk ke dalam mobilnya. Saat ini kemarahannya harus dilampiaskan. Apalagi Maria adalah partnernya untuk menghancurkan Jonathan Smith. Tentu saja keadaan hatinya yang sedang marah harus ia bagi adil dengan Maria.‘Sialan,’ Maria mengumpat dalam hatinya. Dalam keadaan setengah tidak sadar ia bersumpah akan menghancurkan Ronald. Ia juga tidak peduli jika laki-laki itu juga mempunyai misi yang sama untuk menghancurkan Jonathan.***“Ada apa? Kenapa sudah hampir seminggu ini kau di rumah dan tidak kemana-mana?” tanya Abraham kepada Magdalena.“Aku hanya ingin beristirahat, Pa. Sebelumnya aku sempat kelelahan dan badanku sedikit terasa pegal-pegal.” dusta Magdalena yang tidak ingin memberitahukan larangan Jonathan padanya.“Jangan berbohong, Lena. Pa
“Sialan, brengsek! Dia telah menghinaku,” umpat Ronald yang saat ini telah sampai di hotel yang ditempatinya. Ia mengamuk, mengobrak-abrik isi seluruh kamar hotel yang ditempatinya.“Tenanglah, Tuan.” ucap Alex, asisten pribadinya Ronald.“Tenang katamu?” Ronald langsung menarik kerah bajunya Alex. “Kau tidak melihat bagaimana wajah si keparat itu ketika menghinaku? Penolakannya sungguh sangat membuat wibawaku turun. Kau tahu, selama ini tidak ada satu pun orang yang pernah memandangku dengan sebelah mata. Namun si Jonathan Smith itu berani-beraninya merendahkanku di pertemuan pertama kami.”“Tenanglah, bukankah sebelumnya Nona Soriano sudah memperingatkan Anda akan kelebihan dari Tuan Smith?”“Sialan,” Ronald melempar tubuh Alex ke dinding. “Aargh,” Alex mengerang.“Kau memujinya?”“Saya hanya mengingatkan Anda, Tuan. Tentu saja saya ingin kebaikan di pihak Tuan. Saya bekerja untuk Tuan.” ucap Alex ketakutan.“Ke mana perginya wanita itu?” Ronald menanyakan keberadaan Maria.“Sepert
“Tuan Smith,” Ronald langsung menyambut kedatangan Jonathan yang baru saja keluar dari lift.“Silakan masuk,” ucap Jonathan dingin.“Nona Rodriguez, sediakan dua minuman dingin untuk kami.”“Baik, Tuan.” Rebecca langsung menuju ke pantry untuk membuatkan minuman yang diminta oleh Jonathan.Sedangkan itu Adam langsung mengikuti langkah dari Jonathan dan Ronald. Ia sudah merasa jika ada hal yang tidak beres dengan sikap Jonathan. Maka dari itu ia tidak mau meninggalkan Jonathan sendirian untuk berhadapan dengan Ronald. Adam takut jika emosi Jonathan tidak stabil dalam menghadapi musuh bisnisnya. Walaupun Jonathan belum mengatakan jika Ronald adalah musuhnya. Namun Adam bisa merasakan aura buruk yang dipancarkan oleh Jonathan terkait dengan kedatangan Ronald Robinson.“Tuan, silakan diminum.” Rebecca datang dengan membawa dua gelas cocktail dingin untuk Jonathan dan Ronald.“Terima kasih, Nona Rodriguez.” ucap Jonathan.“Terima kasih, Nona manis.” Ronald mengucapkannya dengan nada yang se
"Pantas saja Jonathan Smith sangat setia, putri Abraham Smith sangatlah cantik." puji Ronald saat menatap photo Magdalena di berita online."Ck," Maria berdecak kesal."Akui saja, Nona Soriano. Kalau pesonamu tidak bisa mengungguli Magdalena Morris. Kau tidak akan patah hati sehingga ditolak oleh Jonathan Smith." cibir Ronald."Cukup sudah aku mendengarkan ocehanmu. Sekarang apa rencana kita untuk menghancurkan Jonathan Smith?""Aku harus bertemu dulu dengan laki-laki itu sambil menunggu orang-orangku yang menyelinap untuk mencari informasi penting di Smith Corporation.""Heh," Maria kecewa. "Lalu kenapa kau mengajakku bertemu?" Maria berkacak pinggang."Sebagai tuan rumah, harusnya kau menjamu tamu penting sepertiku." Ronald mendekati Maria sambil mengelus pipinya."Lupakan itu, aku tidak akan menjual tubuhku." Maria ingin meninggalkan kamar hotel tempat pertemuannya dengan Ronald. Namun kedua penjaganya Ronald menghalangi kepergian Maria."Apa maksudnya ini?""Jangan berpura-pura bod