Home / Urban / DUKU (DUDA KUAT) / 2. Baso Beranak

Share

2. Baso Beranak

last update Last Updated: 2021-11-03 11:22:15

Satria dan Ramlan sudah duduk di kursi sebuah restoran baso yang cukup terkenal di kawasan perbatasan antara Bekasi dan Jakarta. Masing-masing sudah menghabiskan dua gelas es teh manis karena kehausan sepanjang perjalanan. 

Gadis yang bernama Salsa belum juga datang. Perut Ramlan sudah keroncongan, begitu juga Satria. 

"Coba lu telepon, Ram, udah di mana teman lu itu?" tanya Satria sambil melirik jam tangan barunya. Jam tangan yang memang ia pakai pada saat-saat tertentu seperti ini, guna menarik perhatian lawan jenis.

"Dia itu, teman dari teman sepupu ipar saya, Bos. Jadi bukan teman saya."

"Ya sama aja Ramlan! Kan lu yang mau ngenalin ke gue. Masa iya gue nanya sama temennya temen sepupu ipar lu?" Satria mulai merasa taringnya sebentar lagi akan keluar. Ramlan terbahak, sambil mengeluarkan ponselnya.

"Yah, pantesan daritadi gak nyambung, Bos. Saya baru ingat, saya gak ada pulsa," kata Ramlan sambil menyeringai lebar. Satria memutar bole mata malasnya, lalu mengeluarkan ponselnya yang berlogo apel digigit, kemudian ia berikan pada Ramlan.

"Potong gaji lu ya?" ancam Satria dengan ujung bibir kanan yang naik sedikit.

"Jangan pelit-pelitlah, Bos. Harus banyak sedekah biar urusan kita dipermudah."

"Ya udah cepat sana telepon!" Satria sudah semakin tidak sabar. Bolak-balik ia menatap ke area parkir, berharap wanita cantik dan kuat yang diceritakan Ramlan segera datang.

"Gak diangkat, Bos. Duh, ke mana tuh orang ya? Biasanya tidak pernah telat," gumam Ramlan sambil menyerahkan kembali ponsel Satria.

Seorang wanita turun dari motor gede memakai jaket hitam, kaca mata hitam, helem besar warna hitam, dan juga sepatu booth warna hitam. Karena meja pilihan Satria dekat dengan parkiran motor, sehingga tampilan cewek mengendarai moge seharga setengah milyar menjadi pusat perhatian hampir semua pengunjung restoran.

"Nah, itu dia, Bos," tunjuk Ramlan dengan mata berbinar.

"I-itu, cewek naik moge itu?" tanya Satria dengan mata mendelik kaget. Detak jantungnya tiba-tiba saja semakin tidak beraturan, bukan karena parasnya yang cantik. Satria sedang memikirkan berapa uang belanja yang harus ia berikan jika ia beristrikan wanita yang memakai moge seharga setengah milyar.

"Pulang yuk!" ajak Satria pada Ramlan. Duda itu menarik tangan Ramlan. Tentu saja temannya itu kebingungan dengan sikap Satria. Tadi saja sudah tidak sabar ingin bertemu, sekarang giliran sudah tiba, malah mengajak pulang.

"Bos, ye ... masa pulang? Kenapa emangnya? Tungguin dulu, dia lagi beresin jaketnya." Ramlan menahan lengan Satria dan menarik bosnya itu untuk duduk kembali di kursi.

"Ram, lu yang bener ajalah kalau ngasih gue kenalan cewek. Motornya aja setengah milyar harganya Ramlan. Gue mau ngasih uang belanja berapa kalau dia jadi bini gue? Semprul gue dilelang juga belum tentu bisa kebeli itu motor." Satria menggaruk rambutnya yang tidak gatal. 

"Halo, Bang Ramlan, dan ini pasti Bang Kuat ya? Perkenalkan saya Salsa." Gadis berwajah manis berambut panjang itu mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan. Pada Satria dan juga Ramlan.

"S-saya Satria," ujar Satria gugup.

"Loh, namanya bukan Bangku?" tanya balik Salsa yang tidak paham dan terus saja memperhatikan lelaki berwajah tampan di depannya ini.

"Kok Bangku?" Kali ini Satria dan Ramlan bertanya secara serempak.

"Iya, katanya nama Abang Kuat, ya BangKuat'kan, kalau namanya Satria, berarti BangSat. Benar tidak? Hayo, pilih, mau saya panggil Bangku atau Bangsat?" Ramlan tertawa lebar tanpa berani mengeluarkan suara. 

"Gak ada yang saya pilih, Mbak. Panggilan saya Satria," jawab Satria dengan wajah merah antara menahan malu dan juga marah.

"Oh, Bangsat aja kalau gitu ya?" 

"Jangan disingkat, Mbak. Duh, lengkap saja manggilnya, Satria atau Abang Satria," terang Satria lagi.

"Oke, saya setuju BangSat juga gak papa. Eh, Bang Satria maksudnya," ujar Salsa sambil memperlihatkan barisan giginya yang rapi. 

"Wah, udah habis dua gelas kayaknya nih. Saya boleh pesan makanan atau minuman tidak?" tanya Salsa pada dua pria yang masih tidak bersuara sambil memandangnya.

"Boleh, Mbak, pesan aja." Satria menyodorkan buku menu ke depan Salsa.

"Mbak, saya mau pesan!" panggil Satria pada salah satu pelayan restoran baso yang tengah berdiri tak jauh dari meja kasir. Wanita pelayan itu datang sambil menyunggingkan senyum ramah.

"Ya, Mas, mau pesan apa?" tanya pelayan itu sambil memegang pensil dan buku catatan kecil.

"Saya baso telur dan ...."

"Saya baso urat, Bos. Minumnya es teh manis lagi saja," sela Ramlan dengan tak sabar.

"Mbak pesan apa?" tanya Satria pada Salsa. Wanita kurus tinggi semampai ini terlihat sangat menjaga pola makannya, hal itu bisa dilihat dari postur tubuhnya yang lebih mirip anggota girl band Korea.

"Baso beranak ada, Mbak?" tanya Salsa pada pelayan itu.

"Ada, Mbak."

"Anaknya berapa?"

"He he he ... saya gak hitung, Mbak."

"Sukurlah, saya kirain baso di sini pada ikut program KB. Dua anaknya saya gak mau ya. Saya maunya banyak anak." Salsa melirik Satria yang sudah berkeringat dingin. 

"Baik, Mbak. Saya pesan baso beranak banyak mercon dua porsi, nasi goreng 2 porsi, tempe mendoan ada ya? Berarti pakai tempe mendoan. Jangan lupa kerupuknya yang banyak. Minumnya es kelapa jeruk 3 gelas dan jus timun 2 gelas."

Satria dan Ramlan saling pandang. Wajah keduanya sama-sama pucat pasi. Mereka sama sekali tidak menyangka, bahwa wanita yang bernama Salsa porsi makannya mengalahkan kuli bangunan jaman Fir'aun.

"Ram, gue ke kamar mandi dulu ya?" ujar Satria sambil berbisik.

"Mau ngapain?" tanya Ramlan ketakutan.

"Mau numpang nangis."

_Bersambung_

Comments (8)
goodnovel comment avatar
Ayune Kitchen
ngakak....mantep thor .........
goodnovel comment avatar
Fika Hendra Oyon
sekian banyak novel yang udah aku baca ini yang paling gokil.........sampai sakit perut aku tu.........
goodnovel comment avatar
Mom L_Dza
...... ngakak aku bacanya... BangSat mau nangis.. eh BangKu gak kuat dengar pesanannya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • DUKU (DUDA KUAT)   3. Menggali Kuburan

    "Jadi, umur Abang berapa?" tanya Salsa pada Satria sambil mengunyah tempe mendoan pesanannya."Dua puluh sembilan tahun, Mbak.""Oh, saya dua puluh lima. Apa pekerjaan Abang?" tanya Salsa lagi."Saya usaha kecil-kecilan," jawab Satria masih dengan jantung yang berdetak kocar-kacir."Sekecil apa?""Dua ruko bengkel motor dan sepuluh pintu kontrakan," jawab Satria jujur. Salsa nampak tersenyum sambil mengangguk paham."Abang gak mau tahu pekerjaan saya apa?" tantang Salsa kali ini sambil mengorek sedikit dalam hidungnya. Satria dan Ramlan menahan napas melihat adegan tidak tahu malu di depan mereka.Bahu Satria langsung melemah, saat melihat Salsa mengorek hidungnya seperti menggali kuburan. Begitu antusias dan nampak dalam. Antara jijik dan juga enneg. Apa Salsa memang jorok? Ataukah hanya ingin mengetesnya saja?"Maaf, Bang. Ada yang kering di depan lobang sini, jadi saya gak betah," ujar Salsa saat melihat ek

    Last Updated : 2021-11-03
  • DUKU (DUDA KUAT)   4. Pesan dari Miyabi

    Khusus dewasa ya.Part agak panas. Siapin kipas.“BangKu lagi apa?”Kening Satria berkerut saat baru saja akan tidur, ada nomor asing yang mengirimkannya pesan. Tidak mungkin dari mantan-mantan istrinya, karena mereka pasti mengirimkan pesan dengan kata-kata penuh hormat. Walaupun mereka sudah tidak sakit lagi, tetap saja mereka menghormati dirinya. Satu-satunya wanita yang memanggilnya BangKu adalah Salsa.“Ini Salsa ya?”Send“Miyabi, Bang.”Huk! Huk! Huk!Satria terbatuk-batuk. Ia kaget bukan kepalang, karena mendapat pesan dari Miyabi. Cepat Satria menekan profile picture si pengirim pesan WA. Benar saja, bukan wajah Salsa, melainkan gambar pakaian dalam yang seksi. Tidak salah lagi, ini pasti benar Miyabi.Dengan jari yang gemetar dan tubuh mendadak panas, Satria membuka aplikasi google translate. Ia yakin, Salsalah yang memberikan nomornya pada model p

    Last Updated : 2021-11-03
  • DUKU (DUDA KUAT)   5. Salah Paham

    Pukul enam pagi, rumah Satria sudah dipenuhi oleh para tetangga dari kampung mereka dan juga kampung sebelah untuk melihat calon istri Satria yang baru. Mereka sangat penasaran bagaimana rupa dari artis panas yang bernama Miyabi. Walau rata-rata orang kampung yang tidak terlalu paham dengan kehidupan ibu kota, tetapi untuk satu nama itu mereka sangat hapal."Keren ya, Bang Satria bisa dapat Miyabi. Cantik loh orangnya, badannya juga mulus banget. Saya punya kasetnya. Bukan kaset saya sih, kaset suami saya," ujar seorang ibu pada tetangganya yang ikut mengintip dari jendela rumah Bu Maesaroh."Kaset apa sih?" tanya ibu yang memakai daster ungu."Emangnya kaset apa, Mpok? Mak pinjam nanti ya?" sambung Mak Piah yang ternyata juga udah ada di sana."Ha ha ha ... Mak, jangan pakai ikut-ikutan. Rajin aja baca Yasin, kalau udah dekat waktunya gini, mah.""Ha ha ha ..." suasana menjadi semakin riuh saat satu dua orang saling bercanda menimpali."Kas

    Last Updated : 2021-11-03
  • DUKU (DUDA KUAT)   6. Semak-semak

    Petaka kehebohan Miyabi yang diciptakan oleh Satria, ternyata tidak hanya berlangsung di lingkungan rumah. Ketika pria itu sampai di bengkelnya, ia sudah diserbu oleh enam orang karyawan yang menanyakan perihal kejelasan hubungannya dengan artis papan ranjang;Miyabi."Wah, Bos ... selamat ya. Gak nyangka saya, Bos Satria bisa membuat seorang Miyabi bertekuk lutut. Ini semua pasti karena ada sumbangsih dari BangKuat. Ck, gak nyangka saya, Bos. Keren banget. Seru ya, Bos? Tempat tidur ambruk gak, Bos?" Pertanyaan demi pertanyaan membuat kepala Satria semakin pusing."Belum lama minta dikenalin sama cewek, malah udah dapat Miyabi aja, Bos. Salut saya, Bos," puji Ramlan sambil menepuk pundak Satria. Asistennya itu ikut masuk ke dalam ruangan khusus Satria dan duduk di depan Satria untuk mendengarkan hal yang sebenarnya."Cerita dong, Bos," seru Ramlan penasaran. Satria tertawa pendek, lalu duduk di kursi kebesarannya dengan wajah begitu bahagia."

    Last Updated : 2021-11-03
  • DUKU (DUDA KUAT)   7. Sales Kond*m

    Tanpa menunggu lama, Satria langsung menyalakan lagi motornya, bersiap hendak meninggalkan wanita yang ia kenal bernama Salsa. Namun sepertinya tenaga Salsa lebih kuat. Wanita itu menahan motor Satria dengan seluruh tenaganya, sehingga Satria tidak bisa ke mana-mana."BangSat kenapa mau langsung pergi? Bukannya kita sudah janjian?" tanya Salsa keheranan. Tangannya masih menahan bagian depan motor Satria."Saya gak merasa janjian sama Mbak Salsa. Saya ada janji dengan orang lain," jawab Satria datar."Gimana sih, tadi janjian mau ketemu saya di sini. Nih, saya aja masih nyimpen riwayat chat kita." Salsa menunjukkan ponselnya pada Satria, hingga lelaki itu pun tergugu dengan bahu yang merosot. Jadi, semalaman ia sudah salah orang. Bukannya Miyatun, tetapi Salsa. Wanita yang dikenalkan Ramlan padanya. Namun kali ini Salsa mengendarai motor matic sama seperti motornya, bukan motor gede seperti waktu itu."Hhuft ... BangSat bikin saya bingung deh.

    Last Updated : 2021-11-03
  • DUKU (DUDA KUAT)   8. Meniup Balon

    Napas Satria benar-benar sesak dan Bu Mae pun segera memanggil Mak Piah;tukang urut ternama di kampung mereka. Kebetulan juga, rumah Mak Piah bersebelahan dengan rumah Satria.Bu Mae berlari ke rumah Mak Piah, lalu mengetuk pintu rumah wanita tua itu dengan tergesa-gesa.Tok! Tok!"Mak, buka! Ini Mae!" seru Bu Mae dengan suara kencang. Namun Mak Piah belum juga membukakan pintu."Mak, buka! Ini Mae, Mak!" Tangan Bu Mae masih terus menggedor pintu rumah tukang urut itu, tetapi belum juga dibukakan pintu. Bu Mae tidak kehabisan akal, dia harus mengeluarkan kalimat ajian agar pintu segera dibuka."Mak, Satria sesek, dia butuh ..."Cklek"Siapa sesek? Satlia? Ayo, sebelum mati." Mak Piah berjalan melewati Bu Mae begitu saja dengan wajah tanpa dosa. Ibu dari Satria itu hanya bisa menggelengkan kepala sambil menghela napas berat. Segera ia menyusul Mak Piah yang sudah lebih dahulu masuk ke dalam rumahnya. Padahal setahu Bu Mae, jalan

    Last Updated : 2021-11-05
  • DUKU (DUDA KUAT)   9. Rumah Sakit

    Part Serius.Jan pada ketawa.****Napas Satria sudah lebih tenang setelah dipasang oksigen dan juga infus. Matanya terpejam walau tidak lelap dan Bu Mae masih setia menemani anaknya yang terbaring lemah di brangkar rumah sakit.Kamar perawatan kelas tiga dipilih Bu Mae karena sesuai dengan kelas BPJS yang dibayarkan setiap bulannya. Untungnya tidak terlalu banyak pasien. Hanya ada dua brangkar yang terisi dan salah satunya Satria.Jam sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Seorang perawat masuk dan membereskan brangkar tepat di samping Satria. Bu Mae terbangun dari tidurnya dan saat ingin berjalan ke kamar mandi, ia melihat seorang petugas tengah menyiapkan brangkar. Memasang seprei dan juga sarung bantal."Mau ada pasien baru ya, Sus?" tanya Bu Mae penasaran."Iya, Bu. Pasiennya masih di bawah. Ditangani dokter IGD," terang perawat sambil memasang selimut di ranjang."Kalau umurnya panjang berarti di bawa ke sini ya, tap

    Last Updated : 2021-11-05
  • DUKU (DUDA KUAT)   10. Kunjungan Salsa

    Mendengar kabar bahwa Satria tengah dirawat di rumah sakit membuat Salsa menjadi iba dan ia pun berencana akan mengunjungi Satria sebelum pergi ia butiknya.Sejak pagi Salsa sudah repot di dapur membuat makanan yang akan dibawa ke rumah sakit. Melihat sang putri tengah asik di depan kompor, membuat Juwi yang baru saja keluar dari kamar, turut tersenyum senang."Masak apa sih anak, Bunda?" tanya Juwi menghampiri Salsa."Masak aer," jawab Salsa pendek."Buat apa? Buat mandi?" Juwi melihat panci kecil yang tengah berada di atas kompor dalam keadaan mendidih."Bukan, Bun, bikin mi rebus. Teman Salsa sakit, jadi Salsa mau bawain makanan." Juwi mengangguk paham."Orang sakit gak boleh makan mi instan, Sa, nanti tambah sakit loh. Kenapa gak bawain roti aja?""Mi rebusnya untuk Salsa sarapan. Habis sarapan baru Salsa siap-siap jenguk dan beliin roti atau buah di jalan," jawab Salsa sambil menyeringai. Juwi merasa anak sulungnya te

    Last Updated : 2021-11-05

Latest chapter

  • DUKU (DUDA KUAT)   99. Gara-gara Barbel (Ending)

    Bep! Bep!Suara dering ponsel membuat konsentrasi Satria terpecah. Ia mencoba abaikan, tetapi dering itu tak juga berhenti hingga memekakkan telinga."Angkat dulu saja, Bang," kata Salsa pada suaminya."Ya udah deh!" Satria turun dari tubuh Salsa, lalu tangannya memanjang untuk meraih ponsel."Ibu Suri," kata Satria pada Salsa."Halo, assalamualaikum, Bu, ada apa telepon?""Eh, songong lu! Emangnya gue gak boleh telepon? Lu ada di sana juga kalau bukan gue ngeden banget, gak bakalan lu keluar, Satria. Jadi yang sopan sama orang tua."Ha ha ha ha ... Salsa tertawa mendengar ocehan ibu mertua pada suaminya. Ia bisa mendengarnya dengan jelas karena Satria menyalakan loudspeaker."Iya, Bu, maksudnya ada apa? Apa Ibu sakit?""Bukan gue yang sakit, tapi Bagus lu! Gimana dia kabarnya? Udah mendingan belum?""Ini baru mau dijajal lagi, Bu.""Oh, berarti udah lu obatin?""Udah, Bu.""Begini, kata

  • DUKU (DUDA KUAT)   98. Nonton Bioskop

    Salsa berhasil mengeluarkan biji durian yang tersangkut di tenggorokan Satria, walau dengan penuh perjuangan. Segelas teh hangat ia buatkan dengan penuh cinta kasih untuk suami tercinta, agar rasa pedih di tenggorokannya hilang."Abang tahu gak, kalau yang Abang lakukan tadi berisiko membuat saya menjadi janda untuk kedua kalinya?" Salsa menatap suaminya dengan wajah iba. Satria membuang pandangannya, tak sanggup untuk membalas tatapan Salsa. Ia sangat malu dengan kekuatan serta perbuatannya yang konyol."Jangan diulangi ya, Bang. Cukup Abang berolah raga rutin dan jangan stres. Tiket yang waktu itu saya berikan sebagai kado ulang tahun Abang dan Mbak Haya sudah diberikan Ibu pada saya. Karen jangka waktu berlakunya untuk satu tahun, maka kita bisa menggunakannya untuk kita berbulan madu.Salsa tahu Abang pasti stres berat. Ingin memberikan yang terbaik untuk Salsa, malah keadaan sebaliknya yang terjadi. Jadi, besok sore kita berangkat ya? Sekarang S

  • DUKU (DUDA KUAT)   97. Satria Pergi ke Rumah Sakit

    Satria merasa sangat menderita dengan kekuatannya yang menghilang. Ia bahkan sangat malu pada istrinya karena hal memalukan ini."Bang, sudah, jangan dipikirkan, apa Abang mau ke dokter? Kita periksa ke dokter, gimana?" tanya Salsa sambil menyandarkan kepalanya di lengan suaminya. Satria hanya bisa mendesah penuh penderitaan."Ayo, kita ke dokter, konsultasi, siapatahu dokter ada solusi untuk kita," bujuk Salsa lagi dengan lemah lembut."Melamun seperti ini tidak akan memberikan solusi. Kalau Abang sayang sama Salsa, berarti Abang harus ikut saran Salsa." Kali ini suara istrinya terdengar serius."Ya sudah, ayo, kita ke dokter." Salsa tersenyum senang, lalu melayangkan satu ciuman di pipi kekasih halalnya.Keduanya berangkat ke rumah sakit dengan menaiki motor besar Salsa yang memang berada di lobi parkir hotel."Ya ampun, motor ini berat banget, Sa. Kamu kuat sekali bisa wara-wiri dengan kendaraan seperti ini,"

  • DUKU (DUDA KUAT)   96. Kesedihan Pengantin Baru

    "Ya sudah, Bang, jangan sedih gitu! Gak papa kok cuma sebentar. Salsa maklum." Salsa mengusap rambut suaminya dengan penuh sayang."Abangnya yang gak terima, Sa. Masa sebentar banget? Belum juga keringetan, belum sesak napas, baru tiga kali tarik ulur napas, masa udahan sih? Duh, gimana ini?" Satria meremas rambutnya dengan kesal. Ia terduduk sambil bersandar di punggung ranjang. Sangat malu untuk menatap wajah Salsa yang sebenarnya tidak terlihat menderita."Nanti dia coba lagi, Bang. Kata Ibu waktu itu, Abang bisa tujuh kali dalam sehari, kalau memang Abang sudah sembuh Alhamdulillah, paling tidak bisa berkurang sedikit. Salsa juga masih sakit ininya, pedih," kata Salsa lagi dengan wajah malu-malu."Maafin Abang ya, Sa. Kita mandi lagi yuk, setelah itu sarapan. Oh, iya, siapatahu di kamar mandi nanti Bagus bisa satu kali lagi." Satria tersenyum sangat lebar. Ia teringat pernah habis-habisan melakukannya dengan Haya waktu itu karena kamar mand

  • DUKU (DUDA KUAT)   95. Malam Pengantin Season 4

    "Mae, kemalin acala Satlia untung gak hujan ya? Emangnya lu jadi lempalin sempak ke genteng hotel?" komentar Mak Piah yang menghampiri Bu Mae di tukang sayur keliling.Si Abang tukang sayur dan beberapa ibu-ibu yang ada di sana tertawa mendengar pertanyaan Mak Piah."Ha ha ha ... Mak, nama saya Maesaroh, bukan Spidermae, ha ha ha ... Gimana caranya saya lemparin sempak bekas pakai ke genteng hotel? Naiknya gimana? Ha ha ha ....""Gue kilain jadi, Mae, soalnya gak hujan," timpal Mak Piah."Harusnya lempal sempak gue ya, bial panas sehalian. Semalam jam sebelas malah hujan, jadinya becek deh ini," kata Mak Piah lagi."Kalau sempak Emak yang dilempari, hujan kagak, longsor ia, ha ha ha ... Dah, ah, saya mau rebahan dulu, cape semaleman ngitungin amplop dari ibu-ibu. Soalnya isinya dua ribuan semua. Satria, walau udah nikah, tetap aja nyusahin gue.""Bener, Bu, saya ampe nukerin uang dua ribuan ke pom bensin unt

  • DUKU (DUDA KUAT)   94. Malam Pengantin Season 3

    "Eh, Abang kenapa bangun? Sudah pagi ya?" Salsa menggosok kedua matanya dengan kuat sambil menoleh ke kanan untuk melihat jam dinding. Keningnya mengerut dalam saat melihat jarum pendek masih ada di angka tiga. "Masih subuh, Bang, tidur lagi aja," kata Salsa malah berbalik memunggungi Satria. Istrinya nampak sangat mengantuk, hingga suara dengkurannya kembali terdengar jelas. Satria mendekat untuk mengecup kepala Salsa, lalu ia membetulkan letak selimut istrinya."Bagus, nasib kamu sedang kurang bagus malam ini. Kita tidur lagi saja ya, besok sehabis salat subuh kit aja Puspa main petak umpet," bisik Satria pada media tempurnya.Satria kembali memeluk Salsa dari belakang dan ikut memejamkan mata. Rasanya sangat nyaman bisa tidur memeluk kekasih halalnya.Sementara itu, wanita single parent yang bernama Haya, tidak bisa tidur sepanjang malam. Hari ini adalah hari pernikahan Satria dan ia tahu itu dari Wahyu. Walau sudah tinggal ber

  • DUKU (DUDA KUAT)   93. Malam Pengantin Season 2

    Seorang dokter yang dipanggil Salsa ke kamar, tengah memeriksa kedua kaki Satria. Dokter menyarankan Satria untuk beristirahat malam ini tanpa ada aktifitas yang menguras tenaga. Dokter juga memberikan vitamin yang bisa langsung diminum Satria agar esok hari kakinya bisa sembuh dan tenaganya kembali pulih."Terima kasih atas bantuannya, Dok," kata Salsa saat mengantar dokter wanita itu keluar dari kamarnya."Sama-sama, Mbak, semoga suaminya lekas sembuh ya," jawab dokter itu sambil tersenyum.Salsa kembali masuk ke dalam kamar pengantin yang sudah dihias sangat sempurna dan terkesan begitu gagah, karena ada banyak barbel di setiap sudut ruangan. Barbel warna-warni miliknya yang sengaja dicat agar tidak terlalu kelihatan seperti barbel.Taburan kelopak mawar merah dan putih di sepanjang karpet beludru hingga sampai di atas ranjangnya, menambah kesan romantis di dalam kamar."Sa, maafkan Abang ya, gara-gara kaki laknat ini gak

  • DUKU (DUDA KUAT)   92. Ahay ... Pengantin Baru

    "Mae, lu punya nomol HP penghulu yang tadi nikahin Satlia gak?" tanya Mak Piah saat keduanya duduk bersampingan tengah menikmati puding."Kagaklah, adanya nomor HP Malaikat Izrail? Mau?" Bu Mae terkikik geli mendengar jawabannya untuk Mak Piah."Lu mah, gue nanya benelan juga. Kalau ada, gue mau, Mae. Siapatahu aja penghulunya duda, ya kali gue bisa daftar, he he he ....""Jadi apanya, Mak?""Jadi istelinya dong, masa jadi penunggu pohon, ha ha ha ...." Bu Mae terus saja tertawa saat berbincang dengan Mak Piah. Sikap suudzonnya terhadap Mak Piah sudah benar-benar pergi setelah kebenaran yang dikatakan oleh Mak Piah.Sebuah kejutan yang belum sempat ia katakan secara detail pada Satria. Ia ingin membuktikan bahwa ucapan Mak Piah itu benar, sehingga ia tidak mau memberitahukan pada Satria terlebih dahulu."Bu Mae, selamat ya," ucap para tamu undangan yang datang menghampirinya yang tengah asik berbincang dengan Mak Piah. 

  • DUKU (DUDA KUAT)   91. Tidur di Hari Pernikahan

    "Satria ... Lu mau bangun kagak?" bisik Bu Mae gemas sambil mencubit pinggang anaknya. Namun Satria tak gentar, ia masih terus menunduk tidur."Maaf ya, Pak, tadi saat didandani, Satria minum antimo, udah gitu semalam dia jaga lilin, gak tidur, jadinya anak saya ngantuk berat," kata Bu Mae tak enak hati pada dua petugas KUA yang sedang menahan tawa memperhatikan Satria."Oh, pantes aja, Bu. Harusnya diminumin vitamin, madu, atau jamu, biar kuat saat resepsi dan malam pengantin. Jangan antimo, Bu," sahut salah satu petugas sambil tertawa. Bu Mae hanya bisa tersenyum tipis; karena merasa tidak enak hati dengan semua mata yang menatap ke arahnya.Sebuah ide muncul di kepalanya, jika dengan mantra ini anaknya tidak bangun juga, terpaksa ia akan melakukan hal yang lebih nekat."Satria, kalau lu gak mau bangun, pengantin lu gue tuker Mak Piah ya?"KrekSontak Satria terbangun dengan mata segarisnya. Ia menoleh ke kanan dan

DMCA.com Protection Status