Home / Romansa / DUDA KHILAF / 21. MAIN KEJAR-KEJARAN

Share

21. MAIN KEJAR-KEJARAN

Author: Herofah
last update Last Updated: 2022-06-13 12:34:42

"Wildan, sepertinya kamu melupakan tongkatmu sewaktu berlari tadi? Kenapa kamu muntah? Kupikir aroma masakanku sangat enak," ujar Vanilla tanpa rasa dosa.

Sebuah gerakan secepat kilat dari Wildan membuat Vanilla tak bisa menghindar.

Lelaki itu berbalik dan merapatkan tubuh Vanilla di dinding, menguncinya. Kedua tangan Vanilla ditahannya kuat menempel di sisi kepala gadis itu.

"Heh, kamu mau ngapain?" Jerit Vanilla saat wajah Wildan yang terlihat mengerikan itu berada begitu dekat dengan wajahnya. Bahkan hembusan napas lelaki itu terasa menerpa kulit wajahnya.

"Apa maksud kamu menaruh belatung-belatung itu di atas makananku? Kamu mau meracuniku hah? Iya? Apa ini salah satu rencanamu dengan Argan? JAWAB!" Tegas Wildan dengan gertakan rahangnya yang mengeras. Wildan semakin menekan tubuh Vanilla ke dinding membuat Vanilla kesakitan dan sesak napas.

"Lepas!" Ucap Vanilla berontak dan berusaha melepaskan diri, tapi sialnya tenaga Wildan saat itu benar-benar kuat. "Aku cuma mau membuktikan
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Indah Hayati
ngokil bangat sih kalian apalagi vanilla ada aja ide gila nya lanjut lagi thor makin seru ini
goodnovel comment avatar
Murni Aty
pinterrr kmu vanilla..
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • DUDA KHILAF   22. PERJANJIAN DI ATAS HITAM DAN PUTIH

    "Ini!"Vanilla memberikan sederetan persyaratan yang baru saja dia tulis di atas sebuah kertas HVS.Sederetan persyaratan yang harus Wildan penuhi jika lelaki itu tidak mau Vanilla memutuskan untuk kembali bertukar tempat dengan Vanessa."Aku pastikan sekali lagi, bahwa aku sama sekali nggak ada sangkut pautnya dengan rencana busuk Om Haris dan Argan untuk menghancurkanmu. Hubunganku hanya sebatas dengan Vanessa saja. Dan mengenai masalah apakah Vanessa terlibat dengan rencana yang Om Haris dan Argan susun, aku sendiri nggak tahu menahu dan sama sekali nggak berniat untuk mengetahuinya karena hal itu nggak penting! Jadi, jika kamu mau melaporkan aku ke polisi karena tuduhan penipuan, itu artinya mau nggak mau kamu harus menerima Vanessa kembali, apa itu yang kamu mau Tuan Wildan yang terhormat?" Tanya Vanilla dengan rasa percaya dirinya yang teramat sangat. Vanilla tahu bahwa dirinya kini mulai bisa menguasai keadaan. Terlebih saat Wildan yang terus memohon padanya untuk tidak menghub

    Last Updated : 2022-06-14
  • DUDA KHILAF   23. PERTEMUAN RAHASIA

    Sejak hari di mana Wildan memberikan perintah pada Vanilla untuk kembali menjalin hubungan dekat dengan Argan, semakin hari Vanilla memang terlihat semakin akrab dengan lelaki itu.Tidak hanya di kantor, tapi saat gadis itu di rumah pun, Vanilla seringkali telepon-teleponan dengan Argan.Dan hebatnya Vanilla, dia dengan terang-terangan melakukan semua itu di depan Wildan.Seperti saat dirinya yang memancing Argan untuk menciumnya saat dirinya sedang bersama Wildan di dalam ruang kerja Wildan.Mengingat yang Argan ketahui bahwa Wildan itu buta, dengan leluasanya Argan masuk ke dalam ruangan direktur utama untuk bertemu Vanilla.Lelaki itu dengan cepat memanfaatkan keadaan, memeluk dan mendaratkan sebuah ciuman manis di pipi Vanilla dan semua itu terjadi di hadapan Wildan.Sementara Vanilla sendiri berpikir jika cuma sekadar pelukan dan cipika-cipiki pipi saja, dia masih mau melakukannya demi melaksanakan tugas yang diperintahkan Wildan padanya, tapi jika untuk ke tahap yang lebih intim

    Last Updated : 2022-06-15
  • DUDA KHILAF   24. INFORMASI

    Sejak awal, Vanilla sudah punya firasat buruk atas gerak-gerik Aji yang mencurigakan.Dari masalah kedatangan lelaki paruh baya itu yang begitu tiba-tiba dan beberapa perkataan Aji yang menegaskan bahwa kini dirinya sedang terlibat dalam hutang besar dengan rentenir.Ya, Aji mengatakan pada Vanilla bahwa dia sedang membutuhkan banyak uang untuk melunasi hutang-hutang tersebut, tapi Aji tak ingin merepotkan sang menantu dengan meminta secara cuma-cuma pada Wildan melainkan dengan cara yang lebih halus, yakni bergabung dengan Haris dan Argan untuk bersama-sama menghancurkan Wildan. Lagipula, dengan begini, persenan yang akan didapatkan Aji pastinya lebih besar daripada Aji harus mempertaruhkan harga diri dengan meminta uang pada Wildan secara langsung.Dan, akhirnya di sinilah Vanilla berada. Duduk di dalam sebuah kafe elit di selatan Jakarta bersama tiga orang lelaki yang memiliki segudang pikiran jahat dan buruk terhadap Wildan.Hebatnya, kini mereka sedang berusaha memanipulasi Vanil

    Last Updated : 2022-06-16
  • DUDA KHILAF   25. VANILLA DALAM BAHAYA

    Vanilla baru saja melaporkan informasi yang berhasil dia dapatkan dari pertemuannya dengan Haris, Argan dan Aji pada Wildan.Gadis itu tersenyum bangga dan merasa bahwa apa yang telah dia lakukan adalah sesuatu yang hebat dan pantas diapresiasi.Meski saat itu, kekakuan ekspresi Wildan membuat Vanilla jadi ngeri sendiri.Sepertinya, Wildan terlihat sangat marah setelah mendengar isi percakapan itu."Aku nggak bisa menunggu lagi, Raga! Rekaman ini sudah cukup menjadi bukti bahwa Haris dan Argan sudah menjadi tersangka atas kasus kecelakaan yang menimpaku di tol! Aku akan segera melaporkan mereka ke polisi!" Ucap Wildan saat itu. Lelaki itu bangkit dari duduknya dan meremas kepalanya frustasi. Berjalan mundar-mandir seperti setrikaan di hadapan Vanilla dan Raga."Tenang, Bos. Sepertinya kita perlu rekaman Video yang dimiliki Aji untuk lebih memperkuat kejahatan Haris dan Argan," timpal Raga dengan sikapnya yang tenang."REKAMAN VIDEO APALAGI?" Jerit Wildan, membuat Vanilla terlonjak kag

    Last Updated : 2022-06-17
  • DUDA KHILAF   26. TERHASUT

    Di dalam sebuah gudang tempat di mana Haris menaruh barang-barang pribadinya yang tak terpakai, seorang wanita tengah terduduk di lantai dalam posisi tubuh yang bersandar ke dinding dan kedua kaki yang selonjoran. Kedua tangan dan kaki wanita itu terikat. Bahkan mulutnya pun tertutup lakban.Perlahan-lahan mata sayup sang wanita mulai terbuka. Kesadarannya mulai kembali sedikit demi sedikit.Kepalanya pening. Pandangannya berkabut. Dia berusaha membuka mata, namun keadaan di sekelilingnya saat itu begitu gelap. Hanya ada seberkas cahaya yang mengintip masuk melalui ventilasi di atas pintu yang terhubung dengan ruangan di sebelahnya yang terang benderang. Mata si wanita masih berkedip-kedip. Kepalanya bergerak ke kanan dan ke kiri menatap keadaan sekitar, namun dirinya tetap tak bisa menangkap apapun saking gelapnya ruangan tersebut.Ketika kesadarannya sudah sepenuhnya kembali secara sempurna, Vanilla meronta dan menarik-narik tali yang mengikat kedua tangan dan kakinya. Panik. Vanill

    Last Updated : 2022-06-18
  • DUDA KHILAF   27. MENGOBATI LUKA

    Setelah berhasil memanjat tembok belakang kediaman pribadi Haris, dibantu oleh Argan, Vanilla pun berhasil melarikan diri.Berlari tanpa alas kaki, Vanilla mendatangi pangkalan ojek terdekat dan meminta diantarkan ke kediaman Wildan."Darimana Neng? Kok nggak pakai sandal?" Tanya si tukang ojek saat mereka sedang diperjalanan."Udah cepetan anterin saya pulang ke rumah suami saya, Pak, nggak usah banyak tanya," omel Vanilla saat itu.Sesampainya di kediaman Wildan, Vanilla melihat ada sebuah mobil polisi terparkir di sana.Perasaan was-was Vanilla semakin menguat tatkala dia masuk dan melihat Wildan, Raga, beberapa anggota kepolisian dan Ibunya, Kenari sedang berkumpul di ruang tamu rumah besar itu."Ibu?" panggil Vanilla dengan segenap perasaannya yang berkecamuk.Bukan hanya Kenari saja yang menoleh ke ambang pintu, namun Wildan, Raga dan anggota polisi pun ikut menoleh dan menatap Vanilla dengan penampilan Vanilla yang acak-acakkan.Bahkan saat melihat Vanilla tak memakai alas kaki

    Last Updated : 2022-06-19
  • DUDA KHILAF   28. DALAM TODONGAN SENJATA

    Setelah tahu apa yang terjadi menimpa Ibunya, Vanilla terus mendesak Wildan agar lekas menyelamatkan sang Ibu.Gadis itu terus menangis tanpa henti.Bahkan Vanilla sempat nekat berlari keluar untuk mencari ibunya sendirian, jika saat itu Wildan tidak mengejar dan menyelamatkannya, bisa jadi nyawa Vanilla sudah terancam bahaya karena Vanilla hampir saja tertabrak mobil ketika menyebrang jalan.Sungguh, ini kali pertama Wildan melihat Vanilla begitu kacau seperti ini. Perempuan itu seolah kehilangan pijakan atas dirinya sendiri, tak bisa dikendalikan hingga akhirnya Wildan terpaksa mendatangkan dokter dari klinik saat Vanilla terus menerus mengamuk di kamar karena Wildan menguncinya.Kini, Vanilla dalam fase tenang setelah pihak dokter menyuntikkan obat tidur berdosis rendah untuknya.Wildan memasuki kamar Vanilla dan mendapati Vanilla sudah memejamkan mata, meski saat itu Vanilla masih terus saja menggumamkan nama ibunya bahkan yang lebih membuat hati Wildan tersayat adalah ketika dia

    Last Updated : 2022-06-20
  • DUDA KHILAF   29. KALIMAT LARANGAN!

    "Lepaskan Vanilla dan Ibunya jika kamu tidak ingin melihat Ayahmu mati sia-sia!" Ancam sebuah suara dari arah pintu yang baru saja berhasil di dobrak.Sontak Argan dan Edwin menoleh ke arah suara dan mendapati Wildan datang bersama Haris dengan kepala Haris yang tertodong pistol oleh Wildan.Melihat sang Ayah dalam keadaan bahaya, Argan jelas terkejut.Lelaki itu bangkit berdiri dan langsung menarik Vanilla bangkit bersamanya.Argan menjadikan Vanilla sebagai sandranya juga."Oke, jika kamu ingin perempuan ini selamat, maka lepaskan Ayahku!" Ancam Argan yang saat itu membekap tubuh Vanilla dari belakang dengan sebelah tangan lain yang menodongkan senjata ke kepala Vanilla.Vanilla yang saat itu sudah tak mampu berontak akibat benturan yang cukup keras di kepalanya hanya bisa terkulai pasrah dalam dekapan Argan.Beberapa polisi termasuk Raga tampak bersiaga di belakang Wildan.Mereka menodongkan senjata secara bersamaan ke arah Argan dan Edwin yang saat itu juga sudah menyandera Kenari

    Last Updated : 2022-06-22

Latest chapter

  • DUDA KHILAF   24. KETAKUTAN VANESSA

    "Mahessa mau ajak Wildan untuk bertukar pasangan malam ini dan dia bilang kalau kamu sudah menyetujuinya, benar begitu Nil?" tanya Vanessa yang langsung mengkonfirmasi ucapan Mahessa padanya tadi pagi setelah dia mendapat kesempatan untuk berbincang secara empat mata dengan Vanilla.Saat itu, sepasang wanita kembar tersebut sedang berada di salah satu area permainan ski di St.Moritz.Vanilla yang sedang menyesap cokelat panasnya seketika terbatuk mendengar ucapan Vanessa.Buru-buru dia meraih tissue untuk mengelap sudut bibirnya yang terkena coklat."Aku nggak salah dengerkan? Bertukar pasangan?" ucap Vanilla yang malah tertawa seolah apa yang diucapkan Vanessa hanyalah lelucon."Iya," jawab Vanessa mengangguk cepat.Lagi, Vanilla malah tertawa. "Kamu kenapa sih Nes? Dari kemarin kok ngomongnya ngaco terus?"Seketika kerutan di kening Vanessa menjelas. "Ngaco bagaimana?" tanyanya bingung. Tak habis pikir dengan sikap santai Vanilla yang kelihatan begitu tenang. Padahal jelas-jelas, Van

  • DUDA KHILAF   23. PROMISE

    "Aku benci ibuku! Aku benci perempuan seperti dia! Karena dia Ayah dipenjara dan tidak lagi menyayangiku! Aku benci ibuku, Vi!" ucap seorang bocah lelaki pada seorang bocah perempuan di teras sebuah tempat ibadah di lapas tahanan khusus pria.Bocah lelaki itu menangis meski tanpa isakan, hingga sebuah tangan mungil terjulur membelai pipinya untuk mengusap air mata yang menetes."Nasib kita sama ya Yas? Aku juga benci sama Ibuku. Karena dia lebih menyayangi saudaraku daripada aku!" ujar si bocah perempuan yang dipanggil Vi tadi.Sang bocah lelaki yang bernama Yasa itu mendongak menatap polos ke arah Vi."Apa mungkin, Tuhan mempertemukan kita karena kita memang berjodoh?" tanya Yasa saat itu.Vi tertawa kecil dengan wajah tersipu dan menjadi terkejut saat tiba-tiba Yasa mengaitkan jari kelingking mereka."Kamu maukan janji sama aku, Vi?" tanya Yasa saat itu."Janji apa?""Kalau kamu sudah besar nanti, jaga dirimu baik-baik ya. Jangan menjadi perempuan seperti ibuku, nanti aku akan membe

  • DUDA KHILAF   22. KEBOHONGAN

    Hari sudah hampir tengah malam, tapi Mahessa belum juga pulang.Entah kenapa, kekhawatiran menggelayuti benak Vanessa saat itu, bahkan saat dia menanyakan keberadaan Mahessa pada supir pribadi lelaki itu, tapi Pieter mengatakan bahwa sejak sore tadi, majikannya itu sama sekali tidak menghubunginya untuk meminta dijemput, jadi, dia tidak tahu menahu di mana Mahessa berada saat ini."Kamu belum tidur, Nessa?" sapa Wildan yang kebetulan berpapasan dengan Vanessa di tangga.Saat itu, Wildan hendak ke dapur untuk membuatkan Vanilla susu.Vanessa tersenyum tipis seraya menggeleng. "Aku tidak bisa tidur," jawabnya pelan."Loh, kenapa? Bukannya tadi kamu bilang hari ini sangat melelahkan? Apa kamu sakit?" tanya Wildan lagi.Belum sempat Vanessa menjawab, Pieter datang tergesa dari arah luar memasuki rumah besar itu.Langkah lelaki berkumis tipis itu berhenti tepat di bawah tangga."Nona Vanessa, saya baru saja mendapat telepon dari pemilik salah satu Club malam di Zurich, katanya, Tuan Mahess

  • DUDA KHILAF   21. JARAK ANTARA CINTA DAN BENCI

    Seharian ini, kedua pasang pengantin baru itu puas berkeliling kota Zurich.Di pagi hari, mereka menaiki kapal mengelilingi Danau Zurich, lalu berkunjung ke sisi utara danau sambil melihat sejumlah perumahan dan villa menarik.Vanilla tak hentinya berdecak kagum saat menikmati indahnya suasana sekitar dengan pancaran sinar matahari di tengah hawa sejuk sekeliling danau.Siang harinya, usai makan siang bersama di sebuah restoran ternama di Zurich, mereka berkunjung ke Rapperswill, yang dikenal sebagai kota bunga mawar.Rapperswill terletak di ujung timur Danau Zurich. Sebutan tersebut disematkan lantaran kebun-kebun publik di sana memiliki lebih dari lima belas ribu bunga mawar.Dari jumlah tersebut, sebanyak enam ratus jenis bunga mawar dapat mereka temui di sepanjang jalan kota tua abad pertengahan tersebut.Terakhir, Vanilla mengajak Wildan, untuk menaiki Tuk tuk.Tuk tuk merupakan transportasi sejenis bajaj yang kerap terlihat di Thailand.Selama berada di Zurich, para wisatawan as

  • DUDA KHILAF   20. SEBUAH RENCANA

    Wildan terbangun saat sorot matahari sudah terang benderang.Angin sepoi-sepoi masuk melalui jendela yang terbuka dan mengayun-ayun tirai putih tipis yang menghalanginya.Suara gemericik air dari aliran sungai Geneva terdengar samar.Menatap ke sekeliling, kening lelaki berpiyama abu-abu itu seketika mengernyit.Kenapa aku ada di sini?Pikir Wildan membatin saat menyadari keberadaannya di dalam kamar pribadinya bersama Vanilla.Wildan meremas kepalanya sekilas, mencoba mengais kembali ingatan tadi malam.Sialnya, Wildan tak mengingat apapun kecuali dirinya yang mendengar suara Mahessa berbicara untuk pertama kalinya dengan Vanilla di kebun belakang itu."Sebenarnya, sejak awal aku sudah tahu bahwa Vi yang asli adalah Vanessa, bukan kamu."Ya, hanya sederet kalimat itulah yang berhasil Wildan ingat, karena setelahnya, yang dia ketahui, dia merasa seperti ada seseorang yang membekapnya dari arah belakang hingga membuatnya tak sadarkan diri.Apa mungkin dia berhalusinasi?Tapi rasanya ti

  • DUDA KHILAF   19. SEBUAH PENGAKUAN

    Malam itu, akhirnya Vanilla menemui Mahessa setelah berembuk cukup lama bersama sang suami.Meski awalnya Wildan melarang keras sang istri untuk pergi, namun, setelah Vanilla memberikan pengertian pada sang suami dan meyakinkan Wildan bahwa semua akan baik-baik saja, akhirnya Wildan pun pasrah dan membiarkan sang istri pergi, dengan catatan, Vanilla harus merekam seluruh percakapannya dengan Mahessa di kebun belakang agar Wildan tahu apa yang Mahessa ingin bicarakan dengan istrinya malam ini.Rasa kantuk yang awalnya dirasakan Wildan menguap begitu saja begitu Vanilla sudah keluar dari kamar.Lelaki itu menggeram tertahan sambil menepuk sisi tempat tidur lalu meremas kepala frustasi.Menatap kembali daun pintu kamar, Wildan yang tak mau ambil resiko jika Mahessa akan berbuat hal yang tidak-tidak terhadap Vanilla pun akhirnya memutuskan untuk menguntit kepergian Vanilla dan menguping langsung pembicaraan sang Kakak Ipar dan istrinya itu.Saat itu, Wildan menangkap sosok Mahessa dan Van

  • DUDA KHILAF   18. SEBUAH PESAN

    Setelah seharian ini puas menikmati suasana di dalam mansion mewah milik Mahessa, Vanilla dan Wildan yang baru saja selesai menyantap makan malam bersama dengan Mahessa dan juga Vanessa tampak memasuki kamar pribadi yang disiapkan khusus untuk mereka beristirahat.Sadar ada yang berbeda dari sikap sang suami, begitu dirinya dan Wildan sudah merebahkan diri bersama di tempat tidur, Vanilla pun merangsek memepet tubuh sang suami untuk memeluknya."Wil?" panggil Vanilla ketika Wildan baru saja mematikan lampu nakas."Hm?""Kamu kenapa? Kok seharian ini banyakan diemnya sih? Biasanya juga bawel," tanya Vanilla sambil mengerucutkan bibir.Helaan berat napas Wildan membuktikan bahwa lelaki itu memang sedang dilanda sesuatu yang membebani pikirannya dan hal tersebut jelas membuat Vanilla jadi khawatir."Apa, ini ada sangkut pautnya sama Mahessa?" tanya Vanilla lagi karena Wildan tak juga angkat bicara."Boleh aku tanya sesuatu sama kamu?" ucap Wildan kemudian.Vanilla sedikit mendongak menat

  • DUDA KHILAF   17. SEANDAINYA SAJA...

    Keesokan harinya, setelah sarapan pagi lalu check out dari hotel tempat mereka singgah, sebuah Limousine mewah sudah menunggu kedatangan dua pasang pengantin baru itu di depan lobi hotel.Tak perlu ditanya lagi siapa pemilik mobil super mewah itu, karena Wildan dan yang lain sudah bisa menebak bahwa Mahessa lah orangnya.Ya, siapa lagi?Toh setelah ini pun mereka akan pergi ke mansion mewah milik Mahessa yang berada tepat di tepi Danau Geneva.Memasuki kendaraan mewah itu, manik hitam Vanilla seolah tak mampu berkedip, saking terkesima dengan apa yang dia lihat di bagian dalam mobil tersebut."Bagus banget mobilnya, Wil!" seru Vanilla berbisik di telinga sang suami. Namun, akibat keheningan di dalam mobil, jadilah bisikan tersebut mampu tertangkap oleh yang lain. Dan hal tersebut sukses membuat Wildan merasa malu."Kamu kan udah sering naik mobil bagus di Jakarta, jangan norak deh!" balas Wildan yang juga jadi berbisik sambil sesekali melempar senyum ke arah Mahessa dan Vanessa di had

  • DUDA KHILAF   16. TERLALU MISTERIUS

    "Kamu tau Nessa? Apa alasan utamaku mengajakmu dan Vanilla ke Switzerland?" ucap Mahessa kemudian.Vanessa tak menjawab karena masih terlalu sesak dengan tangisannya."Karena aku ingin menyelamatkan kalian dari Aro!" lanjut Mahessa lagi, memberitahu.Vanessa menyeka air matanya, menatap Mahessa bingung. "Apa maksudmu?" tanyanya tak mengerti.Mahessa menghela napas berat seraya menyandarkan kepalanya ke sofa. Memejamkan mata seolah dirinya hendak melepas penat.Hal itu dia lakukan dalam beberapa menit sebelum akhirnya sepasang mata hitam itu kembali terbuka dan menatap ke arah Vanessa yang masih menunggu jawaban atas pertanyaannya."Saat ini, Aro dan komplotannya sedang berada di Indonesia--""APA?" pekik Vanessa dengan wajah yang teramat sangat terkejut. Bahkan belum sempat Mahessa menyelesaikan ucapannya, Vanessa sudah lebih dulu memotongnya.Menatap lekat sosok Vanessa, sebuah senyum miring terbit di wajah Mahessa. "Apa kamu takut?" tanya lelaki itu kemudian.Perasaan was-was kian m

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status