Home / Romansa / DUDA KHILAF / 10. SAKITNYA DIKHIANATI

Share

10. SAKITNYA DIKHIANATI

Author: Herofah
last update Last Updated: 2022-03-28 19:07:24

"Dan inilah yang sudah saya katakan sejak awal mengenai penyakit yang Pak Malik derita selama ini, bahwa penyakit impoten yang Pak Malik derita bukan berasal dari faktor organik, tapi psikogenik. Semua ini hanya Pak Malik sendiri yang mampu menjawabnya, karena dari semua pemeriksaan medis, tidak ada yang bermasalah dalam diri Pak Malik. Pak Malik sehat secara fisik, hanya saja, batiniah Pak Maliklah yang selama ini terganggu. Mungkin, tidak cukup ketika Pak Malik dinyatakan sudah sembuh dari penyakit depresi yang pernah Pak Malik derita belasan tahun lalu, karena pada kenyataannya, dalam diri Pak Malik, Pak Malik belum bisa menerima takdir yang telah ditetapkan Tuhan terhadap diri Pak Malik," jelas seorang dokter yang selama ini menjadi Dokter pribadi Malik dalam menangani penyakit yang dideritanya.

Malik dan sang Dokter kini sudah selayaknya sepasang teman karib karena semua rahasia pribadi terkelam yang pernah Malik rasakan dalam hidupnya kini sudah diketahui oleh sang Dokter.

"Apa saya perlu berkonsultasi pada dokter kejiwaan, Dokter Prin? Karena belum lama ini, saya mengalami ereksi secara tiba-tiba saat ada seorang wanita yang menyentuh saya," tanya Malik dengan suaranya yang lemah dan putus asa. Pada akhirnya Malik tidak bisa menyembunyikan hal ini dari dokter yang memeriksa dirinya di rumah sakit.

"Benar begitu?" tanya Dokter bernama Prin itu. Dia terlihat antusias mendengar kemajuan yang dialami pasiennya.

"Benar Dok. Tapi anehnya, saya hanya mampu ereksi jika saya berdekatan dengan perempuan itu saja. Dengan perempuan lain, tetap tidak bisa," ucap Malik memperjelas.

Dokter Prin mengerutkan kening. "Apa Pak Malik sudah mencobanya dengan perempuan lain selain wanita yang Pak Malik katakan tadi?" tanya sang dokter memastikan.

Malik mengangguk. "Ya Dok, saya sudah coba membuktikan dan kenyataannya penis saya memang tak bereaksi jika saya berhubungan dengan perempuan lain, selain dia..." Malik menggantung kalimatnya. Dan bahkan saat kini dirinya membayangkan wajah Isna dan betapa panas malam yang dilaluinya bersama Isna beberapa waktu lalu, milik Malik seakan terpancing untuk bereaksi.

Sebesar itukah pengaruh seorang Isna bagi Malik?

Malik benar-benar heran.

"Apa Pak Malik kenal dekat dengan perempuan itu? Maksud saya, apa perempuan itu sudah mengetahui hal ini? Tentang penyakit yang selama ini Pak Malik derita?"

Malik menggeleng. "Saya bahkan baru pertama kali bertemu dengannya saat dia hendak diperkosa oleh preman-preman jahat."

"Lalu?"

"Lalu... Lalu," Malik maju mundur untuk mengatakan apa yang telah dia lakukan kepada perempuan itu.

"Lalu saya dan dia menjalin hubungan baik sejak saat itu. Dia merasa berhutang budi pada saya karena telah saya tolong, terlebih saya juga ikut membantunya saat dia terlibat hutang dengan rentenir. Sejauh ini, hubungan saya dengan perempuan itu cukup dekat," ucap Malik pada akhirnya.

Bagaimana pun, apa yang telah dia lakukan terhadap Isna adalah sebuah tindakan kriminal yang tidak mungkin dia ceritakan pada orang lain, selain Emir, tentunya.

"Bagus kalau begitu. Jika memang kalian cocok satu sama lain kenapa tidak diresmikan saja. Bukankah dengan begitu, Pak Malik bisa terbebas dari penyakit yang selama ini Pak Malik derita?" saran sang dokter.

Malik menghembuskan napas berat.

Seandainya saja yang terjadi bisa semudah apa yang Dokter Prin katakan!

Sayangnya, semua itu kini menjadi rumit bagi Malik karena sikap Isna yang keras kepala.

Pada akhirnya Malik hanya bisa mengeluh dalam hati.

Apa mungkin dia harus berusaha lebih gigih lagi untuk bisa mengambil hati Isna?

Entahlah, sepertinya Malik pesimis.

Isna bukan tipe perempuan matre yang bisa luluh dengan uang. Gadis itu unik.

Dan keunikannya itulah yang justru semakin membuat Malik penasaran setengah mati pada Isna.

Terlebih, sampai detik ini, Malik masih belum mampu mendapat jawaban masuk akal mengenai alasan mengapa hanya dengan Isna dirinya mampu menjadi sosok lelaki jantan yang sesungguhnya?

*****

Isna baru saja keluar dari rumah sakit Cipta Medika setelah jam kerjanya berakhir, dia berjalan menuju halte Busway untuk langsung menuju resto tempatnya bekerja. Meski dia merasa sangat lelah, namun Isna tidak boleh lemah.

Dia harus bekerja lebih giat agar dia bisa segera melunasi semua hutang-hutangnya pada lelaki mesum bernama Malik itu.

Isna masih berjalan di tepi jalan saat tiba-tiba sebuah mobil mewah berhenti tepat di sebelahnya, memepet tubuh Isna.

Seorang lelaki muda dengan gayanya yang terlihat keren dan maskulin keluar dari dalam mobil, lelaki itu tersenyum pada Isna.

Dia Wildan, kekasih Isna.

"Hai cantik, mau kemana? Sendirian aja? Mau aku anter nggak?" goda Wildan dengan segala candaan recehnya. Lelaki itu kini sudah berdiri di hadapan Isna.

Tatapan Isna yang sinis membuat senyum lebar di wajah tampan Wildan surut.

Wildan mengangkat sebelah tangannya dan menempelkan punggung tangannya di kening Isna. Dingin, dan itu artinya Isna tidak sedang sakit.

Wildan hanya merasa aneh dengan sikap tak bersahabat yang ditampakkan Isna saat ini. Padahal mereka sudah tidak bertemu selama berbulan-bulan karena Wildan yang kini masih menempuh kuliah di salah satu perguruan tinggi di luar kota.

"Kamu kenapa sih?" tanya Wildan pada akhirnya.

Isna menelan salivanya susah payah. Rasa kecewanya yang bercampur dengan perasaan rindu terhadap lelaki ini membuat Isna tak tahu harus melakukan apa selain diam. Bahkan bodohnya, kedua bola matanya kini terasa kian memanas.

Nggak!

Aku nggak boleh nangis di depan Cowok brengsek macam Wildan!

Aku nggak boleh cengeng!

Ucap Isna meyakinkan dirinya untuk tetap tegar dan kuat.

Meski, sesungguhnya pesona Wildan sore ini membuat pandangan Isna jadi sulit berpaling.

"Hei, what's wrong with you? Apa kamu lagi ada masalah? Kamu bisa cerita sama aku, sayang..." ucap Wildan dengan penuh perhatian. Lelaki itu menyentuh kedua bahu Isna.

Isna masih terdiam dengan tatapan sinisnya.

Seandainya saja ponsel miliknya tidak hilang karena kejadian pemerkosaan itu, Isna tak perlu lagi menjelaskan apapun pada Wildan, dia hanya perlu memperlihatkan video mesum Wildan bersama wanita lain di dalam kostan lelaki itu saja.

Isna pikir hal itu sudah cukup membuat Wildan mengerti.

"Apa kamu marah karena aku nggak langsung temuin kamu pas aku baru tiba di Jakarta? Kan aku udah kirim pesan ke kamu kalau aku harus mampir ke Bandung dulu sebelum ke Jakarta. Tadi pagi aku juga telepon kamu, tapi nomor kamu nggak aktif. Aku baru sampai Jakarta tadi malam sayang," jelas Wildan panjang lebar.

Setelah berpikir keras cukup lama, akhirnya Isna memiliki ide yang cukup bagus untuk membalas perbuatan Wildan terhadapnya.

Meski sulit, Isna berusaha memulas senyum tipis. "Maaf kalau begitu, aku udah salah paham sama kamu," ucap Isna dengan sandiwaranya. "Hpku hilang, kecopetan. Makanya aku nggak tau kalau kamu ke Bandung dulu sebelum ke Jakarta," tambahnya lagi.

"Ya ampun, jadi sekarang kamu nggak pegang Hp dong?" Wildan terlihat prihatin. Sebab dia tahu bagaimana kesulitan hidup Isna selama ini.

"Tenang aja, nanti aku beli yang baru kalau gajian," jawab Isna santai.

"Kita beli sekarang ya," Wildan menggandeng lengan Isna hendak mengajak Isna masuk ke dalam mobilnya.

"Nggak usah!" tegas Isna menolak. Bahkan dia melepas genggaman tangan Wildan di lengannya.

Hal itu membuat Wildan semakin kebingungan. Sikap Isna benar-benar berbeda dari biasanya.

"Berhenti untuk mengasihani aku, Wil. Aku bisa mencukupi kebutuhan hidupku sendiri, terima kasih atas niat baik kamu," ucap Isna. "Sekarang, anterin aku aja ke Resto, aku nggak mau telat," Isna langsung masuk ke dalam mobil sang kekasih.

Wildan mengedikkan bahu. Berusaha memaklumi apa yang menjadi keputusan Isna. Sejauh ini, Wildan cukup paham bagaimana sejatinya sosok Isna yang mandiri dan tangguh. Isna yang pekerja keras dengan kepribadiannya yang tegas, membuat wanita itu memang terlihat kuat. Dan sebagai seorang lelaki, Wildan sangat bangga memiliki kekasih seperti Isna.

Selain cantik, lucu, menggemaskan, Isna itu sosok wanita yang sangat sederhana dan apa adanya. Jauh dari kesan matre. Bahkan tak jarang Isna menolak jika Wildan hendak membelikannya barang-barang mewah.

Contohnya seperti tadi.

Setengah jam perjalanan, akhirnya Wildan dan Isna sampai di restoran seafood tempat Isna bekerja.

"Aku pamit dulu ya, makasih udah anterin sampai sini," ucap Isna saat dirinya hendak keluar dari mobil Wildan.

Isna tersentak saat merasakan sebuah tangan menarik tangannya cukup kuat hingga tubuh Isna berbalik ke arah Wildan yang langsung memeluknya.

Wildan mendekap tubuh Isna dengan pelukan yang cukup erat. "Aku kangen banget sama kamu, Isna, maafin aku karena belum punya cukup banyak waktu untuk kamu. Tapi, aku janji, selepas aku lulus kuliah nanti, aku akan langsung lamar kamu. Kamu maukan menikah sama aku, Isna?" tutur Wildan panjang lebar. Wajahnya terbenam di ceruk leher Isna. Menghirup dalam-dalam aroma tubuh Isna yang sangat dia rindukan.

Hati wanita mana yang tidak meleleh mendengar apa yang baru saja diucapkan sang kekasih padanya. Sama halnya dengan Isna yang lagi-lagi merasakan nyeri di ulu hatinya ketika dia harus kembali teringat akan adegan demi adegan yang terjadi dalam video itu.

Bagaimana mungkin Wildan bisa begitu terlihat tulus di hadapannya, padahal di belakang Isna, lelaki ini sama brengseknya dengan lelaki kebanyakan yang hanya menginginkan selangkangan perempuan.

Tubuh Isna masih membeku dalam pelukan Wildan ketika pelukan itu tiba-tiba merenggang.

Wildan memang tak melepaskan tubuh Isna sepenuhnya karena dia masih ingin menikmati keromantisan mereka meski hanya untuk waktu yang singkat.

Kali ini Wildan hendak mencium bibir Isna namun aksinya gagal karena Isna yang langsung mengelak.

"Maaf, aku udah telat, Wil. Bye!"

Saat itu, Isna berlari keluar dari mobil Wildan sambil terus menyeka air matanya yang terus lolos keluar membanjiri pipinya.

Ternyata, sesakit ini rasanya dikhianati?

Terlebih, membohongi perasaan sendiri!

Membenci di saat hati masih sangat mencintai itu rasanya sangat sulit!

Related chapters

  • DUDA KHILAF   11. MAJU ATAU MUNDUR?

    "Halo, Wil?" ucap seorang lelaki di seberang. Dia baru saja menghubungi sahabat satu fakultasnya di Jogya yang bernama Wildan."Ya, ada apa?" tanya Wildan yang saat itu baru saja memparkirkan kendaraannya di depan restoran seafood tempat sang kekasih bekerja."Lo di mana? Clubbing yuk?""Sorry Yan, gue nggak bisa. Gue mau jemput Isna," jawab Wildan.Lelaki bernama Aryan yang menelepon Wildan tampak mengesah. Sebelah tangannya mengepal dengan ekspresi bengis yang nampak di wajah tampannya. "Gue kirain lo udah putus sama cewek itu?" ucapnya sinis."Putus? Putus gimana? Hubungan gue sama Isna baik-baik aja kali," ujar Wildan santai. Dia membuka pintu mobil untuk menunggu kedatangan Isna.Saat itu Aryan tidak berbicara apapun lagi dan langsung memutus sambungan teleponnya dengan Wildan, membuat lelaki berkemeja biru itu terheran-heran dengan tingkah sahabatnya.Palingan juga abis berantem lagi sama bokapnya!Gumam Wildan dalam hati.Wildan dan Aryan sudah saling mengenal saat mereka SD.Aw

    Last Updated : 2022-03-29
  • DUDA KHILAF   12. SEBUAH ARTIKEL

    Isna duduk termenung di Halte menunggu metromini lewat.Dia hendak pulang.Ditatapnya layar ponsel di tangannya.Tampil di wallpaper ponsel itu gambar dirinya bersama seorang lelaki yang telah memberikan ponsel itu secara cuma-cuma padanya, sekitar dua bulan yang lalu.*"Aku mau kamu terima ini. Kalau kamu tolak, aku akan marah," ucap Wildan saat lelaki itu memberikan Isna sebuah ponsel baru.Saat itu, malam terakhir Isna dan Wildan bertemu sebelum Wildan kembali ke Joyga untuk melanjutkan pendidikan.Isna terdiam dengan kedua tangan yang sudah menerima bungkusan berisi ponsel pemberian Wildan. Wildan memberikannya secara paksa."Jangan tersinggung. Aku beri kamu ponsel ini karena aku nggak mau kita sampai lose contact. Gimana aku bisa hubungi kamu di Jogya nanti kalau kamu nggak pegang Hanphone? Kalau aku kangen gimana? Kamu nggak kasian sama aku?" Suara Wildan terdengar manja. Jari telunjuknya menarik dagu Isna agar mendongak. Dia ingin menatap wajah Isna sampai puas malam ini.Sebe

    Last Updated : 2022-03-31
  • DUDA KHILAF   13. MENCARI HASNA

    "Yah? Nggak ada apa-apa? Kak Is nggak masak?" Uucap Hasna saat tak mendapati lauk pauk apapun di dapur. Padahal dia begitu lapar karena hari ini dia tidak jajan di sekolah."Kakakmu sakit, tadi pagi dia muntah-muntah pas lagi buat kue," jawab Dharma yang sedang menonton TV."Terus jadi nggak jualan hari ini?" tanya Hasna masih cemberut."Nggak. Tadi juga Bapak larang supaya nggak usah masuk kerja, tapi Isna kekeuh mau masuk kerja, yasudah. Katanya sudah minum obat."Hasna tidak menyahut. Gadis itu sibuk membuat mie di dapur. Dia tidak pernah terlalu perduli tentang apapun hal yang terjadi pada Isna, yang Hasna tau dirinya saat ini sangat lapar, dan dia harus segera makan.Selepas mie matang, Hasna memakannya di kamar.Gadis itu makan dengan lahap.Selesai makan, ketika sang Ayah tertidur, Hasna diam-diam masuk ke dalam kamar sang Kakak seperti yang biasa dia lakukan.Uang simpanan untuk ongkos kerja yang ditaruh Isna di selipan lipatan pakaian milik Isna diambilnya separuh.Hari ini H

    Last Updated : 2022-03-31
  • DUDA KHILAF   14. PREGNANT

    Isna hamil.Jalan 8 minggu.Itulah yang dikatakan oleh dokter klinik yang memeriksa Isna tadi.Kini, keadaan Isna terlihat kacau.Gadis itu tak henti menangis di dalam mobil Malik, sementara Malik sendiri tidak tahu harus melakukan apa.Rasa bersalahnya semakin besar pada Isna. Sayangnya Malik terlalu pengecut untuk mengakui kesalahannya kepada gadis itu.Gadis yang telah dia rusak masa depannya."Isna, apa sebaiknya kita pulang saja?" Tanya Malik memberanikan diri.Isna tersadar saat mendengar suara Malik menyapanya. Tangisnya perlahan mereda meski rasa sesak di dadanya tak kunjung menghilang.Dia sudah diperkosa dan kini dia harus mendapati dirinya hamil hasil pemerkosaan itu.Isna yang kalut, bingung dan takut hanya bisa menangis dan menangis. Dia bahkan tak tahu kemana dirinya harus mengadu saat ini. Bahkan Isna merasa dirinya kini kehilangan harga diri di hadapan Malik.Pasti lela

    Last Updated : 2022-04-01
  • DUDA KHILAF   15. MENYUAPI ISNA

    "Sekarang, coba jelasin sama Mba, apa yang terjadi sama kamu semalam?" Tanya Isna pada sang adik usai dia mengantar Malik pulang.Kedua kakak beradik itu duduk di depan ruang ICU.Hasna menunduk takut. Titik-titik air matanya mulai kembali berjatuhan."Hasna juga nggak tau Mba. Seingat Hasna, Julian ajak Hasna pergi ke sebuah tempat yang emang pemandangannya indah. Hasna sama Julian ngobrol banyak hal di sana sampai Hasna lupa waktu. Terus, pas Hasna ajakin Julian pulang, Julian tawarin Hasna minuman. Setelah itu Hasna nggak inget apa-apa lagi..." Hasna menghentikan kalimatnya akibat tangisannya yang kian merebak. Dadanya sesak, terlebih ketika ingatannya tertuju pada kejadian yang dia alami tadi pagi.Di mana ketika dirinya terbangun, Hasna sudah berada di dalam sebuah kamar hotel dengan tubuh tanpa busana.Dan...Bersama tiga orang lelaki yang jelas-jelas bukan Julian."Hasna nggak tau apa yang udah mereka lakukan sama

    Last Updated : 2022-04-03
  • DUDA KHILAF   16. KALIMAT ISNA YANG MENAKUTKAN

    Malik sudah memparkirkan kendaraannya di tepi jalan dekat gang rumah Isna.Itu artinya, kini waktunya dia berpisah dengan Isna yang harus kembali ke rumah."Makasih ya Om," kata Isna tersenyum."Oke, hati-hati,"Isna hendak membuka pintu mobil ketika dia teringat sesuatu. Ditariknya kembali tangannya dari handle pintu dan kembali berbalik menghadap Malik."Hm, mau mampir dulu ke rumah nggak Om? Ada yang mau saya bicarakan," ucap Isna setengah ragu.Kening Malik berkerut samar, dia menoleh jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul setengah sembilan malam."Kayaknya udah terlalu malam. Dan lagi di rumah kamu nggak ada siapa-siapa sekarang. Nggak enak sama tetangga. Bicara di sini saja bisa?" saran Malik.Lelaki itu hanya tak ingin jika dirinya sampai lepas kontrol seperti malam itu. Berada berdekatan dengan Isna bukan hal yang mudah bagi Malik karena lelaki itu harus susah payah mengendalikan perasaannya. Dan...

    Last Updated : 2022-04-04
  • DUDA KHILAF   17. KENAPA BISA BERDIRI?

    "Wildan sudah menghancurkan kepercayaan saya. Dia sudah mengkhianati saya. Itulah mengapa saya memutuskan untuk memilih Om Malik, pada akhirnya...."Malik tercenung.Dia tidak bisa menebak perasaan apa yang lebih mendominasi hatinya saat ini.Apa itu perasaan senang, cemas atau takut?Semua perasaan itu bercampur menjadi satu dalam benak Malik. Lelaki itu membalas genggaman tangan Isna. Ditatapnya lekat manik mata Isna yang hitam."Sebelumnya, saya nggak pernah merasa seyakin ini dengan seorang perempuan. Tapi dengan kamu, saya yakin jika penantian saya untuk mendapatkan pasangan yang memang benar-benar cocok untuk saya telah berakhir. Sesungguhnya kamu adalah perempuan yang saya cari selama ini. Saya harap, kamu bisa menerima segala kekurangan yang saya miliki Isna..." Ungkap Malik menjelaskan.Cukup bagi Malik merahasiakan soal malam di mana terjadinya kekhilafan itu, dan Malik tidak ingin menutupi apapun tentang kisah masa lal

    Last Updated : 2022-04-07
  • DUDA KHILAF   18. WAJAH ISNA BERUBAH

    "Saya lelaki normal, ya wajar kalau berdekatan dengan lawan jenis pusaka saya bereaksi, iyakan?"Kening Isna berkerut. Dia benar-benar bingung.Hingga setelahnya, satu kalimat yang terucap dari bibir Isna membuat Malik kembali terkejut."Bukannya Om itu impoten?" Tanya Isna to the point. Baru melihat milik Malik dari luar saja Isna sudah ngeri karena ukurannya yang cukup besar dan... Panjang...Isna buru-buru menggeleng.Kenapa otaknya jadi kotor? Pikir Isna membatin. Sekujur tubuhnya tiba-tiba merinding.Isna menelan salivanya sendiri sebelum dia kembali menatap Malik."Jadi Om sudah sembuh?" Tanya Isna lagi dengan wajah super polos."Dari mana kamu tahu soal ini?" Tanya Malik yang benar-benar bingung.Jika memang Isna mengetahui semua rahasia Malik dari orang lain, sudah Malik pastikan tersangka utamanya hanya Emir karena sejauh ini yang Malik tahu, orang terdekat Malik yang menjalin hubungan baik den

    Last Updated : 2022-04-08

Latest chapter

  • DUDA KHILAF   24. KETAKUTAN VANESSA

    "Mahessa mau ajak Wildan untuk bertukar pasangan malam ini dan dia bilang kalau kamu sudah menyetujuinya, benar begitu Nil?" tanya Vanessa yang langsung mengkonfirmasi ucapan Mahessa padanya tadi pagi setelah dia mendapat kesempatan untuk berbincang secara empat mata dengan Vanilla.Saat itu, sepasang wanita kembar tersebut sedang berada di salah satu area permainan ski di St.Moritz.Vanilla yang sedang menyesap cokelat panasnya seketika terbatuk mendengar ucapan Vanessa.Buru-buru dia meraih tissue untuk mengelap sudut bibirnya yang terkena coklat."Aku nggak salah dengerkan? Bertukar pasangan?" ucap Vanilla yang malah tertawa seolah apa yang diucapkan Vanessa hanyalah lelucon."Iya," jawab Vanessa mengangguk cepat.Lagi, Vanilla malah tertawa. "Kamu kenapa sih Nes? Dari kemarin kok ngomongnya ngaco terus?"Seketika kerutan di kening Vanessa menjelas. "Ngaco bagaimana?" tanyanya bingung. Tak habis pikir dengan sikap santai Vanilla yang kelihatan begitu tenang. Padahal jelas-jelas, Van

  • DUDA KHILAF   23. PROMISE

    "Aku benci ibuku! Aku benci perempuan seperti dia! Karena dia Ayah dipenjara dan tidak lagi menyayangiku! Aku benci ibuku, Vi!" ucap seorang bocah lelaki pada seorang bocah perempuan di teras sebuah tempat ibadah di lapas tahanan khusus pria.Bocah lelaki itu menangis meski tanpa isakan, hingga sebuah tangan mungil terjulur membelai pipinya untuk mengusap air mata yang menetes."Nasib kita sama ya Yas? Aku juga benci sama Ibuku. Karena dia lebih menyayangi saudaraku daripada aku!" ujar si bocah perempuan yang dipanggil Vi tadi.Sang bocah lelaki yang bernama Yasa itu mendongak menatap polos ke arah Vi."Apa mungkin, Tuhan mempertemukan kita karena kita memang berjodoh?" tanya Yasa saat itu.Vi tertawa kecil dengan wajah tersipu dan menjadi terkejut saat tiba-tiba Yasa mengaitkan jari kelingking mereka."Kamu maukan janji sama aku, Vi?" tanya Yasa saat itu."Janji apa?""Kalau kamu sudah besar nanti, jaga dirimu baik-baik ya. Jangan menjadi perempuan seperti ibuku, nanti aku akan membe

  • DUDA KHILAF   22. KEBOHONGAN

    Hari sudah hampir tengah malam, tapi Mahessa belum juga pulang.Entah kenapa, kekhawatiran menggelayuti benak Vanessa saat itu, bahkan saat dia menanyakan keberadaan Mahessa pada supir pribadi lelaki itu, tapi Pieter mengatakan bahwa sejak sore tadi, majikannya itu sama sekali tidak menghubunginya untuk meminta dijemput, jadi, dia tidak tahu menahu di mana Mahessa berada saat ini."Kamu belum tidur, Nessa?" sapa Wildan yang kebetulan berpapasan dengan Vanessa di tangga.Saat itu, Wildan hendak ke dapur untuk membuatkan Vanilla susu.Vanessa tersenyum tipis seraya menggeleng. "Aku tidak bisa tidur," jawabnya pelan."Loh, kenapa? Bukannya tadi kamu bilang hari ini sangat melelahkan? Apa kamu sakit?" tanya Wildan lagi.Belum sempat Vanessa menjawab, Pieter datang tergesa dari arah luar memasuki rumah besar itu.Langkah lelaki berkumis tipis itu berhenti tepat di bawah tangga."Nona Vanessa, saya baru saja mendapat telepon dari pemilik salah satu Club malam di Zurich, katanya, Tuan Mahess

  • DUDA KHILAF   21. JARAK ANTARA CINTA DAN BENCI

    Seharian ini, kedua pasang pengantin baru itu puas berkeliling kota Zurich.Di pagi hari, mereka menaiki kapal mengelilingi Danau Zurich, lalu berkunjung ke sisi utara danau sambil melihat sejumlah perumahan dan villa menarik.Vanilla tak hentinya berdecak kagum saat menikmati indahnya suasana sekitar dengan pancaran sinar matahari di tengah hawa sejuk sekeliling danau.Siang harinya, usai makan siang bersama di sebuah restoran ternama di Zurich, mereka berkunjung ke Rapperswill, yang dikenal sebagai kota bunga mawar.Rapperswill terletak di ujung timur Danau Zurich. Sebutan tersebut disematkan lantaran kebun-kebun publik di sana memiliki lebih dari lima belas ribu bunga mawar.Dari jumlah tersebut, sebanyak enam ratus jenis bunga mawar dapat mereka temui di sepanjang jalan kota tua abad pertengahan tersebut.Terakhir, Vanilla mengajak Wildan, untuk menaiki Tuk tuk.Tuk tuk merupakan transportasi sejenis bajaj yang kerap terlihat di Thailand.Selama berada di Zurich, para wisatawan as

  • DUDA KHILAF   20. SEBUAH RENCANA

    Wildan terbangun saat sorot matahari sudah terang benderang.Angin sepoi-sepoi masuk melalui jendela yang terbuka dan mengayun-ayun tirai putih tipis yang menghalanginya.Suara gemericik air dari aliran sungai Geneva terdengar samar.Menatap ke sekeliling, kening lelaki berpiyama abu-abu itu seketika mengernyit.Kenapa aku ada di sini?Pikir Wildan membatin saat menyadari keberadaannya di dalam kamar pribadinya bersama Vanilla.Wildan meremas kepalanya sekilas, mencoba mengais kembali ingatan tadi malam.Sialnya, Wildan tak mengingat apapun kecuali dirinya yang mendengar suara Mahessa berbicara untuk pertama kalinya dengan Vanilla di kebun belakang itu."Sebenarnya, sejak awal aku sudah tahu bahwa Vi yang asli adalah Vanessa, bukan kamu."Ya, hanya sederet kalimat itulah yang berhasil Wildan ingat, karena setelahnya, yang dia ketahui, dia merasa seperti ada seseorang yang membekapnya dari arah belakang hingga membuatnya tak sadarkan diri.Apa mungkin dia berhalusinasi?Tapi rasanya ti

  • DUDA KHILAF   19. SEBUAH PENGAKUAN

    Malam itu, akhirnya Vanilla menemui Mahessa setelah berembuk cukup lama bersama sang suami.Meski awalnya Wildan melarang keras sang istri untuk pergi, namun, setelah Vanilla memberikan pengertian pada sang suami dan meyakinkan Wildan bahwa semua akan baik-baik saja, akhirnya Wildan pun pasrah dan membiarkan sang istri pergi, dengan catatan, Vanilla harus merekam seluruh percakapannya dengan Mahessa di kebun belakang agar Wildan tahu apa yang Mahessa ingin bicarakan dengan istrinya malam ini.Rasa kantuk yang awalnya dirasakan Wildan menguap begitu saja begitu Vanilla sudah keluar dari kamar.Lelaki itu menggeram tertahan sambil menepuk sisi tempat tidur lalu meremas kepala frustasi.Menatap kembali daun pintu kamar, Wildan yang tak mau ambil resiko jika Mahessa akan berbuat hal yang tidak-tidak terhadap Vanilla pun akhirnya memutuskan untuk menguntit kepergian Vanilla dan menguping langsung pembicaraan sang Kakak Ipar dan istrinya itu.Saat itu, Wildan menangkap sosok Mahessa dan Van

  • DUDA KHILAF   18. SEBUAH PESAN

    Setelah seharian ini puas menikmati suasana di dalam mansion mewah milik Mahessa, Vanilla dan Wildan yang baru saja selesai menyantap makan malam bersama dengan Mahessa dan juga Vanessa tampak memasuki kamar pribadi yang disiapkan khusus untuk mereka beristirahat.Sadar ada yang berbeda dari sikap sang suami, begitu dirinya dan Wildan sudah merebahkan diri bersama di tempat tidur, Vanilla pun merangsek memepet tubuh sang suami untuk memeluknya."Wil?" panggil Vanilla ketika Wildan baru saja mematikan lampu nakas."Hm?""Kamu kenapa? Kok seharian ini banyakan diemnya sih? Biasanya juga bawel," tanya Vanilla sambil mengerucutkan bibir.Helaan berat napas Wildan membuktikan bahwa lelaki itu memang sedang dilanda sesuatu yang membebani pikirannya dan hal tersebut jelas membuat Vanilla jadi khawatir."Apa, ini ada sangkut pautnya sama Mahessa?" tanya Vanilla lagi karena Wildan tak juga angkat bicara."Boleh aku tanya sesuatu sama kamu?" ucap Wildan kemudian.Vanilla sedikit mendongak menat

  • DUDA KHILAF   17. SEANDAINYA SAJA...

    Keesokan harinya, setelah sarapan pagi lalu check out dari hotel tempat mereka singgah, sebuah Limousine mewah sudah menunggu kedatangan dua pasang pengantin baru itu di depan lobi hotel.Tak perlu ditanya lagi siapa pemilik mobil super mewah itu, karena Wildan dan yang lain sudah bisa menebak bahwa Mahessa lah orangnya.Ya, siapa lagi?Toh setelah ini pun mereka akan pergi ke mansion mewah milik Mahessa yang berada tepat di tepi Danau Geneva.Memasuki kendaraan mewah itu, manik hitam Vanilla seolah tak mampu berkedip, saking terkesima dengan apa yang dia lihat di bagian dalam mobil tersebut."Bagus banget mobilnya, Wil!" seru Vanilla berbisik di telinga sang suami. Namun, akibat keheningan di dalam mobil, jadilah bisikan tersebut mampu tertangkap oleh yang lain. Dan hal tersebut sukses membuat Wildan merasa malu."Kamu kan udah sering naik mobil bagus di Jakarta, jangan norak deh!" balas Wildan yang juga jadi berbisik sambil sesekali melempar senyum ke arah Mahessa dan Vanessa di had

  • DUDA KHILAF   16. TERLALU MISTERIUS

    "Kamu tau Nessa? Apa alasan utamaku mengajakmu dan Vanilla ke Switzerland?" ucap Mahessa kemudian.Vanessa tak menjawab karena masih terlalu sesak dengan tangisannya."Karena aku ingin menyelamatkan kalian dari Aro!" lanjut Mahessa lagi, memberitahu.Vanessa menyeka air matanya, menatap Mahessa bingung. "Apa maksudmu?" tanyanya tak mengerti.Mahessa menghela napas berat seraya menyandarkan kepalanya ke sofa. Memejamkan mata seolah dirinya hendak melepas penat.Hal itu dia lakukan dalam beberapa menit sebelum akhirnya sepasang mata hitam itu kembali terbuka dan menatap ke arah Vanessa yang masih menunggu jawaban atas pertanyaannya."Saat ini, Aro dan komplotannya sedang berada di Indonesia--""APA?" pekik Vanessa dengan wajah yang teramat sangat terkejut. Bahkan belum sempat Mahessa menyelesaikan ucapannya, Vanessa sudah lebih dulu memotongnya.Menatap lekat sosok Vanessa, sebuah senyum miring terbit di wajah Mahessa. "Apa kamu takut?" tanya lelaki itu kemudian.Perasaan was-was kian m

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status