Beranda / CEO / DUA ISTRI CEO / 5. Tak Bisa ke Lain Hati

Share

5. Tak Bisa ke Lain Hati

Penulis: Silver Eyes
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Sabrina menutup percakapan dengan Adam dengan perasaan campur aduk. Dia sudah memutuskan untuk menyetujui rencana Adam. Namun, emosi membuat dirinya tak menepati janji dan menuntut lebih. Hal ini membuat Adam bekerja keras untuk memberikan yang Sabrina minta. Dia bahkan rela mengambil risiko untuk berbohong kepada Maya dengan alasan pekerjaan agar bisa mendapatkan waktu berdua saja dengan Sabrina.

Mengetahui hal ini, Sabrina merasa sedikit malu walaupun dia senang akan kesungguhan Adam. Dia pun menyunggingkan senyuman tipis di bibir dan berencana akan memaafkan Adam atas perlakuannya semalam. Tidak, Adam tidak salah. Dialah yang salah. Dialah yang hampir berselingkuh dengan Leo semalam.

Tak hanya berciuman di depan kamar. Semalam, Sabrina hampir melakukan hubungan terlarang dengan Leo karena rayuan Sabrina sendiri walaupun Leo sudah menolak. Benar-benar sebuah pengkhianatan yang sempurna yang dilakukan Sabrina atas dasar ingin membalas dendam.

Tadi malam, Sabrina datang ke kamar Leo dan menangis, mengadukan semua penderitaan yang harus dia tanggung karena menjadi istri rahasia. Adam harus bersandiwara agar hartanya tak direbut oleh seorang wanita bernama Maya yang sudah dari dulu mengincar harta keluarga Adam. Leo yang sangat perhatian, berusaha menenangkan Sabrina.

"Sebaiknya kamu bercerai saja dengannya bila kamu tidak sanggup. Kamu tak tahu pasti sampai kapan harus menanggung penderitaan semacam ini, bukan?" nasihat Leo semalam setelah Sabrina mengadu. Dia membelai punggung mantan kekasihnya dengan rasa iba serta menawarkan segelas minuman kepada Sabrina.

Namun, Sabrina hanya bergeming beberapa saat. Dia tak sanggup meninggalkan Adam. Dia sangat tahu. Lebih dari siapa pun.

Tak hanya Leo, yang sangat tampan walaupun miskin. Sabrina pernah mencari beberapa pria lain yang sama tampan dan sama kaya dengan Adam. Hal yang tak sulit bagi wanita secantik Sabrina. Namun, hubungannya dengan mereka kandas di tengah jalan karena kesalahan yang sama saat dia menjalin hubungan dengan Leo. Dia tak bisa melupakan Adam.

Sayangnya, emosi semalam membuat Sabrina ingin membalas hal yang setimpal untuk Adam. Bila Adam bisa menyentuh dua wanita, dia juga bisa menyentuh dua pria. "Leo, bercintalah denganku!" ajak Sabrina dengan deraian air mata yang masih membasahi pipinya.

Leo menolak, "Aku tak mau kamu melakukan semua ini dengan motivasi dendam."

"Tapi kau tadi menciumku, 'kan?" protes Sabrina.

"Kau tak bilang kalau sudah menikah! Aku kira bisa melewati malam denganmu untuk mengenang masa lalu!" bantah Leo membela diri dari kesalahan yang tadi dia lakukan. Mana mungkin dia mengakui bahwa kecantikan Sabrina masih membuat hatinya berdesir?

Leo, bagaimanapun juga, masih teringat luka yang ditimbulkan Sabrina saat dia benar-benar jatuh cinta kepada wanita itu. Tepat saat Leo menyentuh Sabrina dengan penuh perasaan, tepat saat Leo akan mengatakan bahwa dia ingin melamar Sabrina dan hidup selamanya dengan wanita itu, tepat saat mereka berdua akan menggapai langit ketujuh secara bersama-sama, saat itu juga Sabrina lupa diri dan menyerukan, "Adam, I love you!" Bayangkan betapa hancur perasaan pria tampan yang dipuja semua wanita yang dia temui. Saat itu, dia merasa benar-benar seperti sampah.

Walaupun Leo adalah pria baik yang pemaaf, tetapi perasaan luka yang pernah ditimbulkan Sabrina tak bisa sembuh semudah itu. Dia tak akan pernah mengulangi kesalahan yang sama.

"Kumohon, Leo! Sentuhlah aku malam ini!" rengek Sabrina semalam yang mungkin sudah tak sadar sepenuhnya karena dia tak menolak tawaran segelas minuman dari Leo untuk meringankan kesedihannya. "Anggap saja kita tak pernah kenal! Cinta satu malam! Atau anggap saja aku ini wanita bayaran! Atau apa pun semaumu! Hubungan pertemanan yang saling memberi keuntungan juga boleh. Yang penting, sentuh aku, Leo!"

Godaan dari wanita cantik memang racun dunia. Leo yang tadinya tak ingin menyentuh Sabrina, menjadi tertarik dengan hubungan tanpa komitmen yang ditawarkan Sabrina. Bukankah selama ini, dia juga melakukan hal itu dengan banyak wanita lain? Tentu saja, semalam dengan Sabrina akan menjadi sesuatu yang manis seperti madu bila tak ada konsekuensi yang harus dia tanggung.

Leo pun mulai menuruti keinginan Sabrina. Dia memulai semua dari tempat yang paling dia sukai dari wajah Sabrina. Bibir Sabrina yang merah, merona, dan terbelah sensual. Setiap hal yang dia lakukan di bibir dan bagian dalamnya, membuat hasrat Leo muncul dalam waktu yang tak lama.

Mereka berdua hanyut dalam suasana yang semakin tegang dan panas. Aksi yang Leo lakukan bahkan telah membuat Sabrina mencapai puncak nirwana beberapa kali. Sampai pada saat Leo akan menyempurnakan semuanya, lagi-lagi, Sabrina meracau, "Ayo, Adam! Aku sudah tak tahan! Jangan berhenti!"

Lagi-lagi, Leo merasa terhina. Bagaimana mungkin wanita di hadapannya melakukan hal ini dengan pria lain sementara kepalanya membayangkan Adam yang melakukan semua ini untuknya? Sementara Leo sangat yakin, permainannya jauh lebih baik daripada pria bernama Adam itu. Ini penghinaan.

Namun, wajah Sabrina yang penuh air mata penderitaan, memelas ingin dihibur, membuat Leo tak tega. Dia pun meneruskan pelayanan untuk Sabrina sampai wanita penggoda di hadapannya itu puas. Sementara, dirinya hanya menuntaskan hasrat dengan menyentuh diri sendiri. Dia tak berminat lagi melakukannya dengan Sabrina.

Sekembalinya dari kamar mandi, Sabrina telah tertidur pulas di ranjang. Leo pun memilih untuk tidur di sofa daripada tidur seranjang dengan Sabrina.

Pagi hari ketika bangun, Sabrina baru menyadari apa yang dia lakukan semalam. Dia membuka selimut dan menyadari betapa kacau kondisinya saat ini. Tanda-tanda yang terjadi seperti dia melakukan perselingkuhan dengan Leo. Namun, mengapa Leo tak tidur di sampingnya? Mengapa justru tidur di sofa?

Setelah berpakaian dengan baik, Sabrina menghampiri Leo yang masih terpejam. Melihat penampilan Leo saat ini, Sabrina menyadari apa yang dia lakukan semalam.

"Hi, kau bangun?" tanya Leo yang terbangun karena merasakan ada sosok di sisinya. Kewaspadaannya sebagai seorang pengawal pribadi membuat dia secara reflek melakukan hal itu bila ada yang diam-diam mendekatinya.

"Maafkan aku semalam!" ucap Sabrina malu.

"Tak masalah! Aku sudah tahu kau akan begitu," bisik Leo dengan tersenyum jenaka. Dia tak ingin menambah beban masalah Sabrina.

"Kembalilah pada suamimu! Kau tak akan bisa melupakannya. Aku jamin!" nasihat Leo berlawanan dengan apa yang dia katakan semalam. "Bertahanlah dengan perjanjian yang kamu lakukan dengan suamimu! Cinta harus diperjuangkan walaupun sakit!"

Tak lama, ponsel Sabrina berdering. Panggilan dari Adam. Sabrina ragu untuk mengangkat teleponnya. Namun, jemari Leo yang iseng memencet tombol answer untuk Sabrina. Matanya berkedip dan mengisyaratkan bahwa Sabrina harus bicara. Wanita yang masih tampak belum pulih dari hangovernya itu menurut dan menjawab panggilan suaminya dengan malas.

"Sabrina! Aku akan memperbaiki bulan madu kita!" seru Adam dalam bisikan. "Datanglah ke hotel yang alamatnya akan aku kirimkan padamu sebentar lagi. Kita akan bulan madu berdua saja di sana selama empat hari!"

Wajah Sabrina mendadak berubah cerah. Hatinya menghangat. Di kepalanya terbayang saat indah bersama Adam tanpa harus bersembunyi.

Leo memandang Sabrina dengan senyuman persahabatan. Dua jempol tangannya teracung ke arah Sabrina. Hal ini membuat Sabrina merasa tenang dan menyanggupi rencana Adam.

Setelah Sabrina berpamitan, dan minta maaf sekali lagi, Leo pun berkata sambil tersenyum penuh arti, "Adam adalah pria brengsek. Namun, aku akui dia mencintaimu dan berusaha memberikan yang terbaik untukmu! Wajar saja kau tak bisa lepas darinya."

Sabrina tersenyum dengan hati berbunga-bunga. Dia memeluk Leo dan mengucapkan terima kasih sebagai tanda persahabatan. Wanita itu berlari menuju kamarnya, menuruni tangga dengan senandung gembira. Dia benar-benar tak sabar untuk menghabiskan bulan madu eksklusif bersama Adam di tempat baru. Dia pun, kembali merasa optimis dengan hubungan yang dijalinnya dengan Adam. Sabar adalah kunci kebahagiaan!

Leo hanya memandangi Sabrina berlalu. Mulut Leo yang manis memang hanya bisa menyemangati orang-orang di sekitarnya. Dalam hati, dia tak menyukai apa pun yang dilakukan oleh Sabrina maupun Adam. Terlalu riskan.

Siang itu, Leo yang bosan, memilih untuk jalan-jalan di luar hotel. Dia menyusuri jalanan sambil melihat-lihat lingkungan sekitar. Banyak anak-anak jalanan yang sedang berkeliaran.

Tak lama, terlihat seorang wanita berkulit pucat berpakaian mini jumpsuit putih. Tampak kontras dengan rambut gelap panjangnya yang indah berkibar. Wanita itu keluar dari sebuah minimarket membawa sekardus besar susu dan biskuit. Dia tampak kepayahan. Tubuh langsingnya seperti tak sanggup menyangga beban yang dia bawa.

Leo hendak menolong, tetapi tidak sempat karena si wanita segera berhenti dan meletakkan kardusnya di bangku yang tak jauh dari minimarket. Wanita muda berkaki jenjang itu lalu melambaikan tangannya kepada anak-anak jalanan di sekitar tempat tersebut. Kontan saja, mereka yang tadinya mengamen dan mengemis segera menghentikan aktivitasnya dan menghampiri sang wanita muda.

"Kakak, aku minta dua!"

"Tante, aku mau ambil untuk keluargaku juga!"

"Bibi, aku ingin tiga untuk makan hari ini!"

Banyak anak berebut. Walaupun si wanita sudah berseru agar mereka jangan berebut, tetap saja anak-anak itu tak mau tertib. Alhasil, tak ada lima menit, makanan dan susu di kardus pun tandas. Banyak yang menangis karena tidak kebagian.

"Tenang, jangan menangis! Aku beli lagi! Kalian tunggu di sini, ya! Jangan ke mana-mana! Yang tertib," seru wanita itu dengan suara yang kini serak karena sibuk menertibkan anak-anak.

Entah mengapa. Leo tak bisa melepaskan matanya dari pemandangan yang menyentuh nurani itu. Kali ini, dia tak akan melepaskan kesempatan untuk menolong si wanita membawa kardus yang lebih besar lagi untuk dibagi ke anak-anak jalanan yang telah antre memanjang. Mereka butuh sekitar 10 kardus susu dan 10 kardus biskuit karena satu anak mengambil lebih dari satu.

Dalam hati, Leo membatin betapa baik hatinya si wanita karena dengan mudah mengeluarkan uang untuk berbagi dengan anak-anak yang tak dia kenal. Setelah selesai, Leo menyodorkan sekaleng minuman dingin kepada si wanita yang telah dia bantu. "Hadiah untuk kerja kerasmu!" ujar Leo dengan senyuman ramah khasnya.

"Terima kasih!" si wanita mengambil minuman soda dingin rasa jeruk dari Leo dengan senyum cerah yang mendamaikan hati siapa pun yang memandangnya. 

Keringat yang mengucur di tubuh wanita cantik itu tak membuat Leo merasa risih, melainkan membuat si wanita semakin tampak atraktif. Karakternya tampak berbeda dengan Sabrina yang sensual, tetapi tak kalah menarik. Hati Leo yang kesepian pun tak kuasa untuk tidak berkenalan dengan bidadari tanpa sayap di hadapannya. Dia pun segera mengulurkan tangan dan berujar, "Leo!"

"Eh, maaf aku lupa memperkenalkan diri! Aku Maya!"

Mendengar nama Maya terucap dari bidadari di hadapannya, mata Leo menyipit. Apakah dunia ini benar-benar sempit? Apakah dia Maya yang sama dengan yang diceritakan Sabrina semalam?

Bab terkait

  • DUA ISTRI CEO   6. Gold Digger?

    Maya memperkenalkan diri sambil menyambut hangat uluran tangan Leo, menyunggingkan senyuman manis untuk pria baik hati yang membantunya. Dalam hati, dia terheran mengapa pria pirang bernama Leo itu terperangah mendengar namanya. Apakah namanya begitu aneh?"Maya?" tanya Leo lagi meyakinkan.Maya pun mengangguk sambil tetap tersenyum dengan polos. Dia lalu menarik tangan karena Leo terlalu lama dan terlalu erat mencengkeram. Tentu tanpa sengaja, karena pikiran Leo saat ini melayang kepada hal lain.Mendengar nama Maya, mengingatkan Leo akan sosok gold digger istri Adam yang diceritakan Sabrina semalam. Sangat bertentangan dengan penampilan Maya yang kini ada di hadapannya.Untuk memastikan, Leo melihat jemari kiri Maya dan alangkah terkejutnya dia bahwa Maya mengenakan cincin nikah. "Kamu sudah menikah?""Benar. Saya baru saja menikah dan sekalian berbulan madu di sini," jawab Maya. Mata bulatnya menatap Leo dengan pancaran kebahagiaan, membuat hati

  • DUA ISTRI CEO   7. Bahaya

    Maya berjalan menyusuri jalanan asing yang dia sendiri tak tahu jalan ini akan membawanya ke mana. Namun, karena suasananya semakin sepi dan mencurigakan, Maya memutuskan untuk kembali ke jalan semula.Memandangi sekeliling, wanita berbadan langsing itu menelan ludah. Hanya sunyi dan senyap yang mewarnai suasana di sekitarnya. Pertokoan yang tutup dan banyak coretan grafis memakai cat semprot hasil karya seniman jalanan liar membuat Maya sangat yakin bahwa tempat ini seharusnya tak dia lalui.Matahari sudah hampir tenggelam. Sebentar lagi, hari mulai gelap. Bila dia tidak segera menemukan jalan pulang, tentu liburan ini akan berubah menjadi bencana."Ya, Tuhan! Mana mungkin aku masih bisa menyebut diri sebagai sekretaris lagi?" ratap Maya mengutuk kebodohannya sendiri.Ini semua hanya karena hal sepele. Dia tidak ingat nama hotel tempatnya menginap. Karena bukan dia yang mengatur ini semua, Maya lupa mengingat semua detailnya.Masalah bertambah tat

  • DUA ISTRI CEO   8. Hero

    Kedua penjahat itu berhenti menatap pria ketiga yang hadir di tengah-tengah mereka. "Mau apa kau? Apa kau cari mati?"Si tambun menoleh, bangkit, dan berjalan mendekati pria yang berusaha menghalangi aksinya. "Mau ikut bersenang-senang, Bro?" tanya si tambun sambil mengulurkan tangan ke bahu pria berambut pirang itu untuk mengajak berpesta.Namun, pria pirang itu menangkap pergelangan tangan si tambun lalu memelintirnya sekuat tenaga. Si tambun menjerit kesakitan, lalu dia berusaha menyerang si pirang dengan tendangan.Sayang sekali, usahanya sia-sia karena si pirang jauh lebih sigap dari si tambun. Dia meangkap kaku penjahat itu dengan mudah. Kemudian, dia memelintir dan membanting lawannya dengan sekuat tenaga. Dengan badan kekar dan jangkung, secara fisik, si pirang memang tampak lebih unggul dari lawannya.Pria bermata hijau terang itu memandang tajam si tambun sebelum dia menekuk lutut dan menghadiahi perut penjahat itu dengan tendangan maut. "Rasaka

  • DUA ISTRI CEO   9. Menari di Atas Penderitaan Orang

    Angin malam yang dingin, tak sedikit pun mendinginkan perasaan Leo. Maya yang tergolek lemah bersimbah darah, menatapnya dengan mata yang semakin hendak menutup."Kau baik-baik sa–ja, bu–kan?" tanya Maya dalam bisikan lemah tersendat yang hanya bisa didengar oleh Leo. Maya memaksakan senyuman semanis mungkin agar Leo tidak bersedih.Leo hanya bisa menjawab dengan kepanikan dan gelengan. Dia tak percaya Maya menolong, bahkan mengorbankan nyawa untuknya. Mengapa wanita ini melakukan hal senekat itu untuk orang asing seperti dia?Petugas medis segera membawa Maya ke rumah sakit. Leo menemani Maya di sisi wanita malang itu. Dia tahu bahwa dirinya adalah pendosa. Namun, kali ini, Leo percaya pada Tuhan dan berdoa padanya agar Maya diselamatkan.Kegaduhan hanya membayang di mata dan telinga Leo. Dia tak peduli. Fokusnya hanya satu. Maya harus selamat dengan cara apa pun."Dokter, tolong selamatkan dia! Berapa pun biayanya dan apa pun caranya,

  • DUA ISTRI CEO   10. Bukan Malaikat

    Leo mengamati kondisi Maya yang masih lemah pasca operasi dengan prihatin. Dia sangat bersyukur Maya selamat karena pertolongan anak-anak jalanan yang kemarin mereka temui. Benar-benar sebuah keajaiban.Golongan darah Maya O negatif. Rumah sakit saat itu sedang kehabisan stok darah dengan golongan tersebut. Saat itulah Leo sangat menyesal mengapa tadi dia membanting ponsel hingga hancur. Tak mungkin dia bisa mengirim pesan kepada semua rekan kerja dan kenalan yang barangkali memiliki golongan darah yang sama.Dia pun berlari keluar, menuliskan di selembar kertas bahwa dirinya membutuhkan golongan darah O negatif untuk teman yang kritis. Namun, tak satu pun donor didapatkan. Saat itulah, dia bertemu dengan anak-anak jalanan yang datang bersama Apollo. Mereka pun membantu aksi mencari donor dengan gigih. Setengah jam kemudian, mereka kembali membawa tiga orang pendonor. Sangat cukup untuk membantu menyuplai kebutuhan darah Maya saat ini."Leo! Kamu belum tidur dar

  • DUA ISTRI CEO   11. Berpisah

    Ini adalah hari ketiga Maya di rumah sakit. Maya meminta Leo untuk tidak menemaninya sepanjang hari. Dia menyuruh Leo untuk kembali ke hotel dan mengurus dirinya dengan baik.Maya sangat merasa bersalah. Liburan Leo rusak karena peristiwa yang dia alami. Andai saja saat itu dia tidak ceroboh, pastilah tak akan bertemu dengan para penjahat.Hari ini, Maya harus kembali ke hotel. Sebentar lagi suaminya akan pulang dari pertemuan bisnisnya dan ponselnya yang mati, tentu tak akan membantu menjelaskan apa pun tentang keberadaannya di rumah sakit.Karena itulah, Maya segera mengganti pakaian dan keluar dari kamar. Dia merasa kondisinya sudah baik. Maya akan meminta keluar hari ini dan mengurus semua keperluan administrasi."Maaf, tapi di rumah sakit kami tak mungkin dilakukan perawatan sebelum ada jaminan pembayaran. Jadi, biaya perawatan Anda sudah ditanggung. Anda tak perlu membayar lagi." Petugas administrasi menjelaskan kepada Maya dengan singkat tanp

  • DUA ISTRI CEO   12. Istri Penuh Waktu

    "Ponsel kamu hancur?" tanya Adam kepada Maya setelah mereka sampai di apartemen yang akan mereka tinggali. Pria berambut hitam yang selalu disisir rapi itu terkejut akan kebetulan yang menimpa mereka."Iya. Maaf! Apa kau kerepotan menghubungiku?" tanya Maya dengan sandiwara sempurna. Wajahnya terlihat baik-baik saja. Seolah tak terjadi apa pun padanya."Eh, kebetulan. Ponselku juga hancur tertindih kursi!" jawab Adam dengan santai."Tertindih kursi? Kamu menindih ponsel dengan kursi?" tanya Maya mulai merasa ada kejanggalan dalam penjelasan Adam.Adam berjengit, menutup mulutnya dengan refleks. Dia kelepasan. Skenario yang sebenarnya ponselnya terjatuh oleh Sabrina. Namun, Adam tahu dari kerusakan yang terjadi bahwa ponselnya tidak terjatuh, melainkan ditindih kaki kursi yang runcing dan kuat.Dengan gugup, Adam meralat penjelasannya. "Iya, jatuh, saat ada orang mengangkat kursi! Kemudian tertindih dan layarnya rusak!" Hati Adam berdebar-deba

  • DUA ISTRI CEO   13. Sekretaris Baru

    Keberadaan Sabrina di kantor setiap hari sangat menggangu konsentrasi Adam. Karena itulah, selama ini, Adam tak pernah sekali pun menginginkan Sabrina menjadi sekretarisnya. Apalagi, Sabrina tak sebagus Maya dalam bekerja. Adam harus bekerja keras bahkan untuk menyusun file dan mengatur semua jadwal meeting yang kadang tumpang tindih. Sesuatu yang tak perlu dia lakukan bila Maya yang menjadi sekretarisnya. Namun, Adam bertekad untuk menjalani semua ini demi keberhasilan dalam cinta dan tahta. Bukankah untuk meraih suatu tujuan memang diperlukan kerja lebih keras? "Astaga! Lagi-lagi ada dua meeting dalam satu waktu," gumam Adam kebingungan. Namun, kesalahan seperti ini tak bisa membuatnya memarahi Sabrina. Dia harus memperlakukan Sabrina dengan kesabaran tingkat tinggi agar wanita itu tak kabur dari pelukannya. "Sayang, kamu bisa beresin jadwal yang dobel ini?" pinta Adam dengan halus agar Sabrina tidak tersinggung. Sabrina yang sudah merasa bekerja de

Bab terbaru

  • DUA ISTRI CEO   36. Epilog

    Lima tahun telah berlalu sejak kepergian Maya. Kini, si kembar telah tumbuh menjadi anak yang sehat dan lincah. "Paul, Freya! Ayo cepat turun dan habiskan sarapan kalian!" seru Adam dari bawah memanggil kedua anaknya yang terdengar ribut di atas saat berganti pakaian. "Ayah, Paul menyembunyikan bonekaku! Padahal aku ingin mengajaknya jalan-jalan saat menjemput Paman Leo di bandara!" jawab Freya dengan suara hampir menangis. Gadis kecil berambut gelap bergelombang itu semakin tampak mirip dengan ibunya seiring dengan bertambahnya usianya. "Bohong! Kamu sendiri yang lupa meletakkan di mana boneka kelinci jelekmu itu. Jangan menuduh sembarangan!" sanggah Paul dengan suara melengking. Mata gelap miniatur Adam itu memandang tajam saudarinya yang berukuran lebih mungil darinya. Dengan tubuhnya yang lebih kuat dan besar, dia memang kerap mengusili Freya. Sekalipun dia berkali-kali dihukum, mengusili kembarannya sudah bagaikan candu yang akan tetap dia lakukan tak peduli apa pun konsekuen

  • DUA ISTRI CEO   35. Ayah

    Adam memandangi kedua makhluk kecil yang ada di hadapannya dengan linangan air mata. Begitu kecil dan rapuh. Mereka membutuhkan selang-selang bantuan untuk hidup."Anak-anakku ...." Kata-kata yang Adam bisikkan dengan penuh perasaan, membuat Leo merasa keputusan Maya untuk menyerahkan bayi-bayinya kepada ayah kandungnya adalah pilihan yang tepat.Darah lebih kental daripada air. Begitulah. Adam pun menyayangi kedua anaknya karena mereka adalah darah dagingnya sendiri."Dia begitu bahagia saat mendengar bahwa dia mengandung anak kembar. Aku pun begitu. Sampai-sampai aku mengumpat betapa beruntungnya dirimu," jelas Leo mengenang saat-saat Maya bersorak mengetahui jenis kelamin bayinya. "Seandainya saat itu dia hamil dengan pria yang tulus mencintainya, pasti akan sangat membahagiakan. Tahukah kau perasaan Maya saat melihat kau dan Sabrina bergembira saat tahu jenis kelamin bayi kalian?"Ada

  • DUA ISTRI CEO   34. Kesempatan Kedua untuk Adam

    Dua bayi, lelaki dan perempuan yang berpelukan di ruang NICU itu berukuran sangat kecil. Yang lelaki beratnya 656 gram, sedangkan lainnya 533 gram. Banyak selang menempel di tubuh kecil mereka demi memperjuangkan detak jantung keduanya.Kulit mereka begitu keriput. Begitu kurus seperti hanya tulang dan kulit tanpa selapis daging pun. Bila orang berkata bahwa bayi sangat lucu, pemandangan yang disaksikan mata hijau pria kekar yang mengamatinya dari kaca luar ruangan tidak demikian. Mereka berdua jauh dari kata lucu. Seperti alien. Seperti bukan manusia.Kesedihan masih belum bisa lepas dari hati Leo. Melihat mereka berdua membuat Leo teringat akan sang ibu yang telah berjuang mempertahankan nyawa mereka. Usaha telah dilakukan sebaik mungkin walau hasilnya tak sempurna, seperti yang diinginkan oleh semua pihak."Maya, mereka akan berterima kasih padamu suatu hari nanti," bisik Leo dengan suara yang bergetar hebat karena menahan air mata."Paul, Freya .... J

  • DUA ISTRI CEO   33. Darah Lebih Kental daripada Air

    Dapur kecil sebuah di sebuah apartemen mungil milik lelaki menawan berbadan atletis, kini dipenuhi dengan aroma butter yang menggoda. Tak hanya aroma makanan yang membuat air liur menetes, tapi ada pemandangan lain yang tak kalah menggiurkan. Celana training pria yang sedang beraksi di dapur tersebut menggantung terlalu rendah di bagian pinggang, membuat wanita mana pun yang memandang tak akan bisa melewati harinya tanpa merasa kepanasan karena terbayang pemandangan indah itu sepanjang hari. Andai saja ada seorang wanita di sana, pasti kelima indranya akan dimanjakan dengan kenikmatan duniawi karena suara pria yang sedang memegang wajan dan tongs itu pun akan membuat hati semua kaum hawa berdesir bila sedang berbicara. Jangan tanya bagaimana sensasi yang dirasa bila suara merdu itu berbisik di telinga, sudah bisa dipastikan para bidadari dunia akan melayang walaupun tak ada sayap yang menempel di punggungnya. Namun, di saat yang sama, siapa pun yang melihat waj

  • DUA ISTRI CEO   32. Adam dan Leo

    Pukulan Adam yang pertama mengenai wajah Leo. Namun, yang kedua tentu berhasil ditangkis oleh lawannya."Adam! Hentikan! Mengapa kau tiba-tiba memukul Leo!" jerit Maya berusaha menghentikan amukan Adam.Adam tak peduli. Dia masih berusaha menghajar Leo. Sementara Leo yang sebenarnya dapat dengan mudah menghabisi lawannya, hanya sibuk menangkis dan menahan serangan Adam. Tak sampai hati dia memukul Adam karena ada Maya di sampingnya."Hei! Mengapa kau berbuat sembarangan seperti ini? Ingatlah kita sedang di rumah sakit!" bisik Leo pelan tapi tegas."Kau apakan Sabrina, huh? Seorang saksi mengatakan istriku jatuh setelah pria berambut pirang dengan tubuh besar membuatnya ketakutan!" balas Adam dengan geram. "Siapa lagi kalau bukan kau!"Leo pun mengernyit. Dia bingung dengan pertanyaan Adam. Dia memang sempat bersitegang dengan Sabrina. Namun, apakah semengerikan itu sampai-sampai membuat kondisi Sabrina dalam keadaan kritis?"Kamu! Kamu pasti

  • DUA ISTRI CEO   31. Darurat

    Sabrina berjalan menyusuri koridor perlahan karena merasakan sakit di perutnya. Dia tak menyangka bahwa kegiatan hari ini membuatnya kelelahan. Bagaimanapun juga, berjalan kaki sejauh dua kilometer dari apartemennya ke rumah sakit bukan tugas mudah untuk wanita hamil sepertinya.Dering ponsel yang lembut pun membuat Sabrina terkaget. Dia lalu mengangkat telepon yang berasal dari suaminya. Dalam hati, Sabrina sangat cemas. Dia takut Adam sudah sampai di rumah lebih dulu dan mendapati apartemen mereka kosong."Sabrina, kamu di mana?" tanya Adam dari ujung telepon dengan suara cemas."Aku ... aku keluar sebentar. Suplemen penambah darahku habis." Sabrina menjawab dengan sedikit tergagap karena dia tak meminta izin kepada Adam bahwa dia akan menemui Maya hari ini. Jika suaminya tahu, pastilah akan menentang aksi frontalnya kali ini. Bagaimanapun juga, Adam akan menganggap dirinya mengemis kepada Maya untuk memperbaiki kondis

  • DUA ISTRI CEO   30. Sakit Hati Sabrina

    Maya memutuskan untuk mempertahankan kandungan. Dokter hanya bisa berbuat yang terbaik untuk menjaga kondisi Maya. Sudah sebulan lebih Maya tinggal di rumah sakit. Kondisi Maya naik dan turun tanpa bisa diprediksi.Leo mengunjungi Maya setiap hari setelah dia membantu menangani urusan Wilson Group karena Maya menanyakan laporan setiap hari. Pria yang terlihat atraktif itu kini terlihat lebih layu. Bukan karena kelelahan, tetapi karena setiap hari dia mengkhawatirkan kondisi Maya."Leo, aku tiba-tiba ingin makan jeruk," bisik Maya lemah. Tidak biasanya dia ingin merepotkan Leo, tetapi kali ini dia benar-benar ingin makan jeruk."Aku keluar sebentar. Kamu tunggu, ya?" Leo tersenyum lemah. Dia mengusap rambut Maya dengan penuh rasa sayang sekaligus iba. Hati Leo terasa sakit setiap mengingat penderitaan Maya yang berusaha mempertahankan bayinya walau kondisinya memburuk.Beberapa menit setelah Leo keluar, seseorang memasuki kamar Maya. Wanita lemah itu sampa

  • DUA ISTRI CEO   29. Keputusan Maya

    Kondisi Maya tiap hari semakin buruk. Walaupun segala upaya telah dilakukan, baik dengan diet mengurangi garam dan olahraga ringan secara teratur, tetapi kondisinya semakin turun.Saat mendapatkan berita ini dari perawat yang menjaga Maya, Leo yang terlanjur kembali ke Washington DC untuk memenuhi janji ke ayahnya, segera kembali dan meminta izin kepada sang ayah untuk diberi waktu tambahan. Walaupun sepertinya tidak mungkin akan dikabulkan."Aku tak percaya padamu. Kau pasti akan menggunakan kesempatan ini untuk kabur lagi dariku." Sang ayah tak mau lagi tertipu oleh Leo. Beliau tak mau memberi izin kepada Leo."Ayah, kumohon beri aku waktu empat bulan lagi." Leo memohon dengan sangat. "Setelahnya aku akan benar-benar kembali dan tak akan pernah pergi lagi darimu."Namun, memohon kepada Tuan William Warren sama saja memohon kepada batu. Tak akan pernah hatinya tergerak oleh keinginan Leo yang tulus

  • DUA ISTRI CEO   28. Keadilan

    Adam merasa sangat terluka. Mengapa sang ayah memperlakukan dia seperti anak buangan. Namun, dia ingat kata-kata sang ayah tentang uangnya. Bila ingin uang darinya, Adam harus menuruti kemauan sang ayah. Bila tidak, maka dia harus mencari uang sendiri."Sudahlah! Ayah hanya menepati janjinya untuk tidak memberiku sepeser pun dari hartanya." Adam menenangkan Sabrina yang terlihat sangat dendam.Wajah Sabrina yang tersulut kemarahan memang membuat Adam khawatir. Takut akan terjadi hal yang buruk dengan kandungannya.Dari luar, kehidupan Adam dan Sabrina mungkin terlihat baik-baik saja. Namun, sebenarnya, hari-hari mereka begitu berat. Sehari-hari, mereka menjalani semua pekerjaan kasar mereka di restoran dan pulang dalam keadaan sangat lelah.Awalnya, Sabrina berusaha tabah menjalani. Namun, kehamilan memberatkannya. Apalagi saat dia memikirkan bayinya yang akan segera lahir. Pasti akan m

DMCA.com Protection Status