Jawaban apa yang akan Bunga berikan?
🏵️🏵️🏵️“Nggak, kok, Mah. Kami baik-baik aja.” Aku berusaha menutupi apa yang terjadi kemarin.“Terus terang, Mama sedih kalau kalian tidak akur.” Aku merasa bersalah mendengar keluhannya.“Bunga minta maaf karena kemarin merasa kesal sama Mas Ezza. Tapi sekarang kami baik-baik aja, Mah.” Aku tidak ingin membuat beliau sedih.“Iya, Sayang. Mama selalu ingin yang terbaik untuk kalian. Satu hal yang harus kamu tahu, Ezza cinta banget sama kamu. Sebelum menikah, dia selalu bercerita tentang kamu. Dia sudah lama suka sama kamu. Kalau nggak salah mulai dari SMP. Jadi, Ezza nggak mungkin berpaling dari wanita yang sangat dia cintai.” Aku makin merasa bersalah karena akhir-akhir ini sering menyalahkan Mas Ezza.“Iya, Mah. Bunga janji akan selalu percaya sama Mas Ezza.” Aku berusaha meyakinkan mama mertua.“Mama tahu kalau sejak dulu tidak sedikit perempuan yang mendekati Ezza. Tapi kamu harus tahu, Nak ... tidak ada satu pun yang mampu membuka hatinya hingga akhirnya bertemu kamu. Kamu cint
🏵️🏵️🏵️Aku tetap akan percaya kepada Mas Ezza daripada apa yang telah aku lihat di ponsel. Bisa saja itu unsur kesengajaan karena ada seseorang yang tidak ingin melihat kebahagiaanku dengan Mas Ezza. Aku akan menunggu penjelasan suamiku.Aku tidak boleh berpikiran yang tidak seharusnya tentang Mas Ezza. Selama ini, dia telah membuktikan betapa besar rasa cinta dan sayangnya kepadaku. Dia tidak mungkin berpaling dari wanita satu-satunya yang dia cintai.Mama mertua telah menjelaskan semuanya kepadaku tentang Mas Ezza yang tidak pernah mencintai wanita lain dari dulu. Walaupun kenyataannya tidak sedikit perempuan yang berusaha mendekati bahkan mengharapkan cintanya.Aku masih sangat ingat ketika awal pernikahan dengan Mas Ezza. Dia selalu sabar menghadapi sikapku yang belum dapat menerima dirinya. Dia tidak pernah mengeluh sedikit pun walau aku sering kasar kepadanya.Untuk semua yang telah Mas Ezza lakukan kepadaku, seharusnya aku memercayai cinta dan pengorbanan yang selama ini dia
🏵️🏵️🏵️“Aku juga nggak ngerti, Sayang.”“Aku merindukan keadaan seperti dulu. Tidak ada yang mengganggu rumah tangga kita, walaupun saat itu aku belum mencintaimu. Kenapa setelah cinta itu tumbuh, ada yang mengusik kita?” “Kita harus tetap saling percaya, ya, Sayang. Kamu tahu kalau aku hanya mencintaimu. Tidak pernah sedikit pun dalam pikiranku untuk berpaling darimu.” Aku percaya dengan apa yang Mas Ezza katakan.“Aku tetap berusaha percaya padamu, Mas. Aku yakin akan cintamu.” Aku mengucapkan yang kurasakan.“Terima kasih, Sayang.” Mas Ezza mencium jemariku.Aku tetap berusaha percaya kepada Mas Ezza, walaupun penjelasan tentang foto itu belum memuaskan bagiku. Aku justru berpikir mengenai siapa sosok yang telah mengirimnya dan apa tujuan sebenarnya.Aku sangat tahu kalau Dika adalah orang kedua yang mengusik rumah tanggaku setelah Dara. Dia seseorang yang tidak mengerti arti cinta yang sesungguhnya. Jika dia benar sangat mencintaiku, dia pasti rela melihatku bahagia.Kata cinta
🏵️🏵️🏵️Hari ini Minggu, Mas Ezza mengajakku ke salah satu tempat perbelanjaan di kota ini. Dia menggandeng tanganku memasuki mal tersebut. Sebelum kami berkeliling, Mas Ezza mengajakku menikmati sarapan terlebih dahulu.Saat memasuki salah satu tempat makan di mal tersebut, pandangan kami tertuju kepada dua wanita yang tidak asing di mata. Tidak salah lagi, dua orang tersebut adalah Dara dan Cindy. Ada hubungan apa antara mereka berdua?“Mas, kita cari tempat lain aja. Aku nggak mau kalau sampai mereka melihat kita.” Aku memberikan saran kepada Mas Ezza.“Terserah kamu aja, Sayang. Aku ngikut.”Aku dan Mas Ezza akhirnya meninggalkan tempat itu. Sungguh, hati ini masih bingung kenapa Dara dan Cindy terlihat sangat dekat. Dua wanita itu orang yang selalu berusaha mencari perhatian dan bahkan mendekati suamiku.Aku tidak akan membiarkan mereka mengusik rumah tanggaku, apalagi saat ini aku sedang mengandung anak Mas Ezza. Aku sekarang sangat yakin dan percaya kepada Mas Ezza. Namun, aku
🏵️🏵️🏵️"Selamat pagi semuanya." Dosen itu menyapa dengan ramah. Kenapa dia yang berdiri di sana? Apa aku sedang berhalusinasi? Tidak! Aku tidak mungkin salah. "Selamat pagi, Pak." Balasan dari mahasiswa dan mahasiswi, tetapi tidak denganku. Aku masih tetap diam.Aku memandang lelaki yang kini di depan kelas, dia dosen yang mengajar mata kuliah Akuntansi. Jantung rasanya seperti ingin berhenti berdetak karena benar-benar kaget luar biasa. Rasanya ini seperti mimpi, melihat dirinya berdiri di sana. Kenapa harus dia? Apakah tidak ada dosen lain? Aku gugup dan bingung harus bagaimana dengan situasi yang tak biasa ini."Perkenalkan, nama saya Ezza Saputra. Saya akan mengajar mata kuliah Akuntansi di kelas ini." Dosen itu memperkenalkan diri.Aku mimpi apa, sih, semalam? Kenapa harus melihatnya di sini? Kenapa dia tidak memberitahukan kalau dirinya mengajar di kampus ini? Apa tujuannya menutupi semua ini? Sepertinya dia ingin memberikan kejutan yang tidak pernah kuharapkan sama sekali.
🏵️🏵️🏵️"Hari ini jadwal kamu ngajar di kelasku, yah, Mas?" tanyaku sambil menyantap sarapan bersama Mas Ezza di meja makan."Iya, dong. Suka, yah?" Mulai, deh, bapernya."Aku cuma mau ngingatin aja, jangan genit-genit!""Takut, yah, kalau ada cewek lain yang deketin aku?" Tingkah Mas Ezza selalu membuatku kesal. Dia sambil mengedipkan mata kanannya."Hm! Dikit-dikit baper.""Jujur aja kenapa, sih? Nggak ada yang marah, kok.""Intinya, aku nggak suka aja.""Tuh, kan ... kelihatan banget, deh, cemburunya.""Susah ngomong sama kamu, Mas. Dikit-dikit bilangnya cemburu. Sepertinya kamu berharap banget, yah, digodain mahasiswi-mahasiswi di kampus. Terserah kamu aja, deh. Bomat.""Ada yang ngambek, nih.""Udah belum sarapannya? Cepetan, ntar telat!" Aku beranjak dari tempat duduk lalu segera menyambar tas yang sudah aku siapkan di meja ruang keluarga."Iya, iya. Baik, Tuan Putri." Mas Ezza segera menghampiriku, kemudian kami bergegas memasuki mobil.🏵️🏵️🏵️"Hari ini, kita akan membahas
🏵️🏵️🏵️Sekarang aku mulai menikmati keadaan di kampus. Bahagia rasanya karena telah menemukan seorang teman yang sangat baik dan pengertian, namanya Reva. Dia duduk di sebelah kananku. Keramahan dan kelembutannya yang membuatku ingin menjadikannya sebagai sahabat.Aku masih ingat awal perkenalan kami saat itu. "Hai," sapanya dengan senyuman ramah."Hai juga," balasku sambil mengembangkan senyuman juga."Aku Reva." Dia mengulurkan tangannya."Aku Bunga," balasku lalu menerima jabatan tangannya.Semenjak perkenalan itu, kami selalu bersama ke kantin dan duduk di kala menunggu waktu mata kuliah dimulai.Hari ini sebelum kelas dimulai, aku dan Reva ke kantin bersama. Kami ingin menyantap nasi goreng buatan ibu kantin. Aku harus sarapan di sana karena tadi pagi tidak sempat makan di rumah.Saat menikmati sarapan, tiba-tiba dua orang mahasiswa menghampiri tempat duduk kami. Sepertinya aku mengenali salah satu dari mereka. Benar, ternyata setelah mereka makin dekat, aku baru ingat kalau d
🏵️🏵️🏵️Aku masih tetap melihat sesekali ke arah Mas Ezza dan Dika. Tampak jelas kalau wajah Mas Ezza langsung mengalami perubahan saat mendengar Dika menyebut namaku, tetapi mungkin dia tidak menyadari perubahan itu.Aku ingin sekali menghampiri dua laki-laki itu lalu meminta Dika agar tidak mencari-cariku lagi. Aku tidak ingin terjadi kesalahpahaman di antara mereka berdua. Hati ini kesal dengan sikap Dika. Kenapa dia harus datang ke sini menemuiku?"Ada perlu apa ketemu Bunga?" Aku mendengar kembali percakapan Mas Ezza dan Dika."Ingin ngobrol aja, Pak. Ingin melihat wajah cantiknya. Bapak pasti ngerti, dong, karena Bapak juga pernah muda." Aku benci mendengar alasan yang Dika berikan."Nama kamu siapa?" Mas Ezza kembali bertanya kepada Dika."Dika, Pak.""Sejak kapan kamu kenal Bunga?""Kok, Bapak nanya jauh amat, yah?" Aku melihat jelas keheranan di wajah Dika setelah mendengar pertanyaan Mas Ezza."Nggak apa-apa, Bunga juga mahasiswi saya. Jadi, wajar kalau saya bertanya," uca