"Meski kau telah jahat padaku, tapi aku tak ingin meninggalkanmu, Salim. Yang pasti jika kau bersamaku, maka kematianmu gak akan terlampau menyakitkan."Salim tidak bisa mengontrol tubuh lagi. Keringat dingin mengucur deras dari dahi, dan leher. Sekujur tubuh gemetar semakin kencang."Aku hanya ingin mendampingimu saat menemui ajal. Itu adalah sebuah kehormatan bagiku," bisik Nikita ke telinga Salim."To-Tolong am-puni aku!"pinta Salim dengan air mata bercucuran."Hi hi hi hi!" Tawa melengking panjang tersebut bergema hingga ke tebing yang mengelilingi gudang tua.Salim berdiri dengan kedua kaki gemetar. Pria ini merasa takut dan ngeri dengan pandangan menunduk. Di sekelilingnya tulang belulang berserakan bahkan ada sebagian masuk terbungkus dengan kain belepotan darah kering. Tempat ini bagai pemakaman massal tanpa kuburan.Pria ini diserang ketakutan dan ingin berteriak meminta tolong. Namun kedua mulut terkatup rapat. Dia ingin meminta tolong kepada, tetapi sudah lama pria tersebut
"Mas punya saudara di sini?""Enggak. Saya juga bingung. Tiba-tiba saja bisa berada dalam gudang.""Asal Mas dari mana?""Kota Baru. Oh, ya, apa ada halte di dekat sini?"tanya Salim yang seketika punya ide ingin buru-buru pulang. Dia tidak ingin bertemu dengan Nikita yang seram. Dia tidak mau mati perlahan-lahan didampingi makhluk mengerikan itu. Pikirannya kembali tertuju kepada ucapan Nikita tadi."Ada halte, tapi jauh. Kalau mau ke sana harus naik angkutan atau ngojek,"balas pencari rumput. "Nanti saya antar ke sana, Mas."Salim meraba-raba saku celana dan dirinya baru sadar bahwa tidak membawa dompet. Sementara ponsel yang dipegangnya tadi, entah jatuh ke mana. Dia tampak kebingungan lalu berkata,"Tapi, saya gak ada uang.""Saya paham. Mas ke sini dengan cara ghaib, sudah pasti tanpa persiapan. Saya antar sampe rumah. Boleh, kan?"Salim yang mendapatkan tawaran baik tersebut langsung semringah wajahnya. "Tentu saja boleh. Saya banyak berutang budi sama Mas siapa?"tanya Salim sambi
Faisal berbicara terhadap Salim karena dia yakin bahwa pria tersebut masih bisa mendengar omongannya. Kuasa Allah yang telah membuat tubuhnya tak sadar agar tidak terlampau kesakitan. Faisal membaca doa lalu meniup ke arah urat nadi pada pergelangan tangan Salim."Hanya Allah yang berhak memberi kehidupan dan kematian semua makhluk selama tidak syirik," ucap Faisal lalu mengusap kedua mata Salim. "Bangun, Mas! Sudah saatnya kita ke kota."Salim mengerjap-ngerjapkan mata lalu memandang Faisal yang sedang tersenyum padanya. Kedua mata Salim memindai sekeliling. Meskipun dirinya masih bingung, tetapi sudah bisa merasa tenang begitu melihat keberadaan Faisal.Salim pelan-pelan duduk dan beberapa saat termenung. Kepala masih sedikit pening. Kesadaran antara dunia nyata dengan gaib. Faisal paham akan situasi yang dialami oleh Salim. Pencari rumput tersebut menepuk bahu Salim sambil membaca Ayat Kursi."Allohu laa ilaaha illaa Huwal Hayyul Qoyyuum, laa ta’khudzuhuu sinatuw walaa nauum, la Hu
"Masa, Mbak?"tanya Faisal kaget dan langsung menoleh ke arah Salim yang sedang duduk. Dia tidak melihat siapa pun di samping pria tersebut. "Gak ada siapa-siapa.""Tolong diingatkan saja, Mas. Karena kejadian ini telah terjadi berulang kali di sini. Benar-benar mengganggu pelanggan. Paling sering kejadian kesurupan pada yang bersangkutan."Faisal diikuti oleh pelayan berjalan pelan-pelan ke arah tempat Salim. Sepertinya dia memang tak sendirian. Ada seseorang lagi di sampingnya, suaranya seperti suara wanita."Sudah selesai ngobrolnya?"tanya Faisal setelah berhadapan dengan Salim. Sementara pelayan memegang tengkuk yang tiba-tiba merinding.Salim baru sadar jika Faisal sudah balik dari depan. Pria ini langsung mendongak dan seperti salah tingkah. Pelayan yang sudah hapal dengan kejadian mistis yang kerap terjadi di warung lalu berbisik ke telinga Faisal. "Lebih baik Mas ajak pulang dia."Setelah itu si pelayan balik badan dan segera berlalu menuju depan kembali. Faisal dengan posisi m
"Kenapa bisa persis kayak Nikita?"tanya Salim yang semakin penasaran dengan penjelasan Faisal. Pria ini serius menyimak setiap kata yang diucapkan oleh Faisal."Jin Qorin itu bisa dianggap kembaran kita. Dia ada sejak kita lahir. Maka dari itu dia tahu apa pun kebiasaan kita. Bagaimana dan siapa kita, dia paham banget."Nikita yang berada tidak jauh dari mereka, tampak memendam rasa jengkel. "Dasar penghasut! Kita liat saja, apa kamu akan tetap sekuat dan sealim itu?"Kedua pria melanjutkan perjalanan kembali. Dalam waktu satu jam, mereka telah sampai di halaman rumah Salim. Beberapa warga yang melihat kedatangan mereka, spontan berteriak,"Pak RT, Mas Salim tidak hilang!""Allahu Akbar! Ajaib bisa kembali!"teriak yang lain.Suara para warga bersahutan serupa dengungan sekumpulan lebah. Faisal menurunkan standar motor lalu turun diikuti oleh Salim. Kedua pria berjalan beriringan menuju teras. Tampak Pak RT dan Eko berdiri menyambut mereka."Assalamualaikum,"ucap salam Faisal begitu tel
"Kenapa kamu mau mengikuti perintah bapakmu? Pergi ke alammu dan tidurlah dengan tenang!"pinta Faisal dengan suara lembut. Dia hanya ingin menunjukkan rasa empati agar si roh tidak lagi membuat ulah.“Gak! Aku gak mau pergi! Aku gak bisa mati dengan tenang sebelum semua dendam terbalas."“Kalau begitu, jangan salahkan aku, jika terpaksa melakukan kekerasan untuk memaksamu keluar dari tubuh wanita ini.”"Hi hi hi hi!Lengkingan tawa Nikita menggema bagai terbentur dinding tebing. Usai itu suasana lebih hening, bahkan suara jangkrik dan hewan malam pun tak terdengar. Desir angin seakan-akan enggan melintas. Faisal tersenyum tipis penuh penuh arti. Pria ini menoleh ke arah Eko lalu bertanya,"Punya botol beling?""Ada bekas minuman suplemen. Emang buat apaan?"tanya Eko keheranan."Buruan ambil! Entar juga tahu,"balas Faisal. Eko gegas masuk rumah dan tak berapa lama, pria ini telah kembali dengan membawa sebuah botol berwarna cokelat."Satu doang?"tanya Eko sembari ulurkan botol ke arah
"Kamu liat itu?"tanya Eko sambil berdiri tegak setelah mengangkut ranting dan dahan ke arah samping pagar. "Berarti Pak Atmo sedang mengawasi kita. Harus selalu waspada,"balas Faisal lalu mulai menyapu halaman. Tak berapa lama, halaman rumah Salim sudah tampak rapi dan bersih. Beberapa pohon terpaksa harus dipangkas karena insiden tadi. Tiba-tiba saku celana Faisal terasa bergetar hebat dan ada hawa panas yang keluar dari botol. Faisal merogohnya lalu berdoa dalam hati. Gerakan dalam botol mereda dan Faisal pun tersenyum lalu berucap kepada dua orang temannya. "Bisa jadi dalam waktu dekat Pak Atmo akan mencari salah satu dari kita atau semuanya." "Masalah apa?"tanya Eko yang belum paham dengan tindakan yang telah dilakukan oleh Faisal. "Dia bingung cari Nikita. Aku telah sekap dia dalam botol." "Serius? Memang bisa?"tanya Eko dengan ekspresi tidak percaya. "Mas Faisal gak sedang nge-prak kita?"Salim pun sulit untuk mempercayai omongan Faisal. Pria yang ditanya seketika
Sepersekian detik kemudian terdengar hantaman keras dari arah samping Faisal dan pria ini dengan membaca doa lalu buru-buru menghindar ke arah kanan. Setelah agak jauh, Faisal menghentikan motor di bahu jalan. Dia menoleh ke arah tempat hantaman barusan.Tampak sebuah bus hampir terguling. Seluruh penumpang terlempar keluar dari kursinya. Belum sempat Faisal turun dari motor karena bermaksud memberi pertolongan kepada penumpang bus, tiba-tiba data hantaman kedua. Kondisi bus kini ringsek terhimpit dua truk. Tak berapa lama, terdengar suara ledakan cukup dahsyat. Seketika keluar percikan api dari arah mesin. Dalam hitungan detik, api berkobar dengan cepat hingga membakar seluruh bagian bus. Teriakan minta tolong dan jerit kesakitan hiruk-pikuk bersama isak tangis para penumpang.Faisal yang hampir mendekat dan terpaksa berhenti karena menyaksikan kobaran api semakin membara hingga ke tempat para penumpang yang bergelimpangan. Semua serba kilat dan semua penumpang terpanggang hidup-hid
Aku tahu, ini pasti jebakan dari Pak Atmo dan Nyi Dhiwot, batin Faisal.Samar-samar terdengar suara Kiai Masruhat di telinga Faisal. "Fokus pada niat dan jangan lepas dengan zikir serta doa!""Baik, Kiai,"ucap Faisal dengan suara lirih."Mas Eko ...!" Simbah memanggil dari balik pintu kamar."Iya, Mbah," jawab Eko yang gegas bangkit dari tempat tidur.Seperti ada yang mengendalikan tubuhnya. Faisal ikut duduk dan mengamati perilaku sahabatnya. Eko menghampiri Simbah. Wanita itu berdiri di depan pintu sambil tersenyum. Dia mengelus rambut Eko lalu menyentuh pipi kanannya."Maukah kamu menjadi suamiku?"Eko pun mengangguk dengan ekspresi wajah datar. Pria ini digandeng tangannya oleh Simbah menuju kamar yang berada paling belakang. Faisal buru-buru mengikuti mereka. Ketika sampai depan pintu, bau anyir darah dan busuk bangkai menyapa indra penciuman Faisal.Pria ini mengambil sajadah dari dalam tas ransel lalu memulai salat sunah. Dia memohon kepada Allah agar diberikan kekuatan untuk m
"Itu buat kamu. Pengantin baru harus minum jamu kuat, biar gak gampang K.O,"balas Eko tidak mau kalah."Nanti Simbah bikinkan untuk kalian. Yang belum nikah, gak perlu khawatir. Simbah bikinkan ramuan agar lekas laku,"ucap Simbah dengan tawa terkekeh-kekeh."Memang ada ramuan kayak gitu, Mbah?"tanya Eko yang jadi penasaran."Ada. Nanti Simbah pijat di titik-titik tertentu agar sumbatannya ilang."Kedua pria ini telah terpengaruh oleh ilmu sihir Simbah. Namun, baik Faisal maupun Eko masih kuat iman dan tidak begitu terpengaruh."Kami selesaikan kerjaan dulu. Setelah itu akan ke rumah Simbah buat minta ramuan,"ucap Faisal kepada wanita tua."Ya, gak apa. Selesai urusan kalian! Setelah itu datang ke rumah Simbah." Tampak ada guratan kekecewaan terukir pada wajah wanita tua. Namun dia memilih untuk bersabar dan tidak mau memaksakan kehendak.Aku harus dapatkan Eko untuk jadi pasangan abadi Nikita, batin Simbah dengan senyum penuh arti."Kebetulan saya orang asli sini. Simbah tinggal di ma
"Biar saya bantu, Mas,"ucap Pak Rasyid yang segera menyulut ujung tali berbahan pelepah pisang dengan korek api. Percikan api membakar ujung tali hingga habis tidak tersisa. Ajaib! Pelepah palem pembungkus tidak tersentuh lidah api sama sekali."Masyaallah! Hanya talinya yang terbakar,"ucap Faisal yang telah mulai membuka pembungkus dibantu oleh Pak Rasyid."Kita baca Al-Fatihah lanjut Ayat Kursi,"saran Kiai Masruhat yang berdiri sambil mengelus-elus pelepah palem pembungkus. "Lahaula wala quata Illa billah!"Pembungkus tersebut bergerak-gerak. Isinya seperti gerakan sesemakhluk yang ingin membuka paksa dari dalam. Faisal memegang cetakan yang terbentang di permukaan luar."Seperti telapak tangan manusia,"ucap Faisal sambil terus melepaskan satu per satu pelepah palem."Memang benar. Isinya yang sedang kita cari,"sahut Kiai Masruhat dengan tersenyum lebar, hingga tampak jelas kerutan yang menumpuk pada sudut bibir sepuhnya."Masyaallah! Apa itu, Kiai?"tanya Faisal yang semakin penasar
Faisal cekatan mengarahkan mobil untuk mendapatkan tempat parkir yang aman. Kebetulan samping rumah Faisal adalah jalan tembus warga desa menuju Bukit Bajul. Jadi banyak Faisal mengarahkan mobil parkir ke arah depan rumah."Ini gubug saya. Mari kita istirahat sebentar sambil minum kopi,"ucap Faisal saat para penumpang mobil telah turun."Kita ngopi setelah selesai tugas, Mas. Sekarang kita langsung menyusul Mas Eko saja. Kasian sendirian,"balas Kiai Masruhat yang langsung direspon anggukan kepala oleh Pak Rasyid.Akhirnya mereka beranjak menuju Bukit Bajul. Beruntung anak tangga menuju bukit telah terpasang lampu penerangan berjarak setiap meter. Jadi mereka lebih nyaman dalam menapaki jalan menanjak. Hawa sedingin es menerpa tubuh mereka. Anging dari puncak bukit menyambut kedatangan keempat pria.Berisik dahan dan rantjng pohon cemara bergesekan ditiup angin. Suara binatang malam bersahutan memecah hening malam. Mereka tidak melihat penampakannya sosok Eko di puncak tangga. Padahal
"Di kampung saya. Menurut rencana setelah ini, Dek Salimah akan saya ajak pulang ke rumah saya. Akan saya ajari sebagai petani dan peternak, Pak, Kiai.""Masyaallah! Semoga membawa berkah, Mas,"timpal Kiai Masruhat.Tak berapa lama, Pras dan Esti datang. Mereka membawa pesanan pengantin baru. Tentu saja, mereka kaget dengan keadaan dalam ruangan yang porak-poranda. Namun dalam penglihatan ketiga pria ada perbedaan yang terjadi dalam diri pasangan suami istri ini.Keduanya tanpa ucap salam, langsung berdiri di tengah. Mata pasangan suami istri ini memerah. Kiai Masruhat langsung memberi isyarat kepada yang lain dengan memilih tasbih. "Kalian akan tahu akibatnya jika gak serahkan Nikita!"teriak Pras dengan kedua mata melotot. Sementara itu, Esti akan mendekat ke arah Salimah dan buru-buru dihadang oleh Faisal."Minggir, kau!" Teriakan Esti mirip suara pria tua. Ketiga pria langsung paham dengan yang mereka hadapi. Pasangan suami istri ini telah dirasuki Pak Atmo dan pengikut Nyi Dhiwo
Faisal buru-buru memeluk tubuh Salimah lalu berbisik,"Ada yang mencoba mengganggu kita. Dia menyamar sebagai Nikita. Ikuti doa yang Mas ucapkan!".Faisal pun melafalkan Ayat Kursi yang segera diikuti oleh Salimah. Tak berapa lama, muncul penampakan wujud Nikita meski secara samar-samar. "Dia bukan Nikita, Dek. Tetap waspada!" Faisal memegang tangan Salimah dengan erat. Pria ini berzikir dalam hati."Lepaskan aku! Entar aku bantu pulihkan Salimah,"ucap bayangan Nikita tersebut."Kenapa dengan aku?"tanya Salimah dengan ekspresi bingung. Dia merasa sudah sehat dan tidak ada yang aneh dalam dirinya.Faisal mengecup pipi Salimah lalu berbisik,"Dia sengaja menjebaknya kita. Abaikan!""Salimah, roh kamu telah diikat janji oleh Nyi Dhiwot. Janin dalam perutmu adalah untuk persembahan. Dia akan tetap berdiam di rahim, sampai saatnya tiba. Separuh nyawamu untuk dia. Kamu akan jadi budak Nyi Dhiwot karena itu. Kamu gak bisa menolaknya. Aku bisa bebaskan kamu dari ikatan itu. Mau?"Bayangan Niki
Pras yang mulai merasakan bulu kuduknya berdiri lalu berbisik ke telinga Esti. "Sepertinya ada pesan kematian."Esti pun segera menoleh dengan wajah terkejut. "Maksud Mas ...?""Bisa jadi tadi Mbak Salimah melihat malaikat maut yang sedang mengantar jenazah seseorang,"balas Pras dengan wajah yakin."Bisa jadi, itu benar, Mas,"sahut Faisal. "Dek Salimah diberi penampakan ghoib."Salimah masih terisak-isak dalam dekapan Faisal. Akhirnya oleh suaminya diajak masuk ruang perawatan. Sementara itu, Pras dan Esti masih geming menatap ke arah lorong menuju kamar mayat. Mereka syok melihat sosok berpakaian hitam dengan perut terbuka mengucurkan darah segar. Sosok itu Salimah. "Oek! Oek! Oek!"Terdengar tangisan bayi. Sosok dengan jubah berapi yang berkobar keluar dari dalam ruang mayat membawa peti. Suara tangisan bayi semakin tidak terdengar bersamaan dengan hilangnya sosok dengan jubah api. Wanita mirip Salimah masih merogoh bagian perut yang berlubang.Air matanya berubah semerah darah. P
Kiai Masruhat gegas masuk ruangan untuk menghampiri sumber suara. Sementara Pak Rasyid berbicara lirih kepada Faisal. "Tolong, botol diberi tambahan doa.""Baik, Pak." Faisal pun segera membaca doa dalam hati lalu mengambil botol dari balik baju lalu meniup permukaannya sebanyak tiga kali."Tolooong!" Terdengar teriakan lagi. Namun kali ini keluar dari mulut perawat."Tidak ada orang yang mendengar teriakanmu, Cantik! Percuma kamu buang-buang energi! Menurutlah!"ancam Eko ke telinga perawat. Pria ini tidak menyadari jika Kiai Masruhat sedang menghampiri mereka dalam keadaan tanpa wujud."Tolong lepaskan saya! Ada pasien lain yang harus saya cek,"ucap perawat dengan bibir gemetar.Kiai Masruhat langsung mendekat. Perawat tidak mengetahui keberadaannya. Namun, hal tersebut tidak berlaku bagi Eko. Pria yang telah dirasuki oleh ruh Pak Atmo, bisa melihat kehadiran Kiai Masruhat."Gak usah ikut campur urusanku!"teriak Eko dengan tawa terkekeh-kekeh khas orang tua. Terang saja, teriakan Ek
"Alhamdulillah. Dengan ini kita bisa menangkap arwah Pak Atmo yang masih gentayangan,"ucap Pak Rasyid sambil menerima botol lalu mengamati beberapa saat. "Semoga setelah ini diamankan, Mbak Salimah tidak bersikap aneh lagi. Moga hubungan rumah tangga yang terjalin bisa harmonis." "Saya mohon maaf, sebelumnya, Pak. Saya berniat untuk mengembalikan Dek Salimah ke Eko, setelah 40 puluh hari usia pernikahan." "Kenapa begitu? Pernikahan itu peristiwa sakral. Gak boleh dibuat main-main." "Iya, saya tahu, Pak. Seharusnya Dek Salimah itu menikah dengan Eko. Mereka telah berniat untuk menikah. Saya hanya perlu menunggu, apakah ada benih tertanam dalam rahim Dek Salimah? Itu saja! Saya akan melanjutkan pernikahan, jika memang Dek Salimah hamil." "Hal ini harus dibicarakan bersama dengan yang bersangkutan dahulu. Bagaimanapun pernikahan adalah sebuah ibadah. Terlebih ini adalah tanggung jawab yang harus diemban. Cinta bisa tumbuh seiring dengan berjalannya waktu, selama kalian berniat men