“Sa—saya ... saya baik-baik saja, Pak,” ucap Ratih terbata.
Wanita berwajah manis itu berusaha tegar dan melupakan apa yang baru saja dialami di resto tadi. Sementara Derryl hanya diam, meliriknya dengan tajam membuat Ratih risih dibuatnya. Setelah beberapa saat terdiam, akhirnya Derryl bersuara.
“Oke, baiklah. Maaf, bukan maksud saya untuk mencampuri urusanmu.”
Ratih hanya manggut-manggut paham dengan maksud ucapan bosnya. Dia kembali fokus mengamati lalu lintas di depan sana. Hingga selang beberapa saat, mobil yang mereka tumpangi sudah masuk ke parkiran kantor.
Ratih sudah bersiap turun, tapi Derryl menahan tangannya membuat wanita manis itu urung membuka pintu mobil dan menoleh ke arah Derry.
“Sekali lagi aku ucapkan terima kasih mau menemani kencan makan siang bersamaku,” ucap Derryl.
Ratih hanya mengangguk sambil tersenyum. “Iya, Pak.”
Kemudian Derryl turun lebih dulu dengan
Ratih tersenyum menyeringai kemudian langsung mengarahkan ponsel yang sedari tadi dia bawa dan dengan cekatan mengambil beberapa kali gambar dua insan dalam keadaan polos itu.“Ratih!! Kamu apa-apaan?” Wisnu bergegas bangkit sambil menutup bagian bawah tubuhnya dengan kain seadanya.“Aku hanya mengumpulkan bukti untuk mempercepat proses perceraian kita.” Ratih terus tersenyum.Sementara wanita patner bercinta Wisnu itu hanya duduk terdiam di atas kasur sambil menutupi tubuhnya dengan sisa selimut yang tersisa.“Jadi tidak hanya dengan Fani kamu melakukannya. Bahkan asisten rumah tangga kita kamu embat juga?”Wisnu berdecak sambil menggelengkan kepala.“Aku pria normal, Ratih. Kamu pergi meninggalkan aku dan Fani sedang sibuk dengan pekerjaannya. Wajar jika aku menuntaskan hasratku dengan Sumi, lagian Sumi juga tidak keberatan. Kami melakukannya atas dasar sama-sama suka,” bela Wisnu.Rat
“Apa yang kalian lakukan di sini?” tanya Derryl kemudian.Ia sudah masuk ke dalam lift dan terkejut saat melihat ada beberapa barang yang dibawa Ratih. Ratih hanya diam membisu. Memang ini adalah salah satu alasan Ratih tidak mau tinggal di apartemen ini. Ini adalah tempat Derryl tinggal, tempat dia pernah menghabiskan malam bersama pria berondong itu.“Eng ... mulai hari ini Ratih tinggal di sini, Pak,” Mawar menyahut. Tentu saja jawaban Mawar membuat Ratih terkejut begitu juga Derryl.Pria tampan itu menoleh ke arah Ratih dengan kedua alis yang terangkat. “Benarkah? Jadi kita tetanggaan mulai sekarang?”Ratih tidak menjawab hanya meringis menunjukkan gigi putihnya.“Kamu tinggal di lantai berapa, Tih? Siapa tahu aku bisa main ke sana.” Ratih semakin terkejut dengan pertanyaan Derryl, matanya sontak terbelalak menatap pria tampan itu. Lagi-lagi ia menyesal harus menuruti saran Mawar malam ini. Kalau
GUBRAK!!Ratih jatuh dan menyenggol meja sudut di sampingnya, membuat semua benda yang ada di atasnya jatuh berserakan ke lantai. Derryl sontak berdiri, menghampiri Ratih dan membantunya berdiri.“Kamu baik-baik saja?” tanya Derryl penuh kekhawatiran.Ratih hanya diam mengangguk sambil bersunggut-sunggut menatap Derryl. Kalau saja dia tidak menghindari bosnya pasti dia tidak akan jatuh seperti ini.“Iya, saya baik-baik saja.” Ratih berdiri sambil menepuk pantatnya yang kesakitan. Derryl yang berdiri di depannya hanya mengulum senyum melihat ekspresi menggemaskan Ratih.“Sebenarnya tadi Bapak mau ngomong apa?” Ratih kembali teringat dengan ucapan Derryl.“Oh ... itu. Aku mau nebeng kamu ke kantor. Mobilku saatnya service berkala hari ini. Apa kamu tidak keberatan?”Ratih menelan ludah sambil melirik sekilas. Kalau mau jujur, dia sangat keberatan. Dia tidak suka mereka semakin akrab, bagai
Seketika Ratih menghentikan kunyahannya, entah mengapa bubur yang baru masuk ke mulutnya terasa sulit ditelan saat mendengar ucapan Derryl. Sementara pemilik kata-kata itu tampak acuh dan seakan tidak mempedulikan reaksi Ratih malah sibuk menghabiskan bubur ayamnya.“Eng ... saya ... saya mau bayar buburnya dulu, Pak.” Ratih mengalihkan pembicaraan dan bersiap pergi.“Jangan!! Ini giliranku!!” Tangan Derryl mencegah dan menarik Ratih untuk duduk kembali.Mau tak mau Ratih kembali duduk di tempatnya. Derryl tersenyum sambil menatap wanita cantik berparas manis nan imut di depannya ini.“Aku sudah sering kamu traktir dan sekarang giliranku. Anggap saja ini hadiah pindah rumahmu.”Derryl tersenyum lagi, memperlihatkan gigi rapinya dan hal yang sama juga dilakukan Ratih. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Mengapa tiba-tiba suasana canggung meliputi sarapan pagi mereka kali ini. Selang beberapa saat mereka sudah kembal
“Eng ... maaf, Pak. Apa tidak salah?” ujar Ratih bertanya.Derryl berdecak kemudian menarik ponselnya dan dia langsung terkejut begitu melihat gambar yang ditunjukkan ke Ratih. Derryl buru-buru menjentikkan jari dan mengubah gambar di ponselnya.“Maksudku yang ini. Mana yang lebih bagus?”Derryl kembali menunjukkan dua buah gambar kemasan sebuah produk minuman. Sepertinya Derryl mempunyai keinginan untuk mengganti bentuk kemasan produk yang sudah ada.“Apa Bapak hendak mengganti kemasan produk yang sudah ada?” Ratih malah kembali bertanya.“Iya, tepat sekali. Aku ingin mengganti kemasannya. Produk minuman kesehatan kita sangat laris di pasar, baik dalam maupun manca negara. Namun, menurut survey yang aku lakukan ada beberapa kekurangan pada produk kita.”Derryl menjeda kalimatnya dan Ratih masih mendengarkan dengan seksama. Ratih tidak tahu kalau Derryl sudah melakukan survey seperti itu. Apa j
“Demikian presentasi dari saya, terima kasih,” ucap Ratih mengakhiri.Tak ayal tepukan tangan sudah bergema dan yang paling terdengar keras adalah dari Derryl. Ratih sampai tersipu malu dibuatnya.“Silakan, Pak! Jika ada pertanyaan, saya akan mencoba menjawab,” imbuh Ratih.Perwakilan PT Buana Sakti hanya manggut-manggut kemudian memperhatikan contoh sample produk di atas meja yang baru saja dipresentasikan Ratih.“Saya sudah mendengar lama tentang produk Anda. Memang penggemarnya sangat banyak di pasar dalam dan luar negeri. Hanya yang kurang dalam hal ini adalah kemasannya sedikit kurang menarik dan mungkin kurang pas digenggam. Apa Anda tidak berniat mengubahnya atau bagaimana?”Ratih tersenyum dan melirik ke arah Derryl. Derryl membalas lirikan Ratih dan menganggukkan kepala sebagai isyarat jawabannya.“Untuk itu, kami sudah mempunyai jalan keluar, Pak. Paling lambat akhir tahun ini kemasannya ak
“Pak!!” Ratih berseru sambil tersentak kaget.Derryl langsung terkekeh melihat ekspresi kaget Ratih. Sementara Ratih hanya diam sambil terus menatap tajam ke arah Derryl. Berulang kali ia membasahi bibirnya sambil menelan ludah. Ratih tidak habis pikir dengan semua ucapan dan ulah Derryl hari ini.Apa karena kedekatan mereka di malam itu membuat berondong ganteng ini terus-menerus menjeratnya dan membuat Ratih kebingungan sendiri.“Aku hanya bercanda, jangan dimasukkan hati.” Derryl meralat ucapannya sambil mengibaskan tangan ke udara.Ia sudah berjalan mendahului Ratih dan Ratih hanya terdiam menatap punggung lebarnya dari belakang. Tanpa diminta ada debaran aneh yang tiba-tiba bertalu lirih di hati Ratih.“Pak, saya turun di sini saja. Saya ada janji dengan orang jam 12 dan kalau ke kantor dulu nanti tidak keburu,” ujar Ratih. Mereka bertiga sudah di dalam mobil perjalanan balik ke kantor.“Memangn
“Hai!! Jadi kamu pria yang akan ditemui Bu Ratih,” ujar Derryl.Tiba-tiba pria tampan bermata kecil itu sudah berdiri di samping pengacara Ratih dan menepuk bahunya. Ratih makin terkejut dibuatnya.“Bapak saling kenal dengan Pak Surya, pengacara saya?” tanya Ratih kebingungan.“Iya, kami saling kenal. Derryl teman saya saat SMA,” jawab Surya, pengacara Ratih.Ratih tampak manggut-manggut dan Derryl memilih langsung duduk di samping Ratih berhadapan dengan Surya.“Akhirnya kamu sukses juga jadi pengacara padahal waktu sekolah dulu kamu sering membolos.” Derryl mengawali pembicaraan mereka.“Kamu juga, Ryl. Aku pikir kamu masih di luar negeri. Kapan kamu pulang?”“Baru saja, kok.”“Jadi akhirnya kamu nyerah, nih. Kamu mengikuti permintaan papamu untuk ---“Belum sempat Surya melanjutkan kalimatnya, kaki Derryl sudah menyenggol kaki Surya se
Beberapa bulan berselang sejak kejadian itu, Ratih kembali sibuk dengan aktivitasnya. Begitu juga Derryl, mereka bahkan sudah memilih tinggal di rumah sendiri yang disiapkan Derryl. Pagi itu tidak seperti biasanya. Ratih bangun kesiangan dan entah mengapa dia merasa pusing.Derryl yang sudah bersiap sedari tadi hanya melirik istri cantiknya yang masih bergelut di balik selimut.“Kamu gak kerja, Sayang? Udah siang, nanti terlambat, loh,” ujar Derryl.Ratih hanya mengangguk sambil menyibak selimut dan bangkit dengan ogah-ogahan menuju kamar mandi. Derryl memilih menunggu di ruang makan sedangkan Ratih masih meneruskan aktivitas mandinya. Belakangan ini dia merasa tidak enak badan bahkan mengalami mual terus menerus. Itu sebabnya kali ini Ratih berinisiatif menggunakan test pack.Ratih terperangah kaget begitu melihat hasil dari test pack yang menunjukkan kalau dia positif hamil. Ratih mengulum senyum sambil berulang kali mematut wajahnya di depa
Pagi itu, Ratih mulai beraktivitas kembali di kantor. Banyak karyawan yang menyambutnya dengan suka cita. Apalagi saat meeting pagi, semua menghampiri Ratih dan memberinya ucapan selamat atas kesembuhannya. Sasi yang paling senang karena bosnya bisa kembali aktif.“Syukurlah, Bu. Akhirnya Ibu aktif kembali. Saya benar-benar bingung selama Ibu gak ada,” urai Sasi.Mereka baru saja usai melakukan meeting dan sudah berada di ruangan Ratih. Mawar seperti biasa selalu ikut nimbrung pembicaraan mereka. Dia juga jadi orang kedua yang begitu senang dengan kehadiran Ratih kembali.“Tih, aku mendengar kabar tentang Wisnu dan semua yang dilakukannya. Aku bener-bener gak nyangka, Tih,” ucap Mawar mengalihkan pembicaraan.Ratih hanya tersenyum dan mengangguk. “Iya, aku juga sangat terkejut, Mawar. Entahlah apa yang menyebabkan dia berbuat seperti itu. Sudah semestinya dia bertanggung jawab atas semuanya sekarang.”Mawar dan S
“Sumpah, Pak. Bukan saya pelakunya. Saya hanya tamu dan mau menginap di sana, tapi malah menemukan mayat,” jelas Anggi.Akibat teriakannya tadi membuat petugas security yang sedang berpatroli kompleks berhenti dan menghampiri Anggi. Security tersebut kaget saat melihat temuan Anggi dan segera melaporkannya ke polisi. Kini Anggi terpaksa harus ditahan polisi karena dia yang pertama menemukan mayat tersebut. Padahal tadinya Anggi ingin melarikan diri kini ternyata harus terciduk juga di kantor polisi.“Iya, Nona. Saya tahu. Kami hanya akan mencari informasi saja dari Anda. Namun, sebetulnya kami sedari tadi juga mencari Anda. Anda terlibat dalam kasus pencemaran nama baik.”Anggi terdiam hanya menundukkan kepala usai mendengar penjelasan petugas polisi itu. Padahal dia berharap bisa sembunyi dari polisi. Kenapa juga dia malah harus bertemu polisi?“Kalau boleh tahu rumah siapa itu sebenarnya?” tanya polisi tersebut.
“DERRYL!!! Apa maksudnya ini?” sergah Tuan Robby.Derryl terkejut, menyudahi makannya dan melihat dengan bingung ke arah Tuan Robby. Derryl langsung menerima ponsel yang disodorkan Tuan Robby. Dia semakin terperangah kaget saat melihat apa yang ada di dalam ponsel itu. Ratih yang duduk di sebelahnya mendekat dan ikut melihat apa yang terjadi.Ratih langsung menoleh ke arah Derryl dan menatapnya penuh tanya. Sementara Derryl hanya menghela napas panjang.“Aku bisa menjelaskannya, Pa, Ma dan Sayang ... .”Tuan Robby hanya diam, mata marahnya sudah menyalang melihat ke arah Derryl. Sementara Nyonya Siska yang tidak tahu apa-apa segera merampas ponsel di tangan Derryl dan melihatnya.“Ryl!! Apa-apaan ini? Kamu main gila dengan siapa?” seru Nyonya Siska.“Aku gak main gila, Ma. Kejadiannya tidak seperti yang terlihat di sana. Percayalah.”“Lalu bagaimana yang sebenarnya terjadi, Bang?&r
“Kamu baru datang, Bang?” tegur Ratih.Dia melihat Derryl masuk ke dalam kamar dengan mengendap-endap. Derryl pikir tadi Ratih sudah tidur, ternyata istri cantiknya itu belum tidur dan sedang menunggu kedatangannya. Derryl tersenyum sambil berjalan menghampiri.“Aku pikir kamu sudah tidur tadi.” Derryl langsung duduk di tepi kasur dan mengecup kening Ratih.Ratih tersenyum sambil memposisikan tubuhnya menjadi duduk bersandar. Derryl hanya diam sambil berulang menghela napas panjang sembari menatap Ratih dengan intens. Ratih melihat ada kegelisahan di mata Derryl.“Ada apa, Bang? Apa ada masalah di kantor?” tanya Ratih.Derryl kembali menghela napas panjang dan menggeleng dengan cepat.“Tidak. Tidak ada masalah, hanya saja ---“Derryl menggantung kalimatnya dan kini melihat Ratih dengan sendu. Ratih tersenyum menyentuh wajahnya dan membelainya lembut.“Ada apa? Aku tahu pasti
“Maaf, Ma. Kayaknya aku gak bisa pulang cepat,” ucap Derryl di panggilan telepon.Akibat banyaknya kerjaan di kantor, membuat Derryl tidak bisa menjemput Ratih seperti janjinya tadi. Hingga usai jam makan siang dia masih bergelut di kantor. Entah mengapa hari ini pekerjaan seakan menumpuk dan semua harus diselesaikannya.[“Iya, gak papa, Ryl. Mama ‘kan sudah bilang kalau bisa mengurusnya. Sudah, kamu selesaikan saja urusanmu di kantor. Ratih aman sama Mama.”]Derryl tersenyum mendengar jawaban Nyonya Siska di seberang sana. Ia beruntung mamanya sangat pengertian kali ini.“Terus Ratih mana, Ma? Aku mau ngobrol sebentar dengannya,” pinta Derryl.[“Dia sedang tidur, Ryl. Mama sengaja tidak membangunkannya. Nanti kalau dia sudah bangun, baru Mama ajak pulang. Kalau urusan administrasi sudah beres semua.”]“Ya udah, terserah Mama saja. Nanti kalau udah selesai aku langsung balik, kok.&r
“Sumi!! Kamu apa-apaan?” seru Wisnu.Dia sangat terkejut saat melihat Sumi menyambar pisau dan menghunus ke arahnya.“Saya hanya minta pertanggung jawaban Bapak. Saya hanya mau nikah sama Bapak. Bukankah Bapak sudah janji. Saya bahkan sudah menyerahkan semua untuk Bapak. Saya cinta Pak Wisnu,” ujar Sumi dengan terisak.Wisnu diam, menghentikan makannya dan berdiri perlahan dari kursinya.“Lalu kamu sekarang mengancamku dengan pisau agar aku menikahimu?”Sumi menangis lagi sambil menganggukkan kepala. “Saya terpaksa melakukannya, Pak. Tolong, jangan biarkan saya berbuat nekad. Saya mencintai Bapak dan ingin selamanya bersama Bapak.”Wisnu menyeringai sambil menatap sinis ke arah Sumi.“Sinting, kamu!!! Mana mungkin aku nikah sama kamu. Aku hanya suka dengan badanmu, suka dengan keperawananmu saja, tidak lebih. Saat melakukannya pun aku membayangkan Ratih. Sama sekali bukan karena ci
“Bukannya dia bekas sopir keluarga Mas Wisnu?” lirih Ratih bertutur.Seketika Derryl, Tuan Robby, Nyonya Siska dan petugas polisi menatap Ratih dengan terkejut. “Anda mengenalnya, Nyonya?” tanya petugas polisi tersebut. “Eng ... tidak. Saya hanya pernah melihatnya bekerja di keluarga mantan suami saya. Waktu itu hanya beberapa bulan bekerja di sana sebagai sopir pribadi mantan mertua saya. Setelah itu saya tidak pernah melihatnya lagi. Baru kali ini melihatnya kembali.” Petugas polisi itu hanya menganggukkan kepala sambil menatap Ratih dengan seksama. “Apa orang ini yang telah menyabotase mobil dan merupakan residivis itu?” Ratih bertanya. “Iya, Nyonya. Dia ini residivis dan telah menyabotase mobil suami Anda dua kali.” Ratih terdiam dan tampak sedang berpikir. Derryl melihatnya. “Apa kamu berpikir kalau Wisnu di belakang ulahnya?” Ratih menoleh ke arah Derryl dan mengangguk. “Bisa saja, Bang. Bukankah setelah kita menikah dia juga pernah datang ke kantor dan mengirimi aku bung
“Sus, bagaimana istri saya? Apa dia baik-baik saja?” cercah Derryl.Usai kecelakaan itu terjadi, Derryl bersama Ratih sudah dibawa ambulance ke rumah sakit. Derryl tidak mengalami luka serius hanya luka gores saja di beberapa bagian tubuh. Berbanding terbalik dengan Ratih yang saat ini sedang mendapat penanganan khusus.“Sabar, Tuan. Dokter masih menanganinya, nanti kalau sudah selesai pasti akan kami beritahu.”Derryl hanya mengangguk sambil terus berjalan mondar-mandir, sesekali ia remas jemari tangan untuk mengusir kegelisahannya.“Ryl!!” Sebuah suara memanggil Derryl. Derryl menoleh dan melihat Nyonya Siska datang bersama Tuan Robby.“Ma, Pa ... Ratih. Mereka masih menolongnya. Aku gak tahu harus bagaimana. Ini benar-benar kesalahanku.” Derryl berurai air mata dan menyesali keteledorannya tadi.“Sudah, Ryl. Ini semua musibah, kamu harus mengikhlaskan semuanya,” ujar Nyonya Siska