“Pak, saya lanjut kerjaannya di ruangan saya saja. Kan Bapak sudah punya asisten sekarang,” ucap Ratih dengan penuh amarah.
Usai berkata seperti itu, Ratih langsung berlalu pergi begitu saja. Sementara Derryl langsung terkejut melihat ulah istrinya ini.
“Sayang ... tunggu!!!” ucap Derryl mengejar. Namun, sepertinya Ratih tidak peduli dan sudah berjalan cepat menuju ruangannya.
Derryl tidak meneruskan mengejar, ada Anggi yang menatapnya dengan aneh saat ini. Derryl hampir lupa kalau saat ini dia sedang berada di kantor. Seharusnya dia bersikap profesional kali ini. Derryl menghela napas panjang kemudian menyilakan Anggi masuk.
Anggi menurut, mengekor langkah Derryl lalu duduk di kursi depan meja kerja Derryl.
“Jadi namamu Anggi, sudah selesai interview kemudian dihubungi HRD tadi pagi kalau kamu diterima kerja di sini?” Derryl mengulang keterangan yang diberikan Anggi tadi.
“Iya, benar sekali, Pak.&rd
“Hoek!! Hoek!!”Baru saja tiba di rumah, Ratih langsung berlarian masuk kamar dan menuju ke kamar mandi. Ia langsung memuntahkan isi perutnya begitu saja. Derryl mengejar menuju kamar mandi dan melihat istrinya dengan khawatir.“Kamu kenapa, Sayang?”Ratih tidak menjawab, terus menggeleng sambil memuntahkan isi perutnya. Derryl segera mendekat memijat lehernya agar lebih lega.“Kan aku udah bilang, jangan makan pedes-pedes terus. Gini ‘kan akhirnya.”Ratih tidak menjawab. Ia sudah menyeka mulutnya dengan air kemudian membalikkan badan dan langsung berhambur memeluk Derryl. Derryl hanya diam dan membalas pelukannya.“Kenapa sih kok tiba-tiba manja, gini? Udah enakan sekarang?”Ratih tidak menjawab hanya menganggukkan kepala sambil terus memeluk Derryl.“Ya udah kalau enakan. Sekarang kita istirahat, yuk!!”Ratih langsung menggeleng dan mendongakkan kepala m
“Aku positif!!” ucap Ratih lirih.Seketika Derryl terbelalak kaget. Ia menerima alat test pack yang baru saja disodorkan Ratih padanya. Derryl terdiam sambil melihat tanda plus yang berada di alat test pack itu.“Kamu hamil, sayang?” cicit Derryl lirih.Ratih tersenyum dan menganggukkan kepala. Sontak Derryl langsung berhambur memeluk Ratih dan mendaratkan banyak kecupan di wajahnya. Mata mereka saling bertemu kemudian saling pandang satu sama lain. Banyak rona bahagia terlihat jelas dari dua insan tersebut.Kehamilan Ratih ini benar-benar mematahkan dugaan Wisnu tempo hari yang menuduhnya hamil dan Ratih sangat senang karenanya.“Aku senang sekali, Sayang. Aku harus memberitahu Mama, Papa.” Derryl mengurai pelukan kemudian sudah berjalan keluar kamar sambil mengacungkan test pack yang baru saja dipakai Ratih ke semua orang yang ditemuinya.Ratih sampai mengulum senyum geli melihat ulah suaminya. Selang be
“Jadi benar Ratih sudah menikah lagi dan menjadi menantu Tuan Robby Dariawan?” tanya Pak Samudro.Siang itu Wisnu kedatangan Pak Samudro di ruangannya. Entah mengapa tiba-tiba Pak Samudro mendatanginya kali ini. Anehnya lagi Pak Samudro seketika bertanya tentang Ratih padanya.“Papa tahu dari mana tentang hal itu?” Wisnu balas bertanya.Pak Samudro menghela napas panjang kemudian duduk di salah satu sofa dalam ruangan Wisnu.“Tadi Papa baru saja bertemu klien dan beliau bercerita kalau usai melakukan pertemuan dengan Tuan Robby. Kebetulan saat mereka bertemu di kantor Tuan Robby ada perayaan. Katanya perayaan itu untuk menyambut kehamilan menantunya. Papa bertanya dan ternyata yang menjadi menantu Tuan Robby adalah Ratih, mantan istrimu itu.”Wisnu diam dan berdecak kemudian menyandarkan punggungnya ke kursi.“Kenapa dia bisa hamil? Katamu dulu kamu bercerai dengannya karena dia mandul dan tidak bisa
“Eng ... itu, Bu. Saya ... saya mau memberikan berkas ini,” ucap Anggi akhirnya.Ratih dan Derryl terdiam melirik berkas yang disodorkan Anggi kepadanya. Ratih gegas menerima berkas itu dan membacanya sekilas.“Iya, saya terima. Nanti saya periksa,” jawab Ratih.“Tapi berkas itu untuk Pak Derryl, Bu. Bukan untuk Bu Ratih.”Ratih berdecak sambil melihat Anggi dengan sorot mata yang tajam.“Aku yang merapel asistennya sekarang. Jadi aku yang akan memeriksa lebih dulu sebelum aku serahkan ke Pak Derryl.”Ratih berkata seperti itu dengan nada keras. Entah mengapa sejak pertama melihat Anggi, Ratih sudah tidak suka. Dia merasa kalau Anggi ada maksud tersembunyi terhadap Derryl. Bisa jadi ini adalah insting seorang istri pada wanita pelakor macam Anggi.“I—iya, Bu. Kalau begitu silakan diperiksa. Saya ... saya permisi dulu.”Anggi membalikkan badan dan berlalu cepat ke
“Lalu siapa yang menelepon suami saya tadi?” gumam Ratih.Dua orang anggota kepolisian yang masih berdiri di depan pintu itu tampak bingung.“Bagaimana kalau Anda coba hubungi suami Anda, Nyonya. Siapa tahu beliau belum jauh,” saran salah satu pria tersebut.Ratih mengangguk kemudian bergegas mengambil ponsel di dalam kamar dan melakukan panggilan. Sementara dua orang polisi tadi sudah masuk ke dalam apartemen, duduk di sofa dalam ruang tengah sekaligus ruang tamu.Ratih tampak terdiam menunggu sambil mendekatkan ponselnya di telinga. Ia tampak gelisah, berjalan mondar mandir sambil menunggu jawaban dari Derryl.“Gak ada jawaban, Pak. Bagaimana ini?”“Apa suami Anda bilang hendak ke kantor polisi yang mana?” tanya salah satu pria itu.Ratih terdiam kemudian menggelengkan kepala. Dia juga lupa menanyakan tentang hal itu. Ratih kembali gelisah bahkan kini sibuk meremas tangan sambil menggi
“Tentu saja saya tahu. Dia adalah mantan tunangan keponakan saya. Mereka batal menikah, harusnya setahun lalu mereka menikahnya. Saya sendiri tidak tahu apa penyebabnya. Yang pasti saya hadir saat Pak Wisnu sekeluarga melamar keponakan saya,” urai polisi berpakaian intel tersebut.Ratih terdiam sesaat kemudian mengernyitkan alis melihat ke arah polisi intel tersebut.“Apa keponakan Bapak bernama Fani dan bekerja sebagai sekretaris saat itu?”“Akh ... iya. Anda juga mengenalnya, Nyonya.”Ratih tersenyum meringis sambil melirik ke arah Derryl. Tentu saja dia tidak akan mengatakan kalau Fani adalah salah satu penyebab perceraiannya dengan Wisnu.“Lalu bagaimana kabarnya Fani sekarang, Pak?” Ratih mengalihkan pembicaraan.“Bulan depan dia akan menikah dengan mantan pacarnya dulu. Rupanya kalau jodoh tidak akan tertukar.”Ratih manggut-manggut dan ikut senang mendengar ucapan poli
Hampir dua minggu berselang sejak kejadian tersebut, kini Derryl dan Ratih kembali tinggal di rumah keluarganya. Nyonya Siska dan Tuan Robby tidak mau terjadi sesuatu hal yang membahayakan putra juga menantunya itu. Bahkan Nyonya Siska tidak henti-hentinya memberi perhatian ekstra ke Ratih. Ratih sampai canggung sendiri dibuatnya.“Kamu mau makan apa hari ini, Tih? Biar Mama suruh Bibi masak keinginanmu,” pinta Nyonya Siska pagi itu.Saat ini mereka sedang asyik sarapan pagi dan Nyonya Siska tiba-tiba saja menawari Ratih seperti itu.“Eng ... apa saja, Ma. Saya sedang gak pengen makan apa-apa.”Nyonya Siska hanya manggut-manggut. Derryl yang duduk di sebelah Ratih hanya mengulum senyum kemudian sudah menyahut dengan keras.“Masak sup buntut aja, Ma. Ayam goreng, tempe goreng dan juga sambal. Hmm ... pasti sedap itu.”Nyonya Siska langsung mengernyitkan alis sambil menatap Derryl dengan heran. “Kamu i
“Sus, bagaimana istri saya? Apa dia baik-baik saja?” cercah Derryl.Usai kecelakaan itu terjadi, Derryl bersama Ratih sudah dibawa ambulance ke rumah sakit. Derryl tidak mengalami luka serius hanya luka gores saja di beberapa bagian tubuh. Berbanding terbalik dengan Ratih yang saat ini sedang mendapat penanganan khusus.“Sabar, Tuan. Dokter masih menanganinya, nanti kalau sudah selesai pasti akan kami beritahu.”Derryl hanya mengangguk sambil terus berjalan mondar-mandir, sesekali ia remas jemari tangan untuk mengusir kegelisahannya.“Ryl!!” Sebuah suara memanggil Derryl. Derryl menoleh dan melihat Nyonya Siska datang bersama Tuan Robby.“Ma, Pa ... Ratih. Mereka masih menolongnya. Aku gak tahu harus bagaimana. Ini benar-benar kesalahanku.” Derryl berurai air mata dan menyesali keteledorannya tadi.“Sudah, Ryl. Ini semua musibah, kamu harus mengikhlaskan semuanya,” ujar Nyonya Siska
Beberapa bulan berselang sejak kejadian itu, Ratih kembali sibuk dengan aktivitasnya. Begitu juga Derryl, mereka bahkan sudah memilih tinggal di rumah sendiri yang disiapkan Derryl. Pagi itu tidak seperti biasanya. Ratih bangun kesiangan dan entah mengapa dia merasa pusing.Derryl yang sudah bersiap sedari tadi hanya melirik istri cantiknya yang masih bergelut di balik selimut.“Kamu gak kerja, Sayang? Udah siang, nanti terlambat, loh,” ujar Derryl.Ratih hanya mengangguk sambil menyibak selimut dan bangkit dengan ogah-ogahan menuju kamar mandi. Derryl memilih menunggu di ruang makan sedangkan Ratih masih meneruskan aktivitas mandinya. Belakangan ini dia merasa tidak enak badan bahkan mengalami mual terus menerus. Itu sebabnya kali ini Ratih berinisiatif menggunakan test pack.Ratih terperangah kaget begitu melihat hasil dari test pack yang menunjukkan kalau dia positif hamil. Ratih mengulum senyum sambil berulang kali mematut wajahnya di depa
Pagi itu, Ratih mulai beraktivitas kembali di kantor. Banyak karyawan yang menyambutnya dengan suka cita. Apalagi saat meeting pagi, semua menghampiri Ratih dan memberinya ucapan selamat atas kesembuhannya. Sasi yang paling senang karena bosnya bisa kembali aktif.“Syukurlah, Bu. Akhirnya Ibu aktif kembali. Saya benar-benar bingung selama Ibu gak ada,” urai Sasi.Mereka baru saja usai melakukan meeting dan sudah berada di ruangan Ratih. Mawar seperti biasa selalu ikut nimbrung pembicaraan mereka. Dia juga jadi orang kedua yang begitu senang dengan kehadiran Ratih kembali.“Tih, aku mendengar kabar tentang Wisnu dan semua yang dilakukannya. Aku bener-bener gak nyangka, Tih,” ucap Mawar mengalihkan pembicaraan.Ratih hanya tersenyum dan mengangguk. “Iya, aku juga sangat terkejut, Mawar. Entahlah apa yang menyebabkan dia berbuat seperti itu. Sudah semestinya dia bertanggung jawab atas semuanya sekarang.”Mawar dan S
“Sumpah, Pak. Bukan saya pelakunya. Saya hanya tamu dan mau menginap di sana, tapi malah menemukan mayat,” jelas Anggi.Akibat teriakannya tadi membuat petugas security yang sedang berpatroli kompleks berhenti dan menghampiri Anggi. Security tersebut kaget saat melihat temuan Anggi dan segera melaporkannya ke polisi. Kini Anggi terpaksa harus ditahan polisi karena dia yang pertama menemukan mayat tersebut. Padahal tadinya Anggi ingin melarikan diri kini ternyata harus terciduk juga di kantor polisi.“Iya, Nona. Saya tahu. Kami hanya akan mencari informasi saja dari Anda. Namun, sebetulnya kami sedari tadi juga mencari Anda. Anda terlibat dalam kasus pencemaran nama baik.”Anggi terdiam hanya menundukkan kepala usai mendengar penjelasan petugas polisi itu. Padahal dia berharap bisa sembunyi dari polisi. Kenapa juga dia malah harus bertemu polisi?“Kalau boleh tahu rumah siapa itu sebenarnya?” tanya polisi tersebut.
“DERRYL!!! Apa maksudnya ini?” sergah Tuan Robby.Derryl terkejut, menyudahi makannya dan melihat dengan bingung ke arah Tuan Robby. Derryl langsung menerima ponsel yang disodorkan Tuan Robby. Dia semakin terperangah kaget saat melihat apa yang ada di dalam ponsel itu. Ratih yang duduk di sebelahnya mendekat dan ikut melihat apa yang terjadi.Ratih langsung menoleh ke arah Derryl dan menatapnya penuh tanya. Sementara Derryl hanya menghela napas panjang.“Aku bisa menjelaskannya, Pa, Ma dan Sayang ... .”Tuan Robby hanya diam, mata marahnya sudah menyalang melihat ke arah Derryl. Sementara Nyonya Siska yang tidak tahu apa-apa segera merampas ponsel di tangan Derryl dan melihatnya.“Ryl!! Apa-apaan ini? Kamu main gila dengan siapa?” seru Nyonya Siska.“Aku gak main gila, Ma. Kejadiannya tidak seperti yang terlihat di sana. Percayalah.”“Lalu bagaimana yang sebenarnya terjadi, Bang?&r
“Kamu baru datang, Bang?” tegur Ratih.Dia melihat Derryl masuk ke dalam kamar dengan mengendap-endap. Derryl pikir tadi Ratih sudah tidur, ternyata istri cantiknya itu belum tidur dan sedang menunggu kedatangannya. Derryl tersenyum sambil berjalan menghampiri.“Aku pikir kamu sudah tidur tadi.” Derryl langsung duduk di tepi kasur dan mengecup kening Ratih.Ratih tersenyum sambil memposisikan tubuhnya menjadi duduk bersandar. Derryl hanya diam sambil berulang menghela napas panjang sembari menatap Ratih dengan intens. Ratih melihat ada kegelisahan di mata Derryl.“Ada apa, Bang? Apa ada masalah di kantor?” tanya Ratih.Derryl kembali menghela napas panjang dan menggeleng dengan cepat.“Tidak. Tidak ada masalah, hanya saja ---“Derryl menggantung kalimatnya dan kini melihat Ratih dengan sendu. Ratih tersenyum menyentuh wajahnya dan membelainya lembut.“Ada apa? Aku tahu pasti
“Maaf, Ma. Kayaknya aku gak bisa pulang cepat,” ucap Derryl di panggilan telepon.Akibat banyaknya kerjaan di kantor, membuat Derryl tidak bisa menjemput Ratih seperti janjinya tadi. Hingga usai jam makan siang dia masih bergelut di kantor. Entah mengapa hari ini pekerjaan seakan menumpuk dan semua harus diselesaikannya.[“Iya, gak papa, Ryl. Mama ‘kan sudah bilang kalau bisa mengurusnya. Sudah, kamu selesaikan saja urusanmu di kantor. Ratih aman sama Mama.”]Derryl tersenyum mendengar jawaban Nyonya Siska di seberang sana. Ia beruntung mamanya sangat pengertian kali ini.“Terus Ratih mana, Ma? Aku mau ngobrol sebentar dengannya,” pinta Derryl.[“Dia sedang tidur, Ryl. Mama sengaja tidak membangunkannya. Nanti kalau dia sudah bangun, baru Mama ajak pulang. Kalau urusan administrasi sudah beres semua.”]“Ya udah, terserah Mama saja. Nanti kalau udah selesai aku langsung balik, kok.&r
“Sumi!! Kamu apa-apaan?” seru Wisnu.Dia sangat terkejut saat melihat Sumi menyambar pisau dan menghunus ke arahnya.“Saya hanya minta pertanggung jawaban Bapak. Saya hanya mau nikah sama Bapak. Bukankah Bapak sudah janji. Saya bahkan sudah menyerahkan semua untuk Bapak. Saya cinta Pak Wisnu,” ujar Sumi dengan terisak.Wisnu diam, menghentikan makannya dan berdiri perlahan dari kursinya.“Lalu kamu sekarang mengancamku dengan pisau agar aku menikahimu?”Sumi menangis lagi sambil menganggukkan kepala. “Saya terpaksa melakukannya, Pak. Tolong, jangan biarkan saya berbuat nekad. Saya mencintai Bapak dan ingin selamanya bersama Bapak.”Wisnu menyeringai sambil menatap sinis ke arah Sumi.“Sinting, kamu!!! Mana mungkin aku nikah sama kamu. Aku hanya suka dengan badanmu, suka dengan keperawananmu saja, tidak lebih. Saat melakukannya pun aku membayangkan Ratih. Sama sekali bukan karena ci
“Bukannya dia bekas sopir keluarga Mas Wisnu?” lirih Ratih bertutur.Seketika Derryl, Tuan Robby, Nyonya Siska dan petugas polisi menatap Ratih dengan terkejut. “Anda mengenalnya, Nyonya?” tanya petugas polisi tersebut. “Eng ... tidak. Saya hanya pernah melihatnya bekerja di keluarga mantan suami saya. Waktu itu hanya beberapa bulan bekerja di sana sebagai sopir pribadi mantan mertua saya. Setelah itu saya tidak pernah melihatnya lagi. Baru kali ini melihatnya kembali.” Petugas polisi itu hanya menganggukkan kepala sambil menatap Ratih dengan seksama. “Apa orang ini yang telah menyabotase mobil dan merupakan residivis itu?” Ratih bertanya. “Iya, Nyonya. Dia ini residivis dan telah menyabotase mobil suami Anda dua kali.” Ratih terdiam dan tampak sedang berpikir. Derryl melihatnya. “Apa kamu berpikir kalau Wisnu di belakang ulahnya?” Ratih menoleh ke arah Derryl dan mengangguk. “Bisa saja, Bang. Bukankah setelah kita menikah dia juga pernah datang ke kantor dan mengirimi aku bung
“Sus, bagaimana istri saya? Apa dia baik-baik saja?” cercah Derryl.Usai kecelakaan itu terjadi, Derryl bersama Ratih sudah dibawa ambulance ke rumah sakit. Derryl tidak mengalami luka serius hanya luka gores saja di beberapa bagian tubuh. Berbanding terbalik dengan Ratih yang saat ini sedang mendapat penanganan khusus.“Sabar, Tuan. Dokter masih menanganinya, nanti kalau sudah selesai pasti akan kami beritahu.”Derryl hanya mengangguk sambil terus berjalan mondar-mandir, sesekali ia remas jemari tangan untuk mengusir kegelisahannya.“Ryl!!” Sebuah suara memanggil Derryl. Derryl menoleh dan melihat Nyonya Siska datang bersama Tuan Robby.“Ma, Pa ... Ratih. Mereka masih menolongnya. Aku gak tahu harus bagaimana. Ini benar-benar kesalahanku.” Derryl berurai air mata dan menyesali keteledorannya tadi.“Sudah, Ryl. Ini semua musibah, kamu harus mengikhlaskan semuanya,” ujar Nyonya Siska