“Sayang ... kamu di sini rupanya,” ujar Derryl.
Ratih terkejut dan langsung menoleh. Hal yang sama juga dilakukan Fani. Derryl langsung tersenyum sambil menyapa Fani dengan anggukkan. Fani membalas dengan senyuman.
“Eng ... Bu. Saya permisi dulu, ya. Terima kasih untuk traktirannya.” Fani bangkit dan langsung berpamitan undur diri.
Ratih hanya mengangguk dan mengizinkan Fani berlalu pergi lebih dulu. Kini Ratih berganti melirik Derryl yang sudah duduk di depannya.
“Sudah selesai pemotretannya?” Derryl mengangguk dan tersenyum. Ia langsung melambaikan tangan memanggil pelayan dan memesan minuman.
“Terus ke mana mantan pacarmu itu?” Ratih bertanya dengan sinis.
“Dia langsung pergi, ada janji pemotretan di tempat lain.”
Ratih hanya manggut-manggut mendengarkan kemudian melirik sinis ke arah Derryl. “Aku berubah pikiran,” ucap Ratih kemudian.
Derryl menge
Akhir pekan tiba, pagi itu dengan berat hati Ratih sudah tiba di kantor. Memang hari ini ada bus yang akan menjemput dia bersama dua rekan yang lain ke tempat gathering diadakan.“Wah!! Saya pikir Bu Ratih tidak akan ikut, ternyata ikut juga, toh,” ujar Pak Salim.Ratih hanya tersenyum meringis. Sebenarnya dia juga ingin mengundurkan diri sejak kemarin bahkan Derryl memintahnya seperti itu. Namun, sayangnya kandidat yang akan menggantikan Ratih tidak ada. Ada yang tugas luar kota, sakit dan lainnya tiba-tiba menghilang tidak ada jawaban. Daripada nama perusahaan yang jadi taruhannya, terpaksa Ratih ikut saja.“Semoga saja tim kita menang lagi, Bu!” sahut Pak Heri yang tiba-tiba berdiri di samping Ratih.Sekali lagi Ratih hanya mengangguk sambil meringis. Dua pria di sebelahnya ini memang hampir seumuran dengannya mungkin selisih 2 atau 1 tahun saja, tapi semangat mereka tidak kalah dengan yang muda.“Kita gak ada yang
“Saaayang?” tanya Pak Heri dan Pak Salim secara berbarengan.Sepertinya Derryl tahu kalau dia sudah keceplosan bicara bahkan semua mata yang berada di tempat itu melihat ke arahnya.“Eng ... maksud saya, sayang banget, kenapa kok bisa jatuh padahal tinggal satu sesi saja,” Derryl mati-matian meralat ucapannya. Sementara Ratih hanya mengulum senyum menahan tawa sambil melihat ke arah Derryl.Beruntungnya kerumunan yang berada di sana sudah berangsur pergi, hanya tinggal Ratih, Pak Heri, Pak Salim, Derryl serta dua orang panitia yang membantu.“Sepertinya kita harus bawa ke rumah sakit, Pak? Takut lukanya parah,” ucap salah satu panitia.“Ya udah. Biar saya bawa saja. Kalian pasti sibuk mengurusi acara selanjutnya, bukan?” Derryl menawarkan diri. Dua orang panitia itu hanya mengangguk dan tersenyum saat tahu Derryl mau berbaik hati membantunya.“Terus kami bagaimana, Pak?” Pak Heri be
Sudah hampir lima belas menit berlalu, baik Derryl dan Ratih hanya diam saling pandang satu sama lain. Mereka sudah berada di kamar yang baru saja mereka sewa untuk bermalam.“Eng ... kamu tidur di atas saja. Nanti aku bisa tidur di bawah,” ucap Derryl memecah keheningan.Ratih hanya manggut-manggut mendengarkan. Ya, mungkin itu satu-satunya pilihan mereka untuk beristirahat kali ini. Kamar ini memang cukup bersih dan luas, hanya saja fasilitas di kamar kurang memadai. Hanya ada sebuah kasur double bed dengan lemari kayu, meja nakas dan meja rias dengan dua kursi tanpa ada sofa yang biasanya ada.“Aku ke mobil bentar untuk ambil baju. Ini dingin sekali. Kalau kamu mau ganti, kamu bisa meminjam bajuku, Sayang.”Ratih mengangguk mengiyakan. Memang barang-barang Ratih masih tertinggal di tempat gathering dan mungkin saat ini sudah dibawa serta Pak Heri dan Pak Salim ke kantor. Derryl masih keluar kamar dan kini Ratih tampak gelisah be
“Tih!! Kamu baik-baik saja,’kan?” sapa Mawar.Senin pagi, Ratih kembali beraktivitas seperti biasa dan dia tampak terkejut saat Mawar menyapa.“Eng ... iya. Aku baik-baik saja. Memangnya kenapa?”“Aku dengar kamu cidera saat gathering kemarin bahkan keningmu sampai keluar darah. Apa semua baik-baik saja?”Ratih hanya meringis. Ternyata kabar langsung tersebar dengan cepat saat ia terjatuh kemarin. Ratih tidak bisa membayangkan jika teman kantornya tahu tentang hubungannya dengan Derryl.“Sudah dijahit, kok. Mungkin seminggu akan kering.” Ratih menunjukkan keningnya yang masih ada plesternya.“Duh, kamu bikin orang khawatir aja. Untung ada Pak Derryl di sana. Katanya juga Pak Derryl langsung panik dan gendong kamu keluar dari lokasi.”Ratih kini terperanjat kaget saat Mawar meneruskan ucapannya. Kenapa juga berita tentang dia digendong Derryl malah diketahui Mawar. Kalau
CEKLEK!! CEKLEK!!Berulang terdengar pintu ruangan Derryl hendak dibuka dari depan, tapi karena Derryl sudah menguncinya dari dalam sehingga hanya menimbulkan bunyi seperti itu. Ratih gegas mengurai kecupannya dan menoleh ke arah pintu.“Bang, ada yang mau masuk. Mungkin Kresna ingin bertemu,” ujar Ratih.Derryl menghela napas panjang sambil melepas pelukannya. Wajah Derryl seketika terlihat suntuk dan Ratih jadi tertawa melihatnya.“Udah, nanti dilanjut lagi. Bukannya tadi Abang bilang mau ngajak makan siang bareng.”Derryl mengangguk kemudian tersenyum. Ia drastis berubah ceria seketika.“Ya udah, dilanjut nanti saja.” Ratih mengangguk kemudian bersiap kembali ke ruangannya. Namun, belum sempat berjalan ke pintu, Ratih kembali membalikkan badan dan berjalan menghampiri Derryl lagi. Derryl hanya diam melihatnya dengan bingung.“Ada lipstikku menempel di bibirmu, Bang,” desis Ratih. Wani
Ratih terjingkat kaget saat mendengar bunyi bel pintu apartemennya ditekan berulang kali oleh seseorang. Dengan mata setengah terpejam, Ratih berjalan menuju pintu. Kemudian tanpa melihat melalui lubang pengintip Ratih langsung membuka pintu.Sontak dia kembali terkejut saat tiba-tiba Derryl berhambur memeluknya. Ternyata yang membunyikan bel kamar apartemennya adalah Derryl. Ratih terdiam dan balas memeluk Derryl Ia belai lembut kepala Derryl yang bersandar di bahunya.“Kamu dari mana, Bang? Kok baru pulang,” gumam Ratih pelan.Derryl tidak menjawab malah semakin mempererat pelukannya. Ratih hanya terdiam dan membiarkan Derryl menuntaskan kerinduannya. Setelah beberapa saat Derryl mengangkat kepala dan mengurai pelukannya sembari menatap Ratih dengan sendu.“Kamu punya mie instan, gak? Aku laper.”Ratih tertawa mendengar ucapan Derryl. Ratih langsung menarik tangan Derryl agar masuk ke dalam. Ia lalu meminta Derryl duduk me
“Kamu gak ngantor? Kok belum bersiap dari tadi,” seru Ratih.Ia sangat terkejut saat melihat Derryl masih mengenakan trainingnya tanpa berganti baju kerja.“Hmm ... aku datang sedikit terlambat. Ada urusan yang harus aku selesaikan.”“Apa masalah keluargamu yang kemarin itu?” tebak Ratih. Derryl hanya mengangguk sambil tersenyum.Ia berjalan mendekat menghampiri Ratih yang sibuk menyiapkan sarapan kemudian langsung memeluknya.“Iya, yang kemarin belum selesai. Jadi kamu gak papa ngantor sendirian nanti.”Ratih tersenyum sambil mengacak rambut Derryl dengan lembut. “Dari dulu aku terbiasa berangkat sendiri, kok. Jadi jangan khawatir tentang hal itu.”Derryl hanya manggut-manggut. Kemudian tak berapa lama mereka sudah asyik menikmati sarapan.“Nanti kalau kamu keluar kuncinya titipkan ke lobby saja!” pinta Ratih di sela mereka makan.Derryl tidak menja
“Malam ini saya sangat bahagia dan ingin membagikan kebahagiaan saya dengan kalian semua. Hari ini saya umumkan pertunangan putra tercinta saya, Derryl Dariawan dengan Sophie Fransiska.”Sontak semua yang hadir di ruangan itu terkejut setengah mati. Kini para karyawan tahu mengapa Derryl yang masih berusia muda bisa menduduki posisi tertinggi sebagai CEO. Ternyata dia adalah anak pemilik perusahaan itu sendiri.Derryl yang berdiri tak jauh dari Ratih juga terkejut, dia tidak menyangka Tuan Robby akan mengumumkan pertunangannya dengan Sophie di acara ini. Derryl seketika melihat ke arah Ratih, ia berulang menggelengkan kepala seakan memberi tahu kalau yang diucapkan ayahnya salah.Sementara Ratih hanya terdiam, menundukkan kepala sambil terus menggigit bibirnya. Ia tidak tahu kalau Derryl adalah pemilik perusahaan tempat dia bekerja. Dia juga tidak tahu kalau Derryl sudah mempunyai calon tunangan.Lamunan Ratih buyar oleh suara tepuk tangan dan
Beberapa bulan berselang sejak kejadian itu, Ratih kembali sibuk dengan aktivitasnya. Begitu juga Derryl, mereka bahkan sudah memilih tinggal di rumah sendiri yang disiapkan Derryl. Pagi itu tidak seperti biasanya. Ratih bangun kesiangan dan entah mengapa dia merasa pusing.Derryl yang sudah bersiap sedari tadi hanya melirik istri cantiknya yang masih bergelut di balik selimut.“Kamu gak kerja, Sayang? Udah siang, nanti terlambat, loh,” ujar Derryl.Ratih hanya mengangguk sambil menyibak selimut dan bangkit dengan ogah-ogahan menuju kamar mandi. Derryl memilih menunggu di ruang makan sedangkan Ratih masih meneruskan aktivitas mandinya. Belakangan ini dia merasa tidak enak badan bahkan mengalami mual terus menerus. Itu sebabnya kali ini Ratih berinisiatif menggunakan test pack.Ratih terperangah kaget begitu melihat hasil dari test pack yang menunjukkan kalau dia positif hamil. Ratih mengulum senyum sambil berulang kali mematut wajahnya di depa
Pagi itu, Ratih mulai beraktivitas kembali di kantor. Banyak karyawan yang menyambutnya dengan suka cita. Apalagi saat meeting pagi, semua menghampiri Ratih dan memberinya ucapan selamat atas kesembuhannya. Sasi yang paling senang karena bosnya bisa kembali aktif.“Syukurlah, Bu. Akhirnya Ibu aktif kembali. Saya benar-benar bingung selama Ibu gak ada,” urai Sasi.Mereka baru saja usai melakukan meeting dan sudah berada di ruangan Ratih. Mawar seperti biasa selalu ikut nimbrung pembicaraan mereka. Dia juga jadi orang kedua yang begitu senang dengan kehadiran Ratih kembali.“Tih, aku mendengar kabar tentang Wisnu dan semua yang dilakukannya. Aku bener-bener gak nyangka, Tih,” ucap Mawar mengalihkan pembicaraan.Ratih hanya tersenyum dan mengangguk. “Iya, aku juga sangat terkejut, Mawar. Entahlah apa yang menyebabkan dia berbuat seperti itu. Sudah semestinya dia bertanggung jawab atas semuanya sekarang.”Mawar dan S
“Sumpah, Pak. Bukan saya pelakunya. Saya hanya tamu dan mau menginap di sana, tapi malah menemukan mayat,” jelas Anggi.Akibat teriakannya tadi membuat petugas security yang sedang berpatroli kompleks berhenti dan menghampiri Anggi. Security tersebut kaget saat melihat temuan Anggi dan segera melaporkannya ke polisi. Kini Anggi terpaksa harus ditahan polisi karena dia yang pertama menemukan mayat tersebut. Padahal tadinya Anggi ingin melarikan diri kini ternyata harus terciduk juga di kantor polisi.“Iya, Nona. Saya tahu. Kami hanya akan mencari informasi saja dari Anda. Namun, sebetulnya kami sedari tadi juga mencari Anda. Anda terlibat dalam kasus pencemaran nama baik.”Anggi terdiam hanya menundukkan kepala usai mendengar penjelasan petugas polisi itu. Padahal dia berharap bisa sembunyi dari polisi. Kenapa juga dia malah harus bertemu polisi?“Kalau boleh tahu rumah siapa itu sebenarnya?” tanya polisi tersebut.
“DERRYL!!! Apa maksudnya ini?” sergah Tuan Robby.Derryl terkejut, menyudahi makannya dan melihat dengan bingung ke arah Tuan Robby. Derryl langsung menerima ponsel yang disodorkan Tuan Robby. Dia semakin terperangah kaget saat melihat apa yang ada di dalam ponsel itu. Ratih yang duduk di sebelahnya mendekat dan ikut melihat apa yang terjadi.Ratih langsung menoleh ke arah Derryl dan menatapnya penuh tanya. Sementara Derryl hanya menghela napas panjang.“Aku bisa menjelaskannya, Pa, Ma dan Sayang ... .”Tuan Robby hanya diam, mata marahnya sudah menyalang melihat ke arah Derryl. Sementara Nyonya Siska yang tidak tahu apa-apa segera merampas ponsel di tangan Derryl dan melihatnya.“Ryl!! Apa-apaan ini? Kamu main gila dengan siapa?” seru Nyonya Siska.“Aku gak main gila, Ma. Kejadiannya tidak seperti yang terlihat di sana. Percayalah.”“Lalu bagaimana yang sebenarnya terjadi, Bang?&r
“Kamu baru datang, Bang?” tegur Ratih.Dia melihat Derryl masuk ke dalam kamar dengan mengendap-endap. Derryl pikir tadi Ratih sudah tidur, ternyata istri cantiknya itu belum tidur dan sedang menunggu kedatangannya. Derryl tersenyum sambil berjalan menghampiri.“Aku pikir kamu sudah tidur tadi.” Derryl langsung duduk di tepi kasur dan mengecup kening Ratih.Ratih tersenyum sambil memposisikan tubuhnya menjadi duduk bersandar. Derryl hanya diam sambil berulang menghela napas panjang sembari menatap Ratih dengan intens. Ratih melihat ada kegelisahan di mata Derryl.“Ada apa, Bang? Apa ada masalah di kantor?” tanya Ratih.Derryl kembali menghela napas panjang dan menggeleng dengan cepat.“Tidak. Tidak ada masalah, hanya saja ---“Derryl menggantung kalimatnya dan kini melihat Ratih dengan sendu. Ratih tersenyum menyentuh wajahnya dan membelainya lembut.“Ada apa? Aku tahu pasti
“Maaf, Ma. Kayaknya aku gak bisa pulang cepat,” ucap Derryl di panggilan telepon.Akibat banyaknya kerjaan di kantor, membuat Derryl tidak bisa menjemput Ratih seperti janjinya tadi. Hingga usai jam makan siang dia masih bergelut di kantor. Entah mengapa hari ini pekerjaan seakan menumpuk dan semua harus diselesaikannya.[“Iya, gak papa, Ryl. Mama ‘kan sudah bilang kalau bisa mengurusnya. Sudah, kamu selesaikan saja urusanmu di kantor. Ratih aman sama Mama.”]Derryl tersenyum mendengar jawaban Nyonya Siska di seberang sana. Ia beruntung mamanya sangat pengertian kali ini.“Terus Ratih mana, Ma? Aku mau ngobrol sebentar dengannya,” pinta Derryl.[“Dia sedang tidur, Ryl. Mama sengaja tidak membangunkannya. Nanti kalau dia sudah bangun, baru Mama ajak pulang. Kalau urusan administrasi sudah beres semua.”]“Ya udah, terserah Mama saja. Nanti kalau udah selesai aku langsung balik, kok.&r
“Sumi!! Kamu apa-apaan?” seru Wisnu.Dia sangat terkejut saat melihat Sumi menyambar pisau dan menghunus ke arahnya.“Saya hanya minta pertanggung jawaban Bapak. Saya hanya mau nikah sama Bapak. Bukankah Bapak sudah janji. Saya bahkan sudah menyerahkan semua untuk Bapak. Saya cinta Pak Wisnu,” ujar Sumi dengan terisak.Wisnu diam, menghentikan makannya dan berdiri perlahan dari kursinya.“Lalu kamu sekarang mengancamku dengan pisau agar aku menikahimu?”Sumi menangis lagi sambil menganggukkan kepala. “Saya terpaksa melakukannya, Pak. Tolong, jangan biarkan saya berbuat nekad. Saya mencintai Bapak dan ingin selamanya bersama Bapak.”Wisnu menyeringai sambil menatap sinis ke arah Sumi.“Sinting, kamu!!! Mana mungkin aku nikah sama kamu. Aku hanya suka dengan badanmu, suka dengan keperawananmu saja, tidak lebih. Saat melakukannya pun aku membayangkan Ratih. Sama sekali bukan karena ci
“Bukannya dia bekas sopir keluarga Mas Wisnu?” lirih Ratih bertutur.Seketika Derryl, Tuan Robby, Nyonya Siska dan petugas polisi menatap Ratih dengan terkejut. “Anda mengenalnya, Nyonya?” tanya petugas polisi tersebut. “Eng ... tidak. Saya hanya pernah melihatnya bekerja di keluarga mantan suami saya. Waktu itu hanya beberapa bulan bekerja di sana sebagai sopir pribadi mantan mertua saya. Setelah itu saya tidak pernah melihatnya lagi. Baru kali ini melihatnya kembali.” Petugas polisi itu hanya menganggukkan kepala sambil menatap Ratih dengan seksama. “Apa orang ini yang telah menyabotase mobil dan merupakan residivis itu?” Ratih bertanya. “Iya, Nyonya. Dia ini residivis dan telah menyabotase mobil suami Anda dua kali.” Ratih terdiam dan tampak sedang berpikir. Derryl melihatnya. “Apa kamu berpikir kalau Wisnu di belakang ulahnya?” Ratih menoleh ke arah Derryl dan mengangguk. “Bisa saja, Bang. Bukankah setelah kita menikah dia juga pernah datang ke kantor dan mengirimi aku bung
“Sus, bagaimana istri saya? Apa dia baik-baik saja?” cercah Derryl.Usai kecelakaan itu terjadi, Derryl bersama Ratih sudah dibawa ambulance ke rumah sakit. Derryl tidak mengalami luka serius hanya luka gores saja di beberapa bagian tubuh. Berbanding terbalik dengan Ratih yang saat ini sedang mendapat penanganan khusus.“Sabar, Tuan. Dokter masih menanganinya, nanti kalau sudah selesai pasti akan kami beritahu.”Derryl hanya mengangguk sambil terus berjalan mondar-mandir, sesekali ia remas jemari tangan untuk mengusir kegelisahannya.“Ryl!!” Sebuah suara memanggil Derryl. Derryl menoleh dan melihat Nyonya Siska datang bersama Tuan Robby.“Ma, Pa ... Ratih. Mereka masih menolongnya. Aku gak tahu harus bagaimana. Ini benar-benar kesalahanku.” Derryl berurai air mata dan menyesali keteledorannya tadi.“Sudah, Ryl. Ini semua musibah, kamu harus mengikhlaskan semuanya,” ujar Nyonya Siska