Waktu yang ditentukan oleh Tuan Robby untuk menyelesaikan kompetisi antara Ratih dan Sophie, tinggal satu minggu. Untung saja awal minggu ini ada pengiriman barang yang datang sehingga Ratih bisa mengirimkan permintaan customer tepat waktu. Dia juga melakukan manuver baru dengan menjemput bola.
Kantor cabang itu acap kali mengikuti pameran yang diadakan pemerintah daerah. Dengan begitu semakin banyak masyarakat yang mengenal produk mereka. Ratih juga memberitahu cara terbaik untuk melakukan administrasi kantor. Banyak karyawannya yang senang akan usaha Ratih kali ini. Semua yang diajarkan lebih sistematis dan membantu kinerja karyawan.
Pagi ini, Ratih dikejutkan dengan dua orang anak buahnya yang tiba-tiba menyeruak masuk ke dalam ruangannya.
“Ada apa?” tanya Ratih penasaran.
“Bu, ada sidak dari pusat. Tuan Robby datang bersama beberapa staf, tak ketinggalan juga Pak Derryl.”
Ratih terkejut setengah mati, bukankah ini belum
“Maksud Tuan ... ,” Ratih masih belum mencerna dengan baik apa yang baru saja dikatakan Tuan Robby.Tuan Robby menghela napas panjang lalu menghembuskannya dengan kasar.“Maksudku apa kamu mau melakukan segala hal untuk mendapatkan putraku?”Ratih terkesima mendengarnya dan menggelengkan kepala sambil tersenyum. “Kalau itu yang Anda maksud, kenapa baru bertanya sekarang? Bukankah Anda sudah melihat apa yang saya lakukan untuk mendapatkan putra Anda, Tuan.”Ratih menarik napas panjang sambil menatap tajam ke arah Tuan Robby.“Saya memang wanita gagal, Tuan. Saya gagal membina rumah tangga dengan mantan suami saya, tapi itu bukan salah saya seratus persen. Saya yang gagal memilih pria pendamping hidup, hingga mahligai rumah tangga kami hancur di tengah jalan. Memang saya punya trauma dan takut gagal lagi. Namun, sejak bersama Derryl. Dia sudah memberi warna tersendiri dalam hidup saya.”Ratih ter
“MAMA!!!?” seru Derryl.Dia sangat terkejut begitu tahu ada Nyonya Siska sedang berdiri di depannya. Nyonya Siska tak kalah terkejutnya. Apalagi saat ini dia melihat putra semata wayangnya sedang berdiri mematung bertelanjang dada dengan wajah memerah dan penuh peluh.“Apa yang kamu lakukan di sini, Derryl?”Derryl hanya diam dan mengernyitkan alis menatap tajam ke arah Nyonya Siska. Nyonya Siska tidak mau menunggu jawaban Derryl terlalu lama. Ia langsung mendorong tubuh Derryl dan menerobos masuk ke dalam kabin apartemen Ratih. Bersamaan Ratih yang baru keluar dari kamar, hanya mengenakan blus tanpa lengan dan rok span dengan rambut acak-acakan, wajah memerah dan penuh peluh. Ia keluar sambil membawakan kaos untuk Derryl.Ratih sangat terkejut begitu melihat kedatangan Nyonya Siska, bahkan sudah menghentikan langkahnya, mematung seketika di depan pintu kamar.“Jadi ini yang kamu lakukan? Menggoda putraku, mengajaknya
“Tuh, Pa!!! Beri tahu anakmu untuk menjaga jarak dengan kekasih jandanya itu. Aku tidak mau tiba-tiba Ratih hamil dan minta pertanggung jawaban Derryl,” ucap Nyonya Siska.Tuan Robby yang sedang asyik menoton TV terkejut dengan kedatangan Nyonya Siska. Apalagi malam ini Nyonya Siska tidak datang seorang diri, ada Derryl yang mengekor di belakangnya. Derryl hanya diam mendengar mamanya berceloteh panjang lebar. Ia memilih langsung duduk bersebelahan dengan Tuan Robby.“Ada apa sih ini?” Tuan Robby yang terlihat bingung akhirnya bersuara.“Tahu tuh Mama. Wong aku dan Ratih gak ngapa-ngapain hanya masak bareng doang dikira lagi begituan,” urai Derryl.Tuan Robby hanya diam kemudian bergantian mengamati Derryl dan Siska. Lalu helaan napas panjang keluar spontan dari mulut pria paruh baya itu.“Sebenarnya ada apa sih, Ma? Datang-datang langsung marah. Duduk sini dan ceritain dengan jelas!!!”Tuan Ro
“Eng ... sejak kapan Papa berdiri di sana?” Nyonya Siska tambah balik bertanya.Tuan Robby tidak menjawab malah berjalan mendekat hingga berdiri sejajar dengan istrinya. Pria paruh baya yang masih terlihat tampan itu hanya dia menatap dengan tajam ke arah Nyonya Siska.“Kamu belum menjawab pertanyaanku. Siapa yang kamu beri sedekah, Ma?”Nyonya Siska terdiam dan tampak gugup. Berulang kali wanita cantik itu menelan saliva sambil sibuk merapikan rambutnya.“Eng ... kamu tidak akan mengenalnya, Pa. Mereka bukan siapa-siapa.”“Oh ya? Bukan siapa-siapa. Baiklah, aku akan melihat lewat mutasi rekening koranmu saja. Siapa tahu aku juga bisa ikut berpartisipasi membantu memberi sedekah.”Nyonya Siska semakin terkejut dan kini terbelalak kaget saat Tuan Robby langsung menarik ponsel milik Nyonya Siska. Tanpa bicara, Tuan Robby sudah mengutak-atik ponsel istri tercintanya itu. Mereka memang tidak pernah
“Sudah cantik, sayang. Kenapa kamu malah balik ke kamar lagi?” protes Derryl.Akhir pekan ini Derryl sengaja menjemput Ratih ke apartemennya. Tuan Robby mengundang Ratih dan juga Sophie untuk makan malam. Makan malam kali ini akan sangat spesial, karena merupakan penentuan bagaimana kelanjutan hubungan Ratih dan Derryl.Derryl menghentikan langkahnya dan membisu di depan pintu kamar saat melihat Ratih hanya mematung di depan cermin. Derryl pikir Ratih masuk ke kamar untuk merapikan dandanannya, tapi malah melamun di depan cermin.Derryl jalan mendekat kemudian memeluk wanita cantik itu dari belakang. Berulang kali kecupan mendarat di kepala Ratih.“Kenapa?” tanya Derryl.Ratih membisu hanya helaan napas panjang yang terdengar keluar dari mulutnya. “Aku takut, Bang.”Derryl mengernyitkan alis sambil menatap pantulan visual kekasih hatinya melalui cermin di depan.“Takut kenapa?”Ra
“MA!!! Apa maksud Mama?” seru Derryl.Dia sangat terkejut saat Nyonya Siska malah bereaksi sebaliknya pada keputusan Tuan Robby. Tuan Robby hanya terdiam sambil melirik istri cantiknya itu. Hal yang sama juga dilakukan Sophie hanya Ratih yang tertunduk tak berani mengangkat kepala melihat ke arah Nyonya Siska.Inilah hal yang ditakutkannya dan ternyata menjadi kenyataan. Status janda bagaimana pun masih berkonotasi buruk apalagi di kalangan masyarakat umum dan Ratih memakluminya.“Apa pun keputusan dan sikap Mama, aku tidak peduli. Dengan atau tanpa restu Mama, aku akan menikahi Ratih!!” tandas Derryl.Tentu saja ucapan Derryl itu semakin menambah keruh suasana. Ratih perlahan mengangkat kepala, menoleh ke arah Derryl sambil terus menggelengkan kepala. Ia tidak mau membuat hubungan Derryl dan mamanya terputus, bagaimana pun peran serta seorang ibu sangat berarti bagi putranya.“Mama belum selesai bicara, Derryl!!! Kena
“Jadi hanya karena sebuah pesan yang Mama belum tahu pengirimnya, Mama bersikap seperti ini?” ujar Derryl.Nyonya Siska terdiam, berulang menelan saliva sambil menatap Derryl penuh kasih. Wanita paruh baya itu kemudian mengulurkan tangan dan menyentuh wajah pria tampan yang duduk di sampingnya.“Mama tidak mau kamu kecewa, Ryl. Merestuimu dengan Ratih saja bagai siksaan bagai Mama. Namun, bagaimana lagi itu pilihanmu dan kamu mencintainya. Itu sebabnya Mama tidak mau kamu salah langkah nantinya.”Derryl tersenyum meraih tangan wanita cantik itu yang sedang mengelus pipinya.“Aku tidak akan kecewa dengan pilihanku, Ma. Aku sudah yakin seratus persen. Aku rasa aku tahu siapa yang mengirim pesan seperti itu pada Mama.”“SIAPA??” Tuan Robby dan Nyonya Siska secara bersamaan bersuara.Derryl tersenyum kembali. “Tidak lain dan tidak bukan adalah Wisnu, mantan suami Ratih.”“M
Pagi ini suasana kantor menjadi heboh pasalnya Derryl datang ke kantor bersama Ratih. Parahnya lagi mereka datang sambil bergandengan tangan. Tentu saja para karyawan yang melihat interaksi di antara mereka terkejut. Tak jarang pula banyak mata yang terbelalak dengan mulut yang terbuka lebar usai melihatnya.Ada hubungan apa antara Pak Derryl dan Bu Ratih? Mengapa mereka saling bergandengan tangan? Bukannya Pak Derryl sudah punya tunangan dengan seorang gadis yang tempo hari dikenalkan? Jangan-jangan mereka selingkuh dan tanpa sepengetahuan gadis itu.Banyak spekulasi yang beredar sepanjang pagi menyebar di hampir setiap divisi di perusahaan ini dan anehnya baik Derryl maupun Ratih tidak menanggapinya. Bahkan saat meeting tadi, mereka berdua seakan tidak peduli dengan rumor dan aneka selentingan yang terdengar.“Tih!! Kamu sibuk, gak?” Mawar sudah menerobos masuk ke ruangan Ratih usai meeting pagi.Ratih hanya tersenyum sambil menggelengkan ke
Beberapa bulan berselang sejak kejadian itu, Ratih kembali sibuk dengan aktivitasnya. Begitu juga Derryl, mereka bahkan sudah memilih tinggal di rumah sendiri yang disiapkan Derryl. Pagi itu tidak seperti biasanya. Ratih bangun kesiangan dan entah mengapa dia merasa pusing.Derryl yang sudah bersiap sedari tadi hanya melirik istri cantiknya yang masih bergelut di balik selimut.“Kamu gak kerja, Sayang? Udah siang, nanti terlambat, loh,” ujar Derryl.Ratih hanya mengangguk sambil menyibak selimut dan bangkit dengan ogah-ogahan menuju kamar mandi. Derryl memilih menunggu di ruang makan sedangkan Ratih masih meneruskan aktivitas mandinya. Belakangan ini dia merasa tidak enak badan bahkan mengalami mual terus menerus. Itu sebabnya kali ini Ratih berinisiatif menggunakan test pack.Ratih terperangah kaget begitu melihat hasil dari test pack yang menunjukkan kalau dia positif hamil. Ratih mengulum senyum sambil berulang kali mematut wajahnya di depa
Pagi itu, Ratih mulai beraktivitas kembali di kantor. Banyak karyawan yang menyambutnya dengan suka cita. Apalagi saat meeting pagi, semua menghampiri Ratih dan memberinya ucapan selamat atas kesembuhannya. Sasi yang paling senang karena bosnya bisa kembali aktif.“Syukurlah, Bu. Akhirnya Ibu aktif kembali. Saya benar-benar bingung selama Ibu gak ada,” urai Sasi.Mereka baru saja usai melakukan meeting dan sudah berada di ruangan Ratih. Mawar seperti biasa selalu ikut nimbrung pembicaraan mereka. Dia juga jadi orang kedua yang begitu senang dengan kehadiran Ratih kembali.“Tih, aku mendengar kabar tentang Wisnu dan semua yang dilakukannya. Aku bener-bener gak nyangka, Tih,” ucap Mawar mengalihkan pembicaraan.Ratih hanya tersenyum dan mengangguk. “Iya, aku juga sangat terkejut, Mawar. Entahlah apa yang menyebabkan dia berbuat seperti itu. Sudah semestinya dia bertanggung jawab atas semuanya sekarang.”Mawar dan S
“Sumpah, Pak. Bukan saya pelakunya. Saya hanya tamu dan mau menginap di sana, tapi malah menemukan mayat,” jelas Anggi.Akibat teriakannya tadi membuat petugas security yang sedang berpatroli kompleks berhenti dan menghampiri Anggi. Security tersebut kaget saat melihat temuan Anggi dan segera melaporkannya ke polisi. Kini Anggi terpaksa harus ditahan polisi karena dia yang pertama menemukan mayat tersebut. Padahal tadinya Anggi ingin melarikan diri kini ternyata harus terciduk juga di kantor polisi.“Iya, Nona. Saya tahu. Kami hanya akan mencari informasi saja dari Anda. Namun, sebetulnya kami sedari tadi juga mencari Anda. Anda terlibat dalam kasus pencemaran nama baik.”Anggi terdiam hanya menundukkan kepala usai mendengar penjelasan petugas polisi itu. Padahal dia berharap bisa sembunyi dari polisi. Kenapa juga dia malah harus bertemu polisi?“Kalau boleh tahu rumah siapa itu sebenarnya?” tanya polisi tersebut.
“DERRYL!!! Apa maksudnya ini?” sergah Tuan Robby.Derryl terkejut, menyudahi makannya dan melihat dengan bingung ke arah Tuan Robby. Derryl langsung menerima ponsel yang disodorkan Tuan Robby. Dia semakin terperangah kaget saat melihat apa yang ada di dalam ponsel itu. Ratih yang duduk di sebelahnya mendekat dan ikut melihat apa yang terjadi.Ratih langsung menoleh ke arah Derryl dan menatapnya penuh tanya. Sementara Derryl hanya menghela napas panjang.“Aku bisa menjelaskannya, Pa, Ma dan Sayang ... .”Tuan Robby hanya diam, mata marahnya sudah menyalang melihat ke arah Derryl. Sementara Nyonya Siska yang tidak tahu apa-apa segera merampas ponsel di tangan Derryl dan melihatnya.“Ryl!! Apa-apaan ini? Kamu main gila dengan siapa?” seru Nyonya Siska.“Aku gak main gila, Ma. Kejadiannya tidak seperti yang terlihat di sana. Percayalah.”“Lalu bagaimana yang sebenarnya terjadi, Bang?&r
“Kamu baru datang, Bang?” tegur Ratih.Dia melihat Derryl masuk ke dalam kamar dengan mengendap-endap. Derryl pikir tadi Ratih sudah tidur, ternyata istri cantiknya itu belum tidur dan sedang menunggu kedatangannya. Derryl tersenyum sambil berjalan menghampiri.“Aku pikir kamu sudah tidur tadi.” Derryl langsung duduk di tepi kasur dan mengecup kening Ratih.Ratih tersenyum sambil memposisikan tubuhnya menjadi duduk bersandar. Derryl hanya diam sambil berulang menghela napas panjang sembari menatap Ratih dengan intens. Ratih melihat ada kegelisahan di mata Derryl.“Ada apa, Bang? Apa ada masalah di kantor?” tanya Ratih.Derryl kembali menghela napas panjang dan menggeleng dengan cepat.“Tidak. Tidak ada masalah, hanya saja ---“Derryl menggantung kalimatnya dan kini melihat Ratih dengan sendu. Ratih tersenyum menyentuh wajahnya dan membelainya lembut.“Ada apa? Aku tahu pasti
“Maaf, Ma. Kayaknya aku gak bisa pulang cepat,” ucap Derryl di panggilan telepon.Akibat banyaknya kerjaan di kantor, membuat Derryl tidak bisa menjemput Ratih seperti janjinya tadi. Hingga usai jam makan siang dia masih bergelut di kantor. Entah mengapa hari ini pekerjaan seakan menumpuk dan semua harus diselesaikannya.[“Iya, gak papa, Ryl. Mama ‘kan sudah bilang kalau bisa mengurusnya. Sudah, kamu selesaikan saja urusanmu di kantor. Ratih aman sama Mama.”]Derryl tersenyum mendengar jawaban Nyonya Siska di seberang sana. Ia beruntung mamanya sangat pengertian kali ini.“Terus Ratih mana, Ma? Aku mau ngobrol sebentar dengannya,” pinta Derryl.[“Dia sedang tidur, Ryl. Mama sengaja tidak membangunkannya. Nanti kalau dia sudah bangun, baru Mama ajak pulang. Kalau urusan administrasi sudah beres semua.”]“Ya udah, terserah Mama saja. Nanti kalau udah selesai aku langsung balik, kok.&r
“Sumi!! Kamu apa-apaan?” seru Wisnu.Dia sangat terkejut saat melihat Sumi menyambar pisau dan menghunus ke arahnya.“Saya hanya minta pertanggung jawaban Bapak. Saya hanya mau nikah sama Bapak. Bukankah Bapak sudah janji. Saya bahkan sudah menyerahkan semua untuk Bapak. Saya cinta Pak Wisnu,” ujar Sumi dengan terisak.Wisnu diam, menghentikan makannya dan berdiri perlahan dari kursinya.“Lalu kamu sekarang mengancamku dengan pisau agar aku menikahimu?”Sumi menangis lagi sambil menganggukkan kepala. “Saya terpaksa melakukannya, Pak. Tolong, jangan biarkan saya berbuat nekad. Saya mencintai Bapak dan ingin selamanya bersama Bapak.”Wisnu menyeringai sambil menatap sinis ke arah Sumi.“Sinting, kamu!!! Mana mungkin aku nikah sama kamu. Aku hanya suka dengan badanmu, suka dengan keperawananmu saja, tidak lebih. Saat melakukannya pun aku membayangkan Ratih. Sama sekali bukan karena ci
“Bukannya dia bekas sopir keluarga Mas Wisnu?” lirih Ratih bertutur.Seketika Derryl, Tuan Robby, Nyonya Siska dan petugas polisi menatap Ratih dengan terkejut. “Anda mengenalnya, Nyonya?” tanya petugas polisi tersebut. “Eng ... tidak. Saya hanya pernah melihatnya bekerja di keluarga mantan suami saya. Waktu itu hanya beberapa bulan bekerja di sana sebagai sopir pribadi mantan mertua saya. Setelah itu saya tidak pernah melihatnya lagi. Baru kali ini melihatnya kembali.” Petugas polisi itu hanya menganggukkan kepala sambil menatap Ratih dengan seksama. “Apa orang ini yang telah menyabotase mobil dan merupakan residivis itu?” Ratih bertanya. “Iya, Nyonya. Dia ini residivis dan telah menyabotase mobil suami Anda dua kali.” Ratih terdiam dan tampak sedang berpikir. Derryl melihatnya. “Apa kamu berpikir kalau Wisnu di belakang ulahnya?” Ratih menoleh ke arah Derryl dan mengangguk. “Bisa saja, Bang. Bukankah setelah kita menikah dia juga pernah datang ke kantor dan mengirimi aku bung
“Sus, bagaimana istri saya? Apa dia baik-baik saja?” cercah Derryl.Usai kecelakaan itu terjadi, Derryl bersama Ratih sudah dibawa ambulance ke rumah sakit. Derryl tidak mengalami luka serius hanya luka gores saja di beberapa bagian tubuh. Berbanding terbalik dengan Ratih yang saat ini sedang mendapat penanganan khusus.“Sabar, Tuan. Dokter masih menanganinya, nanti kalau sudah selesai pasti akan kami beritahu.”Derryl hanya mengangguk sambil terus berjalan mondar-mandir, sesekali ia remas jemari tangan untuk mengusir kegelisahannya.“Ryl!!” Sebuah suara memanggil Derryl. Derryl menoleh dan melihat Nyonya Siska datang bersama Tuan Robby.“Ma, Pa ... Ratih. Mereka masih menolongnya. Aku gak tahu harus bagaimana. Ini benar-benar kesalahanku.” Derryl berurai air mata dan menyesali keteledorannya tadi.“Sudah, Ryl. Ini semua musibah, kamu harus mengikhlaskan semuanya,” ujar Nyonya Siska