Beranda / Romansa / DIRTY ROMANCE / BERTEMU CALON MERTUA

Share

BERTEMU CALON MERTUA

Penulis: Kumara
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-17 09:30:55

Selama satu jam lamanya Janu merenung di dekat jendela kamarnya yang sepi. Dia teringat kembali dengan keputusan nekadnya untuk menikahi Mika.

Seakan tengah mempermainkan makna pernikahan, dia sedikit menyesali janji yang dia buat. Dia garuk kepalanya dengan gusar.

Setelah menarik napas panjang, dia tebarkan pandangan ke sekitar apartemennya yang gelap gulita. Hanya terdapat bias cahaya lampu dari kamar mandi yang menjadi satu-satunya sumber pencahayaan.

Pria penyendiri ini memang jarang menyalakan lampu di malam hari. Rumahnya yang berbau kayu dan penuh buku itu dia biarkan selalu tampak tak berpenghuni. Sisa kehangatan seorang wanita sudah memudar di dalam kegelapannya.

Mendadak saja hati Janu terasa sesak, dia ingat lagi sosok yang telah membuatnya menjadi semuram ini. Dan hebatnya, wanita itu sudah menikah. Melanjutkan hidupnya. Tak seperti Janu yang sepertinya akan terus dihantui kenangan dan mimpi buruk.

"Brengsek ..." Tanpa bisa dikendalikan, secara alami mulut Janu mengeluarkan umpatan.

Entah bagaimana cara wanita keji itu bisa melanjutkan hidup seolah tak ada apa-apa, dan suaminya sanggup menerima segala keburukan di dalam dirinya. Lantaran dia seorang, Janu seumur hidup tak akan bisa memiliki kehidupan normal. Sesuatu di hidupnya yang paling berharga sudah dihancurkan. Dan tak ada siapapun yang bisa mengubahnya.

Ketika dia masih sibuk melamun mengingat wajah mantan kekasih terburuknya, tiba-tiba saja ponsel pintarnya berbunyi. Masuk sebuah panggilan dari sebuah nomor kontak yang tak asing.

"Ha ... kenapa, Ma?" Janu mengangkat panggilan itu setengah hati. Dia memang kerap menghindar dari teror ibunya yang tak henti-henti.

"Emangnya Mama nggak boleh telpon kamu? Kenapa kamu nggak balas pesan Mama?!" Ibunya protes dari ujung sana.

"Ya karena aku bosan sama pertanyaan Mama." Janu menjawab cuek, ibunya makin menyebalkan sejak ayahnya meninggal beberapa tahun yang lalu. Dia menjadi ibu posesif yang selalu mau tau urusan anaknya, mirip ibu pengangguran yang kesepian. Janu paham situasinya, tapi belakangan sikap ibunya memang makin keterlaluan.

"Kamu ini kenapa sih, Jan?! Mama kan mama kamu, wajar kalau Mama cemas. Kamu liat nggak? Mantan kamu, Ratih. Dia udah nikah!"

Otomatis Janu memijat pelipisnya. Dia terbakar tiap kali nama itu disebut. Sudah agak lama dia menahan pikirannya itu tak mencetuskan nama itu. Belum lagi, soal ini sudah basi, dia sudah tahu sejak seminggu lalu.

"Ya terus kenapa? Biar aja. Dia kan udah dewasa, biar aja dia lanjutkan hidupnya."

"Ya terus kamu kapan?! Hah?! Ingat, Jan. Umur kamu sudah mau tiga puluh. Kamu sudah matang, tau? Sudah waktunya kamu nikah kayak si Ratih. Mama juga pingin punya cucu!"

Janu meraih bungkus rokok dari ujung mejanya, lagi-lagi pertanyaan serupa mencekoki dirinya. Dia nyalakan pemantik lalu mengisap dalam-dalam satu batang rokok.

"Kamu nggak mau jawab pertanyaan Mama, Jan?!" desak Mama tak sabaran.

Janu membuka jendelanya lebih lebar agar asap rokoknya bisa terbang keluar. Tanpa semangat sama sekali dia menyahut, "Aku udah ada niat untuk menikah, kok."

"Hah?!!! Yang benar kamu?!! Siapa?! Siapa pacar kamu?!" Mama bertanya dengan suara ditinggikan.

"Besok aja sekalian ketemu langsung. Mama siap-siap aja. Aku mau ajak dia makan siang bareng. Mama bisa kan siapin semuanya?"

"Pastinya, Janu! Pasti! Mama nggak nyangka loh! Kebetulan banget malam ini Mama telpon kamu. Tiba-tiba kamu bilang udah punya pacar, Mama kira kamu nggak akan pernah punya pacar lagi, loh!"

Janu cuma bisa menghela napas pasrah. Seperti benang takdir, semuanya saling mengikat. Tepat setelah Ratih menikah, ibunya mendesak dia pula untuk menikah, dan ada Mika yang akan dia nikahi. Meski pernikahan itu tak serius sebenarnya, tapi rasanya, semua sudah diatur oleh alam. Apa mau dikata, Janu cuma bisa ikut arus. Apa yang akan terjadi, terjadilah.

***

Mika membasahi bibirnya yang kering dengan saliva. Saking gugupnya, sejak tadi keringat mengucur agak banyak di pelipis dan lehernya.

"Santai aja, ibu saya bukan orang aneh, kok." Janu yang menyetir santai di samping Mika seakan bisa membaca pikiran gadis itu.

"Nggak tau, Pak ..."

"Jangan panggil 'pak', dong." Janu memotong kalimat Mika. "Kita harus keliatan alami sebagai pasangan. Panggil aja 'mas' atau 'sayang', ngomong santai aja," katanya lagi.

Mika menelan salivanya lebih berat. Memanggil mantan wali kelasnya sendiri sebagai 'sayang'? Hal ini tak pernah dia pikirkan, terbersit satu detik di kepala pun tidak.

"Ba ... baik, Mas kalau gitu." Mika menurut walau pipinya terasa akan terbakar.

"Kamu udah yakin kan sama keputusan kamu? Kalau sekali setuju, kamu nggak akan bisa mundur lagi. Ini bukan kontrak main-main."

"Iya, soal itu saya ..., eh, aku ... udah yakin. Aku mau kuliah. Menikah empat tahun bukan masalah." Mika mengangguk setuju. "Cuma ..., apa Mas juga yakin? Kenapa Mas mau melakukan hal sejauh ini cuma untuk aku?"

"Jangan berpikir aneh-aneh. Orang tua aku juga udah menuntut aku untuk nikah. Jadi aku pikir, kita sama-sama diuntungkan, kok. Setelah kita cerai nanti, mungkin dia bakal sadar dan nggak akan menuntut aku buat nikah lagi."

Sejenak Mika tercenung. "Tapi ..., kenapa Mas nggak nikah sungguhan aja? Mas kan pasti bisa cari calon istri beneran. Kenapa nggak mau nikah selamanya?" selidik Mika penasaran.

"Soal itu kurasa kamu nggak perlu tau," tegas Janu tiba-tiba berubah sikap menjadi dingin.

"Maaf Mas, aku lancang. Aku nggak akan tanya hal privasi lagi."

"Udahlah. Lupakan aja. Tujuanku cuma mau bantu kamu. Kamu murid berprestasi. Kamu punya impian dan tujuan mulia. Kamu cukup pikirkan sekolah aja nanti. Fokus. Soal hubungan kita ..., nggak akan terjadi apa-apa. Aku nggak akan berusaha untuk membuat kamu suka sama aku. Tenang aja, kita bakal hidup masing-masing di atas atap yang sama. Kamu bisa punya pacar sendiri. Aku nggak akan melarang, asal nggak ada orang yang tau."

"Hah? Pacar?"

"Ya. Bilang aja dia selingkuhan kamu. Bilang aja kalau pernikahan kita udah retak. Setelah kita cerai, kamu bisa nikah sama pacar kamu yang sebenarnya. Mudah, kan?" Janu tersenyum pahit.

Entah bagaimana, penjelasan Janu barusan membuat hati Mika sedih. Sekalipun pernikahan ini hanya kedok, tapi rasanya dia tak akan berselingkuh. "Mana mungkinlah ada cowok yang mau pacaran sama perempuan yang udah nikah." Mika mendesis.

"Kamu terlalu naif. Yang pacaran sama ibu-ibu aja banyak. Apalagi kamu, kamu muda, cantik, manis. Pasti di kampus nanti banyak yang ngecengin kamu."

Mika terdiam, dia tersipu dan wajahnya memerah. Barusan Janu seolah memberinya pujian tanpa dia sadari.

"Yup. Kita udah sampai. Jangan sampe salah ngomong, ya."

Bab terkait

  • DIRTY ROMANCE   CAMER BAWEL

    Mata Mama membulat lebar kala melihat Mika untuk pertama kali. Sejenak dia tak sanggup berkata-kata. Respons yang cukup masuk akal mengingat Mika masih terlihat begitu muda. Sekilas dia memandang puteranya, matanya seolah hendak memastikan apakah benar yang dia lihat ini: Janu membawa seorang gadis muda sebagai kekasihnya."Ma, kenalin, ini Mika. Mika, ini mamaku. Kamu bisa panggil 'mama' juga." Janu memperkenalkan mereka kepada satu sama lain.Dengan gugup, Mika menyalim tangan ibunya Janu yang masih belum juga bisa berkata-kata. "Mika, Ma ..." sapa Mika kaku."Ah ..., ya. Ayo masuk, kita makan siang sekarang aja, ya. Mama udah lapar." Ibu Janu membukakan pintu lebih lebar untuk mereka berdua.Meski Mika agak ngotot ingin membantu, tapi Mama menahan dan meminta agar dia duduk santai saja di meja makan. Sedang Mama sendiri menarik Janu ke dapur dengan alasan untuk membantu membawakan peralatan makan.Namun, bukannya cuma diminta membawakan alat mak

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-17
  • DIRTY ROMANCE   BULAN MADU DINGIN

    Walau sempat kembali ragu, Mika memantapkan hatinya untuk menerima Janu dan menandatangani surat perjanjian pra-nikah mereka. Yang mana poin utamanya adalah ini hanya berlaku sementara, baik Mika maupun Janu tidak boleh mencampuri ranah pribadi terlalu dalam, tidak ada kontak fisik, tidak diperbolehkan untuk merasa cemburu pada satu sama lain, dan mereka bebas menjalin hubungan di luar pernikahan mereka.Mirip seperti kawin kontrak tapi tidak ada sistem pembayaran. Setelah bercerai pun, mereka tak akan meributkan harta gono-gini, soal harta bersama diatur oleh Janu.Pernikahan secepatnya diatur, bertepatan dengan waktu pendaftaran masuk universitas. Mika langsung diboyong ikut ke rumah Janu, tak lagi tinggal bersama bundanya. Janu pun tak merasa canggung sama sekali, berbalikan dengan Mika yang tiap detik jantungnya selalu nyaris meledak. Dengan santai, Janu mengambil sofa sebagai tempat tidurnya. Ranjang bisa dipakai sepenuhnya oleh Mika.Yang menjadi pusat uta

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-17
  • DIRTY ROMANCE   PRIA ANEH DI CITY-TOUR

    Mika duduk sendirian menatap ke luar kaca jendela bis dengan muka mutung dan lesuh. Janu sungguh tega. Tega. Pria itu serius membiarkan Mika ikutcity tourseorang diri. Bulan madu macam apa ini? Mika mendengus dalam hati. Memang sedari awal dia tak berharap apa-apa dari Janu, dia sadar betul hubungan mereka hanyalah perjanjian di atas kertas. Janu membantu Mika, pun sebaliknya. Tapi apakah etis meninggalkan istri seorang diri? Sedang sang suami entah pergi ke mana. Suara pemandu wisata membuyarkan lamunan Mika. Bis yang setengah penuh itu siap untuk berangkat dan memulai perjalanan tur mengelilingi kota Singapura. Namun, sebelum gas diinjak sang sopir. Seorang pria muda berlari masuk ke dalam bis. Tepat sekali. Nyaris dia tertinggal. Pria tinggi muda itu berjakethoodiegelap, wajahnya kusut, rambutnya agak berantakan, tampaknya baru saja terjaga dari tidur atau mungkin baru selesai menangis, matanya bengkak. "Pa

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-17
  • DIRTY ROMANCE   KAMU LAGI

    "Habis dari sini kamu mau ke mana?"Mika agak terkejut mendapati pertanyaan bernada agak posesif dari Raga saat kegiatan turing mereka sudah berakhir. Air muka Mika tampak agak kebingungan harus merespons bagaimana. Sejak tadi mereka secara alami menjadi lebih mengenal satu sama lain.Mereka makan bersama di meja yang sama, berfoto bersama. Sejujurnya Mika nyaman sebab rasanya jadi tak sepi, ada seseorang yang menjadi teman bicara di tur ini. Namun, untuk terus menjalin pertemanan lebih lanjut, rasanya Mika tak bisa. Selain karena ada Janu yang sudah menunggunya, dia juga takut kalau Raga punya niat lain. Bagaimana kalau laki-laki ini hanya mencari pelampiasan belaka?"Eh ..., aku harus balik ke hotel sekarang." Mika menjawab kikuk."Kita nggak bakal ketemu lagi?" tanya Raga yang terlihat agak menyayangkan perpisahan mereka."Soal itu ..., ah ..." Mika tergagap.Raga tiba-tiba menjulurkan tangannya. "Minta nomorhapekamu,

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-17
  • DIRTY ROMANCE   SENIOR KEJAM

    "Kamu kayaknya dekat sama cowok itu, ya. Padahal baru kenal."Janu mendadak mengungkit soal Raga saat dia dan Mika akan kembali ke Indonesia. Alis Mika langsung terangkat sedikit, "Tiba-tiba aja Mas bahas dia lagi. Bikin kaget aja." Mika tertawa kikuk.Aneh memang. Padahal selama minum kopi bersama tempo hari, Janu tak banyak bersuara. Justru di saat hendak pulang begini tiba-tiba saja dia berkomentar."Ya, tiba-tiba aja keingat lagi. Ada enaknya kan kamu ikut acara tur itu? Jadi dapat teman baru. Orangnya juga keliatan asyik. Mungkin nanti bisa jumpa lagi pas kita udah balik.""Aku nggak ada maksud lain, kok.""Emangnya aku bilang apa? Jangan salah paham, Mika. Justru aku senang kok. Kamu kira aku cemburu, ya?" balas Janu setengah tertawa."Heh? Cemburu? Ya nggaklah, Mas! Nggak mungkin juga Mas Janu cemburu. Ha ha. Apaan sih!"Keduanya terdiam lebih canggung. "Maaf, ya. Kayaknya aku salah ngomong, nggak tepattiming&nbs

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-17
  • DIRTY ROMANCE   SABAR BERBUAH HASIL

    "Hei! Oi! Oi!"Mika mempercepat langkah menuju gedung fakultas hukum, menghindari suara familier yang dia yakini memanggilnya. Sial benar, gara-gara perpustakaan dekat dengan gedung fakultas ekonomi, dia terpaksa sering berjumpa dengan momok yang dia benci.Bahkan setelah masa ospek telah berlalu sekalipun, buat apa River masih merongrong dirinya? Demi Tuhan! Mika menggeretakkan gigi dengan jengkel. Namun, langkahnya tiba-tiba dihadang oleh orang yang dia maksud. Mata Mika langsung berputar sebal."Kamu menghindar, ya?!" sergah River tak percaya."Eh ... Nggak kok, Kak. Aku cuma ..., aku lagi agak buru-buru." Mika berbohong."Halah, nggak mungkin kamu nggak dengar aku tadi manggil kamu!" River membentak. "Lagi nggak ada kelas, kan? Tolong belikan roti, dong." River mengeluarkan dompet dari tas sandang kulitnya.Jelas-jelas permintaan River ini sama sekali tak masuk akal. Kenapa dia tak beli sendiri saja? Terlebih, cuma untuk membeli sepotong

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-17
  • DIRTY ROMANCE   RAHASIA APA?

    Wajah Mika agak terperangah sewaktu mendapati sesosok gadis berseragam tengah berdiri di depan gerbang rumahnya. Gadis itu memegang tas sekolah di depan roknya, senyum manis campur gugup tersungging di bibirnya yang ranum."Kamu siapa? Ngapain di sini?" tanya Mika agak kebingungan."Kak Mika! Halo, Kak!" Gadis manis berambut bob itu menyapa Mika balik dengan hangatnya.Mika mengernyit. "Kamu kenal aku dari mana?""O, maaf, Kak ... nama aku Rossa. Aku adik kelas Kakak. Pasti Kakak nggak kenal aku, tapi aku kenal sama Kakak. Ya ... siapa juga yang nggak bakal kenal sama Kak Mika? Kak Mika kan istrinya Pak Janu. He he."Senyum Rossa entah mengapa cukup membuat Mika agak bergidik. Apa maunya cewek ini? pikirnya. "O gitu ya, jadi ada urusan apa? Cari Pak Janu?""Iya, Kak. Sebetulnya aku ada janji buat les privat sama Pak Janu. Tapi entah kenapa, Pak Janu nggak bisa dihubungi." Rossa memasang air muka murung."Kalau gitu masuk dulu ayo. Mun

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-26
  • DIRTY ROMANCE   AKU SUKA KAMU!

    Masih ada waktu sekitar setengah jam sebelum jadwal penayangan film yang ingin ditonton oleh Raga dan Mika. Keduanya lebih dulu mendatangi sebuah kafe di dekat bioskop untuk membunuh waktu.Jemari Raga yang lentik mengaduk sendok di dalam gelasnya yang berisi kopi susu. Sesekali matanya melirik Mika yang justru lebih fokus menonton TV yang menyala di sudut kafe."Aku perhatikan kamu sekarang dekat sama River." Raga akhirnya bersuara setelah beberapa menit meja mereka hening."Aku? River? Nggak, kok." Mika menyahut sekenanya, bahkan tidak memandang balik."Aku liat kamu pergi sama dia kemarin."Ucapan Raga berhasil menarik perhatian Mika, pandangan mereka bertabrakan. "Jujur ya, aku jadi takut loh, kamu suka ngeliatin aku diam-diam kayak gitu.""Emangnya nggak boleh? Ngeliatin orang lain kan bukan tindakan kriminal."Mika tercenung sesaat, apa maksud Raga berkata seperti itu? "Kamu jangan salah paham, jangan ge-er juga," sambung Raga,

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-27

Bab terbaru

  • DIRTY ROMANCE   JALAN YANG DITAKDIRKAN

    "Bisa kita bicara bentar?" tanya Janu lagi, mulai mendesak.Rossa melirik om dan tantenya lagi. "Sebentar ya, Om," katanya."Jangan lama. Sebentar lagi jadwal penerbangan kita!" tegas sang Om.Rossa mengangguk pelan lalu ikut berjalan bersama Janu menuju pintu keluar bandara. Untuk beberapa lama mereka hanya berdiri berhadapan saling memandang seolah menunggu siapa yang akan bicara lebih dulu."Kamu harus betul-betul pergi sekarang?" tanya Janu akhirnya."Ya. Kayak yang aku bilang kemarin di rumah Bapak, om aku pindah tugas ke Kalimantan.""Kamu nggak akan kembali lagi?"Helaan napas Rossa menjadi lebih panjang. "Aku nggak tau soal itu, belum aku pikirkan.""Bukannya kamu bilang kamu mau lepas dari jerat om kamu? Terus kenapa kamu ikut pergi?"Alih-alih terharu dengan perhatian yang diberikan Janu, amarah Rossa justru meninggi. "Emangnya ada pilihan lain buat aku?! Emangnya aku udah lulus?! Selama aku masih di bawah peng

  • DIRTY ROMANCE   LOVE WILL FIND A WAY

    Hampir satu menit lamanya Mika terdiam memandang pintu rumah bundanya dengan mata kosong. Apa yang terjadi terakhir kali mereka jumpa masih membebani hati, tapi dia kuatkan juga niatnya lantas mengetuk pintu kemudian."Bun ... Bunda ..." sapa Mika ragu-ragu.Ternyata sang Bunda tengah memasak di dapur ketika pintu dibuka oleh Mika sebab tak dikunci. "Mika! Bunda kira kamu nggak akan ke sini lagi ..." ucap Bunda terlihat agak canggung."Ya Bunda juga nggak berusaha untuk menghubungi aku," sahut Mika sambil duduk di sofa tua.Kompor yang masih menyala dipadamkan lebih dulu untuk kemudian Bunda ikut bergabung dengan Mika di ruang depan. "Mika ..." Suara bunda Mika terdengar lesu. "Bunda malu," ungkapnya sambil duduk di depan Mika."O, Bunda masih bisa ngerasa kayak gitu? Wajarlah," sahut Mika agak sinis, amarahnya belum padam sepenuhnya."Kamu ke sini mau ngomel-ngomel lagi? Bunda kan udah mengakui kesalahan ...""Nggak, kok. Aku juga ud

  • DIRTY ROMANCE   KETERBUKAAN

    "Mas baru pulang?" sapa Mika yang sedang menuruni tangga untuk ke dapur, dan tepat saat itu pintu utama terbuka dan Janu masuk dengan muka datar.Sesaat Janu cuma terdiam, menatap Mika dengan wajah tanpa ekspresi. Yang terbayang di pikirannya hanya pengakuan Rossa tadi. Perlukah untuk menanyakannya langsung kepada Mika? Janu sendiri tak tahu mesti berbuat apa sekarang."Mas kenapa? Mau makan? Aku siapkan dulu ya." Mika yang kebingungan pun bergegas untuk mencairkan suasana yang kaku.Setelah Mika sampai di pantri, Janu ikut menghampiri. Dia kumpulkan nyali untuk membuka keresahan yang tertimbun di dadanya. "Ka ...""Hm?" toleh Mika terheran-heran. "Mas mau minum teh?"Janu menggeleng. "Ada sesuatu yang serius yang harus Mas tanyakan ke kamu,""Apa? Ngomong aja, Mas. Ada apa?" Mika menunggu dengan perasaan tak nyaman dan was-was."Kamu ada hubungan sama Raga?" tanya Janu tepat pada sasaran.Seketika wajah Mika memucat, tangannya

  • DIRTY ROMANCE   KEPUTUSAN MENDADAK

    Rossa sedang asyik membaca sebuah novel ketika pintu kamarnya dibuka oleh tantenya."Kamu nggak belajar, Ros?" tanya tante Rossa pelan."Udah tadi. Mau rehat sebentar, Tan," sahut Rossa tanpa beralih dari novel yang dia pegang.Tante Rossa menarik napas sebentar lalu duduk di tepi tempat tidur Rossa. "Ros ... Tante mau ngomong sesuatu sama kamu, om kamu belum cerita ya?""Hm?" toleh Rossa penasaran."Itu ..." Tante Rossa menggaruk tengkuknya ragu-ragu. "Om kamu pindah tugas, Ros. Kayaknya kita bakal pindah bulan depan."Novel di tangan Rossa otomatis berpindah ke atas kasur, sejenak tubuh Rossa membeku. "Hah?! Pindah gimana? Ke mana?!" Matanya melotot, mukanya mulai pucat."Ya ke luar kota," jawab Tante dengan entengnya. "Ke Kalimantan.""Kalimantan?! Jauh banget!" pekik Rossa panik. "Terus sekolah aku gimana, Tan?!""Ya mau nggak mau kamu harus ikut pindah. Ini om kamu nanti mau ke sekolah kamu buat ngurus perpindahan."

  • DIRTY ROMANCE   LUKA BELUM SEMBUH

    Air muka Raga sedikit berubah mendapat pertanyaan bernada seperti itu dari Mika. "Kenapa kamu penasaran?""Jangan salah paham, ya! Bukan ada maksud aku buat ... menggoda kamu! Jangan mikir ke arah sana!" ujar Mika langsung membuat klarifikasi."Hm, siapa juga yang bilang kamu menggoda aku? Nggak ada yang bilang begitu, berarti kan kamu yang ngarep aku mikir ke arah sana.""Heh! Enak aja! Maksud aku tuh ... kamu kan udah ditinggal sama mantan tunangan kamu, apa iya kamu nggak pernah terpikir tentang dia?"Ekspresi Raga terlihat menjadi lebih murung ketimbang sebelumnya, wajah milik seseorang terbayang di benaknya, seseorang yang sudah setengah mati dia coba untuk lupakan."Nggak perlu dibahas," tandas Raga tegas."Kenapa?" Mika masih penasaran."Kalau kamu cuma penasaran doang, jangan ditanya. Kecuali kamu mau bantu aku buat melupakan dia."Mika tertohok mendengar serangan mendadak dari Raga, maka tak dia lanjutkan lagi rasa ing

  • DIRTY ROMANCE   BUNDA SAMA SAJA

    Menjelang mendekati rumah ibunya, langkah Mika perlahan melambat sebab dia sadari ada sesuatu yang lain di depan pintu rumah ibunya, terdapat sepasang sepatu asing di teras. Sepasang sepatu laki-laki.Kayak bukan sepatu Ayah, dan kalaupun Ayah, ngapain dia di sini?batin Mika terheran-heran. Dia melangkah lebih dekat, dan dia dengar suara dari dalam. Sayup-sayup mulanya, tapi lama-lama kian keras."Kamu bilang mau kasih uang itu secepatnya buat aku!"Suara seorang laki-laki, hati Mika berdegup ganjil. Suara itu tidak dia kenali."Kamu tau kan? Anak aku juga perlu kuliah, dia nggak bisa minta uang dari suaminya terus ..."Kenapa cara bicara Bunda lain banget?batin Mika lagi."Itu bukan urusan aku! Kamu kira uang lima ratus ribu aja cukup?!"Mendengar suara pria itu meninggi dan menjadi lebih intens, Mika langsung membuka pintu tanpa pikir panjang. Seketika dia membeku tatkala dilihatnya ibunya sedang berdua

  • DIRTY ROMANCE   DISANGKA KEKASIH

    Dan meski Janu sudah lelah mengomeli Rossa, tapi dia tetap pada akhirnya melunak. "Ayo, kita pergi sekarang."Mata Rossa sedikit membulat. "Pergi? Pergi ke mana?""Toh jam terakhir tinggal lima menit lagi, apa guna kamu masuk kelas sekarang? Sudah jam makan siang juga, saya lapar."Secara tak langsung, Janu menawarkan makan siang kepada Rossa. Maka, dengan antusias Rossa menyahut, "Iya! Oke! Oke aku ikut!"Senyum miring yang samar melengkung di sudut bibir Janu, entah mengapa dia merasa lucu melihat antusiasme Rossa, seperti seekor anak anjing terlantar yang mengikuti siapa saja di jalan agar dibawa pulang. Tragis, tapi manis.***"Kamu yakin nggak mau pesan ice cream bowl?"Habis makan siang, Janu memesan kopi panas untuknya sedang Rossa ragu-ragu. Meski tak diungkapkan, Janu bisa membaca mimik muka Rossa yang sejak tadi memandangi ice cream bowl di buku menu. Air ludahnya sampai sulit dia telan saking kepenginnya d

  • DIRTY ROMANCE   BUKAN GADIS PANGGILAN

    Langkah Rossa tertahan sebab tiga gadis bertubuh tinggi kini menghadang di hadapannya. Sorot mata dan wajah Rossa langsung berubah, dia mesti waspada. Saat ini dia tengah berada di toilet perempuan, bersama tiga gadis paling kejam di kelasnya."Mau balik ke kelas? Kok buru-buru banget, sih." Gadis yang berdiri di tengah melipat tangan di depan dada."Apa mau kalian? Minggir!" Rossa memberanikan diri membentak."Wah, wah ... jagoan kita udah punya nyali sekarang." Gadis di sebelah kanan ikut menimpali."Aku nggak punya urusan sama kalina, awas!" Rossa berusaha untuk menyingkir, tapi tangan dua gadis di hadapannya langsung menarik dirinya dan mendesaknya sampai dia terpojok di samping cermin besar toilet."Sadar diri dong anak napi!!" teriak gadis yang berada di tengah.Rossa menggigit bibirnya sendiri, sudah kesekian kali dia mendapat hinaan seperti itu. Tidak akan dia biarkan harga dirinya terus terinjak-injak. "Dengar kalian, anak manja. In

  • DIRTY ROMANCE   TETANGGA!?

    Minggu pagi dengan sisa embun akibat hujan deras semalaman. Janu tengah sibuk memotongi rumput di halaman depan sepetak ketika sebuah mobil pick up berhenti di depan jalan, tepat di depan rumah yang ada di seberang rumahnya. Rumah itu memang sudah sekitar dua bulan tak berpenghuni. Pemilik terdahulu adalah seorang perempuan tua, janda. Dia kini menetap di desa bersama anak tertuanya, entah rumah itu dia sewakan atau sudah dijual, baik Janu maupun Mika tak pernah punya hasrat ingin tahu."Mas, kita sarapan dulu, yuk. Aku bikin roti panggang." Mika membawa nampan ke teras lalu meletakkannya di atas meja.Mata Mika sebentar menoleh pula ke depan, melihat perabot-perabot mulai diturunkan dari pick up. "Kita punya tetangga baru?" Mika mendekati Janu yang sekarang sedang membilas tanah dari tangannya."Ya. Kayaknya sih." Janu menyahut cuek. Dia segera duduk di teras, menyeruput segelas kopi panas yang juga baru dibuatkan Mika. Tanpa pikir pan

DMCA.com Protection Status