Seusai seminggu aku tinggal di rumah mertua setelah pernikahan. Refaldy pun memboyongku beserta Bapak dan Ibu untuk tinggal di rumah yang dibelinya sendiri.Minggu lalu aku telah menemani Bu Inah untuk berbelanja di supermarket langganan keluarga mereka. Lalu pagi tadi aku pun berbelanja untuk keperluan di rumah baru yang kami tempati sekarang.Refaldy pun membawa dua orang asisten rumah tangga yang berada di rumah orang tuanya untuk tinggal di sini.Semua kebutuhan makanan sudah tersedia di dalam kulkas. Refaldy pun menyuruhku untuk menyetok makanan seperti biskuit dan buah-buahan untuk cemilan Bapak dan Ibu.Sebagai seorang suami Refaldy telah menjalankan kewajibannya dengan sangat baik. Dia begitu tanggung jawab dan menyayangiku pun juga kepada kedua orang tuaku. Tak membedakan antara orang tua kandung dengan orang tua dari istrinya.Semalam Refaldy meminta izin untuk pergi ke Jakarta karena ada urusan bisnis untuk beberapa hari. Ia mengajakku, namun aku menolaknya lantaran kasihan
"Ya Refaldy saat ini sedang ada di Jakarta karena ada urusan bisnis. Nggak sengaja ketemu sama aku di kafe kemarin sore, lalu kami bertukar kontak telepon agar bisa saling menghubungi. Nggak papa 'kan Arumi?" tanyanya mengejek."Ya, nggak papa. Memang kenapa?" tanyaku balik."Kalian dinner berdua doang? Dalam rangka apa? Jangan macam-macam kamu, Mbak, dia suami adikku!" tegas Mbak Ayu seolah membelaku.Aku tersenyum tipis karena mendapat pembelaan dari Mbak Ayu. Semoga saja dia sudah berubah jadi lebih baik, menjadi Mbak Ayu yang seperti dulu lagi."Ya berdua, 'kan Mas Aron sedang sibuk dengan pekerjaannya," sahut Mbak Delia sedikit ketus.Halah dasar Delia muka badak! Kamu tidak tahu saja jika suamiku saat ini tengah mengirim pesan padaku dan menceritakan semuanya di WA--Refaldy tidak datang sendirian. Dia datang dengan mengajak Mas Aron--suamimu. Dasar buaya betina yang gatal. Pasti dia akan sangat syok melihat kedatangan Mas Aron nanti."Nggak usah cemburu, Rum. Kami nggak ngapa-ng
Empat hari berlalu dan Refaldy sudah kembali ke rumah dan juga sudah mengirimkan bukti-bukti pesan gatal dari Mbak Delia.Senyumku mengembang sempurna seperti adonan kue. Rencana untuk memberikan pelajaran buat ipar licik seperti Mbak Delia sudah tersusun rapih."Sayang, kenapa senyum-senyum sendiri?" tanya Refaldy--ia memelukku dari belakang."Mbak Delia harus dikasih pelajaran biar tobat!" kataku."Kamu cemburu dia terus saja menggangguku?" tanyanya dengan menyenderkan kepalanya di leherku."Bukan saja menganggumu, tapi dia juga berniat untuk mengkhianati kakakku--Mas Aron," jelasku."Aku senang kamu cemburu, itu tandanya kamu mencintaiku."Aku terdiam tak merespon ucapannya. Entahlah, lidah ini rasanya keluh untuk mengiyakan kalau aku memang sudah sepenuhnya mencintai dirinya.Malu pada diriku sendiri, karena dulu aku begitu cuek serta tidak peka dengan perasaannya. Sok jual mahal, akhirnya aku terjebak dengan cintanya. Hatiku luluh karena cintanya yang tulus untukku."Kamu jadi be
Seminggu setelah aku memberitahukan kebusukan Mbak Delia kepada Mas Aron. Kini tiba-tiba aku melihat status WA nya yang telah menggugat cerai Mbak Delia.Apakah ini semua salahku? Tentu bukan, ini semua karena kesalahan Mbak Delia. Dia berusaha untuk mengkhianati suaminya dan ingin merebut suamiku.[Dasar sialan! Aron menggugatku karena kamu! Sampai kami benar-benar berpisah akan aku buat rumah tanggamu bagai di neraka!]Sebuah pesan ancaman dari Mbak Delia masuk ke ponselku. Dia mencoba untuk mengancamku, hah, aku tidak takut sama sekali. Dia yang lebih dulu bermain api, setelah terkena percikannya lalu dia menyalakan orang lain atas kesalahannya. Licik sekali.[Kamu yang bermain api dan terkena percikannya sendiri lalu menyalakan orang lain! Sama sekali nggak takut sama ancamamu!] balasku[Kita lihat aja nanti!] balasnya lagi.Kembali aku menscreenshoot chattingan dari Mbak Delia sebagai bukti bahwa dia memang sangat licik.Refaldy, Ayah dan paman akan kembali hari ini setelah keper
POV AUTHOR"Sial, wanita kampung itu ternyata mengadu pada Mas Aron. Dan kini aku digugat cerai. Lihat aja aku akan membuat rumah tanggamu pun hancur!" pekik Delia di dalam kamarnya.Setelah menyuruh orang untuk memata-matai istrinya--Aron pun mengambil langkah untuk menggugat cerai Delia.Ia menyadari bahwa pernikahannya sudah tak sehat lagi, tidak ada yang bisa dipertahankan lagi. Aron juga menyadari kesalahan yang sudah ia perbuat terhadap orang tuanya dan juga Arumi.Aron berpikir langkah yang saat ini ia ambil adalah jalan yang terbaik. Ia juga tidak akan rela jika Delia berusaha merusak rumah tangga adiknya.Kebusukan dan kelicikan Delia sudah tercium oleh Aron, dan itu membuat Aron membenci Delia. Ia juga akan mengambil hak asuh anaknya."Mas! Kamu kenapa lebih percaya pada omongan wanita kampung itu daripada aku! Aku ini istrimu, seharusnya kamu lebih percaya aku!" Delia berteriak menghampiri Aron yang berada di ruang kerjanya."Aku harus percaya pada buaya betina sepertimu gi
"Wanita sialan!" pekik Dion menahan sakit.Melihat Dion yang tersungkur dan menahan sakit Wisna pun berlari menuju ke mobil.Dion bangkit dan mengejar Wisna, namun Wisna sudah masuk ke dalam mobil dan sudah menyalakan mesin mobil bersiap untuk pergi.Namun Dion berdiri tepat di depan mobil Wisna dengan wajah penuh amarah."Minggir kamu, Mas, jika nggak ingin aku tabrak!" teriak Wisna."Kunci semua gerbang agar wanita ini nggak bisa pergi!" teriak Dion pada semua security.Semua security pun menjalankan perintah dari Dion dengan menutup dan mengunci pintu gerbang.Dion memaksa Wisna untuk segera turun dari dalam mobilnya, namun Wisna sama sekali tidak mau membukakan pintu mobil."Jangan membuatku bertambah kesal, Wisna!" bentak Dion.Wisna sangat ketakutan ia menarik napasnya dalam-dalam berusah setenang mungkin."Aku perlu menenangkan pikiranku!" ucapnya mengulur-ngulur untuk keluar dari dalam mobil.Diam-diam tangannya mencari kontak Ayu dan meneleponnya, agar Ayu tahu dan bisa memba
"Mbak, bangun Mbak!"Arumi menepuk-nepuk pipi Wisna dengan pelan berusaha untuk menyadarkannya. Sedang Refaldy terlihat ikut cemas dan khawatir melihat keadaan di dalam."Maaf, pintunya aku tutup dulu soalnya Mbak Wisna nggak pakai baju," kata Ayu pada Refaldy dan langsung menutup pintunya.Refaldy menunggu di luar dan mengedarkan pandangan ke sekitar, matanya mencari-cari di mana keberadaan suaminya Wisna.Arumi dan Ayu di dalam kamar berusaha untuk menyadarkan Wisna, dan juga membantu untuk memakaikan pakaian ke tubuhnya.Luka lebam bekas tamparan dan pukulan terlihat sekali di wajah dan juga lengannya. Melihat Wisna seperti ini hatinya pun ikut merasakan sakit. Biar bagaimanpun mereka tetaplah kakak kandung Arumi.Perlahan kesadaran Wisna datang, ia mengerjapkan matanya berkali-kali dan meringis sakit."Ayu," ucap Wisna pelan.Melihat keberadaan Ayu di sini membuat Wisna bisa bernapas lega. Ia segera menghambur ke dalam pelukan Ayu dan terisak."Mbak kenapa bisa seperti ini?" tanya
Darah mengalir dari kening Arumi, pandangannya perlahan mengabur dan gelap. Frans dan Dion melarikan diri dari rumah, mereka ketakutan melihat keadaan Arumi."Akan aku cari kalian sampai di ujung dunia pun!" teriak Refaldy murka.Refaldy buru-buru membopong tubuh Arumi dan berjalan menuju ke mobilnya. Ia ingin secepatnya membawa Arumi ke rumah sakit."Mbak, kali ini aku pun kecewa padamu. Apa Mbak belum sadar juga atas semua perlakuan Mbak pada Arumi?" tanya Ayu kecewa."Dia membuat Mas Dion jadi membanding-bandingkan diriku, Yu. Kamu juga tak menyukainya bukan? Jangan munafik!" keluh Wisna."Itu dulu sebelum aku menyadari semua kesalahanku. Apakah kamu nggak pernah mikir kalau kejadian ini adalah salah satu cara Allah menegurmu, Mbak!" bentak Ayu kesal."Mbak Ayu mau ikut atau tetap di sini, aku nggak punya banyak waktu!" tegas Refaldy."Aku ikut kamu ke rumah sakit."Ayu segera masuk ke dalam mobil menemani Arumi yang terbaring tak sadarkan diri di kursi belakang.Mereka meninggalka
SERANTANG RENDANG BASI part 72"Gila, ya, kamu. Tega menjual istri sendiri ke klien hanya demi uang!" teriak Meisha pada Pandu."Kamu pikir aku benar-benar masih mau menerimamu, setelah kamu membohongiku, hah? Aku tau semuanya bahwa anak yang sempat kamu kandung itu adalah bukan anakku!" tukas Pandu yang membuat Meisha seketika bungkam."Tidak usah sok suci dan menangis tersedu begitu. Bukankah kamu sendiri suka berganti-ganti pasangan dengan mencari laki-laki kaya? Sekarang aku berbaik hati dengan mencarikanmu laki-laki kaya!" Pandu tertawa puas.Meisha meruntuk kebodohannya sendiri karena begitu percaya dengan semua ucapan manis Pandu.Kini ia menyesali semuanya karena lebih memilih menjadi Pandu dibanding dengan David dulu."Gara-gara kamu aku dapat ancaman dari istri laki-laki itu Pandu!" teriak Meisha."Sebelumnya kamu juga merebutku dari Ayu bukan? Jadi sekarang kenapa kamu mengeluh? Bukankah sebutan pelakor itu memang pantas untuk dirimu, Meisha?" tegas Pandu dengan tangannya m
SERANTANG RENDANG BASI part 71"Assalamualaikum."Kedatangan Refaldy bersama dengan keluarga Clara dan juga ustaz serta kiyai, membuat orang-orang di rumah Arumi terlihat bingung.Arumi membuang napas lega dan tersenyum senang melihat suaminya kembali dalam keadaan baik-baik saja."Waalaikumsalam."Semuanya dipersilakan untuk duduk di ruang tamu. Berkumpul bersama seperti sedang menghadiri sebuah rapat penting.Refaldy memeluk Arumi dan mengusap pelan perut Arumi yang membuncit, ia terlihat lega karena mengetahui Arumi baik-baik saja.Ibu dan Bapak serta yang lainnya saling bersalaman dan berkenalan. Lalu Ayu, Ratna dan Devi segera pergi ke dapur untuk membuatkan minuman dan mengeluarkan cemilan untuk dihidangkan."Sedang ada urusan bisnis ya, Nak?" tanya Bapak membuka obrolan lebih dulu."Bukan, Pak. Nanti Refaldy akan jelaskan, tapi untuk itu Refaldy akan menghubungi orang tuaku dulu dan juga Paman Adiwijaya."Dengan lihai jemarinya langsung menelepon orang tua dan juga pamannya unt
SERANTANG RENDANG BASI part 70"Di sini sudah kembali aman. Namun ayahmu saat ini sedang kesakitan dan berada di rumah orang jahat itu, kita harus membawa ayahmu kembali pulang untuk diruqyah juga," ucap kiyai."Apakah rumah orang tuaku benar-benar sudah aman, Pak?" tanya Clara memastikan."Insya Allah sudah aman kembali, apa kamu tau di mana rumah wanita itu?" tanya Pak kiyai."Tau, Pak. Ayo saya antarkan. Mama sementara waktu tinggal di rumah Bude dulu ya?" pintanya pada Bude Ning."Iya, Nduk, mamamu lebih baik tinggal bersama Bude dulu agar aman. Sekarang lebih baik cepat-cepat kamu ke rumah gundik itu untuk menyelamatkan papamu!" titah sang Bude.Gegas mereka semua kita pergi dari rumah Pak Darsa. Seruni kini sudah masuk ke dalam mobil Bude dan anaknya.Sementara Clara dan yang lainnya ikut masuk ke dalam mobil Refaldy dan Clara yang akan mengarahkan di mana lokasi Lina saat ini.Dengan berdoa dan mengucapkan bismillah Refaldy mulai melajukan pelan mobilnya, meninggalkan halaman r
SERANTANG RENDANG BASI part 69Devi memungut benda tersebut dan langsung melemparkannya lagi setelah mengetahui itu boneka dengan banyak darah."Siapa yang melemparkan ini ke dalam rumah?" gumam Arumi."Apa ada maling yang masuk, Rum?" tanya Ratna."Nggak mungkin sih ada maling yang masuk, soalnya perkomplekan ini dijaga dengan sangat ketat sekali," ujarnya."Lalu ini?" tanya Devi bingung."Kita mengaji bersama saja untuk mengusir bala!" ajak Arumi.Arumi memanggil Bapak dan Ibu untuk ikut mengaji bersama di ruang tamu. Setelah berkumpul dan mengambil wudu kini mereka mengaji bersama.Arumi tak bilang jika ada seseorang yang melemparkan batu dan boneka penuh darah ke dalam rumahnya pada kedua orang tuanya.Pecahan kaca jendela yang berserakan langsung dibereskan oleh ART dan Arumi beralibi kalau ia tak sengaja melemparkan sesuatu ke kaca, karena ada kecoa yang terbang.Arumi juga sudah mengirim pesan pada Refaldy dan Clara, bahwa rumahnya dapat teror. Mungkin saja itu teror dari ilmu
SERANTANG RENDANG BASI part 68Seruni memeluk Clara erat sekali, bahkan tangannya mencengkram Clara dengan sangat kuat karena ketakutan yang berlebihan."Ma, jangan seperti ini, Ma."Clara meringis kesakitan karena Seruni semakin lama semakin mencengkram kuat lengan Clara.Clara menepis kasar tangan Seruni karena lengannya perih, kuku Seruni menusuk ke kulit lengan Clara.Kini bola mata Seruni semuanya tampak memutih, kepalanya mendongak ke atas dengan gigi yang gemeretak.Di keadaan seperti ini Clara tidak tahu harus berbuat apa. Ia berusaha mendekati Seruni lagi namun dengan sangat cepat tangan Seruni mencekik lehernya hingga ia kesulitan bernapas."Mati!" pekik Seruni sambil terus mencekik Clara.Sebisa mungkin Clara berusaha melepaskan cekikan Seruni dan membaca doa semampu yang ia bisa dan ia hafal."Aaarrgghh!" teriak Seruni sambil menutup kedua telinganya.Setelah berteriak sangat kencang perlahan tubuh Seruni melemah, pandangannya mengabur lalu jatuh pingsan.Terlepas dari ce
SERANTANG RENDANG BASI part 67Mami Delia meminta Sesil untuk menurunkan uang denda yang ia minta. Namun Sesil tak pedulikan itu, ia tetap pada pendiriannya meminta denda dengan jumlah lima milyar.Gugatan cerai pun sudah ia layangkan ke pengadilan agama dengan membawa bukti dan saksi. Delia terlihat frustasi dengan keadaan yang sekarang ia jalani.Anak dibawa oleh mantan suaminya serta papinya tidak mau lagi ikut campur permasalahan yang sudah ia buat.Tanpa rasa malu ia menghubungi Aron dan meminta uang untuk membantunya membayarkan denda, namun ditolak mentah-mentah oleh Aron.Lalu ia menghubungi Erik untuk membantunya membayarkan denda tersebut."Semua ini juga karena kecerobohanmu!" tukas Delia."Bantu aku untuk membayarkan denda dari istri sintingmu itu. Lagi pula istrimu itu kemaruk harta, dia memakai cara seperti ini untuk mendapatkan keuntungan yang besar. Dasar miskin!" ketusnya."Aku akan bayarkan dendamu. Tapi kamu harus mau menjadi istriku!" ujar Erik."Tak masalah." Deli
SERANTANG RENDANG BASI part 66Meisha terbungkam dan memicingkan mata menatap Ayu. Ia sangat yakin kalau di balik kehancuran dirinya saat ini pasti karena ulah Ayu."Sekarang lanjutkan drama kalian di luar rumah ini. Aku sudah muak dengan semuanya, dan sekarang aku melepaskan kamu untuk j4l4ng ini, Mas. Aku sudah ikhlas dan ridho kalau kamu menikah dengan dia. Tinggal nanti kamu menerima surat cerai dariku! Sekarang silakan pergi dari sini!" tegas Ayu."Kamu nggak bisa begitu, Yu!" protes Pandu."Bisa, karena kamu telah melanggar surat perjanjian pernikahan kita. Kamu dengan sadar setuju dan menandatangi perjanjian itu!""Aku nggak mau cerai, lebih baik aku menceraikan Meisha daripada harus bercerai darimu!""Apa-apaan kamu, Mas, berkata seperti itu. Kamu tau sendiri kalau dia itu mandul dan nggak bisa memberikanmu anak. Sedangkan rahimku subur dan bagus! Aku punya segalanya yang nggak bisa dimiliki wanita sialan ini!" tukas Meisha."Kalau kamu merasa punya segalanya nggak mungkin sam
SERANTANG RENDANG BASI part 65"Apa aku boleh minta nomor Bu Arumi?" tanya Clara."Jangan panggil Ibu, panggil nama saja. Sepertinya umur kita tidak jauh berbeda," sahut Arumi ramah."Kalau untuk panggil nama saja rasanya tidak sopan, bagaimana kalau aku panggil kakak atau mbak?" protesnya."Terserah kamu saja.""Baiklah, Kak Arumi dan Kak Refaldy," ujarnya.Usai makan kini mereka memutuskan untuk langsung pulang dan menjalankan rencana yang sudah disusun dengan rapih.Seperti ada semangat baru di dalam hidupnya untuk membuang pelakor itu dalam kehidupan rumah tangga orang tuanya.Berbincang dengan Arumi begitu menyenangkan untuk Clara. Kini ia begitu optimis.*****"Mama, Mama sekarang makan ya. Clara suapin. Jika Mama tidak betah tinggal di sini, lebih baik kita pindah rumah saja. Atau sementara waktu tinggal di rumah Bude?" ujar Clara yang ikut duduk di samping mamanya.Pandangan mata mamanya kosong seakan tak ada kehidupan di sana. Setiap hari hanya melamun, terkadang juga menangi
SERANTANG RENDANG BASI part 64Arumi menaruh kepercayaan penuh pada suaminya. Ia yakin jika Refaldy tak seperti yang dituduhkan, apalagi Arumi pun sudah tahu bahwa dunia bisnis itu pasti ada banyak yang ingin bersaing secara tak sehat. Saling menjatuhkan untuk keuntungan sendiri, contohnya seperti Pak Darsa.Ia mengingatkan suaminya untuk selalu berhati-hati kepada rekan bisnisnya. Karena rambut boleh sama hitam, tapi tidak dengan pikiran manusia Ponsel Refaldy berdering--ada panggilan masuk tanpa nama. Nomor tidak diketahui itu terus menelepon Refaldy.Refaldy menatap wajah Arumi seakan meminta jawaban untuk mengangkat panggilan telepon itu atau tidak. Arumi mengangguk pelan, lalu telepon pun diangkat dan pengeras suara diaktifkan. Sehingga Arumi bisa ikut mendengar panggilan telepon dari siapa.'Halo, Pak Refaldy. Ini saya Clara, saya mohon Pak Refaldy jangan menutup teleponnya dulu. Saya bisa jelaskan semuanya apa yang barusan terjadi di antara kita berdua.'Refaldy membuang napas