Share

Fakta Mengejutkan

Penulis: DV Dandelion
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Semenjak menyampaikan niatnya untuk membatalkan pernikahan dengan Pak Muklis, Sabrina belum pernah menemui Bu Muklis lagi. Dia menuruti saran Kayla. Gadis itu berjanji akan membantu menjadi penengah agar kedua orang tuanya menghormati keputusan Sabrina.

Bagaimanapun, pernikahan adalah ikatan yang suci nan sakral. Jika hubungan itu terjalin atas dasar paksaan terlebih ancaman, maka tidak akan ada keberkahan di dalamnya. Betapa tersiksa batin seorang manusia tatkala harus menghabiskan sisa hidup bersama orang yang membuat jiwanya senantiasa terancam.

Semenjak itu pula, Bu Retno mendiamkan Sabrina. Mereka tinggal di bawah atap yang sama, tetapi tidak lagi ada tegur sapa. Rumah yang dahulu adalah tempat pulang paling menenangkan, berubah menjadi sepetak bangunan tua berselimut kesunyian.

Cek pinjaman dari Adam sudah telanjur dicairkan. Sabrina menyimpan sejumlah uang ganti rugi di rekening bank, sisanya dia gunakan untuk membuka warung di rumah sesuai rencana.

Alifa sudah didaftarkan di T
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • DIPANDANG HINA KARENA JANDA   Mantan Mertua

    "Jangan-jangan Pak Muklis memang sudah mengincar kamu dari dulu, Sab?" ujar Bu Retno penasaran. Dia tidak bisa menahan diri untuk tidak menghampiri Sabrina setelah temannya pulang."Loh ... Ibu nguping obrolan kami?""Ih, enggak." Dia masih menyangkal. "Kamar Ibu, kan, dekat sama ruang tamu. Jadi enggak sengaja dengar cerita kalian."Sabrina tak terlalu ambil pusing dengan pengakuan ibunya. Yang lebih penting sekarang, apakah semua yang disampaikan Fitri itu benar adanya atau hanya prasangka semata."Galih meninggalnya beneran karena sakit, kan? Bukan dijahili orang lain?" tanya Bu Retno lagi, kali ini sambil berbisik."Astagfirullah, Ibu! Hati-hati sama prasangka. Yang sudah terjadi dengan Mas Galih biar terjadi, itu sudah suratan takdir.""Yaa, Ibu cuma tanya. Siapa tahu, kan?"Sabrina menggeleng tegas. Seandainya cerita Fitri benar pun, bukan berarti mereka bisa seenaknya su'udzon.Pak Jaya menghampiri mereka setelah mendengar keributan kecil itu. "Ada apa ini?"Dengan berapi-api,

  • DIPANDANG HINA KARENA JANDA   Peninggalan Satu-satunya

    "Kedatangan Ibu ke sini karena ingin membahas soal harta gono-gini kamu dengan Galih.""Hah?!" Sabrina dan kedua orang tuanya kompak berseru.Sabrina yakin, tidak ada harta gono-gini yang mesti diurus sepeninggal suaminya. Jangankan simpanan harta, bisa melunasi warisan utang saja sudah Alhamdulillah."Tapi, Bu, kami tidak punya harta gono-gini. Ibu, kan, tahu sendiri selama ini kami mengontrak rumah. Tabungan kami yang tidak seberapa juga sudah habis untuk biaya berobat Mas Galih." Sabrina membela diri."Betul, Bu. Memangnya Galih pernah membeli aset yang tidak pernah Sabrina ketahui?" Bu Retno ikut menimpali.Wanita tambun yang mengenakan gamis polkadot itu menggeleng. Tangannya menunjuk ke teras rumah. Sabrina mengikuti arah yang dimaksud."Motor itu dibeli atas nama Galih. BPKB-nya ada di saya."Hati Sabrina seperti hancur berkeping-keping. Ternyata itu yang dimaksud mantan ibu mertuanya. Namun, bagaimana mungkin Sabrina melepas motor yang dia gunakan sebagai salah satu sumber pen

  • DIPANDANG HINA KARENA JANDA   Selidik Punya Selidik

    Adam memakan dimsum yang tersedia di meja makan dengan lahap. Bu Ami hanya memandanginya sambil tersenyum. Tahu, kan, ada orang yang setiap kali dia makan selalu menyenangkan untuk dilihat? Seperti itulah Adam."Mama enggak ikut makan? Ini enak banget, lho," katanya."Enak, ya? Makan yang banyak, gih!""Beli di mana, Ma? Adam mau nyetok. Lumayan kalau lagi laper malem-malem.""Itu tadi dianterin sama Sofia. Katanya dia bikin sendiri. Nanti kalau kalian sudah menikah, kamu bisa makan dimsum buatan dia setiap hari," goda Bu Ami.Adam tersedak. Bu Ami buru-buru mengambilkan minum. "Kamu kenapa, Dam? Kaget karena gadis hebat kayak Sofia pinter masak?""Kapan dia ke sini?" Adam menghentikan makannya."Kamu pengin ketemu? Wah, bener juga. Kenapa Mama enggak kepikiran minta dia buat antar ke bengkel aja, ya?""Bukan gitu, Ma. Gini, Adam kurang nyaman kalau Sofia aktif melakukan pendekatan. Masakan dia enak, tapi bukankah kita udah sepakat mau berteman dulu?""Memangnya kalau berteman enggak b

  • DIPANDANG HINA KARENA JANDA   Cari Perhatian

    "Mas Adam sama Kayla kok enggak bilang-bilang kalau lagi makan siang di sini? Aku, kan, juga mau ikut," sapa Sofia riang. Dia lantas duduk di sebelah Kayla, tepat di depan Adam."Kayaknya kalian udah lama, ya?" Sofia melihat piring bekas siomay dan nasi goreng yang sudah tandas. Gelas es teh menyisakan embun basah di bagian luar, isinya juga habis tak bersisa."Ya, lumayan. Enggak apa-apa kalau kamu mau pesan makanan, kita tungguin," jawab Kayla. Dia memanggil pramusaji untuk membersihkan meja sekaligus melayani pesanan Sofia."Mas Adam ada perlu apa, ya?" Sofia mengalihkan pandangan ke Adam yang hanya diam saja sejak kehadirannya."Saya ada keperluan pribadi dengan Kayla."Sofia manggut-manggut. "Oh, ya, udah makan dimsum buatan aku? Enak nggak, Mas?""Iya, enak. Makasih," jawab Adam tanpa mengalihkan pandangan dari layar ponsel. Dia sedang berbalas chat dengan calon klien.Kayla menahan tawa karena melihat sikap Adam yang begitu dingin dan cuek."Sof, kamu ada perlu apa ke kampus? K

  • DIPANDANG HINA KARENA JANDA   Wajah Asli Sofia

    "Jadi, maksud Tante, Kayla itu dulu pernah hampir bertunangan dengan Mas Adam?" Nada bicara Sofia terdengar sedikit meninggi.Bu Ami baru saja menceritakan hubungan Adam dan Kayla di masa lalu tanpa ada yang ditutup-tutupi."Tenang, Sof, itu dulu. Sekarang Adam sudah move on," kata Bu Ami menenangkan Sofia. Dia cukup kaget karena reaksi gadis itu sedikit berlebihan."Tapi tadi Mas Adam ketemu sama Kayla, Tan. Kan ada bukti fotonya juga.""Tante tahu betul karakter Adam. Percaya sama Tante, mungkin Adam memang punya keperluan lain yang belum bisa dibagikan ke kamu. Dia enggak suka umbar-umbar sesuatu kepada orang yang bukan siapa-siapa baginya."Mata Sofia berkaca-kaca. "Jadi, aku ini dianggap bukan siapa-siapa?"Bu Ami mulai geregetan. Gadis itu pintar, tetapi kenapa susah sekali memahami kalimatnya."Bukan siapa-siapa BAGINYA, Sof. Perjodohan itu kan rencana Tante dan mamamu. Kalau kamu setuju, itu tentu lebih memudahkan kami. Tapi kalau Adam belum, ya kamu harus berusaha juga dong s

  • DIPANDANG HINA KARENA JANDA   Pantang Mundur

    Menjelang Asar, sebuah mobil menepi dan berhenti tepat di depan pagar rumah Adam. Sofia turun dan membungkukkan badan begitu menyadari sang tuan rumah sedang berada di teras."Assalamu'alaikum, Tante, Mas Adam."Adam membukakan pintu gerbang untuknya lalu segera masuk rumah untuk bersiap-siap. Dia akan pergi ke masjid, salat berjamaah lanjut mengajar mengaji."Lagi santai, ya, Tan?""Iya, Sof. Mumpung saya dan Adam sama-sama di rumah. Gimana kabar mama kamu?" jawab Bu Ami setelah mempersilakan Sofia duduk di kursi yang sebelumnya ditempati Adam."Sehat, Tante. Saya ke sini enggak apa-apa, kan? Mau ikut Mas Adam ngajar ngaji."Bu Ami terharu dengan kegigihan Sofia. Kadang dia kasihan jika gadis sebaik itu harus menghadapi sikap Adam yang cuek."Saya seneng malah kalau kamu sering main ke sini pas Tante lagi di rumah. Tante jadi punya temen ngobrol. Kalau soal ngajar, coba bilang aja sama Adam."Dari dalam rumah, samar-samar Adam masih bisa mendengar ucapan Sofia. Dia hanya bisa berdoa,

  • DIPANDANG HINA KARENA JANDA   Surat Perjanjian

    Sabrina meletakkan barang-barang belanjaannya di kursi ruang tamu lalu duduk dengan napas ngos-ngosan. Keringat membasahi dahi dan membuat badannya terasa gerah. Memangku tiga kantong belanja sambil berdesak-desakan di dalam angkot jelas bukan perkara mudah. Penumpang lain sampai memelototinya karena dianggap makan tempat.Sejak motornya dikembalikan ke mantan ibu mertua, Sabrina terpaksa menggunakan angkutan umum untuk bepergian. Sebenarnya dia sudah memesan jasa ojek online, tetapi para driver selalu membatalkan setelah tiba di lokasi karena barang bawaannya terlalu banyak. Dia sempat disarankan untuk memesan mobil, tetapi merasa sayang karena ongkosnya lumayan mahal."Mama capek, ya? Sini aku pijitin," kata Alifa. Dia mendekat lalu memijit pundak sang mama dengan tangan mungilnya. Meski tenaganya tidak seberapa, perlakuan manis Alifa itu membuat capek Sabrina otomatis hilang."Belanja apa saja, Sab?" Bu Retno ikut duduk di ruang tamu sambil menyalakan televisi."Alat bahan jahit sa

  • DIPANDANG HINA KARENA JANDA   Buah Silaturahmi

    Keluarga Pak Muklis ada di Singapura selama dua minggu. Sabrina memakai kesempatan itu dengan sebaik-baiknya untuk mengumpulkan uang. Sebulan lagi sudah masuk tahun ajaran baru. Selain butuh uang untuk membayar cicilan kepada Bu Ami, Sabrina juga perlu menabung untuk membayar SPP Alifa.Sabrina mengelola warung dan membuka PO jilbab anak. Modelnya tidak lain adalah Alifa. Dia membuat tiga desain lalu mengedit fotonya dengan pilihan warna jilbab yang bisa dia buat. Sabrina memasarkannya melalui story WhatApp dan Facebook.Sehari dua hari, tidak ada yang memesan jilbabnya. Paling hanya ada satu dua tetangga yang menjahitkan pakaian robek atau menambal bolongan. Namun, Sabrina tak patah arang. Di waktu-waktu senggang, dia menonton tutorial merajut di Youtube.Merintis usaha itu relatif mudah. Yang sulit adalah tetap konsisten meski belum ada yang memesan jualannya. Sabrina tak menampik jika semangatnya juga sempat turun. Jangankan memesan, yang sekadar tanya-tanya pun tidak ada.Kesabara

Bab terbaru

  • DIPANDANG HINA KARENA JANDA   Takdir Kita (TAMAT)

    [2 tahun kemudian] "Saya terima nikah dan kawinnya Sabrina Hasanati binti Jaya Sentosa dengan mas kawin tersebut dibayar tunai!"Begitu tenang dan lantang Adam mengucap kalimat tersebut dalam satu tarikan napas."Bagaimana para saksi? Sah?""Sah!" Para saksi menjawab serentak.Sabrina dan Adam mengembuskan napas lega. Doa-doa melangit, berbaur dengan tumpahan air mata haru dan suka cita.Kini, Adam dan Sabrina duduk bak raja dan ratu sehari di pelaminan. Mereka senantiasa menebar senyum kepada para tamu undangan yang turut berbahagia.Dahulu, hanya butuh waktu satu minggu bagi Adam untuk jatuh hati kepada Sabrina. Butuh tiga bulan untuk menyatakan niat baik dan berujung mendapat penolakan halus dari janda beranak satu tersebut. Namun, jalan hidup memang tidak dapat ditebak.Sempat hendak menikahi Sofia, takdir ternyata membawa acara akad mereka bubar sebelum mulai. Adam dan Bu Ami sampai harus pindah rumah karena malu dibicarakan tetangga terus-menerus.Namun, siapa sangka, ada hikma

  • DIPANDANG HINA KARENA JANDA   Ada Pelangi Selepas Hujan

    Sabrina menajamkan pendengaran agar segera tahu ketika sewaktu-waktu ada mobil berhenti di depan rumah. Perasaannya senang bercampur harap-harap cemas. Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, Sabrina akhirnya akan memiliki sepeda motor lagi. Memang bukan sepeda motor keluaran terbaru. Bukan pula yang harganya puluhan juta. Yang dia beli hanyalah motor bekas seharga 6,5 juta saja. Yang membuatnya istimewa, motor itu dibeli dari hasil keringatnya sendiri. Bagi Sabrina yang sejak kecil akrab dengan kemiskinan, membeli motor tanpa mencicil adalah sebentuk pencapaian yang patut dirayakan. Adam yang membantunya mendapatkan motor tersebut. Setelah bertemu secara tidak sengaja di acara bazaar, mereka cukup intens berkomunikasi. Kebetulan dealer Adam memang melayani jual beli motor bekas sehingga dia bisa memilihkan yang kondisi mesinnya masih bagus dan harganya terjangkau. Yang ditunggu-tunggu akhirnya datang. Sebuah mobil bak terbuka merapat di halaman rumah Pak Jaya. Sepeda motor berw

  • DIPANDANG HINA KARENA JANDA   Terima Kasih, Superman

    Jam masih menunjukkan pukul delapan pagi, tetapi matahari di langit Tangerang sudah bersinar amat terang. Sabrina mengelap keringat di dahi dengan ujung jilbab. Sesekali, dia melambaikan tangan ke arah Alifa yang berada dalam barisan gerak jalan. Acara jalan sehat itu merupakan kegiatan tahunan yang rutin digelar oleh Pemda setempat untuk memperingati hari jadi kota mereka. Sekolah Alifa tidak ketinggalan untuk berpartisipasi. Namun, karena masih usia TK, orang tua murid diminta turut serta hadir. Selagi menunggu Alifa selesai parade, Sabrina melihat-lihat stand yang berjajar di sepanjang tepi jalan. Ada satu stand yang sudah dia incar semenjak tiba di alun-alun kota tersebut. "Mas, yang ini harganya berapa, ya?" Sabrina menunjuk sebuah motor matic berwarna biru dan putih dengan bodi lebar.Itu adalah satu-satunya stand yang menjual motor second. Dilihat dari kondisi tampilan luar, motor yang dilirik Sabrina sepertinya masih sangat bagus. Sabrina merasa perlu membeli motor untuk ke

  • DIPANDANG HINA KARENA JANDA   Merdeka dari Utang

    Adam turun dari motor dan mengambil bungkusan martabak yang tergantung di cantolan depan. Malam itu, Bu Ami bilang ingin menonton film sambil ngemil.Seporsi martabak manis dengan topping kacang, cokelat, keju, dan wijen itu ditaruh dalam piring buah. Permukaannya masih mengepulkan uap panas. Aromanya yang harum makin menggugah selera."Silakan menikmati martabaknya, Bunda Ratu," seloroh Adam ketika menyajikan makanan itu di meja.Bu Ami yang baru mulai memutar film hanya terkekeh mendengarnya."Kamu nggak ikutan nonton?" tanya Bu Ami begitu melihat Adam berdiri lagi. Bibirnya sedikit cemberut.Tadinya Adam ingin kembali ke kamar untuk mendesain pamflet, tetapi kemudian dia tidak tega membiarkan mamanya menonton sendirian. Karena itu, dia memutuskan untuk bekerja sambil tetap menemani Bu Ami."Saya ambil laptop sebentar ya, Ma."Bu Ami mengangguk senang. Sebenarnya dia merasa kesepian sejak pindah ke rumah baru. Selain lingkungannya lebih sepi, di rumah juga tidak ada pembantu yang bi

  • DIPANDANG HINA KARENA JANDA   Rezeki Tidak Akan Salah Alamat

    Nuansa haru yang sempat tercipta karena Sabrina hendak merantau menjadi TKW mendadak buyar. Sabrina menyusut air mata. Bu Retno sontak berdiri dan menghampiri dua lelaki yang berdiri di ambang pintu. "Pak Muklis?" Sapaannya lebih terdengar seperti pertanyaan. Bu Retno sampai melebarkan mata dan mencondongkan badan saking tidak percaya bahwa sosok yang berdiri di hadapannya adalah Pak Muklis. Ya, dia adalah juragan sembako yang pernah sangat ingin menikahi Sabrina. Sabrina menelan ludah. Jantungnya berdetak lebih cepat. Ada perasaan takut dan cemas yang diam-diam menelusup di hatinya. Bagaimanapun, urusannya dengan Pak Muklis tidak pernah menyenangkan. "Maaf, Bu, boleh kami masuk?" Kali ini yang bertanya adalah sopir Pak Muklis. "Oh, iya ... bo--boleh. Silakan, Pak." Wanita itu menepi agar tamunya masuk. Sabrina menuntun Alifa, hendak menghindari pertemuan itu dengan alasan ingin menjaga warung. Namun, Pak Muklis menahannya. "Mbak Sabrina boleh di sini sebentar? Saya ada perlu.

  • DIPANDANG HINA KARENA JANDA   Resmi Mendaftar Jadi TKW

    "Izinkan aku merantau ke luar negeri." Sabrina mengucapkannya dengan mata berkaca-kaca.Di satu sisi, dia tidak tega meninggalkan anak dan orang tuanya di Indonesia. Selain rindu, dia juga pasti akan lebih sering mengkhawatirkan kondisi kesehatan mereka.Namun, utang nyaris seratus juta ke Adam bukanlah perkara sepele. Jika dia hanya mampu mencicil 500 ribu per bulan, dia butuh waktu selama 16 tahun untuk melunasi seluruh utang tersebut.Dalam kurun waktu 16 tahun itu, pasti akan banyak hal yang berubah. Orang tuanya akan makin berumur. Alifa pun harus bersekolah di SD, SMP, hingga SMA yang pastinya butuh biaya lebih besar. Sabrina juga bercita-cita ingin menguliahkan putri semata wayangnya.Lebih dari itu semua, siapa yang menjamin dirinya masih ada umur? Alangkah sedihnya jika membawa utang hingga liang lahat. Maka, merantau menjadi TKW menjadi pilihan yang paling mungkin Sabrina ambil."Kalau kamu pergi, Alifa gimana, Sab?" tanya Bu Retno hati-hati. Dia paham betul kegelisahan anak

  • DIPANDANG HINA KARENA JANDA   Izinkan Aku Merantau

    "Alhamdulillah, semua pesanan sudah jadi. Bu, tolong bantu cocokkan jumlahnya, ya," pinta Sabrina kepada Bu Retno. Dia sendiri tengah sibuk menghitung sisa pembayaran yang harus dilunasi Salim. Jumlah itu setara dengan keuntungan bersih yang akan dia peroleh."Jahitannya rapi, Sab. Masing-masing juga udah disetrika, jadi meringankan pekerjaan kita. Bisa aja kamu cari konveksi yang bagus.""Iya, Bu. Yang bikin makin kagum, mereka mempekerjakan orang-orang yang cacat fisik. Aku jadi makin termotivasi buat mengikuti jejaknya."Sabrina menghentikan pekerjaannya sejenak. Matanya menerawang jauh sedangkan bibirnya tersenyum manis. Terbayang seperti apa bahagianya jika impian tersebut bisa terwujud."Ya ... Ya ... Tapi bikin konveksi juga modalnya nggak sedikit, Sab. Apalagi kamu masih ada utang sama Ustadz Adam."Bibir Sabrina langsung kembali seperti semula. Ucapan ibunya sangat realistis."Bapak sama Ibu nggak bisa bantu banyak. Tapi nanti, kalau kami sudah meninggal, kamu boleh jual ruma

  • DIPANDANG HINA KARENA JANDA   Jatuh, Bangkit Lagi

    "Sudah siap, Ma?" tanya Adam setelah memasukkan tiga koper dan beberapa kardus besar ke dalam bagasi mobil. "Sudah, Dam." Bu Ami menghela napas. Hatinya serasa sesak dan badannya penat. Hari itu, mereka memutuskan untuk pindah rumah. Rumah tersebut akan disewakan kepada teman Om Adib.Sebenarnya rumah itu baru mereka tempati selama setahun. Namun, semenjak Adam batal menikah dengan Sofia, Bu Ami tidak lagi merasakan kenyamanan di sana. Penyebabnya tak lain adalah mulut-mulut tetangga yang selalu merasa paling tahu urusan orang lain.Sekali dua kali, Bu Ami tidak terlalu memusingkan omongan tetangga yang menggunjing batalnya pernikahan Adam. Namun, cerita tersebut berulang terus dan ditambah bumbu-bumbu lain. Ada yang bilang, Adam itu pembawa tulah atau kutukan. Entah siapa yang pertama kali tahu, tetapi kabar bahwa dia sudah tiga kali gagal menikah sudah menyebar luas. Dampaknya tidak hanya pada psikologis Bu Ami, tetapi juga TPA yang dikelola Adam. Banyak walisantri yang memindah

  • DIPANDANG HINA KARENA JANDA   Dilarikan ke Klinik

    "Ma, capek, ya? Mau aku pijitin?" tanya Alifa pada suatu malam menjelang tidur.Dia melihat Sabrina kepayahan bangun dari kasur sebab pinggangnya terlalu letih. Duduk terlalu lama di depan mesin jahit memang kurang baik untuk kesehatan. Apalagi Sabrina terkadang lupa minum air putih atau meregangkan otot barang sebentar."Mau, Sayang. Terima kasih ya, anak baik. Mama sangat bersyukur memiliki anak yang solehah seperti Alifa," jawabnya seraya tersenyum.Alifa dengan senang hati memijit tangan dan kaki Sabrina. Meskipun tenaganya tidak seberapa dan dia belum paham titik-titik yang mesti dpijit, Sabrina merasakan hatinya hangat. Tangan mungil itulah yang secara tidak langsung telah menguatkannya selama ini.Meski letih, Sabrina merasa Allah sangat memudahkan usahanya ketika memulai proses produksi pesanan Salim. Selain doa yang dia panjatkan seusai salat, Sabrina juga rutin melaksanakan salat Tahajjud dan salat Dhuha.Dia tidak bisa berkeluh kesah kepada sembarang orang. Jadi, salat adal

DMCA.com Protection Status