FLASBACK ON.
“PUTUS!”
“Yes yes yes! Akhirnya siksaan neraka berakhir.”
Mendengar itu membuat aliran di tubuh Adeeva mendidih kuat. Dengan cepat pula ia melayangkan pulukan di wajah Ikbal.
BUG.
“Awww shit! Cewek gila!”
Adeeva langsung meninggalkan Ikbal yang masih saja meringis kesakitan akibat pukulannya tadi. Siapa suruh merasa bahagia habis diputuskannya. Harusnya tuh sedih. Nangis. Ngemis atau ngerengek gitu.
Dengan cepat pula Adeeva langsung pergi dari kantin karena suasana sudah semakin riuh. Apalagi semua orang menatapnya ngeri.
Jangan tanya penampilan Adeeva akan rapi seperti siswa lainnya. Baju Adeeva dikeluarin, bahkan dasi tak dipakai saat ini. Sering mendapat teguran oleh guru membuat Adeeva merasa tak pernah kapok.
Saat berjalan ke arah anak jurusan IPA, yang dilihat hanya segerombolan anak-anak suka belajar. Adeeva muak melihat orang-orang yang gemar belajar itu.
Ma
Pagi ini suasana rumah Kiki tengah ramai dengan tangisan sang grandma karena Adeeva dan Leonel akan pergi ke bandara. Niatnya akan ikut mengantar ke sana tapi mengingat faktor usia yang tidak bisa diajak bepergian jauh-jauh membuatnya hanya bisa memeluk cucunya erat.“Sering telepon Grandma, ya. Jangan lupa sering pulang juga Ke Indonesia.”“Iya Grandma, pasti Adeeva akan sering berkunjung ke sini kok.”Selesai berpelukan dengan grandma kini Adeeva juga berpelukan dengan Kiki erat. Keduanya menangis bersama.Merasa sudah reda, Adeeva berlanjut memeluk Ryan. Bisa dilihat sorot kekhawatiran yang mendalam di mata Ryan. Meski tak diucapkan tapi Adeeva tahu jika sang ayah sangat khawatir dan merasa ada yang mengganjal hatinya.“Hati-hati sayang.”Adeeva tersenyum tipis. “Hmm, titip Bunda sama Grandma, Grandpa.”“Pasti sayang.”Dan terakhir Adeeva memeluk grandpa yang sudah
Joeyi Agency.Adeeva merasa terkejut ketika seluruh staf Joeyi menyapa dirinya dengan penuh hormat. Pasalnya selama menjadi anak magang tidak pernah mendapat perlakuan istimewa seperti ini sebelumnya. Terlebih selama di Indonesia Adeeva tidak boleh memikirkan Joeyi oleh Leonel. Katanya fokus saja soal pernikahan.Dan saat sampai di ruangan yang biasa untuknya bekerja, Adeeva langsung disambut Josh dengan sangat hormat.“Good morning, Adeeva.”“Morning.”Adeeva ingin duduk namun dicegah oleh Josh. “Jangan duduk di situ. Kau tidak pantas menduduki kursi butut itu Adeeva.”“What? Josh ini kursi kerjaku dan kau mengatakan ini butut? Keterlaluan.”“Oh bukan begitu Adeeva, kau sudah memiliki ruangan lain di kantor ini. Dan tinggalkan ruangan ini untuk anak magang baru nanti.”“Josh, kau apa-apaan sih.”Di saat Adeeva sedang bingung atas sikap dan perlakuan
Selesai bekerja dan dijemput sopir di depan kantor seperti ini tidak pernah ada sedikitpun terbesit dibayangan seorang Adeeva. Namun, takdir Tuhan memang tidak ada yang mengetahui seperti sekarang ini.Yang dulunya bukan siapa-siapa dan hanya staf biasa dikantor sekarang menjadi atasan. Ini semua kejutan dari Tuhan kan? Mungkin karena kesabaran Adeeva selama ini menjalani hidup yang penuh lika liku namun tak pernah mengeluh atau ini titik awal ia menempuh kehidupan yang sesungguhnya?Dan tepat pukul delapan malam, Adeeva masih berdiri di dalam kamarnya menunggu kepulangan Leonel. Biasanya pria itu pulang jam berapa sih? Adeeva juga masih belum hapal dan paham tentang jam kepulangan Leonel itu. Apalagi ini pertama ia menjadi seorang istri dan pertama juga menunggu Leonel pulang kantor.Ceklek.“Malam sayang,” sapanya sambil merentangkan tangan ke arah Adeeva namun dibalas decihan oleh Adeeva meski bibirnya melengkungkan senyum.
Meski dulu nakal saat ABG, namun Adeeva tidak pernah yang namanya masuk-masuk atau pergi ke kelab malam. Dan ini pertama kalinya seorang Adeeva menginjakkan kaki di dalam kelab.Dentuman suara musik yang kencang membuat telinga Adeeva terasa sakit. Bahkan penglihatan matanya terasa aneh karena ruangan ini sangatlah remang-remang.Sorot lampu warna warni yang kini berputar di atas lantai dansa pun membuat kepala Adeeva terasa pusing dan rasanya seperti orang vertigo.“Emilia, kepalaku pusing sekali melihat lampu yang berubah-ubah warna.”Emilia justru langsung terkekeh geli mendengarkan penuturan perempuan dewasa seperti Adeeva. Emilia juga tahu jika Adeeva tidak pernah pergi ke kelab dan minum alkohol. Namun, melihat Adeeva mengutarakan langsung seperti ini sangatlah lucu.“Ayolah babe, kau sudah dewasa dan cobalah ikuti kehidupan orang dewasa di sini.”“Iya, tapi sungguh ini membuat telingaku sakit,&rdquo
Membaca pesan terakhir dan melihat foto Adeeva yang sedang duduk di sebuah kelab membuat hati Leonel bergemuruh sangat hebat. Ternyata Adeeva pergi buru-buru tadi itu mau pergi ke kelab?Niat ingin mengecek pekerjaan pun Leonel tinggalkan. Mood-nya merasa sudah sangat hambar dan ambyar sekali saat ini. Buru-buru ia mengambil kunci mobilnya di dalam laci nakas dan segera melanggang pergi ke kelab yang biasa dirinya dan Alex bertemu.Selama perjalanan pun hati Leonel benar-benar kesal. Kenapa juga sih perempuan itu tidak jujur saja mau pergi ke kelab malam. Kan kalau tahu dari awal enggak kesal begini.***Kelab Malam.Alex sudah duduk bersama Adeeva, bahkan Alex memesan jus jeruk untuk dirinya dan Adeeva. Malam ini ia sengaja enggak minum alkohol dulu karena ingin bincang-bincang dengan Adeeva.Rasa penasaran Alex dengan perempuan asia ini bisa dikatakan sangat menggebu-gebu. Apalagi mendengar Leonel yang menilai sikap Adeeva barbar, tapi bag
Dan pagi ini Marinka pulang dengan wajah yang sangat bahagia. Leonel yang melihat mommy-nya bahagia ikut tersenyum senang.Setelah berpikir keras tadi pagi buta hingga saat ini akan sarapan bersama, ini saatnya Leonel mengatakan di depan mommy-nya.“Mommy kangen sekali denganmu, dear,” ucap Marinka kepada Adeeva yang masih memakan sarapannya dengan diam.Adeeva tersenyum tipis saja dan kembali fokus sarapan.“Mom, sepertinya Leonel akan pindah tinggal di apartemen saja,” ceplos Leonel yang membuat Adeeva menghentikan pergerakan tangannya di atas piring. Adeeva masih tetap menunduk yang membuat Leonel tersenyum menyeringai. “Soalnya kasihan Adeeva dia jauh dari kantor,” tambah Leonel yang membuat Adeeva mendongak dan menoleh ke arah Leonel. Adeeva menunjukkan tatapan tajam penuh permusuhan.Marinka diam sejenak, ada gurat kesedihan mendengar anak dan menantunya akan tinggal terpisah.“Tapikan ada sopi
Sepanjang perjalanan menuju ke apartemen Elizabeth, Leonel diam membisu memikirkan Adeeva yang ia tinggal sendirian di bandara barusan. Kira-kira dirinya keterlaluan tidak, ya? Ah sepertinya setimpal dengan kelakuan Adeeva yang pergi semalam dengan Alex. Biar Adeeva tahu rasa!Elizabeth yang niat kembali dari Paris lusa pun ternyata pagi buta tadi memberikan kabar jika dia sedang kembali ke Barcelona. Leonel pun menggunakan siasat ini untuk membalas sakit hatinya semalam karena Adeeva lebih memilih pergi dengan Alex.Ya, lagi-lagi emang Alex sumbernya. Brengsek memang teman satu itu. Bikin hatinya berkobar-kobar saja.“Honey, produk LV nanti keluarin tas model baru. Katanya itu limited edition.”Elizabeth terus menerocos soal produk tas branded itu. Acara seleksi untuk model victoria secret yang Elizabeth ikutin pun gagal hingga ia harus kembali ke Barcelona.“Ya, nanti beli saja.”Elizabeth girang dan lan
Selesai menekan password pintu apartemen Adeeva, Leonel langsung masuk dan mendapati kondisi apartemen yang kosong. Bahkan Leonel bisa melihat debu yang sudah menebal di semua perabotan milik Adeeva. Leonel langsung mengecek ke kamar namun kosong. Kemudian ke kamar mandi pun kosong.“Kemana perginya Adeeva,” gumam Leonel bermonolog.Memikirkan perempuan itu membuat kepala Leonel pusing sendiri. Bahkan terasa sangat berat juga akan meledak saat ini.Leonel pun langsung berpikir keras untuk mengira-ngira keberadaan Adeeva. Tiba-tiba saja otaknya berpikir tentang Alex. Apalagi Adeeva sangat dekat dengan Alex semalam dan itu kemungkinan besar jika istrinya bersama pria brengsek itu.Untuk memastikan Adeeva ada di kantornya Alex pun membuat Leonel langsung menelepon dengan panggilan video call. Dan yang lebih membuat Leonel geram panggilannya tidak langsung diangkat oleh pria brengsek itu.“Shit! Angkat Lex!”Leonel pun te
Hari ini Ryan harus kembali ke Indonesia meninggalkan Adeeva sendirian. Ada rasa khawatir di relung hatinya. Ryan takut jika Adeeva disakiti lagi oleh begundal Leonel.“Kamu yakin sendirian? Biar nanti Ayah telepon asisten Ayah buat ubah jadwal lagi.”“Adeeva yakin kok, Yah. Jadi tenang saja, ya.” Adeeva terus menyakinkan Ryan jika dirinya baik-baik saja sendirian di sini. Terlebih Adeeva tidak takut jika harus menghadapi Leonel lagi. Lagian kalau Adeeva amati jika Leonel hanya pria rapuh yang terkejut mengetahui berbagai berita mendadak terus menerus. Adeeva bisa memaklumi.Ryan mengembuskan napas dengan kasar. Ia pun akhirnya pamit pergi dari hotel. Adeeva niatnya ingin mengantar sampai bandara, tapi Ryan menyuruhnya untuk istirahat saja agar tidak terlalu capek.Saat sudah pamitan dan pelukan cukup lama dengan Ayahnya. Kini, Adeeva pun keluar hotel menuju ke salah satu toko tas untuk membeli koper kecil. Apalagi saat menuj
Tiba di Barcelona, baik Adeeva dan Ryan sama-sama diam saja meski dalam hati tak karuan melihat Leonel yang datang bersama Elizabeth. Bahkan dalam hati Ryan ingin menonjok pria bule itu yang sudah tega dan jahat mempermainkan perasaan anaknya sampai separah ini. Dulu meski ia playboy tapi tidak sejahat Leonel. Gonta-ganti pasangan sebelum memiliki status itu hal yang sangat wajar, tapi setelah memiliki komitmen dengan Kiki, ia berusaha setia dan menjaga komitmen itu sendiri.Lain hal dengan Adeeva yang tampak masa bodoh dengan kehadiran mantan suaminya. Tujuan Adeeva ke sini hanya untuk menjalankan wasiat mendiang Marinka. Terlebih pemakaman akan dilakukan setelah Adeeva dan Leonel bisa hadir.Mengingat kedua orang itu sudah hadir membuat prosesi pemakaman segera dilakukan. Saat tiba di sana, Adeeva meletakkan foto Marinka, dan disusul dengan Leonel yang menaruh bunga di atas batu nisan.“Mom, kuyakin kau perempuan baik. Pasti Tuhan akan menempatkanmu di s
Mendengar cerita sang anak membuat Ryan sedikit khawatir jika ada teroris yang masuk ke kafenya. Ia pun berniat akan ikut memantau kafe secara langsung, tapi kalau pagi ia harus bekerja.“Ayah dengar begitu jadi khawatir.”“Khawatir kenapa?”“Takut dia teroris.”“Makanya jangan keseringan nonton berita gitu ah, jadi parno sendirikan?” omel Kiki.Pasalnya akhir-akhir ini Ryan lagi suka nonton berita tentang terorisme hingga otaknya merasa ke distrak.Kiki yang melihat sang suami suka parno langsung mengomeli agar tidak memperkeruh suasana. Terlebih Adeeva baru saja sembuh dan mulai melupakan bayang-bayang mantan suaminya. Jika dibebankan berita berat seperti ini ngerinya akan menambah beban pikiran.“Kayaknya bukan, deh. Soalnya itu cowok kayak manusia galau gitu. Ngelamun aja seperti orang habis putus cinta gitu.”“Nah, kalau ini Bunda setuju. Siapa tahu itu cowo
Adeeva pun akhirnya maju, dan menyapa seramah mungkin kepada customernya. Adeeva tersenyum simpul yang membuat orang itu tetap menatap kosong dan mengabaikan keberadaannya.“Pagi, Kak. Kakak mau pesan apa?” tanya Adeeva, ramah.Merasa tidak dijawab membuat Adeeva merasa kesal sendiri karena keberadaannya dianggap hantu? Adeeva pun memejamkan mata dan menahan napasnya meski dalam hati kesal diabaikan seperti ini.“Kita ada menu spesial jika Kakak membeli dua por—““Buatkan semuanya.”“Hah! Apa, Kak?”“Kamu budeg, ya? Buatkan semua menu di sini. Tidak usah banyak tanya lagi. Kamu pasti pelayan baru di sini makanya tanya menu pesananku,” cerocosnya yang membuat Adeeva kesal sampai ke ubun-ubun.“Baik, Kak.”Adeeva langsung berlalu pergi dengan wajah masamnya. Ia melempar buku note kecil ke arah Zia. Adeeva langsung mendengkus sebal karena ini masih jam s
Jujur saja saat ini Adeeva masih tidak menyangka jika Emilia tega melakukan ini semua kepadanya. Entah apa motifnya ia masih belum tahu.Kini Adeeva menghubungi nomor ponsel Emilia untuk memastikan semuanya. Namun, panggilannya belum juga diangkat-angkat.Disaat akan menyerah, mendadak telinga Adeeva mendengar suara gemeresak dari seberang telepon sana.“Hallo.”“Em.”“Oh, kau. Ada apa?”“Kenapa kau tega sekali melakukan ini kepadaku? Apa salahku, Em!” Suara Adeeva tampak menggebu-gebu saat ini. Ia masih kesal dan tidak menyangka jika orang yang selama ini dipercaya dan sudah dianggap saudara justru tega melakukan ini semua kepadanya.“Kau bicara apa, sih?”Adeeva langsung tertawa hambar mendengar Emilia yang masih saja pura-pura tidak mengetahui rasa kekesalannya saat ini. Apa perlu Adeeva harus meledak-ledak secara gamblang agar perempuan di seberan
Kini Adeeva dan keluarganya makan malam di salah satu restoran Korea di kawasan Jakarta Selatan. Meski habis menghadapi polemik rumah tangga yang begitu menguras energi, tapi tidak menyurutkan rasa kebahagiaan saat berkumpul bersama seperti ini bersama keluarga.Bahkan saat melihat sang ayah yang selalu menggoda bunda-nya membuat Adeeva tersenyum lebar. Melihat sang ayah yang meminta izin nikah lagi yang langsung direspon galak sang bunda membuat Adeeva menilainya sangat lucu. Meski hanya bercanda saja, tapi terkadang sang bunda tersulut rasa kesalnya.“Adeeva setuju enggak kalau punya Bunda lagi?” tanya Ryan, disela-sela makan.“Jangan mulai deh. Enggak lihat kalau sekarang Bunda lagi pegang gunting?” Justru Kiki yang menyahuti ucapan Ryan itu. lagian mentang-mentang Abangnya mau nikah lagi terus dia suka sekali menggoda meminta ikut-ikutan. Benar-benar menyebalkan.“Kalau Adeeva, sih, terserah Ayah saja. Selama membuat Ayah
Empat Bulan Kemudian.Akhirnya hasil sidang perceraian Adeeva dengan Leonel berjalan lancar hingga memakan waktu hanya empat bulan saja. Biasanya jika banyak tuntutan dan perkara akan memakan waktu enam bulan lebih.Kini Adeeva resmi menyandang status janda. Adeeva tersenyum getir, namun hatinya lega. Ia merasa tidak ada beban dalam hidupnya.Bahkan sang ayah benar-benar mensupport dan terus menemani sampai sidang selesai. Tidak seharipun Ryan melewatkan anaknya pergi ke sidang sendirian. Ryan pasti akan selalu mengutamakan anaknya terlebih dulu dibanding pekerjaan yang digelutinya.“Tidak apa-apa menjadi janda tidaklah buruk. Hanya saja terkadang pandangan orang soal status ini masih suka salah kaprah. Menganggap janda ini buruk. Padahal tidak. Ayah dan Bunda selalu dukung apapun keputusan kamu ke depannya.”Adeeva tersenyum tipis dan mengangguk mengiyakan ucapan sang ayah. Adeeva tahu jika kedua orangtuanya pasti lebih terluka namun m
Setelah sadar dari pingsan, Adeeva langsung memilih duduk bersandar di penyangga ranjang. Menatap kedua orangtuanya secara bergantian. Bahkan menatap ke arah sang grandma yang memang berada di dekat Kiki.Adeeva tersenyum senang, karena masih bisa merasakan kasih dan cinta dari keluarganya. Adeeva langsung menggenggam telapak tangan Kiki erat. Menatapnya sendu.“Bun, maafkan segala kesalahan Adeeva yang tidak pernah menurut selama ini. Maaf belum bisa menjadi anak yang baik untuk Bunda. Belum bisa menyenangkan hati Bunda, juga Ayah serta Grandma. Maaf beribu-ribu maaf jika Adeeva masih suka membantah ucapan Bunda. Maaf sudah sering buat nangis atas kelakuan Adeeva yang bandel. Maaf Bun ….”Adeeva langsung memeluk dan mencium pipi sang bunda. Adeeva menangis karena teringat suka membantah ucapan bundanya.Lain hal dengan Kiki yang membalas erat pelukan sang anak. Mengusap dan menepuk-nepuk pelan punggung sang anak. Matanya pun ikut
Setelah sudah tidak ada lagi yang bisa dipertahankan, kini Adeeva memilih untuk kembali ke Indonesia sesuai perintah Kiki. Adeeva sudah memberikan kabar jika hari ini ia akan kembali ke Indonesia. Mungkin rasa-rasanya ia sudah tidak akan merantau lagi. Adeeva akan memilih stay di Jakarta bersama keluarga kecilnya. Adeeva akan menghabiskan sisa usia bersama Ayah, Bunda, juga Grandma.“Adeeva,” panggil Ryan.“Ayah.”Ryan pun langsung berjalan cepat untuk menyambut kedatangan putrinya. Ryan segera memeluk putrinya erat. Mencium pipinya dan segera mengusap buliran air mata yang mulai menetes di pipi mulus milik Adeeva.“Jangan sedih, Ayah akan selalu ada untukmu, Nak.”Adeeva masih tidak menyangka jika pernikahannya akan berakhir seperti ini. Padahal dulu juga pas awal nikah memang niat bercerai. Namun, seiring berjalannya waktu perasaan mulai timbul dan keduanya benar-benar sepakat melupakan perjanjian itu. Tapi, te