Share

BAB 3

Author: Evie Yuzuma
last update Last Updated: 2021-08-25 18:09:55

BAB 3

“Bu, sudahlah! Sinta tidak apa-apa! Tuhan tidak akan salah memilih orang yang akan Dia tinggikan hanya dari pendidikannya. Apakah Ibu pernah mendengar jika Nabi Muhammad kuliah S1 atau S2, enggak ‘kan, Bu? Meskipun seluruh dunia merendahkan orang itu, jika Allah meninggikannya semua bisa apa? Ibu hanya perlu mendoakanku agar tetap menjadi orang yang penuh syukur dan berada di jalan-Nya. Ibu mau ‘kan jika Allah memilihku dan meninggikan derajat kita suatu hari nanti?”

Wanita itu makin terisak. Aku memeluknya erat untuk meredam kesedihannya. Karena ibu dan bapak-lah aku memutuskan menerima pinangan Tuan Muda Ashraf. Meskipun hati kecilku belum yakin, tapi dalam istikharohku itu yang Allah tunjukkan. Terlebih aku sudah lelah melihat kedua orang tuaku di anak tirikan oleh orang tuanya sendiri.

“Eh, di suruh masak malah pada nangis!”

Kumenoleh pada asal suara. Wa Ikah datang dari dalam. Rupanya kakak pertama dari ibuku baru saja sampai. Memang betul dia yang membiayai semua acara satu tahun meninggalnya almarhumah nenek. Namun aku merasa miris dan sedih ketika melihat ibuku diperlakukan demikian olehnya.

“Sih, itu tadi teteh bawa kue-kue masih di mobil! Tolong ambilin! Tadi ada yang sedikit rusak, jatuh doang sih, tapi gak kotor! Itu buat kamu aja sama suami kamu, masih bagus kho! Yang dalam plastik putih, ya!” ucapnya dengan nada memerintah pada ibuku.

Wanita yang tengah kupeluk itu melepaskan tanganku. Dia beringsut berdiri dan berjalan keluar mengikuti perintah kakak pertamanya.

Ya Allah, sakitnya hatiku! Izinkan aku memuliakan kedua orang tuaku ya Allah! Memberinya kebahagiaan dan kesejahteraan. Hatiku terasa tercabik-cabik melihat mereka selalu disuruh-suruh dan direndahkan.

“Suami kamu mana, Ta? Katanya supir, ya? Nanti kalau di sana dipecat, bisa suruh nyupirin truk Uwa aja, yang satu kemarin supirnya berhenti,” ucap Wa Ikah sambil melirik ke arahku.

“Gak ikut, Wa! Masih ada kerjaan!” jawabku. Uwa itu adalah panggilan Bahasa daerahku untuk kakak dari bapak atau ibu.

“Kamu harus bersyukur, Ta! Masih ada yang mau sama kamu! Kalau Selvi, dia masih milih-milih secara dia ‘kan punya karir dan pendidikan bagus, jadi gak boleh sembarangan milih suami! Apalagi kerjaannya cuma supir, gak sebanding!” ucap Wa Ikah ibunya Teh Selvi sambil berjalan kembali ke dalam.

Aku menarik napas panjang. Selalu saja seperti ini ketika berkumpul keluarga. Kalau bukan karena cara almarhumah nenek, aku lebih baik ikut berobat ibu mertuaku ke singapura. Passport padahal sudah dibuatkan juga kemarin.

Ibuku datang dari pintu sambil membawa beberapa kerdus kue. Yang paling atas dibungkus plastik, berarti itu yang kue jatuh tadi. Aku memburunya ke pintu samping dan membantunya menurunkan semua barang.

“Bu, biar Sinta yang urus!” Aku segera memindahkan berdus-dus kue itu ke balai-balai.

“Eh, itu yang di plastik sini, Ta!” ucap ibu.

“Bu, ini kan kue yang jatuh! Buang aja!” kataku sambil hendak melempar kue itu ke tempat sampah.

“Ih, jangan mubazir! Itu yang rusak bungkusnya aja! Dalemnya masih bagus!” ucapnya sambil merebut kue yang mikanya terlihat kotor itu.

“Teh, kita potong dua, ya! Buat akang juga di rumah!” Ibuku menghampiri Wa Imah---Kakak ketiganya.

Dia membersihkan kotoran pada mika. Kemudian memotong kue tersebut dibagi dua dengan Wa Imah. Mereka istirahat sebentar dan menikmati kue tersebut.

Air mataku merembes tidak terasa. Ya Allah, suatu saat nanti akan kubelikan ribuan kue yang harganya jauh lebih baik dari itu. Kue yang sengaja kubeli dengan harga terbaik untuknya. Bukan kue yang diberikan karena rusak dan sudah pecah seperti itu.

Ah, entah aku yang terlalu cengeng. Aku menangis dalam diam menyaksikan ibuku dan Wa Imah memakan kue rusak itu. Sambil memotong-motong kue yang masih bagus dan memasukannya ke dalam bingkisan. Air mataku merembes tak berhenti. Sakit sekali Ya Allah, hati ini.

Aku sudah terbiasa melakukan pekerjaan rumah tangga. Menjadi pembantu di rumah besar keluarga Adireja membuatku semakin terlatih mengerjakan pekerjaan dapur. Sebetulnya tugas utamaku hanyalah mengurus nyonya Adireja yang kini menjadi ibu mertuaku. Dia sudah lama menderita sakit semenjak ditinggal wafat oleh suaminya dalam kecelakaan pesawat.

Tapi aku tidak tinggal diam juga di sana. Ketika pekerjaanku senggang, aku biasanya membantu Rani seorang ART bagian dapur yang juga sebayaku. Di sana kami bertiga, ada aku Rani dan Sindi yang bagian mengurus taman dan kebersihan rumah. Dari kami bertiga, memang pekerjaankulah yang terlihat paling ringan. 

Namun semenjak aku menikah, sikap keduanya mulai berubah padaku. Terlebih melihat aku diperlakukan sangat baik oleh suami dan mertuaku.

Aku jadi teringat pengirim pesan misterius itu. Soalnya setelah aku ganti nomor baru hanya mereka berdua yang tahu , selain keluargaku. Namun apakah mungkin mereka yang menerorku? Atau salah satu dari mereka yang membocorkan nomorku pada orang yang tidak suka dengan pernikahan ini?

Aku teringat jika Sindi begitu mengagumi Nona Elisa, yang katanya calon tunangan Tuan Muda Ashraf. Namun semenjak aku kerja di sana, aku tidak pernah meilhatnya. Kata Rani dan Sindi dulu wanita itu sering datang berkunjung menemui Nyonya Adireja.

Ah, pikiranku kembali ngalor ngidul tidak karuan. Bercabang memikirkan semuanya. Tiba-tiba Bapak muncul dari pintu samping rumah kakek.

“Ta, tadi Bapak lewat warung terus beli rokok!” ucapnya.

“Terus kenapa Pak?” Aku menoleh padanya kemudian mengambil cangkir untuk membuatkannya kopi. Bergegas berjalan mengambil termos air dan menuangnya pada kopi hitam kesukaan bapak. Aromanya merebak ketika kuaduk dengan sendok.

“Pak, ini kue buat Bapak!” Ibuku memanggilnya. Dia dan Wa Imah masih sedang menikmati kue rusak dari Wa Ikah.

“Wah, kue mahal ini!” Bapak tergopoh-gopoh dan ikut bergabung bersama mereka.

“Eh, itu Ta! Tadi waktu bapak di warung, pas lihat tivi kho ada yang mirip sama suami kamu, ya? Tapi dia di bandara mau naik pesawat!” katanya sambil menatapku.

Comments (4)
goodnovel comment avatar
Wagirin
Cerita di Novel ini mmg banyak terjadi di masyarakat, dlm satu keluarga, Harta dan Jabatan Tinggi sangat membedakan perlakuan dlm keluarga.. umumnya yg miskin dan berpendidikan rendah selalu di rendahkan dan dapat perlakuan tdk menyenangkan..hadeh.
goodnovel comment avatar
Hafidz Nursalam04
NNnznznzmzkz
goodnovel comment avatar
M Arkanudin
mantabbbbb
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • DINIKAHI KONGLOMERAT   BAB 4

    BAB 4Aku menoleh pada bapak kemudian menghampirinya sambil membawakan secangkir kopi kesukaannya.“Kalau Sinta bilang itu memang suami Sinta, memang Bapak percaya?” tanyaku sambil meletakkan kopi untuknya. Bapak dengan lahapnya mamasukan tiap potongan kue rusak itu ke mulutnya.“Duh, kamu tuh sukanya bercanda aja, Ta! Memang hidup kita serba kekurangan, tapi jangan gitu juga, Ta! Gimana perasaan suami kamu kalau mendengar kamu malah mengaku-ngaku orang lain jadi suamimu! Bapak tidak pernah mengajari kamu untuk memandang orang dari hartanya!” ucapnya panjang lebar. Aku memutar mata jengah sambil berjalan kembali ke tempat di mana aku sedang menyiapkan kue-kue untuk bingkisan.“Ya udah, kalau Bapak masih gak percaya, nanti Sinta ajak Bapak sama Ibu liburan naik pesawat, ya biar percaya!” ucapku menatap wajah Bapak yang sedang serius menceramahiku.“Udah ah, kamu malah makin nge

    Last Updated : 2021-08-25
  • DINIKAHI KONGLOMERAT   BAB 5

    BAB 5Selalu seperti itu, bahkan aku sudah bosan dengan kalimat-kalimat berikutnya yang pasti akan meninggikan dirinya sendiri. Aku berjalan ke halaman mencari bapak. Terlihat samar di sekitar rumpun di bawah pohon kelapa ada bapak sedang membungkuk-bungkuk dalam semak.Aku bergegas menghampirinya. Kutatap lekat punggungnya.“Pak, Bapak sedang apa?”Kepalanya menyembul dari rumpun dan menatapku.“Nyari rokok, Ta! Tadi habis disuruh ngambil kelapa sama Wa’ Ikah, rokoknya lupa masih bapak kantongin, pas tadi turun kho gak ada!” ucapnya sambil kembali membungkuk.“Pak, udahlah ‘kan rokok Bapak masih ada! Nanti Sinta beliin lagi pas pulang! Yang lain udah pada kumpul, tinggal Bapak sendiri yang belum di sana!” ucapku menatapnya.“Sayang, Ta! Udah capek-capek bapak nyuciin mobil, eh rokoknya malah ilang!” ucapnya lagi.“Ya ampuuun, Pak!

    Last Updated : 2021-08-25
  • DINIKAHI KONGLOMERAT   BAB 6

    BAB 6[Assalamu’alaikum, Ta! Kamu belum jawab pertanyaanku yang tadi, kenapa tidak menungguku?] [Siapa ini?] [Orang yang bertemu di halaman depan denganmu, kenapa kamu malah menikah dengan orang lain dan tidak menungguku?] Aku tertegun. Entah harus menjawab apa. Kenapa dia harus datang kembali di saat seperti ini?Aku membiarkan dan tidak membalas pesannya. Semakin tidak nyaman berlama-lama di sini. Aku harus segera kembali ke kota.Segera kucuci semua gelas kotor yang sudah kukumpulkan. Piring-piring bekas, panci dan wajan bekas memasak tadi kucuci semua. Ibu dan Wa’ Imah juga tengah sibuk berbenah. Menjelang maghrib semua pekerjaan ini sudah selsai. Rumah kakek sudah bersih kembali.Aku bergegas menunaikan ibadah sholat maghrib. Bersujud dan meminta petunjuk atas kehidupan masa depanku kelak.Dalam untaian doa selalu kusisipkan dua nama yang selalu menja

    Last Updated : 2021-08-25
  • DINIKAHI KONGLOMERAT   BAB 7

    BAB 7Aku menoleh pada bapak. Kemudian aku menghampirinya.“Pak, ayo kita pulang nanti keburu malam!”Aku kemudian melangkah ke dalam menghampiri Ibu dan Wa’ Imah yang menyaksikan dari dalam. Aku berpamitan pada Wa’ Imah dan mengajak ibu pulang.“Ayo, Bu kita pulang nanti keburu malam!” Ajakku kemudian aku berpaling pada Wa’ Imah. Kuraih tangannya dan menciumnya. Aku mengeluarkan uang dual embar seratus ribuan.“Wa’ alhamdulilah Sinta ada sedikit rejeki, bonus dari Allah! Semoga ini bisa buat berobat Mang Husen!”Netra lesu itu berkaca-kaca menerima dua lembar uang pemberianku. Dia menyeka sudut matanya yang mengembun.“Memangnya kamu punya uang, Ta? Tadi aja 'kan pastinya uang simpenanmu yang dipakai buat bayarin ke Wa’ Ikah?” tanyanya menatapku.“Alhamdulilah … 'kan Sinta bilang dapat bonus dari Allah! Uwa

    Last Updated : 2021-08-25
  • DINIKAHI KONGLOMERAT   BAB 8

    BAB 8Ketika kami hendak memasuki halaman rumah. Terlihat sebuah mobil terparkir di depan. Aku menyipitkan mata mencoba mengenali mobil itu. Apakah mobil itu milik suamiku? Tapi bukankah dia bilang sekitar seminggu di Singapura?Lantas kalau bukan mobil Mas Ashraf itu mobil siapa?“Assalamu’alaikum!” Tiba-tiba kudengar seseorang yang mengucap salam.“Wa’alaikumsalam!” Aku, bapak dan ibu menjawab serempak.Tampak seorang lelaki bertubuh tinggi, berdiri dari teras rumah kami yang masih gelap. Aku menyipitkan mata mencoba mengenali sosok lelaki itu.“Maa Ta, aku berkunjung ke sini! Soalnya aku menunggu balasan pesan darimu tapi gak ada juga!” ucapnya sambil berjalan keluar dari teras menghampiri kami bertiga.“Eh, Nak Hafiz si kasep ini teh!” Bapak rupanya mengenali sosok yang kini tengah berdiri beberapa langkah jaraknya dari kami.

    Last Updated : 2021-09-02
  • DINIKAHI KONGLOMERAT   BAB 9

    BAB 9Aku menutup kaca dan melempar pandangan keluar jendela. Namun dari spion sebelah kiriku terlihat sebuah mobil melaju dengan kecepatan sedang. Aku mengernyit mengingat-ingat mobil serupa yang pernah kulihat.“Ya Allah itu 'kan, mobil Kang Hafiz! Kenapa dia mengikutiku?” batinku sambil terus memperhatikan laju mobil yang seolah menyesuaikan dengan kecepatan mobil yang kutumpangi.Aku masih berusaha untuk tenang karena jalan yang kami lewati belum memiliki percabangan. Berharap nanti di depan dia berbelok dan tidak mengikutiku lagi.Aku masih berusaha bersikap biasa sampai akhirnya dia mengikuti kami masuk toll. Aku masih melirik spion sesekali berharap tangkapan mataku salah. Namun ternyata memang dia masih mengikutiku. Aku tidak hendak memberitahu Bang Rudi masalah ini. Biarlah kucari caraku sendiri agar terhindar dari penguntit itu. Sebenernya apa, sih maunya?“Bang,

    Last Updated : 2021-09-02
  • DINIKAHI KONGLOMERAT   BAB 10

    BAB 10“Selamat datang, Non!” ucapnya sambil membungkuk menghormatiku. Aku melirik sekilas ke arah Bu Herman yang masih memegang uang beberapa lembar yang kuberikan. Aku melambaikan tangan padanya. Kulihat wajah wanita itu merah padam melihat perlakuan para penjaga rumah ini kepadaku. Apakah dia curiga siapa aku sebenarnya, entahlah?Aku bergegas masuk ke dalam rumah setelah menyapa para penjaga. Kulihat rumah masih sepi, mungkin para ART sedang beristirahat di taman belakang. Biasanya setiap pukul sepuluh pagi mereka akan istirahat dan menikmati camilan-camilan atau sekedar minum teh atau kopi yang memang sudah disediakan.Aku langsung menuju kamar utama. Kamar yang terpisah sendiri dan memiliki balkon yang cukup luas. Aku bergegas ganti pakaian menggunakan pakaian yang sudah disiapkan oleh ibu Mertuaku. Semenjak aku menikah dengan putranya, ibu mertuaku melarang aku memakai pakaian yang berkualitas rendah. Buka napa-a

    Last Updated : 2021-09-02
  • DINIKAHI KONGLOMERAT   BAB 11

    BAB 11“Oke, kamu jangan kemana-mana! Tapi kamu tetap harus jadi ukur suntuk pembuatan gaun! Aku tidak mau uang bonusku dipotong suamimu yang kejam itu!” ujar Mike sambil berlari memanggilkan Rani dan Sindi.Akhirnya Sindi dan Rani memapahku kembali ke kamar. Mereka berdua membantu memijat kakiku. Rani memoleskan salep pereda nyeri. Sementara Sindi memijiti kakiku.“Makasih ya, Ran, Sin!” ucapku.“Sudah kewajiban kami, Non!” ucap Rani mulai membiasakan diri.“Aku sebetulnya tidak suka kalian memanggilku seperti itu. Aku lebih suka kalian memanggilku seperti dulu,” ucapku.“Tapi kami harus terbiasa, gimanapun jika di depan Tuan Muda dan Nyonya memanggilmu seperti dulu pasti kami akan kena sanksi,” ucap Rani lagi. Sementara Sindi hanya mengangguk-angguk mendengarkan.Pintu terbuka. Mike datang dengan asissten wanitanya. Dia mem

    Last Updated : 2021-09-02

Latest chapter

  • DINIKAHI KONGLOMERAT   Bab 127_SDK2_38

    Pov Author Selamat Membaca! Maafkan kalau kurang maksimal. Masih oleng Mak Othornya 😁 Rumah Madina dan Alka sudah ramai sejak pagi. Beberapa tetangga turut rewang karena untuk pertama kalinya Madina dan Alka akan menyelenggarakan acara empat bulanan kehamilan untuk cucu pertamanya. Awalnya Nyonya Sinta bersikeras agar semua perayaan dilaksanakan di rumahnya. Namun Madina menolak, karena ingin terlibat langsung dalam syukuran calon cucu pertamanya itu. Meskipun demikian, Tuan Ashraf tidak kalah antusias dalam menyambut kehadiran cucu-cucunya. Lelaki yang masih terlihat jelas garis ketampanannya itu tidak mau tinggal diam. Sejak pagi, semua orang dibuat berdecak kagum dengan kiriman beragam makanan dengan kualitas premium ke kediaman besannya. Beragam makanan itu untuk

  • DINIKAHI KONGLOMERAT   Bab 126_SDK32_37

    Pov Author Selamat Membaca! Alma menelan saliva. Benar-benar gugup dan takut. Khawatir jika dirinya memang belum hamil. Tidak kuasa melihat wajah Arya kecewa nanti. “Bismillah, semoga Engkau memudahkan segalanya,” batinnya. Arya menuju ke bagian pendaftaran. Beberapa pasang mata tampak mencuri-curi pandang pada lelaki yang menggamit jemarinya itu. Tampak mereka mengusap perutnya, mungkin berharap memiliki anak rupawan seperti lelaki gagah yang membersamai Alma. Usai daftar. Mereka duduk berjejeran dengan beberapa wanita hamil. Namanya juga poli kandungan, isinya kebanyakan wanita-wanita hamil pastinya. Tampak mereka bersama masing-masing pasangan. Hanya ada satu orang yang tampak sendirian, hamilnya sudah kentara mungkin sudah tujuh bulanan. “Hamil

  • DINIKAHI KONGLOMERAT   Bab 125_SDK2_36

    Pov Alma (bulan madu) Extra part Gaess! Selamat Membaca! Coba komen yang masih hadir di sini! 😁 Hari ini kami sudah berada di salah satu tempat yang jauh dari keramaian. Kata Bang Arya kami ini sedang bulan madu. Di sini hanya ada kami berdua. Entah seberapa kaya suamiku ini. Satu area pulau ini katanya hanya di sewa oleh kami selama seminggu. Selain para pekerja yang memang ada, tidak ada lagi pengunjung lainnya. Bang Arya melingkarkan lengan kekarnya pada pinggangku. Aku menyandarkan kepalaku yang tak terbalut kerudung ini pada dada bidangnya. Kami duduk bersisian tanpa cela. Sesiang ini masih betah menikmati suasana cottage terbuka yang kami tempati. Dari sini, kami bisa langsung menatap indahnya riak gelombang lautan. Hembusan angin sepoi yang mendamaikan.&n

  • DINIKAHI KONGLOMERAT   Bab 124_SDK2_35

    Pov Author “Bang, ini aku Alma---istrimu. Sadarlah, Bang! Maafkan aku yang bodoh ini! Kalau kamu sadar, aku berjanji akan mengabulkan apapun keinginanmu, Bang! Sadarlah, Bang!” ucapnya sambil terisak. Alma duduk pada kursi di tepi ranjang tempatnya berbaring. Detak jam dinding terdengar. Entah sudah berapa lama dia berbicara sendiri hingga akhirnya terlelap. Tiba-tiba dia menatap sosok berpakaian putih itu datang mendekat. Dia mengusap pucuk kepalanya dan berbisik. “Terima kasih, Dek … terima kasih sudah menjagaku,” lirihnya lembut. Wajahnya tampak. Gerak jemari yang digenggamnya membuat Alma mengerjap. Rupanya dia kembali tertidur dan bermimpi bertemu dengan Arya. “Bang, kamu sudah sadar?” Alma menata

  • DINIKAHI KONGLOMERAT   Bab 123_SDK2_34

    Pov Alma Selamat Membaca! “Alma! Maafkan aku. Rumah tangga ini tidak bisa kita lanjutkan! Terima kasih sudah memberiku kebebasan! Aku bisa leluasa memilih hidupku ke depannya! Aku pergi … jaga diri baik-baik!” “B—Bang, B—Bang Arya!” Satu sentuhan mengguncang bahuku. Aku mengerjap ditengah isak. Rupanya aku tertidur selepas shalat isya tadi di kamar belakang. “Ma, kamu kenapa? Mimpi?” Anggrainin tengah menatapku. “Astagfirulloh ....” Aku menyeka sudut mata yang hangat. Aku menangis. Isaknya terbawa ke alam nyata. Barusan aku bermimpi, Bang Arya benar-benar terasa nyata. Dia memakai pakaian

  • DINIKAHI KONGLOMERAT   Bab 122_SDK2_33

    Pov Author Selamat Membaca! Pikiran Arya berkecamuk. Semua campur aduk menjadi satu. Kalimat demi kalimat yang Azka ucapkan membuat dirinya benar-benar tidak bisa berpikir dengan baik. Ya, memang foto itu benar, dirinya dan Naila pernah mengikat janji untuk menua bersama. Semua yang Azka ucapkan itu benar, dia menikahi Alma karena pernah berjanji jika dia akan membalas hutang nyawa pada Azka dengan cara apapun juga. Menikahi Alma tanpa cinta, itu juga benar. Awalnya dia memperlakukan dengan baik karena rasa tanggung jawab akan amanah dari sahabatnya itu. Harusnya Arya senang ketika lelaki itu tidak lagi menuntutnya untuknya terkungkung dalam hutang budi. Dia sudah bisa bebas kembali ke dalam kehidupannya tanpa terikat janji pada Azka untuk memperla

  • DINIKAHI KONGLOMERAT   Bab 121_SDK2_32

    Pov Author Selamat membaca! Azka menatap punggung Alma yang sudah menghilang dibalik angkutan. Azka tahu, Alma akan baik-baik saja di sana. Azka juga tahu jika sudah ada pancaran rasa dari setiap tatapan adiknya pada Arya. Namun dia tidak berpikir jika di hati Arya---sahabatnya masih ada Naila. Azka memutar sepeda motornya. Dia menuju sebuah café. Alamat itu didapatkannya dari Riani yang mengirimkan foto pada Alma beberapa waktu tadi. Azka berjalan memasuki café tersebut dan mengedarkan pandangan matanya ke seluruh ruangan. Benar saja, sosok yang dicarinya ada di sana. Arya tampak tengah duduk berhadap-hadapan dengan Naila. Tidak ada kesan resmi terkait pekerjaan. Bahkan tidak ada berkas dan laptop juga di antara mereka.

  • DINIKAHI KONGLOMERAT   Bab 120_SDK2_31

    Pov Alma “Bismillahirrohmanirrohim!” Aku memejamkan mata sambil membuka amplop tersebut. Jujur hatiku bercampur antara was-was dan penasaran atas isi dalam amplop milik suamiku ini. Perlahan lembaran yang ada didalam itu kutarik keluar. Netraku menyipit, mengintip apa sebetulnya yang ada di dalam amplop ini. Tiba-tiba ada yang bergemuruh dalam dada. Ada dua lembar foto di sana. Tampak dalam gambar itu, suamiku sedang menyematkan cincin pada jemari seorang perempuan yang tidak lain ialah Naila. Begitupun pada foto yang satunya. Tampak dengan wajah sumringah, Naila menyematkan cincin pada jemari Bang Arya. "Ya Tuhaaan? Sejauh apa sebetulnya hubungan mereka dulu? Apakah mereka sudah bertunangan?" Hatiku rasanya tercubit. Meski itu masa l

  • DINIKAHI KONGLOMERAT   Bab 119_SDK2_30

    Pov Author Selamat Membaca! Teriakan dari kamar Mina membuat semuanya terbangun. Mina berlari keluar setelah berhasil mendorong tubuh Mang Pian yang seperti kerasukan. Lelaki itu berusaha mengendalikan dirinya dan berlari ke kamar mandi. Mengguyur tubuhnya malam-malam. Nyonya Sinta, Arya dan Alma turun dari lantai atas. Karena Mina berteriak sekuatnya di luar kamar. Mereka melihat wajah Mina yang panik ketakutan. Entin yang tengah terlelap pun terbangun. Sambil menggisik-gisik mata dia keluar. “Ada apa sih, Min?” tanya Entin sambil sesekali menguap. Matanya mengerjap-ngerjap. Arya, Alma dan Nyonya Sinta menuruni tangga dan mendekat ke arah di mana Mina berada. “

DMCA.com Protection Status