BAB 45"Ancaman Ibu Mertua"#POV ISNATok..tok...tok!!!"Isna, ini ibu. Bisa kita bicara sebentar?" Ucap ibu mertuaku sambil mengetuk pintu."Ya Tuhan, Mas Rafa kemana lagi, dia sedang keluar dengan anak-anak. Lancas apa yang mau dibicarakan ibu di saat semua orang tidak ada." Ucapku dalam hati.Ibu mertua yang awalnya aku kenal sangat baik, tapi sekarang entah apa yang merubahnya. Dia seakan-akan benci sama aku karena belum bisa memberikan keturunan dari Mas Rafa.Hatiku merasa tidak enak sambil melangkahkan kaki menemui ibu mertuaku di ruang tamu. Sudahlah, aku pasrah saja dengan apa yang akan beliau katakan. Mungkin akan membuatku sakit hati, tapi aku harus bisa menerima apapun kenyataannya."Maaf bu, ada apa ya?" tanyaku setelah duduk di sebelah ibu."Isna, apa kamu memang tidak bisa hamil? Kenapa sampai sekarang kamu belum bisa memberikan keturunan untuk Rafa. Apa kamu ada penyakit yang kamu sembunyikan dari Rafa?" Tanya ibu mertuaku."Astaghfirullah Bu, mungkin Tuhan belum menit
BAB 46"Permainan Dimulai"#POV RISKAMungkin begini rasanya kalau hidup serba ada, tiap malam hanya kesenangan dan kesenangan yang selalu dilakukan. Mau beli apa, mau jalan kemana tinggal pergi. Namun, ada rasa kekhawatiran kalau aku semakin terjerumus masuk ke dalam dunianya mba Julia, ini bukan dunianya yang aku inginkan."Ayo lah Na, jangan kamu ngelamun terus, malam ini kita berangkat senang-senang lagi. Kamu mau apa?, mau lelaki seperti apa?, aku sediakan buat kamu Na." Ucap Julia."Malam ini aku gak ikut dulu mba ya, aku tidak enak badan. Besok aku pasti ikut" jawabku."Ya udah, mba pergi sendiri saja. Tapi apa perlu mba siapkan lelaki buat menemanimu disini?" Ucap Julia."Jangan mba, aku gak mau bersentuhan dengan lelaki dulu. Aku masih takut mba" jawabku."Aaaaaaaah munafik kamu Na, sudah bertahun-tahun juga kan gak pernah ngelakuin, enak loh, mba saja sekali pakai dua, hahahaha" ucap Julia sambil tertawa.Setelah Julia pergi, aku langsung melanjutkan malas gerak, hanya tidur
BAB 47"Reaksi Ibu Bertemu Riska""Sayang, Mas berangkat kerja dulu ya, Mas nanti sarapan di kantor saja. Mas agak buru-buru soalnya," ucapku pada Isna."Lah Mas, aku sudah masak loh, masa kamu gak makan. Aku buatin bekal saja ya, tunggu lima menit," pinta Isna.Aku yang tidak mau membuat Isna kecewa akhirnya aku menunggu dia membuatkan bekal. Setelahnya aku pamit dan berangkat ke kantor untuk bekerja.Hari ini ada meeting penting dengan klien jadi aku sedikit buru-buru meskipun waktu masih panjang tapi aku seakan-akan dikejar oleh waktu kalau belum sampai ke kantor.Dalam perjalanan yang kebetulan melewati rumah Riska terlihat dia sedang berdiri di depan gerbang rumahnya. Aku segera menghentikan laju mobil tepat di depan dia berdiri."Riska, lagi nunggu jemputan?, atau pacar kamu yang antar kerja?" Tanyaku sambil membuka jendela mobil."Lagi nunggu ojek online pak, katanya masih jauh karena macet kalau pagi-pagi begini," jawab Riska."Ya sudah, masuk, bareng saya saja. Nanti kamu cha
BAB 48"Memadu Kasih""Bu, dia bukan Nana. Dia sekretaris Rafa, namanya Riska." Bisikku pada ibu saat berjalan ke ruang tamu.Memang susah kalau harus menjelaskan terhadap orang tua. Mungkin karena faktor usia juga hingga ke egoan ibu muncul lagi. Namun, aku harus bisa memberi pengertian juga.Bagaimanapun dia orang tuaku sendiri. Sesalah apapun orang tua tetap saja dia yang merawatku dan membesarkanku sampai bisa seperti sekarang.Setidaknya aku harus bisa jadi penengah tanpa melibatkan emosi. Apalagi kalau sudah salah faham dengan menantunya Isna. Kalau aku membela salah satu yang ada nantinya akan ada kecemburuan."Na, kata Rafa kamu belum bebas, tapi sekarang malah kerja di perusahaan Rafa. Kamu baik-baik saja kan?" Tanya ibu terhadap Riska."Bu, dia Riska bukan Nana." Tegasku."Maaf bu, aku Riska bukan Nana, tapi kalau ibu mau menganggap aku siapapun boleh kok, Riska gak masalah bu," jawab Riska sambil tersenyum."Tuh kan Raf, Riska aja gak masalah ibu bilang Nana, apa kamu sudah
BAB 49"Rasa Yang Tidak Berubah"#POV RISKAKali ini keberuntungan selalu ada di pihakku. Dengan sengaja aku menghubungi Julia dan kebetulan klien yang akan meeting dan bekerja sama dengan perusahaan Mas Rafa masih dari anak cabang perusahaannya Julia, jadi dia bisa merubah jadwal dan tempat di mana Mas Rafa akan meeting. Dengan sengaja aku mencari tempat yang tidak jauh dari rumah orangtuanya Mas Rafa. Pikiranku mengatakan pasti Mas Rafa akan mengajak untuk menginap di rumahnya. Meskipun ya, aku juga mendapat kabar dari Julia kalau istrinya sedang ada masalah dengan ibunya Mas Rafa terkait keturunan. Jadi menurutku dia tidak mungkin akan ikut. Aku mungkin tidak akan mudah membuat kamu jatuh cinta lagi sama aku, Mas, tapi aku akan memaksa kamu untuk bisa mencintai aku lagi. "Riska, apa kabar?" ucap Isna saat aku berkunjung ke rumahnya untuk persiapan pergi ke luar kota yang tidak jauh dari rumah ibunya Mas Rafa. "Baik, Bu. Ibu apa kabar?" tanyaku balik. "Jangan panggil ibu, pang
BAB 50" Ketahuan Ibu "Meeting hari ini berjalan dengan baik, meskipun pikiranku kemana-mana. Namun, Riska bisa meng-handle semuanya dengan baik.Raut wajahnya terlihat lebih ceria dari biasanya. Namun, berbeda dengan diriku sendiri. Rasa penyesalan yang sudah mengkhianati Isna, istriku sendiri, membuat pikiranku sangat kacau. Aku bingung, apa yang harus aku lakukan. Isna adalah sosok istri yang sangat baik. Aku sudah mengkhianatinya, sedangkan dia sama sekali tidak pernah mengkhianatiku ataupun dekat dengan lelaki lain. "Mas, kamu kenapa? Harusnya kamu senang, akhirnya perusahaan kita bisa dapat kerjasama proyek besar. Tapi aku lihat wajahmu menunjukkan rasa tidak senang," tanya Riska dalam perjalanan. "Aku masih memikirkan kejadian semalam, Ris. Bisa-bisanya aku melakukan semua itu. Aku tidak menyalahkan kamu. Namun, aku menyalahkan diri sendiri yang terlalu gegabah. Aku tidak mau mengkhianati istriku sendiri, Ris," jawabku."Sesayang itukah kamu sama istrimu, Mas? Padahal istri
BAB 51"KARMA"Panik yang aku rasakan setelah mendengar ibu mengetuk pintu. Segera aku menyuruh Riska untuk keluar lewat jendela dan sementara bersembunyi. Aku langsung menghampiri pintu dan membukanya. Terlihat raut wajah ibu yang melihatku seperti panik dan menengok ke arah dalam kamar. "Raf, Riska kemana ya? Ibu cari-cari nggak ada," tanya ibu."Gak tahu, Bu. Rafa dari tadi hanya rebahan saja dan membaca buku. Mungkin dia sudah tidur. Kalau pintunya dikunci, kan berarti ada dia di dalamnya," jawabku meyakinkan ibu. "Ya sudah, kamu istirahat sana, lagian kan sudah malam juga," ucap ibu sebelum pergi dan kembali melirik ke arah dalam kamar. Aku yang sedari tadi sadar menginjak celana dalam Riska yang belum ia pakai. Setelah ibu pergi, aku segera mengambilnya dan memanggil Riska untuk kembali ke kamar. "Ris, sudah aman. Sekarang kamu bisa masuk," bisikku kepada Riska. "Banyak nyamuk, tahu Mas. Mana aku lupa lagi nggak pakai celana dalam, gatel ini digigit nyamuk," ucap Riska cemb
BAB 52"Isna Masuk Dalam Jebakan"#POV RISKASehari sebelum semuanya terjadi, tiba-tiba Isna mengirimkan aku sebuah pesan di handphone. "Riska, apa tidak bisa kamu membuat Mas Rafa menyukaimu atau jatuh cinta terhadapmu?" pinta Isna mengirimkan aku sebuah pesan. "Itu hal yang tidak mungkin, Isna. Dia benar-benar menyayangi kamu, dia tidak akan pernah bisa tergoda oleh wanita lain," jawabku. Sejenak aku mencoba merendahkan diri di hadapan Isna agar aku terlihat meyakinkan dia untuk terus memaksaku mendekati suaminya. Sekarang dia baru tahu sifat asli dari mertuanya bagaimana. Dulu aku juga awal-awal disanjung-sanjung sebagai menantu terbaiknya. Namun, semakin lama mungkin ada kebencian karena anaknya terlalu menyayangiku. "Coba kamu berusaha dulu, Ris. Aku hanya ingin mengabulkan permintaan ibu mertuaku agar memiliki keturunan dari Mas Rafa. Kamu satu-satunya harapanku. Aku rela berbagi kasih dengan kamu. Aku rela dimadu hanya untuk membuat Mas Rafa bahagia," tegas Isna dalam
BAB 62#POV ISNA "Jahatnya Ibu Mertuaku""Mas, kalau kamu ingin tahu yang sebenarnya apa yang aku rasakan setelah kita liburan dari rumah ibu, ini aku perlihatkan kepadamu begitu banyak ibu mengirimkan pesan setiap saat, kamu coba lihat saja satu per satu." Ucapku di pagi hari sambil menyuguhkan segelas kopi kepada Mas Rafa, sambil aku melihat pemandangan di teras lantai dua vila yang begitu indah dan udara yang sangat segar di pagi hari. "Kenapa kamu tidak cerita, Is?" Tanya Mas Rafa. "Bagaimana aku mau cerita, Mas, sedangkan aku dalam keadaan syok setelah mendengar ucapan dokter bahwa aku tidak akan bisa hamil. Dan ibu terus saja mendesak aku supaya kamu menikah lagi dengan wanita lain." Jawabku. "Ibu benar-benar jahat, Is. Aku tidak menyangka semuanya. Aku akan coba berbicara sama ibu nanti." Ucap Mas Rafa. "Kamu jangan menyalahkan ibu juga, Mas. Aku juga ada salahnya. Namun, aku sudah memaafkan sikap ibu terhadapku. Sekarang kita sudah suami istri lagi. Dan aku berharap kita
BAB 61"Ingat Mas!!!! Masa Idah Belum Habis" #POV ISNA Tiba-tiba ada pesan masuk ke handphoneku dari Evan. Aku mencoba membukanya, siapa tahu penting."Is, benar dugaan kamu selama ini. Yang kemarin kita temui di kafe, dia adalah Nana. Malam ini dia mengajakku bertemu dan mengakui kalau dia adalah Nana. Aku akan coba mengorek informasi darinya agar kamu mempunyai bukti yang kuat untuk mengungkap siapa dia sebenarnya," ucap Evan."Aku akan bayar kamu berapapun yang kamu minta, Van. Aku ingin kita bekerja sama mengungkap siapa Riska sebenarnya dengan bukti-bukti yang kuat. Tapi aku minta kamu jangan coba-coba mengkhianati aku, karena aku bisa berbuat apa saja, termasuk melenyapkan orang," ucapku tegas."Begini saja, Is, aku tidak akan minta sepeser pun uang dari kamu. Aku hanya ingin kita saling menguntungkan. Aku sekarang lelaki baik-baik, Is. Aku hanya ingin mendapatkan Nana kembali ke pelukanku bagaimanapun caranya. Aku benar-benar terpesona melihat kecantikan dia sekarang. Dan pos
BAB 60"Firasat Wanita Tidak Pernah Salah"#POV ISNA"Mas, mas, kamu kehilangan anak di bawa sama ibunya saja paniknya setengah mati, sedangkan kehilangan aku tidak ada panik-paniknya sama sekali," ucapku sedikit kesal membalas chat Mas Rafa. "Kalau kamu sayang sama anak-anak, kamu datang ke sini sekarang juga, jangan bawa calon istri kamu, Mas. Sendiri. Kalau tetap membawanya, aku akan membenci kamu selamanya," ancamku terhadap Mas Rafa. "Tidak menunggu waktu lama, akhirnya Mas Rafa datang sendirian ke taman tempat aku dan anak-anak olahraga. Sepertinya dia menuruti apa yang aku katakan. "Mir, aku titip anak-anak dulu ya, aku mau bicara dulu dengan Mas Rafa," pintaku kepada Mira. Mas Rafa yang terlihat tidak seperti biasanya, selalu ceria di hadapanku, sekarang dia terlihat sedikit murung. Entah mungkin banyak pikiran atau apa. Aku segera memegang tangannya dan membawanya ke tempat yang agak sepi."Bagaimana, Mas semalam? Tidurnya nyenyak? Bahagiakah kamu bersamanya sekarang?
BAB 59"Dan Terjadi Lagi"Aku terharu melihat pertemuan Cila dengan Riska. Cila yang sudah lama tidak bertemu dengan ibunya sendiri seakan-akan bertemu dengan kebahagiaannya. Namun, sayangnya Riska bukanlah ibu kandung Cila. "Cila, sayang, dia bukan mamah, dia Tante Riska," ucapku memberikan pengertian kepada Cila. "Gak apa-apa, Mas, nanti kan aku juga akan jadi ibunya Cila. Jangan merusak kebahagiaan anak, kasihan Cila, Mas," jawab Riska. "Aku cuma takut kamu keberatan, Ris, dengan kehadiran anak-anakku, tapi aku sangat bersyukur kalau kamu bisa menyayangi mereka juga," ucapku. "Yaaaah, bukan mamah ya, maaf ya Tante, habisnya Tante mirip sekali dengan mamah," ucap Cila sedikit kecewa. "Tidak apa-apa, sayang. Cila mau menganggap Tante mamah juga boleh kok," ucap Riska sambil kembali memeluk Cila.Mungkin Riska bisa jadi ibu yang baik juga buat anak-anak, meskipun ya aku tahu bagaimana sikap dia selalu menggodaku. Namun, aku berharap dia hanya nakal terhadapku dan tidak melak
BAB 58"Pertengkaran"#POV ISNAMas Rafa seperti terbakar api cemburu melihat aku bersama Evan, lelaki yang merebut istrinya dulu, dan sekarang dia menyangka kalau Evan lagi-lagi merebut orang yang dia sayangi juga. Untuk saat ini mungkin aku tidak akan menjelaskan apa-apa terhadap Mas Rafa. Aku tidak peduli dia berpikir aku wanita yang murahan ataupun hal-hal buruk yang ada dalam pikirannya. "Sudah, sudah, sudah, daripada jadi salah paham, Van, ayo kita pindah meja saja," ajakku sambil menarik tangan Evan. Mas Rafa semakin terlihat marah melihat aku menggandeng tangan Evan. Evan yang tidak melawan dan hanya pasrah pun menuruti untuk mengikuti aku pindah meja. Masih ada beberapa hal yang ingin aku tanyakan juga terhadapnya. Setelah pindah, aku melihat sepertinya Mas Rafa masih melihat-lihat ke arahku. Aku tahu kamu masih sangat menyayangiku. Tapi apakah kamu juga memikirkan perasaanku melihat kamu jalan berdua dengan Riska? "Dia itu Nana, Is. Aku yakin sekali dia Nana," ucap Evan
BAB 57"Salah Paham"#POV ISNAAwal kenal, aku biasa saja melihat Mas Rafa dengan Riska berduaan, karena memang tujuanku ingin mendekatkan mereka berdua. Namun, firasatku mengatakan ada yang janggal dengan Riska.Aku hanya ingin mengungkap kebenaran, kenapa tiba-tiba ada orang yang persis mirip dengan Mbak Nana hadir dalam kehidupanku dengan Mas Rafa. Dan secara kebetulan, Mbak Nana sudah berbulan-bulan keluar dari penjara. Kalau saja Mbak Nana masih ada di penjara, mungkin aku orang pertama yang akan menjadikan Riska istri kedua Mas Rafa. Karena tekanan dari ibu mertuaku yang setiap saat selalu menghantui pikiran agar Mas Rafa menikah lagi dengan wanita lain. Sudahlah, semua hanya masa lalu yang mungkin tidak akan bisa diulang lagi. Harus aku jadikan pelajaran saja bahwa rumah tangga yang dicampuri orang tua pasti akan berantakan. Namanya ujian rumah tangga, kalau sampai orang luar tahu, yang ada bukan kasihan, tapi penasaran saja dan ikut campur di dalamnya."Bi, Mira dapat kabar
BAB 56"Cila Seperti Bertemu Ibu Kandungnya"Sudah beberapa minggu aku berpisah dengan Isna. Rasa yang tidak bisa dibohongi adalah aku sangat menyayangi dia. Namun, ketika sebuah rumah tangga ada pengkhianatan, rasanya seperti hati ini benar-benar hancur. Kenapa laki-laki harus dituntut egois? Laki-laki tidak boleh membiarkan wanitanya disentuh orang lain, sedangkan aku sendiri seenaknya menyentuh wanita lain. Penyesalan memang selalu datang di akhir. Apa yang sudah aku lakukan dan apa yang sudah Isna lakukan adalah sebuah kesalahan yang sangat fatal. Apakah aku harus melupakan semua kenangan indah bersama dia dan memulai hidup baru lagi? Aku cuma takut gagal saja. Sudah berkali-kali rumah tanggaku harus patah di tengah jalan. Aaaaaaaaaaagh!!!! Ke pekerjaan pun jadi tidak fokus. Yang ada malah selalu kepikiran. Apa aku coba buka blokir Isna saja dan meminta dia kembali?.Jangan raf, dia sudah melakukan kesalahan. Jangan sampai kamu ampuni dia. Kalau kamu kasih kesempatan, nantinya
BAB 55"Bertemu Mas Rafa dan Riska"#POV ISNAUntuk sementara, aku urungkan niat dulu untuk mencari pekerjaan. Fokus sekarang menemukan keberadaan Evan di mana. Pagi ini aku akan ke kantor polisi untuk memastikan apakah benar Mba Nana sudah keluar dari penjara. Sengaja aku menyewa mobil seharian untuk pulang pergi dan mencari keberadaan Evan. "Mir, kamu ada kerjaan nggak hari ini?" tanyaku kepada Mira. "Kebetulan aku lagi cuti tahunan, Bi. Tadinya aku mau pulang kampung. Tapi kalau Bibi mau ditemani keluar, aku mau kok, Bi. Gampang, nanti masalah pulang kampung bisa Mira undur dulu," jawab Mira. "Temani Bibi ya cari informasi tentang Mba Nana. Siapa tahu Bibi nemu titik terang," pintaku kepada Mira. Setelah Mira mengiyakan, aku langsung siap-siap untuk pergi ke kantor polisi di mana Mba Nana pernah ditahan.Berkali-kali aku coba menghubungi Mas Rafa, namun semua akses sudah dia blokir. Jadi, aku tidak bisa menghubunginya sama sekali. Sudahlah, lebih baik aku cari kebenarannya dulu
BAB 54" Aku Tidak Sebodoh Itu"#POV ISNADengan penuh rasa penyesalan, aku hanya bisa menyaksikan dari jendela melepas kepergian Mas Rafa setelah menceraikanku. "Apa yang sudah kamu lakukan terhadap suami kamu, Isna? Sampai-sampai dia mengembalikan kamu ke sini," tanya Bapak. "Isna ketahuan selingkuh, Pak. Mas Rafa memergoki aku sedang bersama lelaki lain," jawabku. "Astagfirullah, kelakuan kamu sama kakak kamu sama saja. Kenapa kamu lakukan semua itu, Is? Apa yang ada dalam pikiran kamu? Bukankah rumah tangga kamu baik-baik saja sebelumnya?" ucap Bapak sedikit marah. Aku yang tidak bisa menjelaskan yang sebenarnya hanya bisa mengeluarkan air mata di hadapan Bapak. "Sudahlah, Pak. Apa yang sudah terjadi biarlah terjadi. Ini harus kita jadikan pelajaran juga. Jangan sepenuhnya menyalahkan Isna. Mungkin dia melakukan semua itu juga ada sebabnya," ucap Ibu membelaku. "Bu, Bu, anak sudah membuat muka kita malu, masih dibela juga," jawab Bapak.Aku langsung merangkul pangkuan