Share

Bab 19a

Author: ET. Widyastuti
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

" Zal, sarapan sudah siap. Ajak Mbak Ratih makan dulu." Suara Bude Titik membuat Ratih dan Rizal yang bersitegang agak mencair.

"Yuk. Bapak dan Ibu pasti sudah menunggu," ajak Rizal.

Ratih menatap Rizal. "Mas, aku belum tahu banyak hal tentangmu dan keluargamu. Kamu bisa pilih, aku mengetahuinya sendiri atau kamu yang akan memberitahuku," ancam Ratih tegas.

Rizal menghela nafas.

"Ratih, ijinkan aku memilah mana yang akan aku sampaikan padamu. Karena mengetahui semuanya, bukan hal yang baik. Kadang, justru akan menyakitkan. Namun, kalau memang itu maumu, secepatnya kamu akan tahu semuanya," janji Rizal. "Sekarang, kita makan dulu. Nggak enak sama bapak dan ibu. Pasti sudah menunggu menantu kesayangannya." Rizal menjawil dagu Ratih. Pria itu berusaha sedikit mencairkan suasana.

Saat mereka keluar kamar, hanya disambut oleh keheningan. Rupanya Prita sudah tidak ada.

"Mereka sudah pulang," ucap Bapak Rizal saat melihat Ratih menebarkan pandangan ke penjuru arah. Pria paruh baya itu
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Tri Wahyuni
Rizal walaupun gimana kmu hrs terbuka dgn Ratih .karena Rati itu masi selalu curigaan terus .mangka kmu hrs terbuka ..
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • DILAMAR PRIA YANG PERNAH MENOLAKKU   Bab 19b

    Rizal mengajak Ratih menghampiri tamunya. Mereka pasangan suami istri. “Ini Pakde Hadi sama Bude Rum. Kakaknya bapak,” ujar Rizal mengenalkan keduanya pada Ratih. “Lha berdua sudah rapi, mau kemana? Sasti di depan aku lihat malah main pasaran." Wanita yang dipanggil Bude Rum itu berkomentar. “Mereka berdua mau balik Jakarta. Rizal ada pekerjaan.” Bapak Rizal langsung menyela, sebelum Rizal menjawab. “Lho, anaknya ditinggal?” Ratih merasa ada intonasi tak suka dari wanita paruh baya itu. Ratih meremas tangan Rizal, memberi kode tentang ucapan budenya Rizal itu. Bapak dan Ibu Rizal asli dari kampung yang sama. Begitu juga sanak familinya. Namun, beberapa famili tinggal di luar desa, atau kecamatan lain karena mendapat pasangan bukan dari kampungnya. Tak heran, jika apa yang dialami Rizal pun sudah banyak diketahui saudara-saudaranya. Termasuk perceraian Rizal dan menikahnya untuk yang kedua kali. “Makanya saya lebih setuju Rizal balik sama Desti. Jangan sampai Sasti diurus sama

  • DILAMAR PRIA YANG PERNAH MENOLAKKU   Bab 19c

    Mata Sasti memerah. Ratih tak tega melihatnya. "Itu nggak benar kan, Bun?" tanya Sasti. Ratih memandangi satu persatu anak-anak itu. Dia yang tak terbiasa dengan anak-anak, kebingungan, bagaimana harus menjelaskan."Mainnya sudah dulu, yuk. Kita cari papa," ujar Ratih sambil membantu mengemasi mainan Sasti. Anak-anak teman main Sasti menatap Ratih dengan pandangan tak suka. Namun, Ratih berusaha tak menghiraukannya. "Lho, kok mainnya udah bubar?" Seorang ibu lewat di depan pagar, berbarengan dengan teman-teman Sasti yang menghambur ke luar pagar. "Nggak boleh sama ibu tirinya Sasti," adu salah seorang di antaranya. "Eh... enggak kok." Ratih buru-buru meralat. "Saya hanya mau ajak Sasti mencari papanya," jelas Ratih. Namun sang ibu muda malah menatap Ratih dengan sinis. "Kalau anak nggak dididik ibu kandung, ya gitu. Nanti nggak ada yang mau main sama dia." Ibu itu masih melanjutkan ucapannya, sambil beranjak. Ingin Ratih berargumen. Namun, posisinya sebagai orang baru, membuatn

  • DILAMAR PRIA YANG PERNAH MENOLAKKU   Bab 19d

    "Ini mobil kamu?" Ratih ragu bertanya. Dia ingat, mobil kali itu yang pernah dilihatnya berbeda dengan mobil yang dikemudikan Rizal. "Aku pinjam sama teman. Kan belum sempat ambil ke rumah." "Kenapa kita nggak langsung ke rumahmu?" Ratih serba salah. Apa Rizal menyembunyikan sesuatu di rumahnya, sehingga ia harus menginap di hotel? Bukankah justru lebih simple kalau langsung ke rumah? Toh, Sasti dan Mbak Siti masih di rumah orang tua Rizal. "Karena aku mau nunjukin ke kamu sesuatu." Mobil Rizal berbelok ke sebuah kompleks perumahan. Masih baru. Masih banyak kavling yang belum dibangun. Hanya beberapa rumah yang sudah berdiri. "Apa ini? Proyek pekerjaanmu?" tanya Ratih. Seingatnya, Rizal kerja di bidang properti. Tapi, tepatnya dimana dan seperti apa, dia tak paham. "Bukan. Ayo turun." Rizal memarkir mobilnya tepat di depan salah satu rumah yang sudah siap huni. Desainnya minimalis. Ada dua lantai. Tapi tanahnya tidak terlalu luas. Malah bisa dibilang ukuran yang minimalis

  • DILAMAR PRIA YANG PERNAH MENOLAKKU   Bab 20a

    “Oh…jadi wanita ini yang membuatmu meninggalkan adikku?” Pria itu melirik ke Ratih dengan tatapan sinis. Dahi Ratih berkerut. "Adiknya? Apa yang dimaksud Desti?" pikir Ratih. Ratih memandangi Pria yang berdiri tak jauh dari Rizal itu. Tangannya berkacak di pinggang. Pria itu berperawakan tinggi atletis. Terlihat bahwa ia rajin berolahraga. Wajahnya pun terlihat cukup tampan. Sama seperti Desti, terlihat berasal dari keluarga yang terpandang Ratih menggeser tubuhnya. Dia memilih berdiri di belakang Rizal. “Dia yang meninggalkanku. Bukan Aku,” jawab Rizal datar. Ratih mengerutkan keningnya. Dia menangkap, Rizal seolah ingin mengabaikan pria itu. “Rizal! Kamu tak ada apa-apanya tanpa adikku. Beraninya kamu menolak adikku? Ha!” Lelaki itu mendekat, lalu ia menarik kerah baju Rizal hingga wajah Rizal mendekat ke wajahnya. Suara yang keras membuat perhatian pengunjung toko. Salah seseorang memanggil security yang sedari tadi ada di luar toko. "Pak...Pak...." Security datang be

  • DILAMAR PRIA YANG PERNAH MENOLAKKU   Bab 20b

    "Maafkan aku, Dik, banyak hal yang belum aku katakan padamu sebelum kita menikah. Bukan aku menyembunyikan semuanya. Tapi, karena aku yakin, kamu akan menerimaku sebagaimana apa adanya." Ratih menghela nafas. "Tapi, akan lebih baik kalau kamu mengatakannya. Tentu saja, apapun kondisimu, aku menerima. Namun, jika aku tahu lebih awal, aku tentu akan menyiapkan diri," ujar Ratih. "Makasih, ya, Dik atas kepercayaanmu." "Kepercayaan itu mahal. Aku harap, kamu juga tak akan menyia-nyiakannya," ucap Ratih. Dia tak mau begitu saja menerima Rizal, seolah dia tak punya posisi tawar. Namun, Ratih bukanlah wanita yang ingin mempersulit sesuatu yang mudah. Mobil yang dikemudikan Rizal tak kembali ke hotel atau rumah baru mereka. Namun, justru belok ke sebuah kompleks perumahan yang terlihat cukup elit. Rumah-rumah terlihat besar dan mewah. “Ini rumahku dan Desti dulu. Sebentar lagi akan laku. Nanti aku mau suruh orang buat packing barang Sasti dan Mbak Siti. Ada barang-barangku juga yang akan

  • DILAMAR PRIA YANG PERNAH MENOLAKKU   Bab 21a

    Rizal dan Ratih tiba di rumah barunya bersamaan dengan mobil box yang membawa barang-barang mereka. Setelah minta bantuan untuk menurunkan, Ratih dan Rizal segera menata rumah baru mereka. Selain barang dari rumah lama, juga beberapa barang yang mereka barusan beli. Bahkan, tak lama, barang yang di antar juga datang. "Malam ini, kita kembali ke hotel dulu. Kamu pasti lelah. Rumah ini masih perlu dibersihkan lagi," ujar Rizal saat mereka berdua istirahat. Sebagian besar barang sudah ditata. Hanya barang Mbak Siti yang masih dalam dus. "Biar Mbak Siti yang taruh barangnya," ujar Rizal saat meletakkan dus ke dalam calon kamar Siti. "Iya. Tapi, besok kita sudah bisa tinggal di sini, Mas. Biar aku bisa bersih-bersih. Kita juga perlu belanja." "Belanja? Belanja apalagi?" Rizal mengerutkan keningnya. Bukankah tadi mereka habis belanja? "Kulkas kan kosong. Emang kamu mau puasa?" tanya Ratih. Rizal menaikkan alisnya. "Emang kamu bisa masak?" Rizal merasa aneh. Bertahun menikah den

  • DILAMAR PRIA YANG PERNAH MENOLAKKU   Bab 21b

    “Kamu bisa masak?” tanya Rizal saat mengantar Ratih ke supermarket. Dia mengamati Ratih yang cekatan berbelanja. "Kamu meragukan?" "Nggak sih. Malah nggak sabar pengen nyicip masakan istri itu kayak gimana?" Ratih menaikkan alisnya, tapi buru-buru disembunyikan keheranannya. Ia mematri ucapan Rizal dalam ingatan. Apa mantan istrinya nggak pernah masak? Atau maksudnya masakan istri barunya? "Sebenarnya, aku lebih suka belanja di pasar tradisional." Ratih mengalihkan pembicaraan. "Kenapa? Bisa kenalan sama abang-abangnya?" goda Rizal. "Ck! kamu itu." Ratih berdecak. "Ya enggak lah. Kalau di pasar tradisonal, pilihannya lebih banyak. Harganya lebih miring. Lihat, ini harganya berapa?" Ratih menunjukkan harga bandrol salah satu sayuran yang tertata di lemari pendingin supermarket. "Kan ini udah bersih, udah dikemas. Ya wajar, harganya lebih mahal," ujar Rizal. "Iya. Jadi, kita beli kemasan dan kebersihan." "Mutu juga beda." Rizal menyela. "Tapi, kalau sudah dimasak, ya sa

  • DILAMAR PRIA YANG PERNAH MENOLAKKU   Bab 21c

    Ratih segera menyelesaiakn cucian piring dan membereskan peralatan masaknya. Dengan seksama ikut mendengarkan sekilas jawaban Rizal dengan seseorang di seberang sana. Dari intonasinya, terdengar ada yang tak beres. “Besok aku ke kantor. Kita meeting semua ya. Jam delapan harus sudah siap.” Rizal tegas memberikan instruksi. “Minum, Mas.” Segelas air putih disodorkan Ratih, agar tersamar dari tindakan mengupingnya. Dia berharap Rizal mengatakan sesuatu padanya. Rizal tak mengatakan apapun. Dia sibuk membuka kontak di ponselnya, lalu menghubungi lagi seseorang, membuat Ratih tak punya kesempatan untuk bertanya. "Kamu istirahat dulu saja," titah Rizal, memberi kode tak ingin diganggu. --- "Ke kantor, Mas?" tanya Ratih pagi-pagi usai menyiapkan sarapan. Dia ingat percakapan Rizal yang mengatakan hari itu akan ada meeting dengan seseorang di telepon. Sampai malam, Rizal tak sempat mengajaknya ngobrol. Dia sibuk menghubungi orang-orang dari teleponnya. Hingga Ratih masih sungkan

Latest chapter

  • DILAMAR PRIA YANG PERNAH MENOLAKKU   Season 2/ bab 72

    “Besok aku ke kantor. Kita meeting semua ya. Jam delapan harus sudah siap.” Rizal tegas memberikan instruksi. Rizal teringat ancaman mantan mertua dan mantan iparnya. Mungkin ini adalah titik kulminasinya, setelah mereka tahu, pada siapa akhirnya Rizal memutuskan. Pasti saat dia tidak ada di kantor, mantan mertua dan iparnya itu mencarinya. Atau bisa jadi mereka mendengar dari Prita atau malah Desti sendiri. Bukannya dia sendiri yang mengenalkan Desti pada Ratih. Dan cerita Ratih kalau Desti pun berusaha menemuinya di kantor.“Minum, Mas.” Rizal tergagap saat Ratih sudah di dekatnya membawa segelas air putih.“Besok mulai kerja?” sambung Ratih. Ratih paham, urusan pekerjaan pasti sangat beragam.”Iya. Jam delapan ada meeting.”“Mau disiapkan sesuatu?”Rizal tersenyum. Pertanyaan Ratih mengingatkan statusnya yang sudah tak duda lagi.Kalau biasanya dia memikirkan diri sendiri, kini ada orang lain di sampingnya.”Kok malah senyum-senyum doang? Kamu biasanya pagi sarapan apa? Nasi goren

  • DILAMAR PRIA YANG PERNAH MENOLAKKU   Season 2/ Bab 71

    Rizal menghentikan mobilnya di luar kompleks perumahan. Nomor Gilang disegera dihubunginya. “Lang, ketemuan sekarang!” ucapnya begitu nomor Gilang tersambung. “Astaga. Ada apa lagi sih, Zal. Udah berapa kali kamu ganggu aku?” terdengar suara ketus dari Gilang. “Bisa nggak?” Rizal tak menimpali ucapan Gilang. “Nggak bisa, Bos. Gue ini cuma pegawai rendahan. Nggak kayak elu yang CEO! Jam makan siang, deh,” tawar Gilang. “Justru gue nggak bisa jam makan siang.” “Eits. Tumben?” “Nggak usah ngeledek. Besok siang. Awas jangan bikin janji sama yang lain!” ”Ya nggak bisa jamin juga....” Gilang belum selesai bicara, namun Rizal dengan semena-mena menutup sambungan teleponnya. Pikiran Rizal sedikit terganggu dengan beragam hal. Pertama pertemuannya dengan Desta. Cepat atau lambat, keluarga Desti pasti tak akan tinggal diam mengetahui dirinya memutuskan menikah lagi, dan bukan dengan Desti. Padahal Papa Desti sudah berulang kali memintanya. Dan, perusahaan yang dipegangnya, tentu sekara

  • DILAMAR PRIA YANG PERNAH MENOLAKKU   Season 2/ Bab 70

    ”Makasih, Sa.” Ekor mata Ratih mencari-cari Rizal yang tak kunjung kelihatan. Teman SMA-nya itu baru saja keluar dari supermarket. Dia tengah membawa tentengan belanjaan. “Ingat pesanku dulu. Jangan sampai kamu dimanfaatkan oleh Rizal.” Suara Danisa terdengar tegas dan mengancam. ”Aku duluan. Salam buat Rizal,” sambungnya. Belum sempat mencegah, Danisa sudah berlalu. “Kok malah bengong. Ayo. Katanya mau belanja.” Rizal mengambil alih troly yang dipegang Ratih. Mereka berdua masuk ke dalam area supermarket. Meski hari masih pagi, tapi supermarket ini sudah buka. ”Tadi ada Danisa. Kamu ingat kan? Nitip salam buat kamu.” Ratih berbicara sambil memberi kode Rizal untuk berhenti di stand aneka seafood. Kalimat paling belakang, sungguh menganggu Rizal. Rizal tahu, itu bukan salam biasa layaknya teman. Danisa, memang pernah kuliah satu kampus dengannya. Dulu, seperti Ratih, gadis itu dulu sering mencari perhatian padanya. Namun, lagi-lagi, Danisa bukan tipe yang Rizal inginkan.

  • DILAMAR PRIA YANG PERNAH MENOLAKKU   Season 2/ bab 69

    Darah Rizal seolah mendidih. Dari kejauahan dia melihat istrinya yang tengah ngobrol dengan seorang pria.Awalnya dia pikir hanya seseorang yang ingin bertanya sesuatu. Namun, mendadak, dia merasa cukup mengenal sosok itu.Sejenak Rizal berusaha mengingat, hingga satu nama ada di kepalanya. Ya, saat itu, dia bertemu dengan pria itu di pusat kuliner di ibukota saat tengah janjian makan siang dengan Gilang.Ya, benar. Itu adalah pria yang akan dikenalkan pada Ratih oleh Gilang.[Lang, sepupu Sekar yang kamu sebut tempo hari namanya siapa?] Rizal langsung mengirim pesan ke Gilang. Dia sungguh tak mengingatnya.[Sepupu Sekar yang mana?] Tumben Gilang langsung membalas. Padahal biasanya sepagi itu dia akan sibuk dengan urusan domestic dan anak-anaknya.[Yang kamu kenalin ke aku sebelum aku melamar Ratih.][Hah? Emang ada apa? Pengantin baru kok malah nanyain rival?] Sebuah emotikon tawa ngakak terlihat di layar ponsel Rizal.Tanpa menunggu lama, Rizal langsung menelon sahabatnya itu.”Jawa

  • DILAMAR PRIA YANG PERNAH MENOLAKKU   Season 2/ Bab 68

    “Mas, bangun. Udah adzan!” Tepukan lembut di pipi kanan sekaligus suara lembut yang memenuhi gendang telinganya membuat mata Rizal mengerjap.Pria itu bak hidup di alam mimpi. Bahkan dia baru menyadari di mana dia berada.“Jam berapa ini?” tanyanya. Tubuhnya merasa sungguh kelelahan. Dia bahkan seolah mati suri.”Jam 5.””Hah? Jam 5?”Rizal yang tadinya masih malas membuka mata, kaget dan refleks langsung terduduk.”Kok kamu baru bangunin?” Matanya masih berusaha mengerjap. Rambutnya acak-acakan. Namun tangannya sibuk mencari ponsel. Meyakinkan kalau dia benar-benar bangun kesiangan.Ditanya begitu, Ratih hanya terdiam. Dia memang sengaja tak membangunkan Rizal sebelum dia rapi.Ratih sudah mandi. Aroma sampo sudah tercium.Rizal langsung melompat dari tempat tidurnya. Dia tak peduli dengan penampilannya yang acak-acakan.“Siapin bajuku!” teriak Rizal sebelum dia menutup pintu kamar mandi.Sebenarnya dahulu saat masih bersama Desti, bahkan Rizal tak pernah meminta istrinya itu menyiap

  • DILAMAR PRIA YANG PERNAH MENOLAKKU   Season 2/ Bab 67

    ”Dik, yuk kita balik. Barang-barang sudah mau diantar.” Rizal berucap setelah emnerima telepon dari seseorang. Rupanya pengirim barang yang dibelinya tadi sudah hampir tiba di rumahnya.Ratih mengiyakan.“Di, aku tunggu di rumah baru, ya!” Rizal memberi titah pada pemuda yang tengah menyusun barang-barang Rizal ke mobil box.“Siap, Mas!”Dalam perjalanan pulang mereka tak banyak bicara.”Dekat ya, Mas?” tanya Ratih setelah masuk ke kompleks yang dikunjungi pertama tadi.”Ya, kurang lebih. Sasti kan sekolahnya sekitar sini. Nggak mungkin pindah jauh-jauh,” ucap Rizal.Ratih mengangguk paham. Apalagi bapak-bapak seperti Rizal pasti rumit kalau ingin memindahkan putrinya ke sekolah yang baru.”Saat ini, mungkin kamu nggak akan masalah dengan anak suami kamu. Tapi, kita nggak tahu setelahnya. Jadi, hati kamu harus seluas samudera jika suami kamu bakal banyak mementingkan anak sambung kamu. Dia juga pasti punya beban sendiri dalam membesarkannya. Akan lebih baik kamu selalu support dia, di

  • DILAMAR PRIA YANG PERNAH MENOLAKKU   Season 2/ bab 66

    Mobil yang dikendarai Rizal masuk ke halaman.”Aman semuanya?” tanya Rizal pada Pardi sambil membuka kaca mobilnya. Pemuda yang selain membantu Rizal bersih-bersih, juga kadang merangkap menjadi orang kepercayaannya.“Aman, Mas.”“Pardi ini juga dari kampung kita. Masih saudara. Dia ikut sejak lulus SMA. Dia sekarang kerja sama aku, sambil aku suruh kuliah,” terang Rizal.”Jadi, ini rumah kamu?” tanya Ratih.Mobil Rizal berhenti.”Betul. Ini rumah aku dan Desti dulu. Sebentar lagi akan laku. Aku sudah menjualnya. Sebelum pulang kemarin, Mbak Siti sudah packing barang-barangnya dan milik Sasti. Barang-barangku juga. Nanti kita bawa ke rumah baru. Sisanya, semua furniture dan perabot, akan dijual saja. Hasil penjualan, aku bagi dua dengan Desti.”Ratih mengangguk.“Ayo turun,” ajak Rizal.Pria itu membuka pintu depan.Tak bisa dikatakan mewah jika dibanding rumah artis. Namun, tergolong cukup elit untuk ukuran masyarakat awam. Barang-barangnya pun terlihat berkelas.Rizal mencuri pandan

  • DILAMAR PRIA YANG PERNAH MENOLAKKU   Season 2/ Bab 65

    Rizal terkekeh melihat Ratih yang belum nyambung. Puas rasanya dia bisa bercanda dengan pasangan. Hal yang hilang dari impiannya selama ini.Buat apa menikah, kalau semuanya palsu. Bahkan, selama pernikahannya, dia tak bisa menjadi dirinya sendiri. Sudah berkorban menjadikan pasangan sebagai ratu, malah berakhir dikhianati.Namun, Rizal tak ingin memutar waktu. Semua dapat diambil hikmahnya. Dia punya putri yang cantik. Dan tak menyesalinya.”Ayo, kalau sudah, kita bayar.” Rizal langsung menghubungi petugas di toko itu, menunjukkan item yang hendak dibeli, dan petugas mengecek ketersediaan di gudang.”Serius kamu beli semuanya?””Itu belum semua sayang. Bulan depan, kita beli lagi barang yang masih diperlukan. Sekarang seadanya dulu.”Ratih menghela nafas.“Kalau kamu bilang langsung belanja, aku bawa amplop dari teman-teman,” bisik Ratih.“Oh, klo gitu, besok kita belanja lagi…” Rizal mengedip-ngedipkan matanya.Refleks Ratih memukul lengan Rizal.“Coba hitung, sejak ijab qobul, kamu

  • DILAMAR PRIA YANG PERNAH MENOLAKKU   Season 2/ Bab 64

    ”Sate Kambing, mau?” Rizal mengedip-kedipkan matanya.“Iya, nggak papa. Emangnya kenapa?” tanya Ratih. Bukannya dia sudah bilang mau apa saja.”Sama tongseng juga?” tawar Rizal tanpa menjawab pertanyaan Ratih.”Boleh.” Ratih tak mau ambil pusing masalah menu makanan. Dia malah kepikiran dengan rumah yang hendak mereka tinggali.Selama ini, Ratih tak berfikir sejauh itu. Dia pikir Rizal sudah punya rumah, jadi dia tinggal angkat koper. Meski sebenarnya dia mau menikah dengan duda, bukan karena asetnya. Tapi buat apa beli baru kalau yang lama masih ada dan masih bisa dipakai.”Nggak berubah pikiran?” tanya Rizal dengan ekspresi jahilnya. ”Kalau udah dipesan, nggak bisa berubah lho.”Ratih mendengus. Keningnya berkerut. “Seperti ada yang tidak beres,” gumamnya dalam hati.Kenapa Rizal berubah aneh. Apa selama sepuluh tahun memang banyak yang berubah. Atau selama ini dia memang tak tahu karakter Rizal.Kadang terlalu mengagumi orang, dapat menutupi sikap-sikap lainnya yang tak pernah terp

DMCA.com Protection Status