Share

Session 2 - Bab 25

Penulis: Evie Yuzuma
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-07 18:44:59

Pov Irfan

“Aduh! Lain kali gue males ikut project gak jelas lo lagi, Fan!” Ermin mengaduh ketika aku baru saja selesai membubuhkan alkohol pada sudut bibirnya yang pecah.

“Sorry, Bro! Ini ‘kan diluar rencana. Lo juga yang tetiba ngasih ide ngikutin Syfa. Padahal ‘kan rencana awal, gue mau baik-baikin dia dulu, mau ajak maen ke mana, kek.”

“Lo bilang dia itu keras kepala dan masa bodo. Kemungkinan gede ditolak ‘kan? Makanya gue kasih ide kayak gitu. Lo nya saja cuma naklukkin cewek satu saja gak becus!” omel Ermin padaku.

“Sudah, sudah, yang penting gue sudah transfer. Lo diem saja sih.”

“Transfer sih transfer, tapi cowok yang nyerang gue semalam itu ngancam mau lapor polisi.”

“Siapa sih dia? Lo pernah lihat mukanya?”

“Enggak, gak familiar juga. Cuma awas saja kalau beneran dia laporin gue ke polisi, gue seret lo juga sebagai dalangnya. Gue kan cuma ngikut.”

“Paling gertak sambel! Sudah, gak usah dipikirin!”

“Ya moga saja. Lo juga pake pingsan segala. Apa-apaan, malem-malem gu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • DIKIRA MISKIN SAAT REUNI   Session 2 - Bab 26

    Pov Merina “Za, kalau garden party kayaknya lebih keren, deh!” Aku menatap laki-laki yang akhirnya berhasil kutaklukkan juga. Ya, walaupun dengan usaha sedikit lebih berat. Aku harus mengorbankan dulu hal yang kupunya. Hal berharga yang oleh Bang Irfan yang sudah pasti akan menikahiku pun, tak kuberikan padanya. Namun, pesona Reza membuatku kalap. Aku tak rela Syfa dapat yang lebih dariku. “Boleh, Mer ….” Reza menatap, tapi seperti tak bersemangat pada semua brosur yang aku dapatkan dari WO. “Kamu itu kenapa sih, Za? Apa-apa ngikut mulu, kasih dong pendapatnya,” tukasku sambil memberengut manja. Yang aku rasakan, Reza berbeda dengan Irfan. Jika Irfan begitu antusias menyambut hari pernikahan kami, tapi Reza seperti ogah-ogahan. “Gak apa. Aku itu males ribet. Asal kamu suka, ya sudah.” Reza membetulkan duduknya dan menurunkan kakinya yang menumpang. Lalu dia menatap ke arahku. “Ya sudah deh, bahasnya nanti lagi!” Aku pun menyimpan brosur-brosur itu. “Kenapa gak pake yang WO kemar

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-08
  • DIKIRA MISKIN SAAT REUNI   Session 2 - Bab 27

    Malam itu, setelah dari klinik, Bang Zayd nganter aku balik. Untungnya Bang Zayd gak ngambek. Walau aku sudah nuduh dia ngapa-ngapain, dia tetap mengantarku pulang.Ya, walaupun awalnya di jalan kami jadi kayak anak kecil sedang musuhan, diem-dieman. Namun hanya sebentar, ketika aku bercerita dia pun mulai kembali cair lagi. Aku ceritakan tentang keinginan Bapak agar aku menikahi Bang Irfan. Pulangnya aku minta diantar pakai sepeda motor. Tak mau Ibu malah jadi kepikiran, kalau sepeda motorku dititip di sini. Akhirnya dia pun mau walau awalnya berdebat dulu. “Oh jadi orang tua kamu memang menginginkan agar kamu nikah sama yang namanya Irfan itu?” tanya Bang Zayd, suaranya rebutan dengan angin malam yang berhembus. Kami sama-sama tak pakaia helm. Ini sudah malam, gak ada polisi lagi yang jaga, jadi aman. Walau kata orang, helm bisa melindungi kepala, tapi ya gimana, ya? Kadang kupakai hanya buat melindungi diri dari Pak Polisi yang jaga. “Ya gitulah … bagi Bapak, nama baik keluarga

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-08
  • DIKIRA MISKIN SAAT REUNI   Session 2 - Bab 28

    Kami pun melaju menuju kediaman Bapak. Meskipun sebetulnya malas bertemu dengan Mbak Merina dan Mamam Renita, tapi ini tetap harus terjadi. Aku harus memperkenalkan Bang Zayd pada Bapak sebagai calon suami, biar Bang Irfan tereliminasi. Bismillah ….Akhirnya kami pun tiba. Hanya saja, kenapa rumah ini terlihat sepi. Pagarnya sajanya g terbuka lebar, tapi tak terlihat ada orang. “Bang, tunggu sini dulu aja, ya! Kok kek gada orang!” “Ok.”Aku pun turun dan berjalan menuju rumah tapak dua lantai yang ukurannya cukup besar itu. Rumah dengan gerbang besi warna hitam ini bisa kumasuki tanpa permisi, tapi kenapa kondisinya terlihat sepi. “Assalamu’alaikum!” Hening, tak ada yang menjawab. “Assalamu’alaikum!” Aku mengulang. “Wa’alaikumsalam!” Samar, suara terdengar dari dalam. Hanya saja sedikit tak jelas juga. Aku kenal siapa pemilik suara itu. Betul saja, tak berapa lama muncul Mama Renita. Wajahnya tampak dipenuhi baluran masker, putih seperti topeng. Pantas saja tadi kudengar suara

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-08
  • DIKIRA MISKIN SAAT REUNI   Session 2 - Bab 29

    Pov MerinaAku sedikit terkejut ketika memasuki pekarangan rumah melihat mobil yang tadi berpapasan. Apalagi aku pun melihat sepeda motor inventaris klinik yang terparkir di depan. Apakah mungkin pemilik mobil mewah itu adalah teman Papa? Hanya saja rasa terkejutku bertambah ketika melihat siapa saja yang ada di teras. Meskipun aku datang dari arah belakangnya. Aku kenal betul, perempuan itu adalah Asyfa. Di sampingnya tampak lali-laki yang kelihatannya masih muda. Gak mungkin kan kalau Asyfa yang datang ke sini naik mobil mahal itu? Ketika Reza menghentikan mobilnya, akhirnya kami turun. Aku melihat Ibu dan Bapak tampak tengah bergantian bicara pada Asyfa. Feelingku adalah gadis absurd itu sedang bikin ulah lagi, entah apa. Bisa jadi tengah menolak dijodohkan dengan Bang Irfan karena harga diri. Aku menggandeng lengan Reza dengan mesra. Berharap Asyfa akan terluka melihat lelaki yang dulu mengejarnya kini takluk dalam pelukanku. “Syfa, Mbak ke rumah kamu tadi sama Reza. Kami mau

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-08
  • DIKIRA MISKIN SAAT REUNI   Seseion 2 - Bab 30

    Kali ini bukan hanya wajah Bapak, Mama Renita dan Mbak Merina yang terkejut. Aku juga sama. Apa tadi Reza bilang, Bang Zayd anaknya Pak Lingga Bardion pemilik PMM itu? Apa aku gak salah dengar? Atau ada Lingga Bardion yang lain? Aku masih shock ketika mendengar fakta ini. Tiba-tiba diriku terasa menjadi kerdil. Terbayang juga pertemuan pertama kami yang tak menyenangkan. Lalu pertemuan kedua yang kembali bermasalah. Namun siapa sangka, pada pertemuan-pertemuan selanjutnya justru banyak hal yang tak terduga. Tiba-tiba saja kami terjebak pada situasi seperti saat ini. Sulit dipercaya. Sampai akhir obrolan Bang Zayd dengan Bapak, aku lebih banyak diam. Bahkan sampai Mbak Merina beranjak tanpa permisi, lalu kami pamitan pulang. Ruhku seperti belum kembali pada badan. Kami berjalan meninggalkan teras rumah Bapak. Aku sibuk menepuk-nepuk pipi, lalu mencubitnya. Bang Zayd masih mengobrol dengan Reza. Mereka banyak hal yang dibahas, tapi aku tak fokus. Entah ngobrolin apa. “Awww!” Aku mer

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-08
  • DIKIRA MISKIN SAAT REUNI   Session 2 - Bab 31

    “Syfa, please! Abang akan menjadikan kamu ratu dalam rumah tangga kita nanti.” Dia melipat tangan di depan dada. “Ahm, Irfan! Berhenti menggoda calon istri orang!” Suara itu. Aku bahkan seperti tadi tak fokus jika ada mobil yang berhenti. Bang Zayd sudah berdiri dengan kemeja lengan panjang warna navy, senada dengan yang kukenakan. Lengannya digulung dengan dua kancing atas yang dia biarkan terlepas. Tubuh tegapnya tampak gagah dengan setelan kemeja yang dipadu padankan dengan celana jeans kekinian. Jujur itu sangat membuatnya makin terlihat seksi. Duh, otak! Kenapa malah traveling lagi, sih? “Lo lagi. Kenapa lo selalu mengganggu rencana gue, hah?” Bang Irfan menoleh dan menatap tajam pada Bang Zayd. Aku cukup surprise. Bang Irfan berani banget ngomong lo gue sama Bang Zayd. Apa dia gak tahu kalau Bang Zayd ini pemilik minimarket Mama Mart tempat kami kerja? “Kalem, Pak Irfan. Saya tak suka mencari masalah. Namun, Anda harus hati-hati kalau sudah mulai membuat masalah dengan saya

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-09
  • DIKIRA MISKIN SAAT REUNI   Session 2 - Bab 32

    Pov Ayu (Ibunda Zayd) “Mi, kamu yakin, kali ini Zayd beneran bawa calon mantu kita?”Papi Dion menatapku. “Entahlah … sepulangnya dari Singapura kemarin, belum sekalipun dia mengenalkan sosok perempuan. Tiba-tiba dia mengaku sudah punya calon, sedikit excited sih, Pi.” “Apa dia kembali sama perempuan yang waktu itu, Mi?”“Yang mana?” “Waktu Zayd mau lanjutin S2, mereka kan sempat renggang. Nah kelanjutannya seperti apa?” “Oh Karina? Entah, hanya saja malam itu waktu Mami telepon kalau gadis yang cv taarufnya nyasar itu gak jadi datang, terus ‘kan Mami bilang ke Zayd, kalau Mami akan pilihkan Arlia untuk jadi istrinya. Eh dia langsung bilang katanya, dia sudah ada calon. Aneh, sih. Masa iya bisa mendadak gitu.” “Hmmm … sudah tahu Zayd gak suka Arlia, Mi! Masih saja. Jangan-jangan dia bawa perempuan kali ini gara-gara menghindari paksaan Mami pada Arlia saja. Tahu sendiri ‘kan mereka temenan sejak kecil, mungkin Zayd sudah nganggap saudara. Ya, walaupun Papi tahu, Mami sangat suka

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-09
  • DIKIRA MISKIN SAAT REUNI   Session 2 - Bab 33

    Bu Ayu, Ainina dan Caca melambaikan tangan ketika aku baru saja masuk ke dalam mobil milik Bang Zayd. Tanganku terasa dingin. Di dalam tadi, jujur aku sangat gugup sekali. Untung saja gak pingsan. “Bang, nyari yang anget-anget dulu, ya!” tukasku sambil bersandar pada jok mobil. Pakai baju gamis kayak gini, berasa jadi ustazah.“Apaan?” Pelukan. Ingin kujawab kayak gitu. Namun kuurungkan. Nanti Bang Zayd minta nambah, bahaya. “Bakso, wedangan, mie ayam, soto ….”“Mau dimakan semua itu?” “Ck, milih maksudnya. Satu saja.” “Laper, ya?” “Sedikit, sih. Cuma mau ngangetin ini aja, dingin banget!” Plak!Aku menangkupkan satu tangan ke pipinya. Dia terkejut sampai menjauhkan tubuhnya dan beristighfar. “Abang pikir, aku setan. Sampe diistighfarin!” “Dingin banget, Fa.” “Ya, makanya ngajak nyari yang anget. Untung masih bisa pulang. Coba pas tadi keburu jadi es batu. Abang susah bawa pulangnya.” “Ngarang!” “Emang!” “Yang bayar siapa?” “Dih, cowok kok nanya gitu. Abang lah.” “Oke.”

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-09

Bab terbaru

  • DIKIRA MISKIN SAAT REUNI   Session 2 - Bab 73 (end)

    Suara tangisan bayi terdengar nyaring ketika aku dan Bang Zayd baru saja menginjakkan kakinya di rumah sakit. Senyum pada bibirku terkembang sempurna. Akhirnya adik yang kutunggu-tunggu sejak dulu, kini sudah ada. Meskipun, jaraknya teramat jauh. Dia akan menjadi paman kecil putriku. “Tuh, tadi kelamaan wara-wiri, pas datang sudah lahiran!” tukas Bang Zayd. “Ya, kan beli-beli dulu, Bang. Kalau gak aku, siapa? Ibu kan punya anaknya satu saja.” Aku mendelik ke arahnya. Namun baru saja aku mengatupkan bibir. Dari arah berlawanan tampak anak-anak Pak Hakim muncul sambil menenteng paper bag juga. Tak kalah banyak pula dariku. “Hay, Syfa!” “Hay!” Aku melambaikan tangan juga ketika Bang Zayd menyenggol lenganku sambil berbisik, “Kamu gak sendiri, Syfa. Tuh, sekarang ada mereka.”“Iya, Bang. Keknya gegara kemarin makan mie instan, kecerdasanku langsung berkurang.” “Eh, kamu makan mie lagi?” “Duh, keceplosan. Sekali lagi doang, Abang … kan waktu itu malah Abang habisin.” Lalu obrolan i

  • DIKIRA MISKIN SAAT REUNI   Session 2 - Bab 72

    “Oh, ya? Ibu serius?” Aku terkejut senang. Ibu baru saja mengabarkan jika Bapak, Mama Renita dan Mbak Merina datang ke rumah. “Ya seriuslah, Syfa. Ibu juga sampai kaget. Gak nyangka.” Kudengar Ibu menjawab disertai kekehan. Duh senang rasanya mendengar nada bicara Ibu yang riang dan ringan. Hidupnya kini tampak lebih menyenangkan. “Tulus gak tuh minta maafnya? Tumben?” tanyaku lagi. Jujurly, aku tak percaya. Kok semudah itu mereka meminta maaf. Apakah insiden kemarin benar-benar membuatnya tobat? Aku memiringkan kepala untuk menjepit ponsel yang kuletakkan di antara bahu dan telinga. Sementara itu, satu tanganku sibuk mengaduk mie instan. Rasanya aku sudah tak tahan lagi mencium wangi yang menguar ini. Mumpung Bang Zayd gak ada. Akhir-akhir ini, aku berasa di penjara. Bang Zayd protektif banget. Mau ini, gak boleh, itu gak boleh. Padahal dokter juga bilang kalau sesekali gak apa-apa. “Semoga saja tulus, Fa. Alhamdulilah kalau mereka sudah sadar. Mungkin kejadian kemarin yang membu

  • DIKIRA MISKIN SAAT REUNI   Sesion 2 - Bab 71

    Merina duduk tepekur di ruang tengah. Sudah dua hari berlalu dari kejadian memalukan di hotel itu, Merina sama sekali tak mau keluar. Dia terus-terusan mengurung diri di dalam rumah. Mentalnya tak kuat menghadapi ocehan dan cemoohan para tetangga.“Gak nyangka, ya! Ayahnya dokter, tapi anaknya mau-maunya jadi pelakor! Untung gagal nikah, ya!” “Iya, kasihan sekali istri pertamanya. Kemarin katanya pas datang ke acara itu lagi hamil besar, ya? Saya gak dateng kemarin soalnya.” “Iya Mbak e. Ya ampuun. Kita saja kaget dan shock. Apalagi pas tahu, itu duit yang dipake buat pesta, ternyata duit mertuanya si cowok!”“Masa, sih, Mbak? Gila, ya! Bener-bener itu janda bodong. Gak punya hati banget. Pasti dia goda habis-habisan itu cowok biar nempel! Gak nyangka, ya! Si Merina itu padahal anak dokter, ya!”Kalimat-kalimat cemoohan. Baik yang tak sengaja dia dengar, maupun tanpa sengaja dibacanya dari status WA dan sosial media, benar-benar merusak mood Merina. Semua menyalahkannya. Semua menyu

  • DIKIRA MISKIN SAAT REUNI   Session 2 - Bab 70

    “Kami datang, sekalian mau sebar undangan, besan!” Mama Renita berbasa-basi pada Mami Ayu. “Oh, ya? Selamat kalau begitu! Kapan acaranya?” Mami Ayu menatap Mama Renita dengan penuh senyuman. “Semingguan lagi dari hari ini. Besan wajib dateng, ya. Kami merayakannya lebih mewah dari pada yang dulu-dulu.”“Inysa Allah.” Aku hanya mendengarkan obrolan Mama Renita dengan Mami Ayu. Tetiba saja Mama Renita bilang besan, padahal kan yang besanan sama Mami Ayu, cuma Ibu. Kenapa pula dia ikutan ngaku-ngaku. Dia pun sama sekali tak menyapa Ibu, malah sibuk terus dengan Mami Ayu dan keluarganya. Ibu datang menyambut hanya bersalaman saja. Dia terus ngajak ngobrol lagi dengan Mami Ayu dan mengabaikan Ibu, aneh.“Alhamdulilah, calon suaminya sekarang itu dokter. Memang kalau keluarga dokter, coocknya sama dokter,” tukas Mama Renita sambil tertawa sumbang. Kulihat Mami Ayu merangkulnya penuh rasa persahabatan lalu mengajak Mami Renita menjauh. Ah, sayang … padahal aku tengah turut serta mendengar

  • DIKIRA MISKIN SAAT REUNI   Session 2 - Bab 69

    “Aish, gak akan bisa! We!” Aku makin senang menggodanya. Namun, aku yang lengah menubruk tubuh orang lain sehingga akhirnya Bang Zayd yang menang. Tanpa kusangka dia membopongku dan langsung membawa lari menuju cottage. “Siap-siap, Sayang!” bisik Bang Zayd yang membuat aku merinding. Suaranya berebutan dengan desau angin. Senyum pada bibirku mengembang bersama wajah yang terasa memanas. Mungkin sudah merona merah ketika langkah demi langkah akhirnya membawa kami ke cottage. Derit pijakkan lantai kayu terdengar. Bang Zayd membuka pintu dengan sikunya, lalu menjatuhkan tubuh kami sama-sama ke pembaringan. “Masih mau lari?” bisiknya. Sangat dekat sehingga degup jantungku berpacu sangat-sangat cepat. Meskipun bukan pertama kali, tapi berdekatan dengannya selalu seperti ini.*** “Ehm, Asyfa?!”Tangan Bang Zayd menguyel-uyel ujung hidungku, membuat bayangan romantis yang sedang kukenang berhamburan. “Ish, Abang!” Aku mendelik ke arahnya, sebal. Bisa-bisanya dia memanggilku di saat aku s

  • DIKIRA MISKIN SAAT REUNI   Session 2 - Bab 68

    Sebuah surat undangan kudapatkan. Arlia, gadis yang pernah membuatku cemburu pada Bang Zayd itu, ternyata berjodoh dengan Bang Irfan. Aku menggeleng sambil tersenyum sendirian menatap sepasang nama mempelai pada kartu undangan. Arlia dan Irfan. “Kenapa senyum-senyum sendiri, hmm?” “Eh, Abang. Ini … hanya pernah ingat dulu.” Aku menyimpan surat undang yang Bang Zayd bawa. Dia tak menyahut dan berlalu begitu saja, meninggalkanku dari sofa bed yang ada di ruang keluarga dan ngeloyor ke kamar. “Eh, kok kayak gak suka, ya?” Aku mengedik saja, lalu merebahkan tubuh. Syukurlah Bang Zayd ke kamar, jadinya aku bisa bebas tiduran. Tontonan yang tadi dia pindahkan pun, aku kembalikan pada tayangan semula, acara kartun yang sesekali membuatku tertawa. Cukup lama, Bang Zayd tidak kembali. Perlahan aku menguap karena rasa nyaman ini. Lalu tiba-tiba aku berada di suatu tempat yang indah. Aku sedang berada di sebuah kapal pesiar dan menikmati hembusan angin pantai ketika tiba-tiba ada seorang l

  • DIKIRA MISKIN SAAT REUNI   Session 2 - Bab 67

    “Apa? Zayd mau menikahi Karina?” Kali ini Mami Ayu yang terkejut. “Kalau gak salah dengar sih, iya, Mami. Syfa ke sini mau minta pendapat Mami. Baiknya kami gimana?” Mami Ayu tak menjawab pendapat Asyfa, tapi dia langsung menoleh pada Ainina sambil bicara, “Ai, telepon Abang kamu sekarang! Panggil ke sini! Biar semua masalah bisa jelas ujung pangkalnya!” Ainina sigap mengambil ponsel lalu menelpon Zayd. Sementara itu, Tante Harum dan Azriel berpamitan. “Jangan lupa, ya, datang nanti ke pernikahan Arlia, Syfa!” Tante Harum menepuk pundak Asyfa. Dia dan Azriel sudah berdiri untuk berpamitan. “Inysa Allah, Tante!” Asyfa tersenyum dan mengangguk sopan. Dia bukan tipe pendendam. Yang dulu-dulu dan sudah berlalu, ya, sudahlah. “Semoga segera dapat momongan, ya! Doakan juga Arlia agar bisa memiliki keturunan,” tukasnya dengan senyuman getir. Tiba-tiba ada perasaan aneh di hati Asyfa. Entah kenapa, dia merasa bersalah karena dulu tak berempati ketika mendengar jika Arlia akan sulit men

  • DIKIRA MISKIN SAAT REUNI   Session 2 - Bab 66

    Pov 3Asyfa menatap kartu debit yang dipegangnya. Reza melarangnya membayar. Lelaki itu sudah beranjak setengah jam yang lalu, tapi dirinya masih duduk termenung di saung lesehan itu. Entah kenapa, tiba-tiba Asyfa merasa malas untuk beranjak. Dunianya terasa asing, sunyi dan senyap. Rasa takut sendirian kembali datang. Memori waktu kecil terasingkan berlarian. Gegas dia beranjak pulang. Rupanya di rumah sudah ada Ainina dan Caca yang menunggunya. Kedua gadis itu tampak sumringah ketika kakak iparnya datang. “Mbak habis dari mana, si?” oceh Ainina sambil memeluk Asyfa singkat. Begitupun dengan Caca. “Habis dari rumah Ibu.” Asyfa menjawab datar lalu mengajak dua adik iparnya masuk. “Bang Zayd panik tahu, Mbak. Dia telepon Ibu, katanya Mbak Syfa sudah pulang, telepon si BIbi, belum sampe. Kamilah jadi diutus kemari.”Aku terkekeh, lalu menyuguhkan minuman dari lemari es untuk dua adik iparku, lalu duduk pada sofa dan mengambil satu biji softdrink. “Tumbenan juga sekhawatir itu.” Aku

  • DIKIRA MISKIN SAAT REUNI   Session 2 - Bab 65

    Pov 3Reza sedikit panik ketika mendengar kabar kecelakaan itu. Kemarin malam tepatnya, tapi dia sedang di Jakarta, masih ada pemotretan. Akhirnya baru pagi tadi dia sempat menjenguk gadis kecil di ruang ICU itu. Ketika dia berkunjung tadi, tampak kondisi gadis kecil itu sudah membaik. Reza pun tak lama di sana, dia gegas beranjak pergi lagi. Reza belum bisa show up tentang hubungan yang sudah dirancang oleh dua keluarga besarnya dengan perempuan pilihan Mama Pinah itu sekarang. Bagiamanapun, Reza belum resmi bercerai. Dia masih menjadi suami sah dari Merina. Pikiran Reza yang semrawut karena perseteruan Merina dan mamanya yang terjadi hampir di setiap detik, membuatnya enggan pulang. Apalagi ketika tiba di rumah, yang ada hanya rumah semrawut, dan pakaian kotor berserakan. Reza yang lelah butuh ketenangan. Dia pun akhirnya mampir dulu ke sebuah rumah makan. Letaknya yang strategis membuat rumah makan tersebut selalu ramai. Namun, ketika Reza hendak mencari tempat duduk ketika tiba-

DMCA.com Protection Status