Terima kasih udah mampir. 💛
🏵️🏵️🏵️ Mungkinkah Mas Bimo akan mengikuti jejak orang tua dan saudari-saudarinya yang tidak memiliki perasaan dan hati nurani? Apakah penilaianku terhadap dia selama ini akan berubah? Apakah aku akan tetap bertahan hidup dengannya setelah mengetahui ibunya yang mencoreng nama keluarga? Kalaupun bapak mertua tidak merasa keberatan dengan perbuatan istrinya, Mas Bimo dan ketiga saudarinya harusnya bertindak dan bersikap tegas. Apa mereka tidak peduli dengan yang ibu mertua lakukan? Kak Desi dan Kak Mira harusnya mengingatkan ibu mereka. Apa mereka tidak takut atau malu jika mertua dan suami mereka mengetahui kebenaran tentang wanita yang telah melahirkan mereka? Aku tidak sanggup membayangkannya. “Apa tanggapan kamu, Mas?” tanyaku kepada Mas Bimo. “Aku ingin marah sama Ibu, tapi sayang, kami belum ketemu.” Aku sedikit lega mendengar jawaban Mas Bimo. Ternyata pemikirannya berbeda dengan keluarganya. “Syukurlah kalau ternyata kamu tidak sama dengan mereka.” “Aku nggak mungkin di
🏵️🏵️🏵️ Waktu menunjukkan pukul 19.05 Wib, tetapi Mas Bimo belum juga menunjukkan batang hidungnya di rumah. Aku tadi mencoba menghubunginya, tetapi tidak ada respons. Aku benar-benar khawatir karena saat keluar rumah tadi, dia tampak bingung. Apa yang terjadi sebenarnya? Apa sebaiknya aku menghubungi Ratih? Apakah dia bersedia mengangkat telepon dariku? Sebelumnya,dia tidak pernah memberikan respons jika aku meminta tolong kepadanya. Entah sedalam apa kebencian gadis itu terhadapku. Akan tetapi, aku makin tidak bisa berbuat apa-apa jika masih belum mengetahui keadaan Mas Bimo. Aku lebih baik mengirimkan pesan kepada Ratih. Semoga pintu hatinya terbuka untuk memberikan balasan. [Rat, Mas Bimo ada di sana, nggak?] Isi pesanku kepada Ratih. Ternyata langsung centang dua warna biru. Dia sedang online. [Iya.] Aku sangat lega mendapat balasan darinya. Aku juga sangat bersyukur karena ternyata Mas Bimo sedang berada di rumah orangtuanya. [Ibu gimana? Baik-baik aja, ‘kan?] Aku ingin t
🏵️🏵️🏵️ “Kak Desi dan Kak Mira bilang kalau Ratih udah menyerahkan segalanya untuk Bayu—pacarnya.” Aku tidak mengerti kenapa perbuatan maksiat ibu mertua dan Ratih terbongkar setelah kami pindah dari rumah itu. Selama ini, aku melihat adik iparku itu kuat dan keras. Namun, ternyata dia tidak mampu menjaga diri agar tidak berbuat yang belum pantas. Kasihan Mas Bimo karena mengetahui perbuatan ibu dan adiknya dalam waktu bersamaan. Dia pasti sangat terpukul dengan kejadian ini. Melihat wajahnya yang menunjukkan keteduhan, aku ingin memeluknya, tetapi aku menepiskan keinginan itu karena masih penasaran dengan komentar di postinganku. “Apa yang akan kamu lakukan, Mas?” tanyaku kepadanya. “Aku bingung. Belum lagi masalah Ibu yang membuatku sangat malu. Aku dengan sekuat tenaga tadi membawa Ibu keluar dari arakan warga. Aku berusaha memberikan penjelasan hingga beberapa di antara mereka bersedia melepaskan Ibu. Tapi banyak juga yang nggak setuju. Mereka justru menyarankan solusi yang
POV BIMO 🏵️🏵️🏵️ Aku telah melakukan kesalahan besar terhadap istri yang sangat aku cintai. Awalnya, aku hanya iseng bersama Dika—sahabatku saat SMA, masuk grup aplikasi hijau yang anggotanya mayoritas perempuan. Kami pun berkenalan hingga menjalin pertemanan melalui chat pribadi. Ada satu member yang mengingatkanku pada cinta pertamaku saat SMP, namanya Lani. Dia sangat asyik diajak berbincang hingga aku pun menghubunginya secara pribadi. Entah apa yang merasuki pikiranku saat itu. Aku seolah-olah sedang mengalami masa puber kedua. Ketika dia memuji ketampananku, aku merasa tersanjung dan menganggap dia istimewa. Aku merasakan kenyamanan saat berbincang dengannya. Seminggu perkenalan kami saling berbalas pesan, akhirnya aku pun memberanikan diri meneleponnya hingga mengaktifkan kamera. Hampir setiap hari, kami seolah-olah melepas rindu melaui video call. Walaupun kami tidak pernah bertemu karena berada di kota yang berbeda, tetapi aku merasa bahagia saat dia memberikan perhati
🏵️🏵️🏵️ Aku tidak boleh diam saja, aku harus bertindak. Aku pun langsung menelepon Clara dan dia juga mengangkatnya. “Sayang.” Aku tetap memanggilnya dengan sebutan yang sejak dulu aku berikan kepadanya. “Stop menanggilku dengan sebutan itu! Aku muak! Aku jijik! Ceraikan aku sekarang!” Aku sangat terkejut mendengar permintaan Clara. Ini tidak mungkin. Aku tidak akan pernah berpisah dengannya. “Sayang, kamu jangan asal ngomong. Kamu tenangin diri dulu. Ini nggak baik.” Aku tetap bersikap lembut kepadanya. “Ternyata, sekarang kamu tunjukin diri kamu yang sebenarnya. Kamu lebih memilih sampah! Aku menyesal hidup denganmu. Kenapa kamu nggak jujur dari awal kalau kamu lebih memilih wanita nggak benar itu? Jawab, Bimo!” Clara benar-benar telah mengetahui tentang Lani. Ternyata keisenganku beberapa bulan yang lalu, kini telah membawa musibah besar untukku. Istri yang awalnya sangat menghargai suaminya, sekarang berubah menjadi wanita yang seolah-olah tidak mengenalku. Dia memanggilku h
🏵️🏵️🏵️ Ternyata tidak hanya Kak Desi dan Kak Mira yang melakukan perbuatan tidak pantas sebelum menikah, Ratih—adikku satu-satunya, juga mengikuti jejak mereka. Entah bagaimana cara Bapak dan Ibu mendidik anak perempuannya hingga tidak mampu menjaga harga diri dan kehormatan. Aku malu sebagai anak laki-laki satu-satunya yang tidak berhasil menjaga ketiga saudariku. Aku makin tidak ada harga diri lagi setelah mengetahui perbuatan Ibu yang bermain api dengan lelaki beristri. Sekarang, aku makin tidak berarti karena pengkhianatan yang kulakukan telah Clara ketahui. Kenapa aku sangat bodoh hingga tega menyakiti istri yang sangat setia mencintaiku? Aku tidak pantas dijadikan panutan. Bagaimana kalau Bagas tahu perbuatan papanya setelah dia besar nanti? Apakah dia bersedia memaafkan aku? Perbuatanku yang sangat memalukan telah mengubah sikap Clara yang dulu sangat lembut dan menghormatiku. Kini, dia bersikap seolah-olah ingin mengungkit semua perbuatan keluargaku selama ini. Tiba-tiba
🏵️🏵️🏵️ Aku kembali terkejut ketika mengetahui status dan pekerjaan wanita selingkuhan Mas Bimo. Ternyata papa dari anakku itu tidak ada bedanya dengan keluarganya. Sama-sama tidak memiliki harga diri. Bapak mertua pernah berhubungan dengan wanita lokalisasi, pergaulan kedua kakak Mas Bimo yang sangat bebas dan hampir ditinggalkan pasangan masing-masing sebelum menikah, ibu mertua yang bermain api dengan pria beristri, dan adik Mas Bino yang telah menyerahkan diri kepada kekasihnya. Aku berpikir kalau Mas Bimo sangat berbeda dengan kedua orang tuanya, juga ketiga adiknya. Ternyata aku salah karena yang aku hadapi saat ini, sangat mengejutkan. Suami yang sangat aku percaya tega mengkhianati pernikahan kami dengan wanita panggilan yang dia kenal melaui aplikasi. Duniaku terasa hancur tanpa sisa setelah mengetahui apa yang Mas Bimo lakukan di belakangku. Apa salahku hingga dia melakukan perbuatan terkutuk itu? Dia tidak menghargai cinta dan pengorbananku selama ini. Aku tetap berta
🏵️🏵️🏵️ “Nggak, Sayang. Untuk apa? Di group sekolah aja, aku malas nimbrung.” Jawaban itu yang Mas Bimo berikan kepadaku. “Terus, kenapa cowok-cowok sering kirim chat padaku?” tanyaku beberapa kali kepadanya setiap ada pesan masuk ke ponselku. “Aku juga nggak ngerti, Sayang. Mungkin mereka mengagumi kecantikanmu.” “Jadi, kamu nggak marah?” “Pasti marah, dong. Buktinya, aku udah berapa kali blokir mantan kamu yang masih hubungin kamu.” Aku kesal jika mengingat pengakuannya yang mengabaikan group teman sekolahnya dan ternyata lebih memilih masuk group aplikasi hijau yang di dalamnya wanita penuh tanda tanya. Aku benar-benar jijik mengingat semua itu. Aku merasa menjadi wanita paling bodoh karena memiliki suami yang seleranya tidak ingin aku ucapkan. Entah apa yang akan Papa dan Mama katakan jika mengetahui apa yang Mas Bimo lakukan. Aku tidak tahu harus berkata apa. Pupus sudah harapanku untuk membanggakan Mas Bimo di hadapan mereka. Ternyata kontak batin orang tua sangat kuat.
🏵️🏵️🏵️ Satu kebenaran lagi yang membuatku terkejut, tetapi juga bahagia. Ternyata suami Bu Dewi adalah adik kandung papi mertua. Pantas saja sifatnya sangat mirip dengan Mas Bimo. Di samping itu, Bu Dewi juga menyayangi Bagas seperti cucu sendiri. Sebenarnya, beberapa petunjuk telah mengungkapkan kebenaran itu, tetapi aku tidak berani menyimpulkan. Bu Dewi sama sekali tidak mengetahui kebenaran tentang Mas Bimo dari awal karena mereka bertetangga sejak suamiku itu telah duduk di bangku SMP. Mungkin jika Bu Dewi bertemu Mas Bimo waktu masih kecil, pasti wanita itu akan mengenali keponakannya sendiri. Aku sangat bahagia karena ternyata Mas Bimo memiliki keluarga yang sifatnya tidak kasar seperti keluarga yang membesarkannya. Ini benar-benar anugerah yang aku harapkan selama ini. Akhirnya, aku berada di tengah-tengah orang-orang yang berhati mulia. 🏵️🏵️🏵️ Aku dan Mas Bimo berhasil mengajak Andrew pulang setelah kami memberikan penjelasan dan pengertian kepadanya. Dia berjanji
🏵️🏵️🏵️ “Ibu udah nggak ada, Sayang.” Aku tidak mengerti apa maksud Mas Bimo. “Nggak ada? Maksudnya apa?” tanyaku ingin tahu. “Ibu udah pergi untuk selamanya seminggu yang lalu.” “Apa?” Aku sangat terkejut. Walaupun wanita yang aku anggap sebagai ibu mertua selama ini sering menyakitiku, tetapi aku tidak pernah berharap agar dirinya pergi secepat ini. “Walaupun beliau bukan ibu kandungku, tetapi beliau yang telah merawat dan membesarkanku.” Mata Mas Bimo berkaca-kaca. “Ibu sakit apa, Mas?” Mas Bimo akhirnya menceritakan apa yang terjadi terhadap Bu Sukma—wanita yang telah menganggap dirinya sebagai anak selama ini. Bu Sukma disiksa habis-habisan oleh orang-orang suruhan istri laki-laki yang memiliki hubungan terlarang dengannya. Bu Sukma patah tulang dan tiba-tiba lumpuh hingga membuat dirinya tidak dapat bertahan hidup. Di samping itu, wajah wanita itu juga disiram menggunakan air keras. Beliau sempat dirawat beberapa minggu di rumah sakit. “Permintaan terakhirnya, tidak m
🏵️🏵️🏵️ Hari ini genap sebulan, aku dan Bagas berada di kota ini. Entah kenapa akhir-akhir ini, aku sering merasa pusing dan mual. Padahal, aku harus membantu Mama mempersiapkan acara ulang tahun Bagas. Walaupun hanya mengundang keluarga dan kerabat dekat, tetapi Mama ingin memberikan yang terbaik untuk Bagas. “Ini perayaan ulang tahun Bagas yang pertama kali di rumah ini. Sebelumnya, kamu tidak pernah menghubungi Mama atau Papa jika Bagas ulang tahun.” Aku sedih mendengar ucapan Mama. “Jadi, Mama ingin acaranya tampak meriah. Ini juga Papa yang ngusulin.” Ternyata Papa tetap sangat menyayangi Bagas walaupun pintu hatinya belum terbuka untuk memberikan maaf kepadaku. “Terima kasih, Mah. Maafin Cla.” Aku pun mencium pipi Mama. “Yang lalu biarlah berlalu. Yang penting sekarang kamu udah kembali pulang.” Beliau mengecup puncak kepalaku. Uek! Aku kembali merasakan mual seperti beberapa hari terakhir ini. Ada apa denganku? Apa mungkin … tidak! Aku belum siap hamil dalam status yang
🏵️🏵️🏵️ Suara telepon masuk mengagetkanku, juga membuyarkan lamunanku tentang Mas Bimo. Aku melihat nama Andrew di layar. Kenapa pria itu meneleponku malam-malam? Apa mungkin ada hal penting yang ingin dia sampaikan? Walaupun aku telah berusaha menghindarinya, tetapi tidak membuat dirinya untuk menjauhiku. Terus terang, aku merasa bersalah dan kasihan melihat pengorbanannya yang tetap setia mencintaiku. Namun, aku tidak memiliki balasan untuk itu. “Halo.” Aku pun mengangkat teleponnya. “Maaf, ganggu kamu malam-malam.” Dia tetap bersikap sopan terhadapku. “Ada apa?” tanyaku singkat. “Mami minta foto suami kamu.” “Untuk apa?” Aku penasaran. “Tadi mereka melihat laki-laki yang mirip denganku. Papi dan Mami udah cerita tentang kemiripan aku dengan suamimu. Pantes aja Bagas cepat dekat denganku. Kenapa kamu nggak ngomong selama ini, Cla?” Ternyata Andrew baru tahu kebenaran tentang kemiripan dirinya dengan Mas Bimo. Dia tidak tahu kalau aku baru menyadarinya setelah kembali berte
🏵️🏵️🏵️ Bukan hanya aku yang merasa heran, tetapi Mama juga. Wanita itu justru berharap kalau anak Om Rio dan Tante Marisa yang hilang saat masih kecil adalah Mas Bimo. Beliau mengaku yakin kalau hal itu memang benar, Papa akan memberikan maaf kepadaku. Aku tidak tahu harus bersikap seperti apa karena Mama tidak tahu pasti permasalahan yang aku hadapi dengan Mas Bimo. Jika laki-laki yang masih berstatus sebagai suamiku itu memang benar anaknya Om Rio dan Tante Marisa, tidak menutup kemungkinan kalau kami akan diminta kembali bersatu. Apakah perbuatan Mas Bimo akan makin nekat jika memiliki banyak uang dan harta? Saat dia masih hidup apa adanya, dirinya berani bermain api dengan wanita lain. Aku tidak sanggup membayangkan hal itu akan terulang kembali. Mungkin aku lebih baik mencoba menerima kenyataan jika kami tidak memiliki hubungan lagi. Jadi, aku tidak akan melarangnya bergaul dengan wanita mana pun jika ikatan kami telah terputus. Aku tidak akan memaksa dirinya untuk tetap me
🏵️🏵️🏵️ “Cla! Tante Marisa minta kamu ke sini. Katanya beliau kangen!” Aku mendengar teriakan Mama. “Iya, Mah.” Aku tidak mampu menolak ataupun mengelak. Aku segera berjalan menuju ruang tamu lalu duduk di samping Mama. Sementara Bagas duduk di pangkuan Papa. “Anak kamu, Cla?” tanya Tante Marisa kepadaku sambil menunjuk Bagas. “Iya, Tante.” “Tampan, ya. Tapi, kok, mirip Andrew?” Apa? Apa yang kurasakan dan Bagas, ternyata keluar dari bibir Tante Marisa. Sejak awal melihat Andrew, aku juga merasa kalau dirinya memiliki kemiripan dengan Mas Bimo. Apa mungkin hal ini hanya kebetulan saja? Aku pernah dengar bahwa manusia memiliki tujuh kembaran tidak sedarah. Atau setidaknya mempunyai orang yang benar-benar mirip dengan dirinya. Menurut sains, hal ini memang sangat mungkin terjadi karena kemiripan susunan genetik yang dimiliki tiap manusia. Itu artinya, aku telah menemukan satu orang yang mirip dengan Mas Bimo. Aku tidak tahu apakah itu fakta atau mitos. Namun, waktu masih duduk
🏵️🏵️🏵️ Ternyata Papa serius dengan kemarahannya. Dua hari berada di rumah ini, beliau tidak memberikan respons jika aku mengajaknya berbicara. Orang tua itu seolah-olah tidak melihat keberadaanku. Namun, aku tetap bersyukur karena beliau dekat dengan Bagas. Tidak masalah jika Papa tidak menganggapku saat ini, yang penting beliau menunjukkan kasih sayangnya terhadap Bagas. Akhirnya, anakku itu merasakan kasih sayang dari seorang kakek. Selama ini, dia tidak mendapatkannya dari bapak mertua. “Kamu yang sabar, ya, Sayang. Mama yakin kalau Papa kamu pasti akan menerima kamu kembali. Terbukti beliau sayang banget sama Bagas.” Sepertinya Mama berusaha meyakinkanku. “Iya, Mah. Cla tahu kalau Papa orang baik.” Aku percaya kalau suatu saat nanti, pintu hati Papa akan terbuka untukku. Walaupun sikap Papa seperti itu, aku tetap bersemangat karena dapat melihat beliau setiap hari. Aku tidak merasa menyesal karena telah meninggalkan Mas Bimo dan keluarganya. Ternyata aku jauh lebih bahagia
🏵️🏵️🏵️ Sedalam itu rasa benci Papa terhadapku hingga tidak mengharapkan kehadiranku lagi di rumah ini. Apa yang kulakukan di masa lalu, kini telah mendapatkan balasannya. Semua itu terjadi karena aku dengan tega menentang keputusan orang tua dan bahkan mengabaikan permohonan mereka. “Papa mohon, kembalilah ke rumah. Jangan menikah dengan pemuda yang akan membuat hidupmu menderita.” Papa memohon kepadaku untuk tidak menikah dengan Mas Bimo kala itu. “Nggak, Pah. Cla hanya akan menikah dengan Mas Bimo. Cla akan bahagia bersama dia.” Aku dengan yakin mengatakan bahwa kebahagiaanku hanya bersama Mas Bimo. Ternyata apa yang Papa katakan dulu, kini menjadi kenyataan. Sangat benar kalau aku menderita setelah mengetahui pengkhianatan Mas Bimo. Dia tidak hanya selingkuh, tetapi juga memberikan tuduhan menyakitkan dan lebih membela orang tuanya yang selalu jahat terhadapku. “Jangan ngomong seperti itu, Pah! Clara tetap anak kita, darah daging Papa!” Mama menaikkan suaranya. “Setiap orang
🏵️🏵️🏵️ Lebih baik aku fokus dengan apa yang akan aku jelaskan kepada Papa dan Mama nanti saat bertemu. Apa mereka akan marah setelah melihat diriku kembali ke kota ini? Atau mereka akan bahagia karena aku telah meninggalkan menantu yang tidak mereka harapkan? Aku harus mempersiapkan diri untuk menghadapi apa pun yang akan Papa dan Mama katakan. Mungkin mereka akan menganggap apa yang terjadi terhadapku saat ini, sebagai akibat karena telah menentang keputusan orang tua. “Sampai kapan kamu di luar, Cla? Andrew juga udah pergi. Gitu amat mandangin dia tadi.” Kak Ratu membuyarkan lamunanku. Aku pun segera memasuki rumah. Setelah menghempaskan tubuh ke sofa ruang TV, aku segera meraih ponsel yang sejak tadi aku non aktifkan. Ternyata tidak sedikit panggilan tidak terjawab dari Mas Bimo. Nama Ratih juga ada. Kenapa adik iparku itu beberapa kali menghubungiku? Aku pun beralih ke pesan masuk. Mas Bimo bertubi-tubi mengirim pesan kepadaku. Hampir semuanya permintaan maaf dan ungkapan p