Terima kasih udah mampir. 💛
POV BIMO 🏵️🏵️🏵️ Aku telah melakukan kesalahan besar terhadap istri yang sangat aku cintai. Awalnya, aku hanya iseng bersama Dika—sahabatku saat SMA, masuk grup aplikasi hijau yang anggotanya mayoritas perempuan. Kami pun berkenalan hingga menjalin pertemanan melalui chat pribadi. Ada satu member yang mengingatkanku pada cinta pertamaku saat SMP, namanya Lani. Dia sangat asyik diajak berbincang hingga aku pun menghubunginya secara pribadi. Entah apa yang merasuki pikiranku saat itu. Aku seolah-olah sedang mengalami masa puber kedua. Ketika dia memuji ketampananku, aku merasa tersanjung dan menganggap dia istimewa. Aku merasakan kenyamanan saat berbincang dengannya. Seminggu perkenalan kami saling berbalas pesan, akhirnya aku pun memberanikan diri meneleponnya hingga mengaktifkan kamera. Hampir setiap hari, kami seolah-olah melepas rindu melaui video call. Walaupun kami tidak pernah bertemu karena berada di kota yang berbeda, tetapi aku merasa bahagia saat dia memberikan perhati
🏵️🏵️🏵️ Aku tidak boleh diam saja, aku harus bertindak. Aku pun langsung menelepon Clara dan dia juga mengangkatnya. “Sayang.” Aku tetap memanggilnya dengan sebutan yang sejak dulu aku berikan kepadanya. “Stop menanggilku dengan sebutan itu! Aku muak! Aku jijik! Ceraikan aku sekarang!” Aku sangat terkejut mendengar permintaan Clara. Ini tidak mungkin. Aku tidak akan pernah berpisah dengannya. “Sayang, kamu jangan asal ngomong. Kamu tenangin diri dulu. Ini nggak baik.” Aku tetap bersikap lembut kepadanya. “Ternyata, sekarang kamu tunjukin diri kamu yang sebenarnya. Kamu lebih memilih sampah! Aku menyesal hidup denganmu. Kenapa kamu nggak jujur dari awal kalau kamu lebih memilih wanita nggak benar itu? Jawab, Bimo!” Clara benar-benar telah mengetahui tentang Lani. Ternyata keisenganku beberapa bulan yang lalu, kini telah membawa musibah besar untukku. Istri yang awalnya sangat menghargai suaminya, sekarang berubah menjadi wanita yang seolah-olah tidak mengenalku. Dia memanggilku h
🏵️🏵️🏵️ Ternyata tidak hanya Kak Desi dan Kak Mira yang melakukan perbuatan tidak pantas sebelum menikah, Ratih—adikku satu-satunya, juga mengikuti jejak mereka. Entah bagaimana cara Bapak dan Ibu mendidik anak perempuannya hingga tidak mampu menjaga harga diri dan kehormatan. Aku malu sebagai anak laki-laki satu-satunya yang tidak berhasil menjaga ketiga saudariku. Aku makin tidak ada harga diri lagi setelah mengetahui perbuatan Ibu yang bermain api dengan lelaki beristri. Sekarang, aku makin tidak berarti karena pengkhianatan yang kulakukan telah Clara ketahui. Kenapa aku sangat bodoh hingga tega menyakiti istri yang sangat setia mencintaiku? Aku tidak pantas dijadikan panutan. Bagaimana kalau Bagas tahu perbuatan papanya setelah dia besar nanti? Apakah dia bersedia memaafkan aku? Perbuatanku yang sangat memalukan telah mengubah sikap Clara yang dulu sangat lembut dan menghormatiku. Kini, dia bersikap seolah-olah ingin mengungkit semua perbuatan keluargaku selama ini. Tiba-tiba
🏵️🏵️🏵️ Aku kembali terkejut ketika mengetahui status dan pekerjaan wanita selingkuhan Mas Bimo. Ternyata papa dari anakku itu tidak ada bedanya dengan keluarganya. Sama-sama tidak memiliki harga diri. Bapak mertua pernah berhubungan dengan wanita lokalisasi, pergaulan kedua kakak Mas Bimo yang sangat bebas dan hampir ditinggalkan pasangan masing-masing sebelum menikah, ibu mertua yang bermain api dengan pria beristri, dan adik Mas Bino yang telah menyerahkan diri kepada kekasihnya. Aku berpikir kalau Mas Bimo sangat berbeda dengan kedua orang tuanya, juga ketiga adiknya. Ternyata aku salah karena yang aku hadapi saat ini, sangat mengejutkan. Suami yang sangat aku percaya tega mengkhianati pernikahan kami dengan wanita panggilan yang dia kenal melaui aplikasi. Duniaku terasa hancur tanpa sisa setelah mengetahui apa yang Mas Bimo lakukan di belakangku. Apa salahku hingga dia melakukan perbuatan terkutuk itu? Dia tidak menghargai cinta dan pengorbananku selama ini. Aku tetap berta
🏵️🏵️🏵️ “Nggak, Sayang. Untuk apa? Di group sekolah aja, aku malas nimbrung.” Jawaban itu yang Mas Bimo berikan kepadaku. “Terus, kenapa cowok-cowok sering kirim chat padaku?” tanyaku beberapa kali kepadanya setiap ada pesan masuk ke ponselku. “Aku juga nggak ngerti, Sayang. Mungkin mereka mengagumi kecantikanmu.” “Jadi, kamu nggak marah?” “Pasti marah, dong. Buktinya, aku udah berapa kali blokir mantan kamu yang masih hubungin kamu.” Aku kesal jika mengingat pengakuannya yang mengabaikan group teman sekolahnya dan ternyata lebih memilih masuk group aplikasi hijau yang di dalamnya wanita penuh tanda tanya. Aku benar-benar jijik mengingat semua itu. Aku merasa menjadi wanita paling bodoh karena memiliki suami yang seleranya tidak ingin aku ucapkan. Entah apa yang akan Papa dan Mama katakan jika mengetahui apa yang Mas Bimo lakukan. Aku tidak tahu harus berkata apa. Pupus sudah harapanku untuk membanggakan Mas Bimo di hadapan mereka. Ternyata kontak batin orang tua sangat kuat.
🏵️🏵️🏵️ Hari ini, aku tidak memasak seperti biasanya. Aku memesan makanan yang dulu sangat jarang aku lakukan. Aku sangat senang karena Bagas juga menyukainya. Mungkin karena demamnya sudah turun, dia tetap menikmati makanan. Bagas termasuk anak yang tidak rewel milih-milih makanan. Dia sangat berbeda denganku. Dulu, Mama sering cerita kalau aku jarang mengonsumsi nasi. Aku lebih sering minum susu. Untuk karbohidrat, biasanya aku makan roti. Sebenarnya aku kasihan melihat Bagas. Mungkin dia mengerti kehidupan papanya hingga tidak ingin membuatnya susah. Jika mengingat hal itu, aku ingin membenci Mas Bimo. Entah apa yang ada dalam pikirannya saat mengungkapkan cinta kepada selingkuhannya, sedangkan dia belum mampu menjadi seorang papa yang membahagiakan anak. “Tolong sekalian di susun barang-barangnya, Mas. Nanti saya tambah ongkosnya.” Perabot rumah tangga yang aku pesan hari ini, telah tiba di rumah. Aku membeli sofa, lemari hias, televisi beserta raknya. Aku tidak lupa menggan
🏵️🏵️🏵️ “Aku nggak butuh kamu melakukan ini.” Aku kesal melihat dirinya yang masih berlutut di kakiku. “Aku akan melakukan apa pun asalkan kamu maafin aku, Sayang.” “Apa kamu bisa mengembalikan hatiku yang telah hancur? Kalau kamu bisa, aku akan maafin kamu.” Aku memberikan tantangan kepadanya karena aku yakin kalau dia tidak akan mampu menyanggupi apa yang aku minta. “Aku akan kembali menjadi suami yang kamu harapkan. Aku bersumpah bahwa aku tidak akan menyakitimu lagi. Aku telah melakukan sholat taubat. Aku telah meminta ampun kepada Allah.” Dia kembali menitikkan air mata. Apa pun yang dia katakan, aku anggap angin lalu karena aku yakin kalau hati yang telah hancur ini tidak akan kembali utuh seperti dulu lagi. Mungkin jika Bagas telah mengerti dengan apa yang terjadi, aku akan segera membawanya pergi dari sini. Akan tetapi, sekarang aku tidak mampu berbuat apa-apa. Aku baru merencanakan akan meninggalkan rumah ini, Bagas langsung demam. Bagaimana mungkin aku tega memisahkan
🏵️🏵️🏵️ Mas Bimo membuatku ingin tertawa. Bisa-bisanya dia mengakui aku sebagai miliknya, tetapi dengan sadar telah mencari kesenangan bersama wanita lain. Kalau dia merasa tidak puas dengan pelayananku, harusnya dia berterus terang. Aku tidak akan memaksanya untuk mepertahankan aku. Aku tidak masalah jika memang tidak dibutuhkan lagi. Aku dengan ikhlas akan melepaskan ikatan pernikahan kami. Aku juga tidak akan melarangnya menemukan yang terbaik menurutnya. Jika memang dia tidak merasa bahagia lagi bersamaku, aku tidak akan memaksanya untuk bertahan. Aku hanya butuh kejujuran darinya. Dia lebih baik bicara terus terang demi kebaikan ke depannya. Jadi, aku tidak merasa dibohongi atau di khianati. “Hanya satu yang aku inginkan darimu, Mas. Kamu ngomong yang sebenarnya kalau kamu udah nggak butuh aku. Kamu jujur kalau kamu lebih bahagia bersama pilihanmu. Aku janji tidak akan memaksamu untuk tetap berada di sisiku. Untuk apa menjalin hubungan jika rasa itu sudah tidak ada.” Aku men
🏵️🏵️🏵️ Satu kebenaran lagi yang membuatku terkejut, tetapi juga bahagia. Ternyata suami Bu Dewi adalah adik kandung papi mertua. Pantas saja sifatnya sangat mirip dengan Mas Bimo. Di samping itu, Bu Dewi juga menyayangi Bagas seperti cucu sendiri. Sebenarnya, beberapa petunjuk telah mengungkapkan kebenaran itu, tetapi aku tidak berani menyimpulkan. Bu Dewi sama sekali tidak mengetahui kebenaran tentang Mas Bimo dari awal karena mereka bertetangga sejak suamiku itu telah duduk di bangku SMP. Mungkin jika Bu Dewi bertemu Mas Bimo waktu masih kecil, pasti wanita itu akan mengenali keponakannya sendiri. Aku sangat bahagia karena ternyata Mas Bimo memiliki keluarga yang sifatnya tidak kasar seperti keluarga yang membesarkannya. Ini benar-benar anugerah yang aku harapkan selama ini. Akhirnya, aku berada di tengah-tengah orang-orang yang berhati mulia. 🏵️🏵️🏵️ Aku dan Mas Bimo berhasil mengajak Andrew pulang setelah kami memberikan penjelasan dan pengertian kepadanya. Dia berjanji
🏵️🏵️🏵️ “Ibu udah nggak ada, Sayang.” Aku tidak mengerti apa maksud Mas Bimo. “Nggak ada? Maksudnya apa?” tanyaku ingin tahu. “Ibu udah pergi untuk selamanya seminggu yang lalu.” “Apa?” Aku sangat terkejut. Walaupun wanita yang aku anggap sebagai ibu mertua selama ini sering menyakitiku, tetapi aku tidak pernah berharap agar dirinya pergi secepat ini. “Walaupun beliau bukan ibu kandungku, tetapi beliau yang telah merawat dan membesarkanku.” Mata Mas Bimo berkaca-kaca. “Ibu sakit apa, Mas?” Mas Bimo akhirnya menceritakan apa yang terjadi terhadap Bu Sukma—wanita yang telah menganggap dirinya sebagai anak selama ini. Bu Sukma disiksa habis-habisan oleh orang-orang suruhan istri laki-laki yang memiliki hubungan terlarang dengannya. Bu Sukma patah tulang dan tiba-tiba lumpuh hingga membuat dirinya tidak dapat bertahan hidup. Di samping itu, wajah wanita itu juga disiram menggunakan air keras. Beliau sempat dirawat beberapa minggu di rumah sakit. “Permintaan terakhirnya, tidak m
🏵️🏵️🏵️ Hari ini genap sebulan, aku dan Bagas berada di kota ini. Entah kenapa akhir-akhir ini, aku sering merasa pusing dan mual. Padahal, aku harus membantu Mama mempersiapkan acara ulang tahun Bagas. Walaupun hanya mengundang keluarga dan kerabat dekat, tetapi Mama ingin memberikan yang terbaik untuk Bagas. “Ini perayaan ulang tahun Bagas yang pertama kali di rumah ini. Sebelumnya, kamu tidak pernah menghubungi Mama atau Papa jika Bagas ulang tahun.” Aku sedih mendengar ucapan Mama. “Jadi, Mama ingin acaranya tampak meriah. Ini juga Papa yang ngusulin.” Ternyata Papa tetap sangat menyayangi Bagas walaupun pintu hatinya belum terbuka untuk memberikan maaf kepadaku. “Terima kasih, Mah. Maafin Cla.” Aku pun mencium pipi Mama. “Yang lalu biarlah berlalu. Yang penting sekarang kamu udah kembali pulang.” Beliau mengecup puncak kepalaku. Uek! Aku kembali merasakan mual seperti beberapa hari terakhir ini. Ada apa denganku? Apa mungkin … tidak! Aku belum siap hamil dalam status yang
🏵️🏵️🏵️ Suara telepon masuk mengagetkanku, juga membuyarkan lamunanku tentang Mas Bimo. Aku melihat nama Andrew di layar. Kenapa pria itu meneleponku malam-malam? Apa mungkin ada hal penting yang ingin dia sampaikan? Walaupun aku telah berusaha menghindarinya, tetapi tidak membuat dirinya untuk menjauhiku. Terus terang, aku merasa bersalah dan kasihan melihat pengorbanannya yang tetap setia mencintaiku. Namun, aku tidak memiliki balasan untuk itu. “Halo.” Aku pun mengangkat teleponnya. “Maaf, ganggu kamu malam-malam.” Dia tetap bersikap sopan terhadapku. “Ada apa?” tanyaku singkat. “Mami minta foto suami kamu.” “Untuk apa?” Aku penasaran. “Tadi mereka melihat laki-laki yang mirip denganku. Papi dan Mami udah cerita tentang kemiripan aku dengan suamimu. Pantes aja Bagas cepat dekat denganku. Kenapa kamu nggak ngomong selama ini, Cla?” Ternyata Andrew baru tahu kebenaran tentang kemiripan dirinya dengan Mas Bimo. Dia tidak tahu kalau aku baru menyadarinya setelah kembali berte
🏵️🏵️🏵️ Bukan hanya aku yang merasa heran, tetapi Mama juga. Wanita itu justru berharap kalau anak Om Rio dan Tante Marisa yang hilang saat masih kecil adalah Mas Bimo. Beliau mengaku yakin kalau hal itu memang benar, Papa akan memberikan maaf kepadaku. Aku tidak tahu harus bersikap seperti apa karena Mama tidak tahu pasti permasalahan yang aku hadapi dengan Mas Bimo. Jika laki-laki yang masih berstatus sebagai suamiku itu memang benar anaknya Om Rio dan Tante Marisa, tidak menutup kemungkinan kalau kami akan diminta kembali bersatu. Apakah perbuatan Mas Bimo akan makin nekat jika memiliki banyak uang dan harta? Saat dia masih hidup apa adanya, dirinya berani bermain api dengan wanita lain. Aku tidak sanggup membayangkan hal itu akan terulang kembali. Mungkin aku lebih baik mencoba menerima kenyataan jika kami tidak memiliki hubungan lagi. Jadi, aku tidak akan melarangnya bergaul dengan wanita mana pun jika ikatan kami telah terputus. Aku tidak akan memaksa dirinya untuk tetap me
🏵️🏵️🏵️ “Cla! Tante Marisa minta kamu ke sini. Katanya beliau kangen!” Aku mendengar teriakan Mama. “Iya, Mah.” Aku tidak mampu menolak ataupun mengelak. Aku segera berjalan menuju ruang tamu lalu duduk di samping Mama. Sementara Bagas duduk di pangkuan Papa. “Anak kamu, Cla?” tanya Tante Marisa kepadaku sambil menunjuk Bagas. “Iya, Tante.” “Tampan, ya. Tapi, kok, mirip Andrew?” Apa? Apa yang kurasakan dan Bagas, ternyata keluar dari bibir Tante Marisa. Sejak awal melihat Andrew, aku juga merasa kalau dirinya memiliki kemiripan dengan Mas Bimo. Apa mungkin hal ini hanya kebetulan saja? Aku pernah dengar bahwa manusia memiliki tujuh kembaran tidak sedarah. Atau setidaknya mempunyai orang yang benar-benar mirip dengan dirinya. Menurut sains, hal ini memang sangat mungkin terjadi karena kemiripan susunan genetik yang dimiliki tiap manusia. Itu artinya, aku telah menemukan satu orang yang mirip dengan Mas Bimo. Aku tidak tahu apakah itu fakta atau mitos. Namun, waktu masih duduk
🏵️🏵️🏵️ Ternyata Papa serius dengan kemarahannya. Dua hari berada di rumah ini, beliau tidak memberikan respons jika aku mengajaknya berbicara. Orang tua itu seolah-olah tidak melihat keberadaanku. Namun, aku tetap bersyukur karena beliau dekat dengan Bagas. Tidak masalah jika Papa tidak menganggapku saat ini, yang penting beliau menunjukkan kasih sayangnya terhadap Bagas. Akhirnya, anakku itu merasakan kasih sayang dari seorang kakek. Selama ini, dia tidak mendapatkannya dari bapak mertua. “Kamu yang sabar, ya, Sayang. Mama yakin kalau Papa kamu pasti akan menerima kamu kembali. Terbukti beliau sayang banget sama Bagas.” Sepertinya Mama berusaha meyakinkanku. “Iya, Mah. Cla tahu kalau Papa orang baik.” Aku percaya kalau suatu saat nanti, pintu hati Papa akan terbuka untukku. Walaupun sikap Papa seperti itu, aku tetap bersemangat karena dapat melihat beliau setiap hari. Aku tidak merasa menyesal karena telah meninggalkan Mas Bimo dan keluarganya. Ternyata aku jauh lebih bahagia
🏵️🏵️🏵️ Sedalam itu rasa benci Papa terhadapku hingga tidak mengharapkan kehadiranku lagi di rumah ini. Apa yang kulakukan di masa lalu, kini telah mendapatkan balasannya. Semua itu terjadi karena aku dengan tega menentang keputusan orang tua dan bahkan mengabaikan permohonan mereka. “Papa mohon, kembalilah ke rumah. Jangan menikah dengan pemuda yang akan membuat hidupmu menderita.” Papa memohon kepadaku untuk tidak menikah dengan Mas Bimo kala itu. “Nggak, Pah. Cla hanya akan menikah dengan Mas Bimo. Cla akan bahagia bersama dia.” Aku dengan yakin mengatakan bahwa kebahagiaanku hanya bersama Mas Bimo. Ternyata apa yang Papa katakan dulu, kini menjadi kenyataan. Sangat benar kalau aku menderita setelah mengetahui pengkhianatan Mas Bimo. Dia tidak hanya selingkuh, tetapi juga memberikan tuduhan menyakitkan dan lebih membela orang tuanya yang selalu jahat terhadapku. “Jangan ngomong seperti itu, Pah! Clara tetap anak kita, darah daging Papa!” Mama menaikkan suaranya. “Setiap orang
🏵️🏵️🏵️ Lebih baik aku fokus dengan apa yang akan aku jelaskan kepada Papa dan Mama nanti saat bertemu. Apa mereka akan marah setelah melihat diriku kembali ke kota ini? Atau mereka akan bahagia karena aku telah meninggalkan menantu yang tidak mereka harapkan? Aku harus mempersiapkan diri untuk menghadapi apa pun yang akan Papa dan Mama katakan. Mungkin mereka akan menganggap apa yang terjadi terhadapku saat ini, sebagai akibat karena telah menentang keputusan orang tua. “Sampai kapan kamu di luar, Cla? Andrew juga udah pergi. Gitu amat mandangin dia tadi.” Kak Ratu membuyarkan lamunanku. Aku pun segera memasuki rumah. Setelah menghempaskan tubuh ke sofa ruang TV, aku segera meraih ponsel yang sejak tadi aku non aktifkan. Ternyata tidak sedikit panggilan tidak terjawab dari Mas Bimo. Nama Ratih juga ada. Kenapa adik iparku itu beberapa kali menghubungiku? Aku pun beralih ke pesan masuk. Mas Bimo bertubi-tubi mengirim pesan kepadaku. Hampir semuanya permintaan maaf dan ungkapan p