Share

Menikah Lagi

Author: Norasetyana
last update Last Updated: 2021-09-21 18:09:01

"Lihat saja, anakku akan menikah lagi dengan pria paling kaya dan tampan sedunia dan saat itu kau hanya bisa menangis menyesali semuanya. Hidupmu tidak akan pernah bahagia mulai detik ini!" Ibu langsung menutup telepon setelah puas meluapkan kemarahan pada mantan menantunya. Aku yang mendengarnya hanya melongo, tidak percaya ibu mengatakan itu semua.

Tidak lama kemudian, ponselku berbunyi. Rupanya Mas Bayu yang meneleponku.

"Apa maksud semua ini? Kau yang menipuku, kenapa ibumu yang marah-marah padaku? Kuperingatkan sekali lagi, jangan macam-macam terhadapku, atau aku akan menuntut kalian karena sudah menipuku!"

"Aku tidak takut ancamanmu, Mas. Silakan saja kau menuntutku, aku juga bisa menuntut balik atas pencemaran nama baik!"

Seharian aku mengurung diri. Di kamar, aku menangis sejadi-jadinya. Namun di depan ibu, aku berpura-pura tegar. Aku tidak boleh terlihat lemah karena itu hanya akan membuat ibu semakin sedih.

Aku tidak pernah menyangka pernikahanku dengan Mas Bayu hanya seumur kecambah. Bukankah ini lebih memalukan daripada pernikahan seumur jagung? Aku tidak berani memikirkan bagaimana pandangan orang-orang terhadapku setelah mengetahui ini.

"Aku memang tidak berguna. Tetangga-tetangga pasti sudah membicarakanku, 'kan, Bu? Ibu pasti malu. Lebih baik aku pergi saja dari sini," ucapku sepulang ibu berbelanja. Saat di teras rumah tadi, aku sempat mendengar beberapa warga yang lewat berbisik-bisik mempertanyakan kepergian suami yang baru saja menikahiku.

"Ibu tidak malu, Nak. Kamu tidak bersalah. Lebih baik kamu fokus menata masa depanmu, tidak usah mendengarkan kata orang." Ibu menghiburku dengan tulus.

"Apa aku masih punya masa depan, Bu? Mas Bayu sudah menghancurkan semuanya. Tidak ada yang tersisa. Bahkan aku sudah meninggalkan pekerjaanku demi menuruti kata-katanya." Goyah sudah pertahananku. Akhirnya menangis juga aku di hadapan ibu.

"Hai …. Anak ibu tidak boleh putus asa. Kamu harus semangat. Memangnya apa yang sudah dilakukan putriku sampai masa depannya hancur? Kau tidak melakukan dosa besar, 'kan? Kau berhak bahagia, Naina." Ibu memeluk dan menguatkan aku.

Ibu benar, aku tidak boleh terlalu lama tenggelam dalam keterpurukan. Tiga hari, waktu yang cukup untuk aku menata hati. Meski rasanya masih sakit, tapi aku harus bangkit. Aku harus melanjutkan hidup meski tanpa Mas Bayu.

Kenangan bersama Mas Bayu masih begitu melekat di hatiku. Mas Bayu adalah pria yang mengejar-ngejar aku sejak pertama kali dia melihatku di tempat aku bekerja. Dia bahkan menolak beberapa wanita demi mendapatkan aku.

Aku, wanita yang tidak mudah ditaklukkan. Bukan karena dia tidak tampan, tapi karena saat itu masih ada seseorang yang aku sukai.

Mas Bayu tidak mudah menyerah. Tahu tidak mendapatkan hatiku, dia mulai mendekati orang tuaku.

"Terimalah lamaran Bayu, Nak. Dia anak baik. Umur Bapakmu ini mungkin tidak lagi panjang," pinta bapak kepadaku.

"Nak Bayu akan menjagamu setelah kepergian bapak. Benar, 'kan, Nak Bayu?" tanya bapak penuh harap 

Mas Bayu pun menjawab pertanyaan bapak dengan anggukan pasti.

"Berjanjilah kau akan menjaga Naina setelah kepergianku. Dia anakku satu-satunya. Kau akan mencintainya seperti aku mencintainya, 'kan?" pinta bapak kepada Mas Bayu.

"Bapak bicara apa? Bapak tidak boleh pergi. Bapak tidak boleh meninggalkan Naina," ujarku sembari berlari masuk ke dalam rumah, meninggalkan mereka berdua di teras rumah.

Demi bapak, aku akhirnya menerima lamaran Mas Bayu. Awalnya aku memang terpaksa, tetapi karena kegigihan Mas Bayu, hatiku luluh juga. Aku mulai mencintainya.

Enam bulan setelah kami bertunangan, kondisi bapak mulai kritis. Berkali-kali bapak mendesak Mas Bayu untuk mempercepat pernikahan kami. Namun, jangankan menikahiku, menjenguk bapak pun dia tidak pernah.

"Aku sedang dipromosikan untuk naik jabatan, Naina. Aku tidak bisa meninggalkan pekerjaanku. Setelah pekerjaanku selesai, secepatnya aku akan ke sana untuk menjenguk bapak." Janjinya kala itu. Namun, sampai bapak tutup usia, Mas Bayu tidak kunjung datang.

Mas Bayu akhirnya datang saat acara pemakaman bapak. Kami memutuskan untuk tidak merubah rencana awal. Pernikahan kami dilakukan sekitar lima bulan sepeninggal bapak.

Sekarang aku berada di pusara bapak. Seminggu sebelum menikah, aku dan Mas Bayu datang ke sini untuk meminta restu. Seharusnya hari ini kami datang sebagai suami istri. Namun, hari ini aku datang sendirian sebagai seorang janda. Bapak pasti sangat sedih.

"Bapak, maafkan Naina. Naina sudah gagal mempertahankan pernikahan Naina. Naina sudah melanggar janji Naina kepada bapak untuk hidup bahagia bersama Mas Bayu." Aku tidak bisa menahan tangis di atas pusara bapak.

Pulang dari berziarah, aku sengaja lewat rumah orang tua Mas Bayu yang letaknya tidak terlalu jauh dari rumahku. Rumahku dan Mas Bayu masih berada dalam satu kota. Entah angin apa yang membawaku ingin ke sana.

Aku tidak menyangka masih terpasang janur kuning di depan rumah orang tua Mas Bayu. Seharusnya besok aku ke rumah ini untuk melakukan prosesi ngunduh mantu. Semua rencana sudah berantakan, tapi mengapa janur kuning itu masih terpasang?

"Naina!" Seorang tetangga berlari menghampiriku sambil memanggil-manggil namaku. Memberiku kode untuk menghentikan laju motor yang aku kendarai.

Dia seorang ibu paruh baya, pemilik warung kelontong yang lumayan besar di kampung ini. Ibu Lisa namanya. Aku mengenalnya karena kebetulan Bu Lisa memiliki kerabat di dekat rumahku.

Bu Lisa berusaha mengatur napasnya yang ngos-ngosan, lalu berkata, "Apa kamu sudah mendengar, Na? Besok Bayu akan menikah." 

Related chapters

  • DICERAI SETELAH MALAM PERTAMA   Sudah Tidak Perawan

    "Apa? Mas Bayu akan menikah? Maksud Bu Lisa, Mas Bayu akan menikah dengan wanita lain?" tanyaku terkejut."Iya, Na. Apa kamu tidak akan hadir? Kalau aku jadi kamu, aku akan datang dan merusak acaranya," ucap Bu Lisa sambil menyeka keringat yang mengalir di dahinya."Kenapa begitu, Bu? Aku tidak akan melakukan itu," ujarku sembari bersiap melajukan motor."Hei! Tunggu! Kamu harus tahu apa yang dilakukan keluarga Bayu. Mereka bilang Bayu meninggalkanmu karena kamu sudah tidak perawan. Berita itu sudah tersebar di kampung ini. Apa kamu tetap akan diam saja?" tanya Bu Lisa sambil memicingkan mata.Hatiku terasa seperti diremas oleh tangan yang keras. Rasanya sakit sekali. Apakah benar keluarga Mas Bayu melakukan itu?"Apa kamu ta

    Last Updated : 2021-09-21
  • DICERAI SETELAH MALAM PERTAMA   Menggagalkan Pernikahan

    Keesokan harinya, pagi-pagi sekali aku sudah berpakaian rapi dan siap untuk meninggalkan rumah. Hari ini aku berencana untuk menggagalkan pernikahan Mas Bayu. Aku tidak ingin melihat Mas Bayu bahagia setelah apa yang sudah dia lakukan terhadapku. Calon istri Mas Bayu pasti akan berterimakasih padaku. Aku yakin, wanita mana pun akan menyesal telah menikah dengan laki-laki seperti Mas Bayu.Aku menghentikan motor di depan rumah orang tua Mas Bayu. Aku yakin, mereka akan melangsungkan akad nikah di rumah sebelum berangkat ke gedung pernikahan. Namun, mengapa rumah pengantin ini begitu sepi?“Untuk apa kamu ke sini, Naina? Kemarin kamu bilang tidak akan datang,” Bu Lisa menepuk punggungku. Heran juga aku dibuatnya, kenapa orang ini bisa tiba-tiba muncul.“Aku berubah pikiran, Bu. Aku ingin member

    Last Updated : 2021-09-21
  • DICERAI SETELAH MALAM PERTAMA   Meminta Mahar Kembali

    "Kamu benar, seharusnya aku tidak berteriak-teriak seperti tadi. Itu malah mempermalukan diriku sendiri," ucapku sembari mengacak-acak rambutku."Bukankah tadi kamu bilang tidak malu?" Thalia bertanya dengan heran.Aku tidak ingin menjawab pertanyaan Thalia kali ini. Aku sendiri heran, mengapa tadi aku seberani itu? Apakah amarah bisa membuat seseorang melupakan rasa malu?Rasa malu itu merambat dan menjalar ke seluruh tubuhku begitu Thalia menunjukkan seseorang kepadaku.Aku bertopang dagu sambil menundukkan kepala. Ingatanku melayang pada sosok lelaki tampan yang duduk sebagai tamu undangan. Jika Thalia tidak memberi tahuku, aku tidak akan menyadari kehadirannya.Hyuga Al Barra, Lelaki yang mengenakan pakaian rapi dan terli

    Last Updated : 2021-09-21
  • DICERAI SETELAH MALAM PERTAMA   Wawancara Menegangkan

    “Syarat pertama, sampaikan pada Mas Bayu untuk segera mengurus surat perceraian di pengadilan,” ucapku sambil mengambil buku nikah di dalam tas kemudian menyerahkannya kepada mantan mertua.“Apa? Syarat pertama? Memangnya ada berapa syarat lagi?” tanya Bu Sara dengan mata terbelalak.“Kenapa, Bu? Bukankah ini syarat yang sangat mudah? Dan memang sudah seharusnya Mas Bayu mengurusnya.”“Baiklah, nanti akan saya sampaikan kepada Bayu untuk segera mengurusnya. Lalu apa syarat kedua?” tanya Bu Sara tidak sabar.“Sabar, Ibu! Kenapa harus buru-buru? Syarat kedua menyusul. Aku akan mengatakannya setelah syarat pertama terpenuhi,” lanjutku.Akhirnya aku bisa merebahkan diri

    Last Updated : 2021-09-21
  • DICERAI SETELAH MALAM PERTAMA   Merusak Hari Penting

    "Maksudmu, kamu meminta kembali mahar yang sudah kamu berikan padaku?" tanyaku pada Mas Bayu. "Tentu saja kau harus mengembalikan mahar itu," jawabnya tanpa ragu. Mas Bayu berhenti bicara sejenak untuk mengambil napas. Tidak ada rasa bersalah sedikitpun di antara perkataanya. Semua diucapkan dengan yakin. Seharusnya dia malu mengatakan semua itu. Meminta kembali mahar yang sudah dia berikan, setelah apa yang sudah dia lakukan kepadaku. Seperti mencabik harga dirinya sendiri. "Anggap saja pernikahan kita tidak pernah ada," lanjutnya. Jantungku terasa diremas mendengar ucapan Mas Bayu. Bagaimana dia bisa mengatakan itu? Apakah aku begitu buruk sehingga dia tidak ingin mengakui pernah menikah denganku?

    Last Updated : 2021-09-21
  • DICERAI SETELAH MALAM PERTAMA   Sekantor Dengan Mantan

    "Aku menjauhimu karena kamu bertunangan dengan Bayu." Thalia menghentikan perkataannya sejenak untuk mengambil napas."Aku kecewa, Na. Aku sudah berkali-kali bilang bahwa Bayu tidak baik untukmu, tapi kamu tidak pernah mendengarkan aku. Bahkan, tiba-tiba saja kamu bertunangan dengan Bayu tanpa memberitahuku. Jadi waktu itu, aku pikir untuk apa lagi kita berteman?" lanjutnya kemudian."Maafkan aku, Tha," pintaku pada Thalia. Aku merasa bersalah karena sudah keliru menilai dirinya. Aku juga merasa bersalah karena tidak pernah mendengarkannya waktu itu."Aku yang bersalah, Na. Aku baru tahu kalau kamu bertunangan dengan Bayu atas keinginan bapakmu. Seharusnya aku tetap berteman denganmu apa pun yang terjadi. Ke depannya, tidak peduli kamu akan menikah dengan siapa, aku akan tetap berteman denganmu," ujar Thalia sembari

    Last Updated : 2021-09-22
  • DICERAI SETELAH MALAM PERTAMA   Buket Bunga Misterius

    "Thalia? Kamu mengagetkanku saja." Aku melihat Thalia sudah tersenyum di belakangku. Kami berjalan beriringan menuju gedung kantor."Selamat ya, Nania! Akhirnya kamu diterima juga. Ngomong-ngomong, aku tidak lupa dengan janjimu mentraktirku," ujar Thalia sambil mengulurkan tangannya dan tersenyum menggodaku."Aku mau bakso, sate ayam, gado-gado, mie pangsit …. " Thalia melanjutkan perkataannya sebelum aku menjawabnya."Sebutkan saja semua, sudah kuduga kamu pasti paling bersemangat kalau soal makanan." Aku memotong perkataan Thalia sebelum dia berhasil menyebutkan semua nama makanan yang ada di kota ini."Ya, kalau gak boleh semua, kamu boleh pilih salah satu. Lagi pula mana mungkin perutku cukup untuk memakan semua itu," ujarnya sambil cengar-cengir memperl

    Last Updated : 2021-09-23
  • DICERAI SETELAH MALAM PERTAMA   Membuat Menunggu

    Melihat Sinta duduk di teras rumah, aku bergegas berputar, berjalan ke arah lain. Bermaksud untuk masuk ke dalam rumah lewat pintu belakang. Semoga saja Sinta tidak melihatku. Rasanya tulang-tulangku sudah remuk dan otakku hampir mengeluarkan asap panas akibat bekerja seharian. Aku ingin segera beristirahat. Rasanya sudah tidak sanggup menemui Sinta dalam kondisi lelah seperti ini. Bekerja sebagai customer service ternyata tidak mudah. Seharian harus bersikap ramah dan mengembangkan senyum kepada para pelanggan meskipun suasana hati sedang tidak mendukung untuk itu. Ditambah lagi beberapa pelanggan yang marah-marah tidak jelas membuatku semakin kesal. Aku jadi teringat dengan salah satu pelanggan perempuan yang sedang memiliki masalah percintaan. Dia menelepon sambil menangis, lalu berkata, "Saya mau mengembalika

    Last Updated : 2021-09-23

Latest chapter

  • DICERAI SETELAH MALAM PERTAMA   End

    Acara pernikahanku dan Hyuga akan segera dilaksanakan. Pasti saat ini orang-orang sedsng sibuk mendekorasi gedung pernikahan, sementara aku masih berada di rumah bersama beberapa perias. Seorang perias sedang serius merias wajahku, dan beberapa perias lainnya mempersiapkan pakaian untukku. Setelah selesai berhias, aku berdiri di depan kaca rias. Memandang wajah cantik yang terpantul di kaca rias. Aku yakin, wajah ini pasti membuat semua orang pangling. Aku sendiri tidak mengenali wajah ini saat pertama melihatnya di kaca. Sebuah mobil putih berhias pita dan bunga mengantarku ke gedung pernikahan. Aku berangkat bersama ibu, sementara Hyugo sudah menunggu di gedung. Rencananya, akad nikah akan dilaksanakan di gedung pernikahan yang berada di aula masjid besar kota kami. Betapa terkejutnya aku ketika melihat Sinta juga berdandan cantik dengan mengenakan baju pengantin. Dia turun dari mobil yang berhenti tepat di depan gedung pernikahan. "Ibu duluan saja. Aku akan menyusul nanti," uca

  • DICERAI SETELAH MALAM PERTAMA   Pecahan Kaca

    Aku mengendap-endap mendekati mobil Sinta. Kubuka pintu mobil yang ternyata tidak terkunci. Dengan cepat aku masuk ke dalam mobil dan bersembunyi di jok kursi belakang. Malam ini, aku harus sampai rumah, karena esok hari adalah acara pernikahanku. Aku tidak ingin pernikahanku dengan Hyuga gagal karena calon pengantin wanita yang menghilang.Aku mengambil ponsel dari tas. Kunyalakan ponsel untuk menghubungi Hyuga. Sialnya, ponselku mati dan aku tidak membawa charger.Kulihat Sinta ke luar dari bangunan. Gegas aku berjongkok di bawah kursi dan merundukkan kepala agar tidak ketahuan oleh Sinta. Jika tertangkap olehnya, aku takut dia tidak akan melepaskanku kali ini."Pernah itu sudah berhasil menyekap Naina, Ma. Rencana kita berhasil. Aku tidak perlu meneror wanita itu lagi. Sekarang kita siapkan rencana selanjutnya." Sinta berbicara ditelepon dengan seseorang.Untung saja, Sinta tidak mengetahui jika aku sudah meninggalkan bangunan kosong itu. Mungkin lelak

  • DICERAI SETELAH MALAM PERTAMA   Lepaskan

    "Makanlah, Nona. Aku akan menyuapimu." Lelaki gempal itu kembali masuk ke ruangan dengan sebungkus makanan. Dia membuka bungkusan berisi nasi dengan lauk seadanya dan menyuapkannya kepadaku."Tidak! Lepaskan tanganku. Aku akan makan sendiri," elakku sembari memalingkan muka darinya. Mengacuhkan suapan nasi di depanku."Ayolah cepat makan. Aku tidak ingin kamu mati kelaparan di sini," bujuknya."Siapa yang menyuruhmu melakukan semua ini? Siapa yang memerintahkanmu untuk menculikku?" tanyaku penasaran. Aku menatap tajam pria itu. Menunggu jawaban keluar dari mulutnya."Apa aku perlu menjawab pertanyaanmu? Cepatlah makan agar tugasku cepat selesai," paksanya."Kenapa memberiku makan? Kenapa kamu tidak membiarkan aku mati saja di sini?" protesku."Kalau aku mau, aku bisa saja membunuhmu sejak tadi." Lelaki gempal itu mendekatkan wajah dan melotot menakutiku."Bunuh saja. Aku tidak takut." Aku mendongakkan kepala menantangnya.

  • DICERAI SETELAH MALAM PERTAMA   Tolong

    "Hallo!" Meski agak kesal, kuberanikan diri menjawab telepon dari nomer yang belakangan ini menerorku. Aku sangat penasaran siapa dia sebenarnya. Namun, lagi-lagi telepon dimatikan."Coba aku lihat nomernya, Na. Mungkin saja aku mengetahui itu nomer siapa," cetus Thalia.Aku memberikan ponselku pada Thalia. Dia bergegas mencari nomer peneror itu di ponselnya. Kosong. Thalia tidak menemukan nomer yang dimaksud di kontak ponselnya."Enggak mungkin juga dia memakai nomer asli, Thalia. Mungkin dia sengaja menyembunyikan identitasnya biar aku tidak mengetahuinya." Aku mengambil ponselku dari Thalia dan memasukkannya ke dalam tas.Saat hari mulai sore, aku berpamitan pada Thalia untuk pulang. Mobil warna hitam berhenti tepat di depan rumah Thalia dan aku segera berlari masuk ke dalam mobil itu.Mobil hitam itu melaju kencang membelah jalanan kota. Aku sengaja memesan mobil itu lewat applikasi online. Namun, entah mengapa aku merasakan gelagat aneh dari d

  • DICERAI SETELAH MALAM PERTAMA   Merelakan

    Aku dalam perjalanan untuk menemui Thalia. Setelah sekian lama, akhirnya dia memberitahuku tempat tinggalnya yang baru. Semalam aku sudah berjanji untuk mengunjunginya sepulang bekerja."Pergi! Jangan pernah datang lagi. Selama ini hubungan kita hanya pura-pura. Jadi jangan pernah kamu bermimpi untuk mendapatkan hatiku!" Aku mendengar suara Thalia berteriak saat aku baru saja turun dari mobil. Hyuga meminjamiku mobil sekaligus sopir pribadinya saat aku berpamitan hendak menemui Thalia. Dia sendiri tidak bisa menemaniku karena masih ada yang harus dikerjakannya di kantor.Aku berjalan cepat memasuki sebuah teras rumah. Kudapati si jabrik ke luar dari rumah disusul dengan suara pintu yang ditutup dengan keras.Aku mengerutkan kening memandang si jabrik. Dia tidak menghiraukan kehadiranku dan langsung berjalan menjauh."Thalia! Apa kamu di dalam?" Segera kuketuk pintu setelah kupastikan si jabrik telah pergi dengan mengendarai motor sport warna merah.

  • DICERAI SETELAH MALAM PERTAMA   Gaun Pengantin

    Hari ini aku ada janji untuk pergi bersama Hyuga. Kami akan memilih gaun pengantin. Kami tidak sendiri karena ibuku dan ibu Mas Hyuga juga ikut."Apa kebaya ini tidak terlalu mahal?" tanya ibu setelah seorang penjaga butik menyebutkan harga dari kebaya pengantin yang dipilih oleh Bu Hanin."Apa kita pindah ke butik lain saja? Atau kita bisa membeli kainnya saja biar aku menjahitnya sendiri," kata ibu lagi, ragu-ragu.Bu Hanin tersenyum, membentangkan kebaya brukat lengan panjang yang dia pilih di depanku, lalu berkata, "Kebaya ini sangat cocok dipakai Naina. Soal harga tidak jadi masalah bagi keluarga Al-Barra. Pesta pernikahan Hyuga nanti akan mengundang orang-orang penting. Aku ingin mempelai wanita terlihat paling cantik di sana."Bu Hanin mempersilakan agar aku mencoba kebaya yang dia pilih. Aku mengangguk sambil menerima kebaya itu dan membawanya ke ruang ganti.Kebaya warna merah dengan bawahan yang terjuntai hingga lantai. Seorang wani

  • DICERAI SETELAH MALAM PERTAMA   Berhadapan Denganku

    Hari ini aku pulang bekerja dengan perasaan yang tidak tenang. Meski aku tidak takut dengan pesan teror dan ancaman itu, tetap saja hatiku was-was karena ada orang yang tidak menyukai hubunganku dengan Hyuga.Di teras rumah, kulihat Mas Bayu duduk bersama Bu Sara dan juga ibu. Aku segera berlari kecil menghampiri mereka untuk mengetahui maksud kedatangan mereka."Kau sudah pulang, Duduklah!" titah ibu sambil menepuk kursi kosong di sebelahnya."Ada apa ini?" tanyaku tanpa basa-basi setelah aku duduk. Aku melirik ke arah Mas Bayu dan Bu Sara."Kedatangan kami ke sini karena ada hal yang ingin kami bicarakan kepadamu," ujar Bu Sara sambil menyentuh tangan yang kuletakkan do atas meja."Naina, sekali lagi aku mohon kepadamu. Kembalilah kepadaku. Aku minta maaf dengan apa yang terjadi pada kita dahulu. Sekarang aku sadar, kecantikan bukanlah segalanya. Aku mencintaimu apa adanya, Naina," kata Mas Bayu panjang lebar."Sudah terlambat,

  • DICERAI SETELAH MALAM PERTAMA   Pesan Teror

    "Ayo cepat buka saja amplop itu, Na. Siapa tahu surat cinta dari Pak Bos," ucap Hanifah sambil terkikik.Aku kembali menutup mulut Hanifah dengan telapak tanganku dan menyuruhnya diam. Hanifah menangkis telapak tanganku. Dia tersenyum jail lalu kembali ke kursinya.Aku kembali menatap amplop coklat itu, pelan-pelan kusobek ujungnya. Terlihat beberapa kertas di dalamnya. Sepertinya memang sebuah surat.Aku keluarkan isi amplop itu. Sebuah surat dan beberapa foto membuat netraku terbuka lebar. Kuletakkan beberapa foto itu di atas meja dan aku mulai membaca sebuah surat."Batalkan pertunanganmu dengan Hyuga, atau aku akan mengirimkan foto-foto ini kepadanya!" Sebuah kertas berisi kalimat singkat membuat mataku tidak berkedip saat membacanya."Apa ini? Dia mengancamku? Siapa yang mengirimkan surat ancaman ini kepadaku?" Aku bertanya dalam hati. Kemudian kulihat satu per satu foto yang berserakan di atas meja.Mataku kembali terbelalak meli

  • DICERAI SETELAH MALAM PERTAMA   Amplop Mencurigakan

    "Pipimu merah sekali," ujar Hanifah sambil terkekeh. Matanya menyipit memandangku. Dia tidak berhenti tersenyum jail."Apa lihat-lihat," jawabku sambil memanyunkan bibir. Berpura-pura merajuk."Ups, maaf boss!" serunya sambil memasang sikap hormat."Ciye, yang sebentar lagi menjadi istri bos," lanjutnya sambil mengedipkan mata.Aku mengedarkan pandangan kemudian memberikan kode pada Hanifah agar diam. Berharap semoga tidak ada yang mendengarkan ucapan Hanifah barusan.Para rekan kerjaku di kantor belum mengetahui tentang pertunanganku dengan Hyuga. Bahkan mereka juga belum mengetahui bahwa boss baru mereka adalah Hyuga.Aku dan Mas Hyuga sengaja merahasiakan ini. Hanya keluarga dan teman dekat yang menghadiri acara pertunangan kemarin. Biarlah mereka semua nanti akan mengetahui saat acara pernikahan kami."Apa? Siapa yang akan menjadi istri bos? Jangan mimpi!" seru Laelia sambil berjalan dan melirikku sinis.Aku berusaha menaha

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status