Selamat membaca!*****Pagi ini Hasna mendapat panggilan ke kantor polisi untuk dimintai keterangan, ia pergi diantar Puspa, sampai di sana ia langsung memaparkan kronologis kejadian, Yuta pun turut hadir sebagai saksi mata.Walhasil Siska dan Toha terancam hukuman penjara seumur hidup, sesuai pasal 340 KUHP. Toha sudah melakukan upaya menyewa pengacara, tetapi semua bukti memberatkannya, terutama sidik jari pada gagang pisau yang digunakan Siska untuk menusuk Hasna.Mereka digiring ke dalam sel yang terletak berdekatan, Toha menatap Siska penuh kebencian di balik jeruji, sedang wanita itu tampak santai dengan pakaian oranye khas tawanan, ia bersedekap kepuasan memancar dari wajahnya melihat Toha ikut menderita."Jalang! Kenapa kau melakukan ini padaku? Katakan!" teriaknya. Siska meringis, ia memegang telinganya."Psssst! Diam! Kau bisa merusak gendang telingaku," ucap Siska tersenyum mengejek. "Aku melakukan ini karena cinta, Sayang," ucapnya lagi, sedangkan Toha melongo tak percaya,
Selamat membaca!*****Di rumahnya, Rusni dan Rita mondar-mandir tak tenang, bagaimana tidak, sudah beberapa hari ini Toha atau Siska tak ada yang pulang pun mengabari mereka, sedangkan uang dan persediaan bahan makanan sudah menipis, selama ini hidup mereka terlalu senang ditanggung oleh Toha dan Siska."Bagaimana ini, Bu? Mau makan apa kita?" tanya Rita kelimpungan, Rusni mengembuskan napas gusar."Ibu juga nggak tau, Rit," sahut Rusni dengan alis menaut heran, ke mana kiranya anak dan menantu kesayangannya pergi? Di tengah kebingungan, terdengar telepon rumah berbunyi, gegas Rita mengangkatnya, berharap itu adalah Siska atau pun Toha."Halo!" ucap Rita bersemangat."Apa?" pekiknya tiba-tiba setelah mendengar berita di seberang sana, wanita berkulit kecokelatan itu terperangah lalu tubuhnya luruh di sofa dengan tatapan nanar."Ada apa, Rita?" tanya Rusni mulai tak tenang. Tak mendapat reaksi berarti dari Rita, secepat kilat ia menyambar gagang telepon, kemudian menanyakan apa yang t
Selamat membaca!*****Waktu terus berlalu, Toha dan Siska resmi mendekam di penjara. Kini Hasna sedang menunggu hari bahagianya datang, pesta meriah yang akan terlaksana sudah dipersiapkan jauh-jauh hari, Yuta mengurus semua dengan baik dibantu Bagaskara.Pagi itu ketika matahari mulai merambat naik, Yuta menghubungi calon istrinya, dia akan mengajak Hasna fitting baju hari ini.[Bersiaplah, setengah jam lagi kita berangkat,] tuturnya saat panggilan terhubung."Ke mana?" tanya Hasna bingung, pasalnya lelaki itu tak pernah memberitahu sebelumnya, dia selalu to the point menanggapi semua masalah tanpa bertele-tele.[Fitting baju,] sahut pria itu singkat."Baiklah," sahutnya menurut, selanjutnya panggilan pun terputus. Hasna menghela napas besar, "Kenapa semua jadi sesukanya? Haaahh! Menyebalkan sekali, padahal aku ingin merancang sendiri gaun pernikahan itu," gumamnya seraya beranjak bangkit.Di ruang tengah tampak Rani dan Handoko sedang mengisi surat undangan untuk beberapa kerabat d
Selamat membaca!*****Setelah acara makan-makan, Hasna diantar pulang oleh Yuta, pria itu merasa lega sudah menyampaikan maksudnya. Hasna tak banyak membantah, dia hanya bilang akan mempertimbangkan usulan yang lebih mirip perintah dari lelaki itu.Sesampai di rumah, Hasna turun dari mobil setelah dibukakan pintu oleh Yuta. Kini ia harus terbiasa dengan ritual buka pintu itu, si calon suami memintanya untuk tetap duduk sebelum dia membukakan pintu. Hasna berdiri berhadapan dengan prianya."Kamu ... mau masuk dulu?" tanyanya ragu, walau pun mereka sudah akan menikah, tetapi kecanggungan itu tetap mendominasi ketika mereka bersama."Tidak usah, aku masih ada pekerjaan setelah ini," sahut Yuta seraya melirik jam tangannya. Hasna mengangguk paham, detik selanjutnya Bugatti mewah itu meluncur pergi meninggalkan halaman rumah Hasna.Sepeninggal Yuta, wanita berhijab itu segera memasuki rumah, di dalam sana Rani sudah menunggunya dengan Alya di pangkuan. Hasna segera mendekat, mengambil ali
Selamat membaca!*****Keesokan harinya Rusni dan Rita pergi menemui Bu Rosana yang digadang-gadang bisa melipat gandakan uang oleh mereka. Rita tak sabar menunggu, ia mendesak sang ibu untuk segera pergi hari itu juga.Tiba di rumah Rosana, mereka segera dipersilakan masuk, rumah besar bergaya modern dengan pilar-pilar menjulang. halamannya tampak luas dengan berbagai tanaman hias aglonema. Bagian dalam rumah di isi perabotan mewah yang didominasi warna gold."Silakan duduk, Bu Rusni, Rita!" seru Rosana seraya berlalu ke belakang. Ibu dan anak itu pun menduduki sofa berukir itu, tangan mereka mengusap materialnya yang empuk, dua pasang netra memindai seluruh penjuru rumah mewah yang mereka datangi, semakin bertambahlah keyakinan keduanya pada sosok Rosana yang baru dua hari dikenal Rusni."Bu, rumah ini besar sekali, mewah lagi," ucap Rita menatap ibunya. Rusni tersenyum bangga."Apa juga kata ibu, Rit! Kamu sih, nggak percaya," sahut wanita paruh baya itu ikut menyorot segala penjur
Selamat membaca!*****Keesokan harinya, Rusni mengantar uang itu ditemani Rita, mereka menjual mobil dan seluruh aset yang sudah terkumpul dengan kerja keras Toha selama ini, termasuk sertifikat rumah mereka gadaikan untuk mengumpulkan uang lebih banyak. Semakin banyak setoran, semakin banyak pula uang yang digandakan, pikir mereka.Tanpa menunggu lama, taksi yang mereka tumpangi melaju ke rumah Rosana, sesampainya dengan tergesa mereka masuk, tak sabar ingin menyerahkan satu tas besar uang ratusan juta itu pada Rosana."Cepat, Rit!" serunya mendekap tas berisi gepok rupiah itu dengan erat."Sabar, Bu! Kenapa buru-buru banget, sih!" ucap Rita kewalahan mengikuti langkah ibunya, halaman rumah yang luas agak sedikit jauh dari gerbang utama, walhasil mereka harus mengitari halaman lumayan lama."Sabar-sabar, kamu ini! Semakin cepat uang ini sampai di tangan Bu Rosana, semakin cepat digandakan, dan ... kamu tau artinya apa? Semakin cepat kita jadi miliuner, Sayang!" pekik wanita paruh ba
Selamat membaca!*****Setelah dari kafe itu, Hasna lebih sering termenung, entah kenapa ia merasa sangat penasaran dengan Selena, kini ia menunggu informasi dari Puspa tentang identitas wanita itu dan apa hubungannya dengan Yuta.Dan seperti keinginannya, Puspa menghubungi wanita itu keesokan harinya, mereka sepakat bertemu bertiga dengan Arya, Puspa sengaja mengajak kekasihnya itu agar Hasna lebih puas menanyakan langsung pada pria itu.Hasna langsung berangkat tatkala Puspa mengirimkan lokasinya, ia menitipkan Alya pada Rani, beralasan ada hal penting yang harus di urusnya, ia sengaja tak memberi tahukan yang sebenarnya, takut sang ibu salah paham dan kepikiran."Hati-hati, Sayang! Besok adalah hari pernikahanmu, jaga diri baik-baik," ucap Rani mengingatkan, Hasna mengangguk seraya tersenyum lantas meraih tangan sang ibu, menciumnya takzim.———Setibanya di kafe tempat biasa bertemu Puspa, Hasna langsung masuk, netranya menyapu seluruh bagian dan meja, ia melihat lambaian tangan Pu
Selamat membaca!*****"Ananda Yuta Bima Prasetya, saya nikahkan dan kawinkan kamu dengan Hasna Anandita binti Handoko dengan mas kawin seperangkat alat shalat dan emas seberat tujuh ratus gram dibayar tunai.""Saya terima nikah dan kawinnya Hasna Anandita binti Handoko dengan mas kawin tersebut tunai.""Bagaimana saksi? Sah?""Sah!" Iringan doa untuk kedua mempelai menggema memenuhi aula, Hasna menitikkan air mata, suara lantang lelakinya tatkala mengucapkan ijab kabul membuatnya terharu.Dia dituntun hingga tiba di samping suaminya, mereka menandatangani surat nikah. Jari manis Hasna dipasangkan cincin sebagai tanda serah terima mahar, pergelangan tangannya juga dilingkari gelang emas nan indah, wanita berhijab itu meraih tangan Yuta kemudian menciumnya takzim. Pria itu membacakan doa sembari menyentuh kepala sang istri."Cium keningnya!" seru teman-teman Yuta. Wajah keduanya memanas, terlebih Hasna, ia masih malu dengan pria yang baru dikenalnya beberapa bulan terakhir. Yuta menye