Masyarakat biasa tidak akan pernah tahu ataupun paham, kehidupan masyarakat kalangan atas yang melakukan hal di luar nalar. Seperti saling menjatuhkan.
Rezeki itu diberikan oleh Tuhan, kita tinggal menunggu dan berusaha. Itulah motto mereka. Berusaha, menunggu, kecewa, berusaha, menunggu lagi. Begitu terus sampai mereka lelah.
Berbeda dengan masyarakat kalangan atas yang lebih suka menjatuhkan orang lain demi alasan pribadi, daripada hanya menunggu kejatuhan.
Kejam? Memang! Tapi dengan begitu, bisa menghasilkan uang dan banyak pihak mendapat keuntungan.
Jika Marta bisa bantu menaikan posisi suaminya, tentu dia mendapat keuntungan, terlepas dari perselingkuhan yang mereka berdua lakukan, toh sudah punya tabungan masa depan yang akan mengurus mereka ketika tua, yaitu anak-anak.
Di samping itu, Marta juga gerah melihat sifat sombong si Vivi yang terlihat tidak mau berteman dengan siapa pun kecuali circle-nya. "Kita lihat saja, bagaimana si sombong itu akan bertekuk lutut dan meminta maaf."
Marta tidak tahu langkahnya diawasi oleh orang yang paling dibenci, Vivi.
Vivi yang berdiri di depan cermin, mendengar laporan Choky mengenai kunjungan Marta di penjara tempat Cefrilizia.
"Saya yakin, dia akan berusaha membebaskan wanita penggoda itu. Nyonya, apakah anda tidak memberikan hukuman untuk wanita tua itu?"
Alih-alih memikirkan Marta yang berkunjung ke penjara, Vivi masih memikirkan alasan Marta memakai Tommy.
"Choky."
"Ya?"
"Apakah masuk akal menggunakan pria tua untuk pelampiasan?"
"Ya?" Choky masih belum paham maksud atasannya.
"Kenapa Marta masih menggunakan Tommy? Untuk pelampiasan? Bukankah itu alasan bodoh?"
"Anda bertanya pun, saya tidak akan pernah paham jalan pikiran orang kaya, Nyonya."
"Aku masih penasaran."
"Apakah anda ingin saya mencari informasi tentang ini juga?"
Vivi balik badan dan menatap lurus Choky. "Bolehkah?"
"Tidak masalah."
Vivi tersenyum dan kembali menatap cermin. "Hm, baguslah."
Choky menghela napas lega. Entah kenapa atasannya satu ini berubah, seolah bukan Vivi yang sebelumnya. "Nyonya."
"Hm?"
"Jika saya melakukan kesalahan, tolong bicara sekarang saja. Anda tahu otak saya kapasitasnya terbatas, jadi-"
Vivi melihat Choky dari cermin. "Tidak, mood aku memang jelek akhir-akhir ini."
Choky bertanya dengan hati-hati. "Lalu, apakah anda sedang hamil?"
Vivi memutar bola mata dengan kesal. "Kenapa semua orang mengaitkan aku dengan hamil?"
"Sifat ibu hamil bisa berubah karena hormon, tentu saja itu bukan kesalahan anda."
Vivi cemberut. "Aku hanya kesal, kenapa seolah semua masalah yang menimpa aku belum selesai? Mulai dari Rosalin, Cefrilizia lalu sekarang- Marta. Tidakkah mereka terlalu bosan pada kehidupan mereka sekarang hingga mengganggu kehidupan orang lain?"
Choky bingung. "Bagaimana dengan Nona muda, Tuan muda dan selingkuhannya? Mereka juga sempat mengganggu kehidupan anda."
"Benar, mereka melakukan kenakalan kecil untuk mengusir aku. Tapi mereka tidak bersikap keterlaluan seperti tiga wanita penggoda ini."
Choky jadi memikirkan nasib akhir dua diantara tiga wanita. "Apakah anda ingin menghukum wanita bernama Marta ini?"
Vivi tidak menjawab dan hanya tersenyum menatap cermin.
Choky jadi merinding melihatnya.
"Tahukah kamu, persamaan mereka bertiga apa?" Tanya Vivi.
"Apa itu, Nyonya?"
"Mereka bertiga adalah pelacur yang ingin mencapai kekayaan secara instan dan juga berusaha naik ke tempat tidur suamiku."
Choky memiringkan kepalanya dengan tidak paham. Untuk Rosalin dan Cefrilizia, dia tahu sepak terjang mereka berdua, lalu Marta? Marta sudah memiliki suami kaya raya, kenapa harus memanjat ke tempat tidur Tuan besar?
"Terkadang, Choky. Kamu harus belajar insting wanita."
"Ya, Nyonya. Tapi, jika Tuan ataupun Putra bertanya mengenai hal ini, saya akan menjawab jujur."
"Tidak masalah, biarkan mereka tahu."
Choky menghela napas panjang dan pamit keluar ruangan, setelah memastikan Vivi tidak membutuhkan dirinya.
***
"Iya- lagi, di sana!" Teriak Marta dengan ekstasi gembira.
Tommy berusaha keras menyenangkan Marta di atas tempat tidur. Uang sekarang bukan menjadi kendala, harga diri pun sudah lama jatuh sejak anak satu-satunya mencoreng nama baik.
Para pelayan di luar ruangan adalah orang-orang kepercayaan Marta, tidak ada yang berani bergosip atau cerita hal buruk.
Pinggul Tommy bergerak sambil memainkan inti bunga Marta.
Marta berteriak nikmat. "Aku akan keluar!" Teriaknya berulang.
Tommy mengeluarkan kejantanannya dengan cepat lalu menerima cairan cinta Marta.
Marta memang cantik, namun usianya lebih tua dari Reza lalu lebih muda dari Tommy dan suaminya.
Tommy yang memiliki citra playboy dan merugikan banyak perempuan berstatus rendah, sangat mirip dengan suami Marta.
Kadang kala Marta yang bersikap masa bodoh, kesal dengan ulah suaminya. Meskipun mereka berdua melakukan perjanjian untuk tidak ikut campur urusan masing-masing, tetap saja Marta merasa kesal.
Marta mendorong Tommy dan duduk di atasnya, lalu mereka berdua menyatu.
Tommy yang tidak tahan lagi, keluar di dalam dan berteriak nikmat.
Marta yang terkejut, menampar pipi Tommy. "SIAPA YANG MENYURUH KAMU KELUAR DI DALAM?!"
Tommy yang awalnya belum sadar karena terlalu nikmat, menjadi sadar karena pukulan Marta.
Marta yang marah menampar pipi Tommy, melampiaskan amarah dan membayangkan pria di tempat tidurnya sekarang adalah sang suami.
Tommy hanya menerima dan tidak membalas.
Kejam? Memang! Tapi inilah realitas jika ingin mencari kenyamanan dan kekayaan secara instan, tanpa harus mengorbankan siapa pun.
Mungkin, bisa dibilang menjadi pelacur jauh lebih baik daripada menjadi orang kaya instan berkat tumbal.
Tiba-tiba mahkota bunga tepat di depan wajah Tommy.
"Bersihkan!" Perintah Marta.
Tommy menuruti perintah Marta.
***
"Seorang wanita yang frustasi dan akhirnya meledak, merencanakan itu yang dianggap cerdas? Wow!" Tawa Arka begitu mendengar laporan Choky.
Perintah Vivi harus diketahui oleh Reza, begitu juga sebaliknya. Namun mereka berdua bertindak seolah-olah tidak tahu.
Arka yang lebih suka bermain di kantor sepupunya, menggoda pria itu. "Ternyata banyak rayap yang suka mendatangi kamu, memang cahaya selalu bisa bersinar di mana pun."
Reza yang duduk di kursinya, tidak menanggapi lelucon Arka. "Istriku tidak bertanya atau-"
Choky menghela napas. Memang suami dan istri memiliki sifat sama, bukannya fokus pada laporan, namun fokus ke hal lain. "Nyonya hanya penasaran dengan alasan nyonya Marta menggunakan Tommy sebagai pelampiasan."
"Dia tidak membahas soal pesta yang akan datang?" Tanya Reza.
Choky menggeleng pelan. "Tidak."
Arka yang duduk di sofa menjadi bingung. "Hm? Kenapa kamu mengkhawatirkan hal lain? Apakah tidak khawatir dengan rencana busuk Marta?"
Reza mengalihkan perhatiannya ke Arka. "Kamu kenal Marta?"
Arka menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Aku tidak terlalu kenal, tapi wanita itu sempat dibahas istriku. Dia wanita menyebalkan dan sok tahu, wanita tua itu juga kelakuannya hampir mirip dengan nenek."
Reza mendecak kesal. "Satu lagi orang menyusahkan muncul."
Arka tertawa. "Sudah aku bilang, mereka itu rayap."
Dua hari kemudian, Cefrilizia bertemu dengan Tommy, dia menjadi bingung melihat penampilan papanya yang seperti cassanova, persis dulu sebelum mereka jatuh. "Papa? Apakah Papa berhasil menarik investor lagi?" Tommy mengangguk. "Ya." Cefrilizia menghela napas lega. "Syukurlah, dengan begitu aku bisa keluar." "Tidak." Cefrilizia terkejut dengan jawaban cepat Tommy. "Apa?" "Papa tidak tahu kamu bisa keluar atau tidak dalam waktu cepat." Cefrilizia duduk di samping Tommy. "Kenapa? Apakah wanita ular itu campur tangan?" Tommy memijat keningnya dengan sedih. "Kamu harusnya bisa belajar dari kesalahan masa lalu." Cefrilizia tertawa konyol. "Papa bicara apa? Yang salah bukan aku, tapi dia. Lagipula Papa juga setuju aku merayu Reza, kan?" Tommy juga bersalah tapi terlalu malas mengakuinya, andai saja tidak terpengaruh dengan ucapan putrinya, mungkin saat ini dia bisa bebas di luar sana dan tidak terjebak dengan Marta. Hanya saja- Tommy menghela napas panjang. Cefrilizia menjadi bing
Marta mengerang sakit sekaligus nikmat ketika sang suami memencet keras kedua putingnya. "Ah!"Kepala Marta bersandar di tangan kanan sang suami, sementara kedua tangannya memegang erat suami."Henti- Ah!" Marta berteriak keras ketika suami memencet putingnya sekali lagi dengan sekuat tenaga.Semakin Marta meminta tolong untuk lepas, semakin kuat dan kasar perilaku sang suami."Ah, aku tidak pernah menyentuh tubuhmu lagi semenjak melahirkan anak kita.""Tidak, kita pernah melakukannya setelah aku melahirkan.""Benarkah?"Suami Marta membungkuk dan berbisik di telinga istrinya. "Jadi, rencana apa yang sedang dijalankan istri tercintaku ini."Marta menggeleng. "Tidak, aku-""Masih ingin berbohong?"Marta menggeleng."Jadi, bisakah kamu cerita semuanya kepadaku?"Marta menggeleng lagi.Suami Marta menarik kedua tangannya dari dada Marta.Marta menghela napas lega.Tidak lama, suami menarik rambut sang istri dan menyeretnya ke lantai dua.Marta berteriak kesakitan, namun tidak ada orang d
Marta sangat marah namun tidak berdaya, dia masih membutuhkan kehidupan dari suaminya. Mendapatkan kekerasan sekaligus pelecehan di atas tempat tidur, merasa dirinya sangat rendah. Tidak hanya itu, muncul memar di seluruh tubuhnya.Suami Marta tidak melontarkan kata cinta ataupun rayuan kepada dirinya, hanya mengeluarkan ancaman dan juga nafsu serta memuji bentuk tubuhnya yang sama seperti masa muda, serta kulitnya yang masih kenyal seperti wanita diusia dua puluhan.Selesai melakukan itu berkali-kali, sang suami turun dari tempat tidur dan pergi begitu saja.Marta masih mengingat kalimat suaminya, sebelum pergi.'Malam ini aku puas, nanti malam dan selanjutnya- aku akan pergi menemui kamu.'Marta merasa jijik. Pria tua dan mesum yang bisa bermain dengan siapa pun, menyentuh dirinya yang berharga ini.Dulu orang tua Marta menghargai kecantikannya dan memasang mahar tinggi, suami dan keluarganya pun memuji kecantikannya. Namun hanya
"Cefrilizia keluar dari penjara dan Burhan menjaminnya. Pria mesum itu bicara ke semua orang bahwa Cefrilizia tidak pantas masuk ke dalam penjara dan sudah belajar dengan kesalahan masa lalunya." Putra mulai melapor kepada Reza, setelah mendapat informasi masuk. "Apa yang akan anda lakukan sekarang?" "Kamu kira aku bisa ikut campur sekarang?" tanya Reza yang meletakan laporan itu di atas meja dengan kesal. "Jelas-jelas ini ulah Vivi." "Ya?" "Vivi yang menjebak dan melakukan itu semua, dan apakah istriku bisa membebaskan mereka dengan begitu mudah?" "Jika dipikir ulang- sepertinya tidak." "Memang, Vivi bukan tipe wanita yang bisa memaafkan orang lain dengan mudah. Aku aneh dengannya, padahal dia sedang menyiapkan pesta bersama Nina dan kenapa malah dia mau repot-repot melakukan hal itu?" Choky menggumam pelan. "Mungkin karena Nyonya bukan tipe wanita pemaaf." Putra memukul belakang kepala sambil tetap tersenyum profesional ke at
Cefrilizia melihat pigura foto di dalam kamar, setelah cerita dari hati ke hati dengan papanya. Dulu, Tommy terlihat kuat dan juga percaya diri, semua orang segan pada dia yang cerdas, meskipun memiliki perilaku yang tidak bisa ditolerir sebagian orang. Sebagai anak, dia sudah tahu tentang hal ini dan tidak mengganggu kehidupan Tommy, anggap saja selingan.Namun, Cefrilizia baru menyadarinya bahwa perilaku itu salah."Kamu lulusan Amerika, tapi tidak bisa membedakan mana yang benar dan salah? Bukankah Amerika merupakan negara yang memiliki logika tinggi?""Cefri, tidur dengan banyak pria itu tetap saja salah.""Aku tidak mau berteman dengan kamu, sebentar lagi aku mau menikah- aku takut kamu malah merayu suami aku demi Papa kamu yang suka main perempuan itu."Semua perkataan teman-temannya mengalir masuk ke dalam kepala, mereka bertemu saat video itu beredar. Cefrilizia tidak tahu dimana letak kesalahannya, karena yang dia lakukan hanyalah demi Tommy.Tapi- benarkah semua yang dia lak
Marta mengambil gelas berisikan jus tomat di atas meja, lalu menyiramkannya ke wajah cantik Cefrilizia. "DASAR PELACUR TIDAK TAHU TERIMA KASIH!" teriaknya dengan kesal.Burhan berusaha menahan istrinya supaya tidak menyerang Cefrilizia. "Cefri, kenapa kamu bicara kasar seperti itu? Apa yang kamu inginkan?""Justru saya ingin bertanya pada om dan tante, apa yang kalian inginkan kepada saya? Kenapa saya tidak bisa meminta hal lebih?""Apakah kamu gila?!" teriak Marta dengan marah. "Bagaimana bisa kamu mengatakan hal tidak tahu malu seperti itu? Selama ini aku sudah membantu kamu untuk berkumpul dengan kalangan sosial atas, sementara Burhan sudah mengeluarkan kamu dari penjara."Sampai sekarang, Marta masih kesal dengan suaminya yang masih peduli pada Cefrilizia. Wajah wanita itu memang cantik, namun otaknya tidak berguna sama sekali.Cefrilizia tertawa. "Tante-""JANGAN PANGGIL AKU TANTE! AKU BUKAN TANTE KAMU!" Teriak Marta dengan histeris.Cefrilizia tersenyum sedih ke Burhan. "Om-"Bu
Cefrillizia mencuci wajah, begitu tiba di apartemen. Ayahnya tidak ada di apartemen, berarti ke rumah Marta yang satunya, Tommy saat ini tidak memiliki pekerjaan tetap, hanya mengandalkan uang wanita ular itu-Cefrilizia merasakan hatinya yang sakit ketika mengingat kembali perkataan sipir penjara wanita yang memberikan informasi mengenai ayahnya. Duduk di depan kantor Reza dan menuntut pria itu untuk meminta maaf serta mengeluarkan dirinya dari penjara.Cefrilizia menyadari apa yang dilakukan sang ayah karena tekanan dari dirinya yang ingin bebas dan tidak ingin berada di penjara lebih lama, namun setelah keluar dari penjara, entah kenapa masih tidak bisa membuatnya bahagia.Cefrilizia menarik napas panjang lalu menatap cermin, dia akan melakukan apa pun untuk membuat satu-satunya keluarga bisa bebas dari jeratan mereka, meskipun harus hancur sekalipun.Sekarang dia bisa memakai nama Burhan dan Marta untuk menjalankan aksinya, jadi dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini, percum
Namun, di luar dugaan Choky dan Putra. Ternyata Vivi tahu dengan baik cerita tentang itu dan bertanya sambil tertawa geli. "Apakah kamu masih sakit hati karena pria tua itu sempat meremas bokong kamu di pesta?" tanyanya dengan kedua mata berbinar.Putra dan Choky sontak terkejut begitu mendengar pertanyaan tidak senonoh Vivi.Reza melirik kesal kedua bawahannya dengan tatapan 'Apakah kalian yang beritahu istriku?'Putra dan Choky yang sangat mengenal baik atasannya, spontan menggeleng cepat serta berteriak di dalam hati. Tidak, bagaimana bisa kami menyebarkan aib atasan yang notabene merupakan masa depan kami?Vivi tertawa lagi. "Aku tidak mungkin terus-terusan mengandalkan bawahan kamu, bukan? Harusnya kamu tahu kalau gosip di kalangan atas menyebar lebih cepat. Karena aku sangat cerdas, tentu saja aku menyaring beberapa hal."Reza mengangguk paham. "Begitu rupanya."Diam-diam, Putra dan Choky menghela napas lega. Setidaknya mereka tidak mendapat sasaran amuk Reza lagi.Vivi tersenyu
Marta yang sudah mulai tenang di rumah sakit jiwa dan tidak ada yang mengganggunya lagi, mulai merencanakan kabur dari rumah sakit jiwa di dalam kepalanya. Dia bersumpah akan membuat semua orang menyesali keputusan mereka, tidak terkecuali keluarga kandungnya sendiri. Namun, tidak lama, dia dikejutkan dengan kedatangan Vivi.Vivi yang masih terlihat cantik dan segar, dilindungi dua bodyguard di belakang, berbanding terbalik dengan dirinya yang berpenampilan lusuh dan kurang terawat."Mau apa kamu ke sini?" tanya Marta setelah duduk berhadapan dengan Vivi."Tadinya, aku tidak mau bertemu dengan kamu... tapi, sepertinya aku harus berubah pikiran sekarang."Marta menaikkan sudut bibir. "Kamu... berubah pikiran? Bukankah sekarang kamu berubah pikiran? Melemparku ke rumah sakit jiwa atas permintaan Burhan, kamu kira aku tidak tahu semuanya?"Vivi duduk berhadapan dengan Marta dan tersenyum. "Takut?"Dada Marta naik turun karena menahan emosi, dia tidak bisa memukul wanita mungil itu sembar
Rida duduk dengan mata terpejam, mempertimbangkan perkataan temannya, Cinta, yang sudah lama menjadi rekan kerja. Di dalam benak, Rida merenungkan semua yang telah terjadi sejak awal.Cinta yang tahu kelemahan temannya, mulai merayu untuk mendapatkan simpati. "Dengar, kita tidak bisa diam begitu saja jika ada korban muncul. Kamu tahu kan, kalau mereka itu sangat berbahaya, jika ada korban lagi... siapa yang akan bertanggung jawab? Sementara tempat kerja kita saja saling melepas tanggung jawab.""Mereka pasti mencari nara sumber, dan aku tidak mau terlibat.""Dulu saja yang menjadi korban adalah anak-anak orang kaya, dan kamu lihat sendiri bukan... mereka justru memanfaatkan moment ini dengan menjatuhkan orang lain sekaligus mencari konsumen baru."Rida mengangguk paham. "Ya, kita semua sudah tahu mengenai hal itu.""Makanya, kita harus speak up tentang hal ini. Kamu tidak kasihan dengan orang tua kembar yang dituduhkan mereka? Padahal mereka yang salah, bukan orang tua kembar."Rida m
Reza menghela napas panjang saat Putra keluar dari ruangan, menatap dokumen yang ada di atas mejanya. Dokumen itu adalah laporan keuangan perusahaan yang baru saja selesai diperiksa.Reza tahu bahwa perusahaan sedang dalam kondisi yang tidak baik. Pendapatan perusahaan terus menurun, sedangkan pengeluaran semakin membengkak. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah manajemen yang buruk.Reza menduga bahwa Burhan, penyebab utama dari masalah ini. Burhan seorang pengusaha yang licik dan tamak, tidak mau merugi terus menerus, juga ingin mengeruk keuntungan sebanyak-banyaknya. Namun, kondisi perusahaan terbatas, sehingga Burhan terpaksa melakukan berbagai cara untuk mencapai tujuannya.Reza tahu bahwa Burhan tidak akan pernah mau mengakui kesalahan, selalu menyalahkan orang lain atas kegagalannya. Reza harus mencari cara untuk membuktikan kesalahan Burhan dan menjual perusahaan yang sebelumnya milik pria berlemak itu. Melihat raut wajah pucat lemaknya ketika tahu bah
Agung sangat puas dengan hasil yang didapatkannya, semua hal diterabas dia meskipun terlihat menjual kesedihan untuk keponakannya. Bahkan, dia menggratiskan Sandy untuk main ke tempat bermainnya.Tentu saja Sandy bisa bermain sepuas hati dan semakin merajalela, merasa keluarganya memiliki banyak hak sebagai pemilik."Kamu tidak boleh main ini kalau tidak minta izin ke aku.""Memangnya kenapa aku harus minta izin?""Karena keluarga aku yang punya tempat ini."Anak perempuan yang berusia enam tahun, mengerutkan kening tidak mengerti. "Katanya kakak, aku boleh main sepuasnya. Kakak sudah bayar mahal lho.""Memangnya kenapa dengan bayar? Itukan hanya tiket masuk, semua mainan di sini harus izin dariku.""Bagaimana caranya aku minta izin?"Sandy tersenyum lalu menunjuk bros yang dipakai anak perempuan itu. "Berikan itu kepadaku."Anak perempuan itu terkejut lalu menutup brosnya dengan tangan mungil. "Tidak! Ini dikasih kakak tadi!"Sandy cemberut lalu menyembunyikan mainan kayu yang diambi
Vivi masih bisa melihat raut wajah sedih Erika. "Kenapa kamu tidak bekerja saja demi masa depan? Bukankah kamu belum masuk kuliah?"Erika menggelengkan kepala. "Lebih baik aku bekerja, menghidupi diri sendiri, aku masih tidak mau berhadapan dengan orang lain."Vivi bisa melihat trauma di dalam diri Erika. "Mereka sudah minta maaf ke kamu?""Minta maaf?""Bukankah Erika yang menjebak kamu sampai memberikan tubuh ke om-om?" tanya Vivi tanpa merasa bersalah. "Aku tahu, semuanya adalah pilihan kamu... tapi, jika dia tidak membuka jalan... mungkin kamu tidak akan seperti ini sekarang."Erika tersenyum sambil membersihkan bibir kecil si sulung yang belepotan bubur bayi. "Sudah menjadi masa lalu, sebaiknya tidak perlu dibahas, Dia juga sudah meninggal.""Kamu juga bisa menuntut keluarga Almira," ucap Vivi sambil menatap lurus televisi yang menayangkan seorang artis. "Bukankah mereka sekarang hidup jauh lebih tenang daripada hidup kalian? Mungkin memang itu salah satu karma dari ibu kandung k
Burhan sudah membeli data Vivi, dan dia sudah tidak sabar untuk menggunakannya. Dia segera menghubungi tim internet untuk meminta bantuan. Namun, ketika tim internet mendengar bahwa Burhan ingin menggunakan data Vivi, mereka langsung meminta harga mahal."Kenapa kamu minta harga mahal?" tanya Burhan dengan geram di telepon. Dulu dia mengeluarkan uang tanpa perlu banyak berpikir, sekarang dia harus berpikir dua kali untuk pertahankan rumahnya. "Bukankah selama ini aku menjadi pelanggan tetap kalian?""Yang kita hadapi ini keluarga Aditama, saya tidak bodoh dan tidak akan melawan tanpa persiapan matang. Saya juga harus memakai identitas yang tidak bisa dilacak oleh tim mereka.""Tidak bisakah diturunkan harganya? Kalian kan hanya duduk dan melihat komputer.""Kalau hanya duduk dan melihat komputer, kenapa tidak Anda saja yang melakukannya sendiri?""Kamu menghina aku sekarang?" tanya Burhan sambil meninggikan suaranya."Saya hanya memberikan masukan, karena kelihatannya mudah sekali jik
Dalam kafe yang tenang dan nyaman, Burhan dan Tifa duduk berhadapan di meja. Udara dipenuhi oleh harapan dan ketegangan, seolah-olah dunia di sekitar mereka berhenti berputar untuk sementara.Setelah diskusi yang panjang, Burhan akhirnya memberikan persetujuan. Dia menyodorkan amplop kecil berisi sejumlah uang kepada Tifa, dan dengan gerakan yang cermat, diletakkan di atas meja.Tifa mengangguk dengan serius, mengambil amplop itu dan dimasukkan di dalam tasnya. "Dengan ini, kita memiliki kesepakatan," kata Tifa dengan nada tegas.Burhan mengangguk, tatapannya fokus pada Tifa. "Ya, kita punya kesepakatan."Tifa melanjutkan, "Sekarang, saya akan memberikan informasi yang Anda inginkan. Nama-nama terkait dan fakta-fakta yang mungkin Anda perlukan ada dalam berkas ini." Dia mengeluarkan selembar kertas dari tasnya dan diletakkan di depan Burhan.Burhan meraih kertas itu dengan hati-hati, mata menyapu setiap detail yang tertulis di sana. Dia membaca dengan tekun, mengesampingkan segala gan
Burhan tertawa bahagia, dia bisa membayangkan akan memenangkan pertarungan serta mampu merebut bisnis keluarga Hutama. Tidak hanya itu, dia juga bisa membuat pasangan suami istri yang sudah bertindak sombong itu, dengan bertekuk lutut di kakinya. "Haa, akhirnya... Tuhan memang berikan takdir yang bagus untukku."Burhan kembali membaca pesan yang diberikan informan dan tertawa, malam ini dia bisa tidur dengan nyenyak. Tapi..Burhan tiba-tiba memiliki ide dan menghubungi seseorang yang sedang membutuhkan uang, orang itu pandai di media sosial dan bisa menjadi netizen bayaran. Jika Vivi dan Reza membuat skandal yang tidak bisa diterima oleh masyarakat Indonesia, bukankah sahamnya akan menurun dan bisnis akan hancur?Burhan tidak sabar memakai rencana indahnya.Sementara kondisi di internet semakin memanas, orang-orang mulai mengeluarkan pendapat masing-masing setelah melihat video yang diedit. Vivi mengomel ke ibu korban, ada lagi rekaman cctv saat salah satu anak Vivi melempar mainan ke
Agung merenungkan kembali perkataan istrinya dan setuju dengan pendapat kedua adiknya.Ana diserahkan tanggung jawab perihal media sosial.Istri Agung tidak setuju dan berupaya merubah pikiran sang suami. "Mereka orang kaya, lebih kaya dari kita, koneksinya pasti tidak main-main. Kita akan kalah."Agung menepis kekhawatiran istrinya. "Tenang saja, netizen bisa membantu kita. Mereka tidak mungkin bisa melawan netizen. Selain itu, kita bisa mendapatkan kompensasi sekaligus marketing gratis.""A- apa?" Istri Agung terkejut dengan jalan pikiran suaminya. "Kamu... sampai ke sana? Bagaimana kalau mereka menuntut?""Tidak akan, semua orang pasti lebih percaya pada kita daripada orang yang sudah menjadi public enemy," jawab Ana dengan santai. "Mereka orang kaya yang sombong, sudah sewajarnya mendapat hukuman sosial."Istri Agung menggigit bibir ketika melihat tekad di mata suaminya, dia berdiri dan mengeluarkan peringatan. "Ini untuk terakhir kalinya, aku tidak akan ikut campur masalah kalian.