Marta sangat marah namun tidak berdaya, dia masih membutuhkan kehidupan dari suaminya. Mendapatkan kekerasan sekaligus pelecehan di atas tempat tidur, merasa dirinya sangat rendah. Tidak hanya itu, muncul memar di seluruh tubuhnya.Suami Marta tidak melontarkan kata cinta ataupun rayuan kepada dirinya, hanya mengeluarkan ancaman dan juga nafsu serta memuji bentuk tubuhnya yang sama seperti masa muda, serta kulitnya yang masih kenyal seperti wanita diusia dua puluhan.Selesai melakukan itu berkali-kali, sang suami turun dari tempat tidur dan pergi begitu saja.Marta masih mengingat kalimat suaminya, sebelum pergi.'Malam ini aku puas, nanti malam dan selanjutnya- aku akan pergi menemui kamu.'Marta merasa jijik. Pria tua dan mesum yang bisa bermain dengan siapa pun, menyentuh dirinya yang berharga ini.Dulu orang tua Marta menghargai kecantikannya dan memasang mahar tinggi, suami dan keluarganya pun memuji kecantikannya. Namun hanya
"Cefrilizia keluar dari penjara dan Burhan menjaminnya. Pria mesum itu bicara ke semua orang bahwa Cefrilizia tidak pantas masuk ke dalam penjara dan sudah belajar dengan kesalahan masa lalunya." Putra mulai melapor kepada Reza, setelah mendapat informasi masuk. "Apa yang akan anda lakukan sekarang?" "Kamu kira aku bisa ikut campur sekarang?" tanya Reza yang meletakan laporan itu di atas meja dengan kesal. "Jelas-jelas ini ulah Vivi." "Ya?" "Vivi yang menjebak dan melakukan itu semua, dan apakah istriku bisa membebaskan mereka dengan begitu mudah?" "Jika dipikir ulang- sepertinya tidak." "Memang, Vivi bukan tipe wanita yang bisa memaafkan orang lain dengan mudah. Aku aneh dengannya, padahal dia sedang menyiapkan pesta bersama Nina dan kenapa malah dia mau repot-repot melakukan hal itu?" Choky menggumam pelan. "Mungkin karena Nyonya bukan tipe wanita pemaaf." Putra memukul belakang kepala sambil tetap tersenyum profesional ke at
Cefrilizia melihat pigura foto di dalam kamar, setelah cerita dari hati ke hati dengan papanya. Dulu, Tommy terlihat kuat dan juga percaya diri, semua orang segan pada dia yang cerdas, meskipun memiliki perilaku yang tidak bisa ditolerir sebagian orang. Sebagai anak, dia sudah tahu tentang hal ini dan tidak mengganggu kehidupan Tommy, anggap saja selingan.Namun, Cefrilizia baru menyadarinya bahwa perilaku itu salah."Kamu lulusan Amerika, tapi tidak bisa membedakan mana yang benar dan salah? Bukankah Amerika merupakan negara yang memiliki logika tinggi?""Cefri, tidur dengan banyak pria itu tetap saja salah.""Aku tidak mau berteman dengan kamu, sebentar lagi aku mau menikah- aku takut kamu malah merayu suami aku demi Papa kamu yang suka main perempuan itu."Semua perkataan teman-temannya mengalir masuk ke dalam kepala, mereka bertemu saat video itu beredar. Cefrilizia tidak tahu dimana letak kesalahannya, karena yang dia lakukan hanyalah demi Tommy.Tapi- benarkah semua yang dia lak
Marta mengambil gelas berisikan jus tomat di atas meja, lalu menyiramkannya ke wajah cantik Cefrilizia. "DASAR PELACUR TIDAK TAHU TERIMA KASIH!" teriaknya dengan kesal.Burhan berusaha menahan istrinya supaya tidak menyerang Cefrilizia. "Cefri, kenapa kamu bicara kasar seperti itu? Apa yang kamu inginkan?""Justru saya ingin bertanya pada om dan tante, apa yang kalian inginkan kepada saya? Kenapa saya tidak bisa meminta hal lebih?""Apakah kamu gila?!" teriak Marta dengan marah. "Bagaimana bisa kamu mengatakan hal tidak tahu malu seperti itu? Selama ini aku sudah membantu kamu untuk berkumpul dengan kalangan sosial atas, sementara Burhan sudah mengeluarkan kamu dari penjara."Sampai sekarang, Marta masih kesal dengan suaminya yang masih peduli pada Cefrilizia. Wajah wanita itu memang cantik, namun otaknya tidak berguna sama sekali.Cefrilizia tertawa. "Tante-""JANGAN PANGGIL AKU TANTE! AKU BUKAN TANTE KAMU!" Teriak Marta dengan histeris.Cefrilizia tersenyum sedih ke Burhan. "Om-"Bu
Cefrillizia mencuci wajah, begitu tiba di apartemen. Ayahnya tidak ada di apartemen, berarti ke rumah Marta yang satunya, Tommy saat ini tidak memiliki pekerjaan tetap, hanya mengandalkan uang wanita ular itu-Cefrilizia merasakan hatinya yang sakit ketika mengingat kembali perkataan sipir penjara wanita yang memberikan informasi mengenai ayahnya. Duduk di depan kantor Reza dan menuntut pria itu untuk meminta maaf serta mengeluarkan dirinya dari penjara.Cefrilizia menyadari apa yang dilakukan sang ayah karena tekanan dari dirinya yang ingin bebas dan tidak ingin berada di penjara lebih lama, namun setelah keluar dari penjara, entah kenapa masih tidak bisa membuatnya bahagia.Cefrilizia menarik napas panjang lalu menatap cermin, dia akan melakukan apa pun untuk membuat satu-satunya keluarga bisa bebas dari jeratan mereka, meskipun harus hancur sekalipun.Sekarang dia bisa memakai nama Burhan dan Marta untuk menjalankan aksinya, jadi dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini, percum
Namun, di luar dugaan Choky dan Putra. Ternyata Vivi tahu dengan baik cerita tentang itu dan bertanya sambil tertawa geli. "Apakah kamu masih sakit hati karena pria tua itu sempat meremas bokong kamu di pesta?" tanyanya dengan kedua mata berbinar.Putra dan Choky sontak terkejut begitu mendengar pertanyaan tidak senonoh Vivi.Reza melirik kesal kedua bawahannya dengan tatapan 'Apakah kalian yang beritahu istriku?'Putra dan Choky yang sangat mengenal baik atasannya, spontan menggeleng cepat serta berteriak di dalam hati. Tidak, bagaimana bisa kami menyebarkan aib atasan yang notabene merupakan masa depan kami?Vivi tertawa lagi. "Aku tidak mungkin terus-terusan mengandalkan bawahan kamu, bukan? Harusnya kamu tahu kalau gosip di kalangan atas menyebar lebih cepat. Karena aku sangat cerdas, tentu saja aku menyaring beberapa hal."Reza mengangguk paham. "Begitu rupanya."Diam-diam, Putra dan Choky menghela napas lega. Setidaknya mereka tidak mendapat sasaran amuk Reza lagi.Vivi tersenyu
"Tommy, kamu tidak akan mencurigai aku, bukan? Aku hanya ingin berbaik hati, berbagi masalah dengan kamu." Burhan mendecak tidak suka, begitu melihat reaksi Tommy."Dan kebaikan apa yang anda inginkan?""Bergabung dengan teman-teman aku." Burhan bangkit dari sofa lalu duduk di samping Burhan dan hendak menyentuh tangannya.Puluhan tahun Tommy selalu mengandalkan dan bangga dengan instingnya, tidak mungkin Burhan bisa berbaik hati seperti itu. Dia segera bangkit dari kursi dan menjauh dari Burhan. "Bisakah saya memikirkannya dulu?" tanyanya dengan santai, meskipun jantung berdegup keras. Dia tidak bisa menunjukkan kecemasannya di hadapan Burhan dan juga kabur begitu saja, Dia sekarang berada di rumah pria itu dan tidak bisa kabur dengan mudah.Burhan cemberut begitu mendengar jawaban Tommy. "Benarkah? Apakah kamu tidak tertarik dengan penjelasan aku? Apakah kamu takut padaku sekarang?"Tommy duduk di tempat Burhan sebelumnya dengan hati-hati. "Tidak, kamu tahu kalau aku- yah- kamu tahu
"Karena itu, aku tidak akan pernah menyesal. Apa pun, selama semuanya demi kebaikan Papa, aku tidak akan pernah menyesal." "Hentikan Cefri-" "Cefri akan memberikan segalanya kepada Papa, karena selama ini Papa sudah memberikan banyak hal untuk Cef-" "SUDAH CUKUP!" Bentak Tommy dengan frustasi. "Papa sudah tahu, jangan bicara lagi." Cefrilizia menatap sedih Tommy. "Apakah Papa benci aku?" Tommy menggeleng sedih. "Tidak, mana mungkin aku benci padamu? Aku hanya- aku hanya tidak ingin terjadi sesuatu kepada kamu di masa depan. Dengar, kita harus mencari cara untuk kabur." Cefrilizia mengerutkan kening. "Itu lagi yang Papa bahas, kita mau kabur ke mana? Marta dan Burhan pasti bisa melacak kita." "Bisakah kamu percaya pada insting Papa?" Cefrilizia menatap sedih Tommy. "Satu ini saja, tolong dengarkan kata-kata Papa. Kamu percaya pada insting Papa, kan?" Cefrilizia memejamkan mata dan mengangguk singkat. Tommy memeluk putrinya dengan erat. "Sekarang hanya tinggal kita berdua, ki
Marta yang sudah mulai tenang di rumah sakit jiwa dan tidak ada yang mengganggunya lagi, mulai merencanakan kabur dari rumah sakit jiwa di dalam kepalanya. Dia bersumpah akan membuat semua orang menyesali keputusan mereka, tidak terkecuali keluarga kandungnya sendiri. Namun, tidak lama, dia dikejutkan dengan kedatangan Vivi.Vivi yang masih terlihat cantik dan segar, dilindungi dua bodyguard di belakang, berbanding terbalik dengan dirinya yang berpenampilan lusuh dan kurang terawat."Mau apa kamu ke sini?" tanya Marta setelah duduk berhadapan dengan Vivi."Tadinya, aku tidak mau bertemu dengan kamu... tapi, sepertinya aku harus berubah pikiran sekarang."Marta menaikkan sudut bibir. "Kamu... berubah pikiran? Bukankah sekarang kamu berubah pikiran? Melemparku ke rumah sakit jiwa atas permintaan Burhan, kamu kira aku tidak tahu semuanya?"Vivi duduk berhadapan dengan Marta dan tersenyum. "Takut?"Dada Marta naik turun karena menahan emosi, dia tidak bisa memukul wanita mungil itu sembar
Rida duduk dengan mata terpejam, mempertimbangkan perkataan temannya, Cinta, yang sudah lama menjadi rekan kerja. Di dalam benak, Rida merenungkan semua yang telah terjadi sejak awal.Cinta yang tahu kelemahan temannya, mulai merayu untuk mendapatkan simpati. "Dengar, kita tidak bisa diam begitu saja jika ada korban muncul. Kamu tahu kan, kalau mereka itu sangat berbahaya, jika ada korban lagi... siapa yang akan bertanggung jawab? Sementara tempat kerja kita saja saling melepas tanggung jawab.""Mereka pasti mencari nara sumber, dan aku tidak mau terlibat.""Dulu saja yang menjadi korban adalah anak-anak orang kaya, dan kamu lihat sendiri bukan... mereka justru memanfaatkan moment ini dengan menjatuhkan orang lain sekaligus mencari konsumen baru."Rida mengangguk paham. "Ya, kita semua sudah tahu mengenai hal itu.""Makanya, kita harus speak up tentang hal ini. Kamu tidak kasihan dengan orang tua kembar yang dituduhkan mereka? Padahal mereka yang salah, bukan orang tua kembar."Rida m
Reza menghela napas panjang saat Putra keluar dari ruangan, menatap dokumen yang ada di atas mejanya. Dokumen itu adalah laporan keuangan perusahaan yang baru saja selesai diperiksa.Reza tahu bahwa perusahaan sedang dalam kondisi yang tidak baik. Pendapatan perusahaan terus menurun, sedangkan pengeluaran semakin membengkak. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah manajemen yang buruk.Reza menduga bahwa Burhan, penyebab utama dari masalah ini. Burhan seorang pengusaha yang licik dan tamak, tidak mau merugi terus menerus, juga ingin mengeruk keuntungan sebanyak-banyaknya. Namun, kondisi perusahaan terbatas, sehingga Burhan terpaksa melakukan berbagai cara untuk mencapai tujuannya.Reza tahu bahwa Burhan tidak akan pernah mau mengakui kesalahan, selalu menyalahkan orang lain atas kegagalannya. Reza harus mencari cara untuk membuktikan kesalahan Burhan dan menjual perusahaan yang sebelumnya milik pria berlemak itu. Melihat raut wajah pucat lemaknya ketika tahu bah
Agung sangat puas dengan hasil yang didapatkannya, semua hal diterabas dia meskipun terlihat menjual kesedihan untuk keponakannya. Bahkan, dia menggratiskan Sandy untuk main ke tempat bermainnya.Tentu saja Sandy bisa bermain sepuas hati dan semakin merajalela, merasa keluarganya memiliki banyak hak sebagai pemilik."Kamu tidak boleh main ini kalau tidak minta izin ke aku.""Memangnya kenapa aku harus minta izin?""Karena keluarga aku yang punya tempat ini."Anak perempuan yang berusia enam tahun, mengerutkan kening tidak mengerti. "Katanya kakak, aku boleh main sepuasnya. Kakak sudah bayar mahal lho.""Memangnya kenapa dengan bayar? Itukan hanya tiket masuk, semua mainan di sini harus izin dariku.""Bagaimana caranya aku minta izin?"Sandy tersenyum lalu menunjuk bros yang dipakai anak perempuan itu. "Berikan itu kepadaku."Anak perempuan itu terkejut lalu menutup brosnya dengan tangan mungil. "Tidak! Ini dikasih kakak tadi!"Sandy cemberut lalu menyembunyikan mainan kayu yang diambi
Vivi masih bisa melihat raut wajah sedih Erika. "Kenapa kamu tidak bekerja saja demi masa depan? Bukankah kamu belum masuk kuliah?"Erika menggelengkan kepala. "Lebih baik aku bekerja, menghidupi diri sendiri, aku masih tidak mau berhadapan dengan orang lain."Vivi bisa melihat trauma di dalam diri Erika. "Mereka sudah minta maaf ke kamu?""Minta maaf?""Bukankah Erika yang menjebak kamu sampai memberikan tubuh ke om-om?" tanya Vivi tanpa merasa bersalah. "Aku tahu, semuanya adalah pilihan kamu... tapi, jika dia tidak membuka jalan... mungkin kamu tidak akan seperti ini sekarang."Erika tersenyum sambil membersihkan bibir kecil si sulung yang belepotan bubur bayi. "Sudah menjadi masa lalu, sebaiknya tidak perlu dibahas, Dia juga sudah meninggal.""Kamu juga bisa menuntut keluarga Almira," ucap Vivi sambil menatap lurus televisi yang menayangkan seorang artis. "Bukankah mereka sekarang hidup jauh lebih tenang daripada hidup kalian? Mungkin memang itu salah satu karma dari ibu kandung k
Burhan sudah membeli data Vivi, dan dia sudah tidak sabar untuk menggunakannya. Dia segera menghubungi tim internet untuk meminta bantuan. Namun, ketika tim internet mendengar bahwa Burhan ingin menggunakan data Vivi, mereka langsung meminta harga mahal."Kenapa kamu minta harga mahal?" tanya Burhan dengan geram di telepon. Dulu dia mengeluarkan uang tanpa perlu banyak berpikir, sekarang dia harus berpikir dua kali untuk pertahankan rumahnya. "Bukankah selama ini aku menjadi pelanggan tetap kalian?""Yang kita hadapi ini keluarga Aditama, saya tidak bodoh dan tidak akan melawan tanpa persiapan matang. Saya juga harus memakai identitas yang tidak bisa dilacak oleh tim mereka.""Tidak bisakah diturunkan harganya? Kalian kan hanya duduk dan melihat komputer.""Kalau hanya duduk dan melihat komputer, kenapa tidak Anda saja yang melakukannya sendiri?""Kamu menghina aku sekarang?" tanya Burhan sambil meninggikan suaranya."Saya hanya memberikan masukan, karena kelihatannya mudah sekali jik
Dalam kafe yang tenang dan nyaman, Burhan dan Tifa duduk berhadapan di meja. Udara dipenuhi oleh harapan dan ketegangan, seolah-olah dunia di sekitar mereka berhenti berputar untuk sementara.Setelah diskusi yang panjang, Burhan akhirnya memberikan persetujuan. Dia menyodorkan amplop kecil berisi sejumlah uang kepada Tifa, dan dengan gerakan yang cermat, diletakkan di atas meja.Tifa mengangguk dengan serius, mengambil amplop itu dan dimasukkan di dalam tasnya. "Dengan ini, kita memiliki kesepakatan," kata Tifa dengan nada tegas.Burhan mengangguk, tatapannya fokus pada Tifa. "Ya, kita punya kesepakatan."Tifa melanjutkan, "Sekarang, saya akan memberikan informasi yang Anda inginkan. Nama-nama terkait dan fakta-fakta yang mungkin Anda perlukan ada dalam berkas ini." Dia mengeluarkan selembar kertas dari tasnya dan diletakkan di depan Burhan.Burhan meraih kertas itu dengan hati-hati, mata menyapu setiap detail yang tertulis di sana. Dia membaca dengan tekun, mengesampingkan segala gan
Burhan tertawa bahagia, dia bisa membayangkan akan memenangkan pertarungan serta mampu merebut bisnis keluarga Hutama. Tidak hanya itu, dia juga bisa membuat pasangan suami istri yang sudah bertindak sombong itu, dengan bertekuk lutut di kakinya. "Haa, akhirnya... Tuhan memang berikan takdir yang bagus untukku."Burhan kembali membaca pesan yang diberikan informan dan tertawa, malam ini dia bisa tidur dengan nyenyak. Tapi..Burhan tiba-tiba memiliki ide dan menghubungi seseorang yang sedang membutuhkan uang, orang itu pandai di media sosial dan bisa menjadi netizen bayaran. Jika Vivi dan Reza membuat skandal yang tidak bisa diterima oleh masyarakat Indonesia, bukankah sahamnya akan menurun dan bisnis akan hancur?Burhan tidak sabar memakai rencana indahnya.Sementara kondisi di internet semakin memanas, orang-orang mulai mengeluarkan pendapat masing-masing setelah melihat video yang diedit. Vivi mengomel ke ibu korban, ada lagi rekaman cctv saat salah satu anak Vivi melempar mainan ke
Agung merenungkan kembali perkataan istrinya dan setuju dengan pendapat kedua adiknya.Ana diserahkan tanggung jawab perihal media sosial.Istri Agung tidak setuju dan berupaya merubah pikiran sang suami. "Mereka orang kaya, lebih kaya dari kita, koneksinya pasti tidak main-main. Kita akan kalah."Agung menepis kekhawatiran istrinya. "Tenang saja, netizen bisa membantu kita. Mereka tidak mungkin bisa melawan netizen. Selain itu, kita bisa mendapatkan kompensasi sekaligus marketing gratis.""A- apa?" Istri Agung terkejut dengan jalan pikiran suaminya. "Kamu... sampai ke sana? Bagaimana kalau mereka menuntut?""Tidak akan, semua orang pasti lebih percaya pada kita daripada orang yang sudah menjadi public enemy," jawab Ana dengan santai. "Mereka orang kaya yang sombong, sudah sewajarnya mendapat hukuman sosial."Istri Agung menggigit bibir ketika melihat tekad di mata suaminya, dia berdiri dan mengeluarkan peringatan. "Ini untuk terakhir kalinya, aku tidak akan ikut campur masalah kalian.