Beberapa hari setelah kekacauan video seks Cefrilizia beredar, banyak para istri pengusaha yang menghina Vivi, mengirimkan surat permintaan maaf karena telah menghina dan bergosip jelek tentang dirinya.
Para istri inilah yang suaminya terlibat dengan Cefrilizia dan sahamnya jatuh.
Putra menjelaskan satu persatu saat Vivi sedang menyuapi kedua anak kembarnya dan Reza membaca koran dengan santai sementara Choky seperti biasa menghibur anak-anak supaya mau makan.
"Saya rasa mereka tidak perlu dimaafkan, Nyonya. Mereka sudah menjatuhkan nama baik Nyonya untuk gosip yang tidak berdasar." Putra memberikan saran kepada Vivi di depan Reza.
Reza membalik halaman koran dan tidak ikut memberikan pendapat, istrinya sudah dewasa dan bisa memberikan pendapat sendiri.
Vivi mendecak. "Jika aku tidak memberikan permintaan maaf, aku akan dianggap jelek dan pendendam. Tapi aku juga tidak terlalu peduli dengan permintaan maaf mereka."
Choky yang menghibur kedua anak bosnya, memberikan pendapat. "Nyonya, apapun pendapat anda- saya rasa Tuan tetap mendukung anda."
Vivi menghela napas ironi. "Aku dibilang naik ke atas tempat tidur calon ayah mertua dan juga hal jelek lainnya, apakah hal itu bisa dimaafkan dengan mudah?"
Putra dan Choky terdiam.
"Di samping lain, mereka adalah orang-orang licik yang suka melempar kesalahan orang lain. Saham perusahaan suaminya jatuh saja, mereka semua datang untuk minta maaf seolah aku yang menjadi penyebabnya." Kesal Vivi sambil memberikan suapan untuk anak-anaknya.
Putra dan Choky saling bertukar tatapan dengan bingung.
Reza menurunkan koran dan bicara ke Vivi. "Apakah kamu ingin merayakan hari ulang tahun pernikahan kita?"
Kedua mata Vivi bersinar. "Kita akan mengadakannya?"
"Aku tidak masalah," jawab Reza.
Vivi merangkak dan berhenti di depan kaki suaminya. "Apakah kita akan mengadakan pesta ulang tahun pernikahan yang mewah?"
Reza tertawa geli. "Kamu ingin mengurusnya sendiri? Aku tidak masalah mau mewah ataupun sederhana."
"Aku lebih suka mewah."
Choky berdiri di samping Putra dan bertanya dengan bingung. "Apa hubungannya pesta ulang tahun pernikahan dengan orang-orang yang jahat terhadap Nyonya?"
Kedua mata Putra yang memakai kaca mata tidak bisa menyembunyikan sinarnya.
Choky bertambah bingung. "Kamu baik-baik saja?"
Putra mengangguk. "Nyonya memang hebat, aku tidak menyangka ada ide out of the box seperti itu."
Choky tidak bisa berkata-kata.
----
"Jadi kamu ingin membungkam semua orang dengan pesta ulang tahun pernikahan yang mewah dan meriah?" Tanya Kinara yang mengacungkan jempol kanan saat Vivi keluar dari ruang ganti.
Sebelumnya pernikahan mereka berdua sederhana dan hanya dihadiri orang-orang terdekat karena Vivi dan Reza terlalu malas menghadapi banyak orang.
Vivi memutar badannya dengan centil. "Ya, aku juga ingin mengungkapkan ke semua orang kalau suamiku memiliki hubungan dengan keluarga Tsoejipto."
Yumi menggaruk keningnya yang tidak gatal. "Vivi, apakah kamu sedang hamil? Ini bukan sifat kamu."
Vivi berhenti lalu menatap lurus Yumi. "Apa?"
Kinara mengangguk paham. "Hormon wanita hamil biasanya membuat mereka berubah sifat, apakah kamu sudah test pack?"
Vivi menggeleng.
Nina menimpali. "Hei, sudahlah. Biarkan Vivi dengan idenya yang aneh, lagi pula tidak ada salahnya mengumumkan Reza adalah keponakan paman. Vivi, kamu tidak salah, yang salah hanya otak aneh ka- auw!"
Vio memukul kepala Nina dengan ringan. "Apakah kamu pikir dengan cara itu bisa keluar dari masalah? Saat ini banyak para istri pengusaha yang sahamnya jatuh menyalahkan Vivi, alih-alih menyalahkan suaminya yang selingkuh."
Kinara mengangguk setuju. "Di kalangan atas maupun bawah, para istri pasti mempertahankan pernikahan dengan cara apa pun, meski suaminya terbukti bersalah. Mereka menganggap apa yang kamu lakukan adalah aib."
Nina mengelus kepalanya dengan mulut cemberut. "Bagaimana para istri tahu kalau semuanya adalah perbuatan Reza dan Vivi?"
Yumi menjawab pertanyaan Nina. "Kekuatan sosial dan juga saat itu Cefrilizia sedang menunjukkan taring ke Vivi, suamiku bilang- tentu saja para istri yang merasa dirugikan karena skandal video seks itu marah kepada Vivi dan tidak bisa menunjukannya terang-terangan, mereka lebih suka mengirim surat permintaan maaf lalu menunjukan pada dunia bahwa Vivi adalah orang yang licik."
Kinara mengangguk setuju. "Mereka tahu Vivi tidak akan bisa memaafkan orang lain dengan mudah sehingga memanfaatkan situasi dengan mudah."
Yumi menambahkan. "Sehingga mereka bisa memperbaiki nama baik keluarga sekaligus menjatuhkan Reza. Biar bagaimanapun dia salah satu pilar dalam bisnis hospitality, jika dia jatuh, banyak yang diuntungkan."
Nina akhirnya paham. "Ah, jadi alasan Vivi sekaligus mengumumkan hubungan keluarga secara resmi karena ini juga, ya."
"Benar, bagaimana dengan pendapat kamu, Vi?" tanya KInara, namun yang ditanya malah menghilang.
"Lho? kemana dia?" tanya Nina. "Tadi dia di sampingku."
Ruang ganti terbuka dan Vivi keluar memakai gaun lain yang lebih ke ala tuan putri dengan rok mengembang.
Vivi memutar tubuhnya dengan anggun. "Bagaimana?"
Keempat teman Vivi mulai yakin bahwa temannya itu memang sedang hamil, Vivi tidak pernah cuek seperti itu dan memperhatikan penampilan.
Kinara berkata dengan nada cemas. "Setelah ini, lebih baik kita ke dokter kandungan."
Teman lainnya kecuali Vivi mengangguk setuju.
Vivi hanya mengerutkan kening tidak berdaya.
-------
"Siapa?" tanya Reza ke Putra, berharap pendengarannya salah.
"Tuan Heard duduk di depan hotel sambil membawa spanduk dan juga wartawan lalu menuntut ketidak adilan."
Reza melempar pena mahal di atas meja dengan tertawa muram. "Dia masih saja mencari cara untuk kembali ke dunia sosial."
Putra juga tidak suka cara licik Tommy. "Perlukah saya mengusirnya?"
"Kalian tidak mengusir orang itu, biarkan saja di sana."
"Tapi, mereka bisa mengganggu para tamu dan juga pekerja. Para tamu yang tidak paham pasti-"
"Gunakan saja media sosial, dulu anaknya menyerang istriku dengan media sosial. Sekarang kita melakukan hal yang sama."
Putra semakin bingung dan tidak mau salah langkah. "Apa yang harus saya bicarakan?"
"Tidak usah menambah kata aneh, cukup umumkan saja rencana ulang tahun pernikahan kami lalu munculkan foto kami berempat!"
"Apakah saya juga perlu mengundang anak-anak itu?" Tanya Putra dengan hati-hati.
Anak-anak yang dimaksud Putra adalah anak-anak Rosalin.
Reza menjawab cepat. "Tidak, aku tidak membutuhkan mereka."
Putra membungkuk lalu pamit keluar ruangan.
Choky yang menunggu dengan cemas, menghampirinya. "Bagaimana? Kita harus mengusir pria tidak tahu malu itu?"
Putra menghela napas ironi. "Yah, katanya biarkan saja duduk di sana sampai bosan, aku juga ada pekerjaan penting di bawah, jadi kamu tunggu saja di sini."
Choky cemberut. "Biasanya kamu lewat jalan belakang, kenapa kamu selalu lewat jalan depan? Apakah kamu sedang naksir seseorang di lobby?"
Putra memperbaiki letak kaca mata. "Hati-hati dengan perkataan, aku bisa memotong gaji kamu dengan mudah."
Choky hanya bisa diam ketika mendengar ancaman dari temannya. Lebih baik menghadapi musuh puluhan orang daripada gaji dipotong.
Tommy tidak tahu hidupnya akan menjadi lebih berantakan karena tidak meninggalkan Cefrilizia. Dia ingin tinggal dan hidup di luar negeri bersama satu-satunya anak kesayangan, namun ternyata banyak istri orang kaya yang menghalangi niat mereka.Salah satunya adalah Marta yang duduk di hadapannya sekarang, dia sangat marah begitu tahu suaminya melakukan pesta gila dengan Cefrilizia, namun dia enggan melakukan tindakan murahan seperti menjambak ataupun marah di depan umum.Yang dilakukan Marta hanyalah menarik semua dana investasinya dan juga menekan Tommy untuk membayar semua hutang termasuk bunga."Saya saat ini tidak mampu membayar hutang, tolong berikan saya waktu untuk menggandakan uang," mohon Tommy.Marta meletakan cangkir teh di atas meja, duduk bersandar dengan nyaman di sofa lalu menatap lurus Tommy, tidak menunjukkan emosi sama sekali. Marta sudah terlatih bertahun-tahun menghadapi berbagai macam orang."Aku tidak menyangka, anak perempuan yang aku bantu dan sayang, berani men
Reza tahu kondisi istrinya tidak baik-baik saja, dia berinisiatif tanya. "Vivi, apakah kamu mau aku temani ke dokter? Aku bisa mengundurkan jadwalku demi ka-"Reza terdiam ketika melihat kilatan amarah di wajah Vivi.Dengan senyum mengembang dan sorot mata marah, Vivi menjawab sambil menusuk makanannya dengan garpu. "Apakah suami tampanku tidak dengar tadi? Aku baik-baik saja."Arka, Nina, Hendra dan istrinya terkejut melihat perubahan sikap Vivi yang drastis. Anak itu tidak pernah bersikap kasar terhadap suami sendiri.Reza tidak bisa berkata-kata.Vivi menghela napas panjang lalu meminta maaf ke Hendra daripada Reza. "Maafkan saya, jika terlihat kasar. Mood saya hanya kacau gara-gara mendengar seorang wanita, saya khawatir karena ada beberapa pengusaha juga yang main mata dengan Cefrilizia tapi tidak ketahuan."Arka melirik Nina yang sedang menatap curiga dirinya. "Aku tidak pernah celup sana sini, aku sudah punya kamu, buat apa aku dengan wanita genit itu?"Nina masih menatap curig
Masyarakat biasa tidak akan pernah tahu ataupun paham, kehidupan masyarakat kalangan atas yang melakukan hal di luar nalar. Seperti saling menjatuhkan.Rezeki itu diberikan oleh Tuhan, kita tinggal menunggu dan berusaha. Itulah motto mereka. Berusaha, menunggu, kecewa, berusaha, menunggu lagi. Begitu terus sampai mereka lelah.Berbeda dengan masyarakat kalangan atas yang lebih suka menjatuhkan orang lain demi alasan pribadi, daripada hanya menunggu kejatuhan.Kejam? Memang! Tapi dengan begitu, bisa menghasilkan uang dan banyak pihak mendapat keuntungan.Jika Marta bisa bantu menaikan posisi suaminya, tentu dia mendapat keuntungan, terlepas dari perselingkuhan yang mereka berdua lakukan, toh sudah punya tabungan masa depan yang akan mengurus mereka ketika tua, yaitu anak-anak.Di samping itu, Marta juga gerah melihat sifat sombong si Vivi yang terlihat tidak mau berteman dengan siapa pun kecuali circle-nya. "Kita lihat saja, bagaimana si sombong itu akan bertekuk lutut dan meminta maaf
Dua hari kemudian, Cefrilizia bertemu dengan Tommy, dia menjadi bingung melihat penampilan papanya yang seperti cassanova, persis dulu sebelum mereka jatuh. "Papa? Apakah Papa berhasil menarik investor lagi?" Tommy mengangguk. "Ya." Cefrilizia menghela napas lega. "Syukurlah, dengan begitu aku bisa keluar." "Tidak." Cefrilizia terkejut dengan jawaban cepat Tommy. "Apa?" "Papa tidak tahu kamu bisa keluar atau tidak dalam waktu cepat." Cefrilizia duduk di samping Tommy. "Kenapa? Apakah wanita ular itu campur tangan?" Tommy memijat keningnya dengan sedih. "Kamu harusnya bisa belajar dari kesalahan masa lalu." Cefrilizia tertawa konyol. "Papa bicara apa? Yang salah bukan aku, tapi dia. Lagipula Papa juga setuju aku merayu Reza, kan?" Tommy juga bersalah tapi terlalu malas mengakuinya, andai saja tidak terpengaruh dengan ucapan putrinya, mungkin saat ini dia bisa bebas di luar sana dan tidak terjebak dengan Marta. Hanya saja- Tommy menghela napas panjang. Cefrilizia menjadi bing
Marta mengerang sakit sekaligus nikmat ketika sang suami memencet keras kedua putingnya. "Ah!"Kepala Marta bersandar di tangan kanan sang suami, sementara kedua tangannya memegang erat suami."Henti- Ah!" Marta berteriak keras ketika suami memencet putingnya sekali lagi dengan sekuat tenaga.Semakin Marta meminta tolong untuk lepas, semakin kuat dan kasar perilaku sang suami."Ah, aku tidak pernah menyentuh tubuhmu lagi semenjak melahirkan anak kita.""Tidak, kita pernah melakukannya setelah aku melahirkan.""Benarkah?"Suami Marta membungkuk dan berbisik di telinga istrinya. "Jadi, rencana apa yang sedang dijalankan istri tercintaku ini."Marta menggeleng. "Tidak, aku-""Masih ingin berbohong?"Marta menggeleng."Jadi, bisakah kamu cerita semuanya kepadaku?"Marta menggeleng lagi.Suami Marta menarik kedua tangannya dari dada Marta.Marta menghela napas lega.Tidak lama, suami menarik rambut sang istri dan menyeretnya ke lantai dua.Marta berteriak kesakitan, namun tidak ada orang d
Marta sangat marah namun tidak berdaya, dia masih membutuhkan kehidupan dari suaminya. Mendapatkan kekerasan sekaligus pelecehan di atas tempat tidur, merasa dirinya sangat rendah. Tidak hanya itu, muncul memar di seluruh tubuhnya.Suami Marta tidak melontarkan kata cinta ataupun rayuan kepada dirinya, hanya mengeluarkan ancaman dan juga nafsu serta memuji bentuk tubuhnya yang sama seperti masa muda, serta kulitnya yang masih kenyal seperti wanita diusia dua puluhan.Selesai melakukan itu berkali-kali, sang suami turun dari tempat tidur dan pergi begitu saja.Marta masih mengingat kalimat suaminya, sebelum pergi.'Malam ini aku puas, nanti malam dan selanjutnya- aku akan pergi menemui kamu.'Marta merasa jijik. Pria tua dan mesum yang bisa bermain dengan siapa pun, menyentuh dirinya yang berharga ini.Dulu orang tua Marta menghargai kecantikannya dan memasang mahar tinggi, suami dan keluarganya pun memuji kecantikannya. Namun hanya
"Cefrilizia keluar dari penjara dan Burhan menjaminnya. Pria mesum itu bicara ke semua orang bahwa Cefrilizia tidak pantas masuk ke dalam penjara dan sudah belajar dengan kesalahan masa lalunya." Putra mulai melapor kepada Reza, setelah mendapat informasi masuk. "Apa yang akan anda lakukan sekarang?" "Kamu kira aku bisa ikut campur sekarang?" tanya Reza yang meletakan laporan itu di atas meja dengan kesal. "Jelas-jelas ini ulah Vivi." "Ya?" "Vivi yang menjebak dan melakukan itu semua, dan apakah istriku bisa membebaskan mereka dengan begitu mudah?" "Jika dipikir ulang- sepertinya tidak." "Memang, Vivi bukan tipe wanita yang bisa memaafkan orang lain dengan mudah. Aku aneh dengannya, padahal dia sedang menyiapkan pesta bersama Nina dan kenapa malah dia mau repot-repot melakukan hal itu?" Choky menggumam pelan. "Mungkin karena Nyonya bukan tipe wanita pemaaf." Putra memukul belakang kepala sambil tetap tersenyum profesional ke at
Cefrilizia melihat pigura foto di dalam kamar, setelah cerita dari hati ke hati dengan papanya. Dulu, Tommy terlihat kuat dan juga percaya diri, semua orang segan pada dia yang cerdas, meskipun memiliki perilaku yang tidak bisa ditolerir sebagian orang. Sebagai anak, dia sudah tahu tentang hal ini dan tidak mengganggu kehidupan Tommy, anggap saja selingan.Namun, Cefrilizia baru menyadarinya bahwa perilaku itu salah."Kamu lulusan Amerika, tapi tidak bisa membedakan mana yang benar dan salah? Bukankah Amerika merupakan negara yang memiliki logika tinggi?""Cefri, tidur dengan banyak pria itu tetap saja salah.""Aku tidak mau berteman dengan kamu, sebentar lagi aku mau menikah- aku takut kamu malah merayu suami aku demi Papa kamu yang suka main perempuan itu."Semua perkataan teman-temannya mengalir masuk ke dalam kepala, mereka bertemu saat video itu beredar. Cefrilizia tidak tahu dimana letak kesalahannya, karena yang dia lakukan hanyalah demi Tommy.Tapi- benarkah semua yang dia lak
Marta yang sudah mulai tenang di rumah sakit jiwa dan tidak ada yang mengganggunya lagi, mulai merencanakan kabur dari rumah sakit jiwa di dalam kepalanya. Dia bersumpah akan membuat semua orang menyesali keputusan mereka, tidak terkecuali keluarga kandungnya sendiri. Namun, tidak lama, dia dikejutkan dengan kedatangan Vivi.Vivi yang masih terlihat cantik dan segar, dilindungi dua bodyguard di belakang, berbanding terbalik dengan dirinya yang berpenampilan lusuh dan kurang terawat."Mau apa kamu ke sini?" tanya Marta setelah duduk berhadapan dengan Vivi."Tadinya, aku tidak mau bertemu dengan kamu... tapi, sepertinya aku harus berubah pikiran sekarang."Marta menaikkan sudut bibir. "Kamu... berubah pikiran? Bukankah sekarang kamu berubah pikiran? Melemparku ke rumah sakit jiwa atas permintaan Burhan, kamu kira aku tidak tahu semuanya?"Vivi duduk berhadapan dengan Marta dan tersenyum. "Takut?"Dada Marta naik turun karena menahan emosi, dia tidak bisa memukul wanita mungil itu sembar
Rida duduk dengan mata terpejam, mempertimbangkan perkataan temannya, Cinta, yang sudah lama menjadi rekan kerja. Di dalam benak, Rida merenungkan semua yang telah terjadi sejak awal.Cinta yang tahu kelemahan temannya, mulai merayu untuk mendapatkan simpati. "Dengar, kita tidak bisa diam begitu saja jika ada korban muncul. Kamu tahu kan, kalau mereka itu sangat berbahaya, jika ada korban lagi... siapa yang akan bertanggung jawab? Sementara tempat kerja kita saja saling melepas tanggung jawab.""Mereka pasti mencari nara sumber, dan aku tidak mau terlibat.""Dulu saja yang menjadi korban adalah anak-anak orang kaya, dan kamu lihat sendiri bukan... mereka justru memanfaatkan moment ini dengan menjatuhkan orang lain sekaligus mencari konsumen baru."Rida mengangguk paham. "Ya, kita semua sudah tahu mengenai hal itu.""Makanya, kita harus speak up tentang hal ini. Kamu tidak kasihan dengan orang tua kembar yang dituduhkan mereka? Padahal mereka yang salah, bukan orang tua kembar."Rida m
Reza menghela napas panjang saat Putra keluar dari ruangan, menatap dokumen yang ada di atas mejanya. Dokumen itu adalah laporan keuangan perusahaan yang baru saja selesai diperiksa.Reza tahu bahwa perusahaan sedang dalam kondisi yang tidak baik. Pendapatan perusahaan terus menurun, sedangkan pengeluaran semakin membengkak. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah manajemen yang buruk.Reza menduga bahwa Burhan, penyebab utama dari masalah ini. Burhan seorang pengusaha yang licik dan tamak, tidak mau merugi terus menerus, juga ingin mengeruk keuntungan sebanyak-banyaknya. Namun, kondisi perusahaan terbatas, sehingga Burhan terpaksa melakukan berbagai cara untuk mencapai tujuannya.Reza tahu bahwa Burhan tidak akan pernah mau mengakui kesalahan, selalu menyalahkan orang lain atas kegagalannya. Reza harus mencari cara untuk membuktikan kesalahan Burhan dan menjual perusahaan yang sebelumnya milik pria berlemak itu. Melihat raut wajah pucat lemaknya ketika tahu bah
Agung sangat puas dengan hasil yang didapatkannya, semua hal diterabas dia meskipun terlihat menjual kesedihan untuk keponakannya. Bahkan, dia menggratiskan Sandy untuk main ke tempat bermainnya.Tentu saja Sandy bisa bermain sepuas hati dan semakin merajalela, merasa keluarganya memiliki banyak hak sebagai pemilik."Kamu tidak boleh main ini kalau tidak minta izin ke aku.""Memangnya kenapa aku harus minta izin?""Karena keluarga aku yang punya tempat ini."Anak perempuan yang berusia enam tahun, mengerutkan kening tidak mengerti. "Katanya kakak, aku boleh main sepuasnya. Kakak sudah bayar mahal lho.""Memangnya kenapa dengan bayar? Itukan hanya tiket masuk, semua mainan di sini harus izin dariku.""Bagaimana caranya aku minta izin?"Sandy tersenyum lalu menunjuk bros yang dipakai anak perempuan itu. "Berikan itu kepadaku."Anak perempuan itu terkejut lalu menutup brosnya dengan tangan mungil. "Tidak! Ini dikasih kakak tadi!"Sandy cemberut lalu menyembunyikan mainan kayu yang diambi
Vivi masih bisa melihat raut wajah sedih Erika. "Kenapa kamu tidak bekerja saja demi masa depan? Bukankah kamu belum masuk kuliah?"Erika menggelengkan kepala. "Lebih baik aku bekerja, menghidupi diri sendiri, aku masih tidak mau berhadapan dengan orang lain."Vivi bisa melihat trauma di dalam diri Erika. "Mereka sudah minta maaf ke kamu?""Minta maaf?""Bukankah Erika yang menjebak kamu sampai memberikan tubuh ke om-om?" tanya Vivi tanpa merasa bersalah. "Aku tahu, semuanya adalah pilihan kamu... tapi, jika dia tidak membuka jalan... mungkin kamu tidak akan seperti ini sekarang."Erika tersenyum sambil membersihkan bibir kecil si sulung yang belepotan bubur bayi. "Sudah menjadi masa lalu, sebaiknya tidak perlu dibahas, Dia juga sudah meninggal.""Kamu juga bisa menuntut keluarga Almira," ucap Vivi sambil menatap lurus televisi yang menayangkan seorang artis. "Bukankah mereka sekarang hidup jauh lebih tenang daripada hidup kalian? Mungkin memang itu salah satu karma dari ibu kandung k
Burhan sudah membeli data Vivi, dan dia sudah tidak sabar untuk menggunakannya. Dia segera menghubungi tim internet untuk meminta bantuan. Namun, ketika tim internet mendengar bahwa Burhan ingin menggunakan data Vivi, mereka langsung meminta harga mahal."Kenapa kamu minta harga mahal?" tanya Burhan dengan geram di telepon. Dulu dia mengeluarkan uang tanpa perlu banyak berpikir, sekarang dia harus berpikir dua kali untuk pertahankan rumahnya. "Bukankah selama ini aku menjadi pelanggan tetap kalian?""Yang kita hadapi ini keluarga Aditama, saya tidak bodoh dan tidak akan melawan tanpa persiapan matang. Saya juga harus memakai identitas yang tidak bisa dilacak oleh tim mereka.""Tidak bisakah diturunkan harganya? Kalian kan hanya duduk dan melihat komputer.""Kalau hanya duduk dan melihat komputer, kenapa tidak Anda saja yang melakukannya sendiri?""Kamu menghina aku sekarang?" tanya Burhan sambil meninggikan suaranya."Saya hanya memberikan masukan, karena kelihatannya mudah sekali jik
Dalam kafe yang tenang dan nyaman, Burhan dan Tifa duduk berhadapan di meja. Udara dipenuhi oleh harapan dan ketegangan, seolah-olah dunia di sekitar mereka berhenti berputar untuk sementara.Setelah diskusi yang panjang, Burhan akhirnya memberikan persetujuan. Dia menyodorkan amplop kecil berisi sejumlah uang kepada Tifa, dan dengan gerakan yang cermat, diletakkan di atas meja.Tifa mengangguk dengan serius, mengambil amplop itu dan dimasukkan di dalam tasnya. "Dengan ini, kita memiliki kesepakatan," kata Tifa dengan nada tegas.Burhan mengangguk, tatapannya fokus pada Tifa. "Ya, kita punya kesepakatan."Tifa melanjutkan, "Sekarang, saya akan memberikan informasi yang Anda inginkan. Nama-nama terkait dan fakta-fakta yang mungkin Anda perlukan ada dalam berkas ini." Dia mengeluarkan selembar kertas dari tasnya dan diletakkan di depan Burhan.Burhan meraih kertas itu dengan hati-hati, mata menyapu setiap detail yang tertulis di sana. Dia membaca dengan tekun, mengesampingkan segala gan
Burhan tertawa bahagia, dia bisa membayangkan akan memenangkan pertarungan serta mampu merebut bisnis keluarga Hutama. Tidak hanya itu, dia juga bisa membuat pasangan suami istri yang sudah bertindak sombong itu, dengan bertekuk lutut di kakinya. "Haa, akhirnya... Tuhan memang berikan takdir yang bagus untukku."Burhan kembali membaca pesan yang diberikan informan dan tertawa, malam ini dia bisa tidur dengan nyenyak. Tapi..Burhan tiba-tiba memiliki ide dan menghubungi seseorang yang sedang membutuhkan uang, orang itu pandai di media sosial dan bisa menjadi netizen bayaran. Jika Vivi dan Reza membuat skandal yang tidak bisa diterima oleh masyarakat Indonesia, bukankah sahamnya akan menurun dan bisnis akan hancur?Burhan tidak sabar memakai rencana indahnya.Sementara kondisi di internet semakin memanas, orang-orang mulai mengeluarkan pendapat masing-masing setelah melihat video yang diedit. Vivi mengomel ke ibu korban, ada lagi rekaman cctv saat salah satu anak Vivi melempar mainan ke
Agung merenungkan kembali perkataan istrinya dan setuju dengan pendapat kedua adiknya.Ana diserahkan tanggung jawab perihal media sosial.Istri Agung tidak setuju dan berupaya merubah pikiran sang suami. "Mereka orang kaya, lebih kaya dari kita, koneksinya pasti tidak main-main. Kita akan kalah."Agung menepis kekhawatiran istrinya. "Tenang saja, netizen bisa membantu kita. Mereka tidak mungkin bisa melawan netizen. Selain itu, kita bisa mendapatkan kompensasi sekaligus marketing gratis.""A- apa?" Istri Agung terkejut dengan jalan pikiran suaminya. "Kamu... sampai ke sana? Bagaimana kalau mereka menuntut?""Tidak akan, semua orang pasti lebih percaya pada kita daripada orang yang sudah menjadi public enemy," jawab Ana dengan santai. "Mereka orang kaya yang sombong, sudah sewajarnya mendapat hukuman sosial."Istri Agung menggigit bibir ketika melihat tekad di mata suaminya, dia berdiri dan mengeluarkan peringatan. "Ini untuk terakhir kalinya, aku tidak akan ikut campur masalah kalian.