Tepat pukul delapan pagi Zanna dan Alyssa sudah tiba di depan pagar sebuah rumah berwarna putih, megah dan besar. Beruntung saat sibuk berkirim pesan dengan Atha dulu, dia memberitahu alamat dengan harapan Zanna mau berkunjung ke sana.Namun, Zanna mengerutkan kening saat melihat di depan rumah berjejer banyak mobil mewah. Apa semua milik Atha?"Ada hajatan kali, ya? Kita kayaknya salah kostum deh." Alyssa melihat baju yang dia pakai. Kemeja dan celana jeans seperti biasa.Zanna pun dipaksa berpakaian meniru kakaknya. Mereka sedikit ragu untuk masuk ke rumah itu karena terlalu ramai. Lagi pula, jika hanya merantau ke kota seberang, kenapa harus mengundang banyak orang?Seribu tanya dalam benak Zanna masih belum terjawab sampai dia melihat seorang ibu-ibu keluar dari rumah itu. Matanya merah seperti habis menangis. Zanna menduga dia sedih karena Atha akan segera merantau.Saat jarak mereka semakin dekat, Zanna memberanikan diri untuk bertanya, "Maaf, Bu, saya temannya Atha. Tadi malam
"Iya, sepulang dari taman aku sengaja mampir ke kafe ini. Pas lagi merenung, dia malah datang. Katanya, kalau aku nyakitin kamu lagi, maka dia tidak akan segan membuka rahasiaku di depan umum.""Bagaimana ciri-cirinya? Putih? Tampan? Ada tahi lalat di atas bibir?"Sandra berusaha mengingat lelaki itu, kemudian mengangguk. Diam-diam menggerutu dalam hati karena memang mereka berteman. Namun, melihat keterkejutan di wajah Zanna, Sandra menjadi tahu dan yakin kalau lelaki asing kemarin mengancam tanpa sepengetahuannya."Dia nggak nyebut nama?""Nggak. Kalau aja tahu namanya, bakal aku cari abis lahiran nanti. Pokoknya kalau ketemu, aku bakal nanya rahasia apa yang dia tahu. Za, kemarin dia ternyata menguping pembicaraan kita di taman."Zanna memutar bola mata malas. Dia tidak peduli apakah Atha benar menguping atau kebetulan lewat saja karena dia memang suka ke taman. Satu yang membuat Zanna bertanya-tanya adalah kenapa dia tidak muncul di hadapan Zan
Hari-hari berlalu tanpa air mata meskipun sejumput nyeri selalu merebak cepat di dalam dada. Terkadang penyesalan membuat Zanna ingin bertingkah seperti orang gila. Memantik api, padahal tidak harus melakukan sesuatu.Sekarang dia tersenyum sinis, tepat sejak kematian Atha sampai tujuh hari berlalu, Zanna selalu mendapat teror dari nomor yang tidak dikenal. Namun, dia menyimpan masalah itu sendirian berharap bisa menyelesaikan sendiri.Foto profil seorang pesepak bola profesional tidak akan bisa mengelabui Zanna. Zanna yakin dari cara orang aneh itu mengetik pesan, dia adalah seorang perempuan. Satu hal yang sangat mengganggu adalah perempuan itu tahu bahwa Zanna pernah tinggal di panti asuhan, lalu menikah dan dijadikan babu oleh suami dan keluarganya.Selain Sandra, Nila dan juga Bu Tika, siapa yang tahu masa lalunya? Tidak mungkin tetangga karena sejak dulu mereka belum pernah julid pada Zanna bahkan selalu mendukung dalam keadaan apa pun. Menarik napas panjang, Zanna kembali mener
Malam hari, Alyssa sengaja datang ke kamar Zanna. Pandangannya diedarkan ke segala arah, senyum simpul terbit di bibir yang dia poles lipstick merah marun. Sementara sang empu baru saja selesai melakukan ritual malam sebelum tidur di depan kaca rias.Alyssa mendekat, memilih duduk di tepi ranjang. Kamar yang sangat luas itu menghadirkan rasa nyaman dalam hati Alyssa. Dia menyesal kenapa dulu memilih kamar sebelah.Namun, itu bukan hal penting untuk dipermasalahkan karena kalau mau, Alyssa bisa menempati kamar tidur orang tuanya yang jauh lebih luas karena dilengkapi ruang kerja dan perpustakaan pribadi di mana buku-buku serta berkas penting keluarga dan perusahaan ada di sana."Kak Alyssa abis liat hantu sampai malam-malam ke sini?" Zanna melempar guyonan setelah selesai menyisir rambut. Perempuan itu memakai piyama merah muda kesukaannya.Bahkan dari pemilihan warna kamar dan pakaian, Alyssa jelas berbeda. Dia lebih menyukai warna gelap tanpa hiasan bunga seperti yang dilakukan Zanna
Zanna menikmati makan malamnya dengan pikiran kacau, membiarkan Alyssa dan Akmal mengobrol tanpa ada keinginan menimpali. Dia sangat penasaran kira-kira siapa yang telah mengiriminya paket serta mengajak bertemu di Kafe Emerald.Bagaimana jika ternyata dia orang penting? Salah satu dugaan terkuat dalam pikiran Zanna saat ini adalah Bu Riska. Terakhir kali bertemu memang di hari kematian Atha, tetapi bukan tidak mungkin jika ada sesuatu yang ingin dibahas.Akhir-akhir ini, semenjak menikah dan menjadi janda, Zanna tidak banyak berinteraksi dengan orang luar. Dia juga merasa ragu menuduh paket itu dari Dimas. Dress mahal sudah sulit dia dapatkan karena bekerja di bengkel dengan gaji tak seberapa.Apalagi Sandra akan melahirkan, tentu butuh biaya lumayan, juga mempersiapkan pakaian bayi dan sebagainya. Meskipun Kafe Emerald adalah tempat favorite Dimas, selalu ada kata kebetulan di dunia ini."Zanna, kenapa sejak tadi kamu diam? Kamu nggak suka situasinya?" Teguran dari Akmal membuyarkan
Zanna dan Alyssa tiba di rumah setelah pukul sebelas malam karena Akmal mengajaknya berdansa untuk memberi kesan romantis pada malam bahagia mereka. Pak Arsenio pun telah diberitahu dan memberi restu. Jadi, pernikahan akan dilangsungkan dalam dua bulan ke depan untuk persiapan matang sekaligus menunggu kelonggaran waktu sang papa pulang ke Indonesia.Mereka akan menikah di salah satu hotel berbintang, mengundang kerabat dekat saja sesuai keinginan Zanna. Pasalnya dia malu jika samai di antara mereka ada yang tahu masa lalu Zanna karena zaman sekarang sangat mudah mengkritik orang lain tanpa mencari seluk-beluk masalah terlebih dahulu."Za, kamu nggak penasaran siapa pengirim paket itu?".Zanna yang semula sangat mengantuk tiba-tiba membelalakkan mata. " Kak Alyssa sudah tahu?""Iya." Alyssa mengambil ponsel dalam tas bahunya, kemudian menunjukkan percakapannya di aplikasi chatting dengan perempuan yang disuruh menggantikan Zanna tadi.Foto yang mengejutkan. Seorang lelaki duduk sendir
Dimas menarik tangan Zanna keluar dari rumah dan berdiri di teras depan. Di saat yang sama, Alyssa diam-diam merekam mereka karena yakin suatu hari bisa menjadikannya senjata. Tidak ada yang tahu jika di mobil ada orang lain.Mereka saling menatap tajam. Dimas muak, ingin rasanya menghabisi nyawa Zanna. Namun, entah kenapa saat memikirkan itu hatinya ikut terluka."Dari mana foto itu, Za? Apa jangan-jangan perempuan tadi malam suruhan kamu?""Suruhan?" Zanna tersenyum kecut. "Kamu terlalu penting jika harus mengirim orang buat menemui kamu, Mas. Udahlah, aku ke sini bukan mau bahas tentang kita ke depannya. Sebaliknya, aku mau minta kamu fokus jaga Sandra. Nggak udah ngusik aku lagi. Tadi malam aku ada acara lamaran, jangan sampai calon suamiku salah paham dan ingin membunuhmu!"Zandra mendorong kasar tubuh Dimas, kemudian masuk ke mobil dan melakukannya dengan kecepatan tinggi. Dimas membuang napas kasar, menyugar rambut ke belakang karena merasa frustrasi. Entah bagaimana dia akan m
Dimas sudah tiba di rumah sambil membawa gorengan pesanan Sandra. Peluh membasahi tubuh, terlihat sangat kotor karena tadi sibuk membongkar motor yang rusak parah. Wajahnya pun tidak lepas dari oli bekas. Bau asam menjadi pelengkap betapa Dimas tidak pantas menunda mandi.Pintu terbuka pelan, muncul sosok perempuan berbadan dua. Dia mengerutkan kening, menutup hidung dengan kedua jemari. Tangan kanannya merampas kantong kresek yang dibawa Dimas sebelum akhirnya bergegas masuk ke ruang tengah."Gitu amat sama suami, bukannya salim dulu malah langsung masuk!" sindir Dimas tepat mengenai hati Sandra.Tanpa menoleh, perempuan itu membalas, "Gimana mau salim kalau kamu aja bau asem gitu, Mas. Mending mandi sekarang!""Mas bau begini juga karena kamu. Sebentar lagi kamu lahiran, masa nggak butuh duit. Syukur-syukur kalau orang tua kamu mau danain kita."Sandra mendelik kesal, kemudian mengibaskan tangan sebagai isyarat agar Dimas segera mandi. Setelah lelaki dekil itu pergi, Sandra terus me