Untuk sesaat, ia justru hanya fokus ke bagian itu seolah ada yang menahan dirinya untuk mengalihkan pandangannya dari area terlarang tersebut."Bagus."Tanpa sadar, Kazaya justru bicara demikian, dan itu membuat Syena menghentikan gerakannya yang sibuk mengancingkan kemeja Kazaya kembali setelah tadi ia membantu untuk memakaikannya.Melihat arah pandangan mata Kazaya, Syena jadi tersadar hingga ia segera menutup bagian bawah pakaiannya yang robek dengan kedua telapak tangannya. Tidak hanya melakukan hal itu, Syena juga membalikkan tubuhnya, agar Kazaya tidak lagi menatap bagian dadanya yang menyembul di bagian bawah.Dia tadi bilang apa? Bagus? Apa kata bagus itu untuk dadaku? Ukh! Kenapa aku jadi berdebar kayak gini, sih? Padahal dia sedang terluka, kenapa sempat-sempatnya menggoda kayak gitu?Syena membatin, tangannya masih ke bagian dadanya dan ia tidak tahu apa yang ia lakukan sekarang untuk mengatasi perasaannya.Sementara itu, Kazaya yang sadar sudah mengeluarkan celotehan yang
Perlahan, Syena merasakan, bibir itu tidak hanya menyentuh, tapi juga bergerak lembut dan gerakan itu adalah gerakan mencium, tentu saja itu membuat Syena benar-benar terkejut sekaligus merasa terbang melayang!Namun, karena ia tidak mau disentuh tanpa alasan, Syena yang sebenarnya menyukai apa yang dilakukan oleh Kazaya memundurkan kepalanya hingga ciuman Kazaya terhenti seketika. Napas keduanya memburu, membuat Syena tidak berani menatap wajah Kazaya karena saat ini, Kazaya menatapnya dengan tatapan mata yang sangat membuatnya salah tingkah."Kenapa menciumku?" tanya Syena dengan nada suara perlahan pertanda perempuan itu masih sulit untuk mengendalikan perasaannya akibat apa yang dilakukan oleh Kazaya pada bibirnya."Bukannya lu juga pernah melakukan itu waktu di depan publik? Kenapa dipermasalahkan?" jawab Kazaya enteng.Padahal, pemuda itu juga merasa salah tingkah karena ia juga tidak tahu, mengapa tadi ia melakukan hal itu pada Syena. Namun, dibandingkan Syena, Kazaya lebih ma
Syena kembali bicara seorang diri, karena ia benar-benar tidak tahu, apa yang harus ia lakukan sekarang.Otaknya berpikir agar ia bisa mendapatkan sesuatu untuk membuat Kazaya bisa merasa hangat, tapi sesuatu itu apa? Syena mengedarkan pandangannya untuk mencari sesuatu yang mungkin bisa ia jadikan sebagai sumber api, tapi di sekitar tempat di mana mereka sekarang berada, tidak ada sama sekali kayu kering kecuali batu dan sedikit tumbuhan liar yang masuk ke celah batu di mana mereka berada."Dingin...."Kembali suara Kazaya terdengar membuyarkan pergulatan pikiran Syena tentang bagaimana ia harus mencari cara untuk bisa membuat api unggun.Syena meraba bagian kening Kazaya kembali, dan tubuh pria itu semakin dingin bahkan Syena bisa merasakan, Kazaya menggigil membuat Syena semakin panik. "Apa yang harus aku lakukan, Zay. Aku benar-benar enggak tahu, harus berbuat apa sekarang ini!" kata Syena sambil terus memutar otak untuk mencoba mencari alternatif, agar ia bisa membantu Kazaya
"Apa? Memperkosa kamu? Enak aja, kamu pikir aku wanita seperti itu?" bantah Syena tidak terima dikatakan memanfaatkan keadaan untuk menyentuh Kazaya."Ya, udah. Buktikan. Kalo emang lu kagak mikir jorok tentang gue, buktikan aja, lakukan dengan benar proses pertolongan yang lu lakuin itu."Syena memalingkan wajahnya kembali, tidak mau Kazaya semakin melihat, betapa tidak karuannya wajahnya sekarang karena ucapan yang dilontarkan oleh pria tersebut.Hati Syena jadi sulit untuk memutuskan, antara melanjutkan atau menghentikan niat pertolongan yang tadi dilakukannya pada Kazaya.Bagaimana ini? Kazaya selalu punya cara untuk bikin aku jadi seperti orang bodoh, apa yang harus aku lakukan sekarang? Sudah buka baju kayak gini, apa baik untuk membatalkan? Tapi, kalau melakukan hal seperti yang dikatakan Kazaya, rasanya aku enggak bisa....Syena membatin, dan jari jemarinya saling bertaut pertanda ia sedang gelisah, sedangkan hawa dingin cukup membuat tubuhnya gemetar karena di bagian atas, ia
Kazaya meringis ketika hal itu dilakukan oleh Syena, tapi ia tidak bersuara untuk mengetahui apa yang sebenarnya akan dilakukan oleh perempuan tersebut padanya. Meskipun akibatnya, Kazaya merasa kulit punggungnya terasa perih dan sepertinya, kuku Syena pun membuat kulit punggungnya terluka.Sementara itu, Syena yang diliputi perasaan marah tidak puas hanya melakukan itu saja pada punggung Kazaya. Perempuan itu juga memaki di dalam hati, hingga terbersit rencana untuk membalas apa yang sudah dilakukan oleh Kazaya padanya. Kamu sudah terlalu sering membuat harga diriku jatuh di mata kamu, Zaya. Lihat saja, aku akan membalas perbuatan kamu, kamu pikir kamu siapa? Setengah mati, aku melakukan hal yang bisa membuat kamu tertolong, tapi ternyata, kamu selalu aja memandang aku sebelah mata, baiklah, kamu akan tahu akibatnya!Hati Syena mengomel demikian, seiring cengkeramannya di kulit punggung Kazaya, yang sedikit demi sedikit menjadi perlahan, tidak lagi sekuat tadi.Karena ingin membala
"Kau, Syena? Astaga! Maaf!!" Orang yang membekuk Syena mengucapkan kalimat tersebut pada Syena, hingga Syena bisa mengenali suara itu dengan baik."Kau, perempuan teman Kazaya?" katanya tidak menyebut nama orang yang membekuknya yang memang adalah Vivian meskipun Syena tahu, nama perempuan itu dari Kazaya.Bukannya membenci Vivian, sampai Syena tidak mau menyebut nama gadis itu, tapi, Vivian sendiri tidak pernah memperkenalkan namanya secara resmi pada Syena itu sebabnya, Syena sedikit enggan untuk memanggil. "Di mana Kazaya?" tanya Vivian sambil melepaskan tangannya yang tadi membekuk Syena. Syena berusaha bangkit ketika tangannya tidak lagi dibekuk oleh Vivian, tapi kakinya yang tertembak sulit untuk berdiri dengan baik karena apa yang dilakukan oleh Vivian tadi cukup membuat lukanya terbentur."Di dalam, kami bersembunyi di celah batu, dan -"Tanpa menunggu ucapan Syena tuntas, Vivian langsung menyingkirkan Syena untuk bisa melihat keadaan Kazaya di celah batu yang dikatakan ole
Perkataan Vivian, cukup menohok hati Syena dan sejujurnya, Syena tersinggung dengan kesimpulan yang dikatakan oleh perempuan tersebut.Namun, jika menyangkal bahwa ia tidak ikut andil untuk bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada Kazaya, ia juga tidak bisa karena memang Kazaya demikian karena kesalahannya. "Kamu salah paham. Dia begitu karena aku berusaha untuk memberikan pertolongan. Aku tidak mengerti tentang obat-obatan tradisional, jadi aku melakukan tindakan pertolongan sebatas yang aku ketahui saja.""Pertolongan? Pertolongan apa hingga kau harus membuka pakaiannya sampai bugil seperti itu?""Dia enggak bugil! Dia masih pake celana dalam!" sangkal Syena, tidak terima dikatakan oleh Vivian bahwa ia menelanjangi Kazaya. "Hei! Hanya selembar celana dalam? Mana aku tahu kau juga enggak melepaskan celana dalam dia? Bagaimana kalau ternyata, sebelum keluar, kamu justru sudah memakaikan celana dalam Kazaya? Bagaimana kalau ternyata, kau sudah menelanjangi dia saat dia tidak sada
"Terus, kalau Syena make baju kamu yang kering kamu make jaket kamu yang basah gitu?" kata Vivian ikut campur dalam pembicaraan antara Syena dan Zill.Mendengar apa yang diucapkan oleh Vivian, Syena sudah tahu apa yang harus dilakukannya, dan ia segera menolak tawaran Zill dengan alasan, ia tidak kenapa-kenapa dengan pakaiannya yang sekarang. Karena Syena menolak apa yang diberikannya, Zill tidak bisa memaksa. Pria itu akhirnya pergi keluar celah batu, untuk memeriksa keadaan di luar sebelum akhirnya ia kembali lagi memberikan kabar.Kini, tersisa Vivian, Syena dan Kazaya yang masih pingsan saja di tempat sempit tersebut."Kamu bangga dengan dada kamu itu? Sampai kamu menolak tawaran dari Zill tadi?"Sebuah pertanyaan tak terduga diucapkan oleh Vivian, dan membuat Syena jadi semakin sebal dengan perempuan itu."Kamu suka dengan Zill?""Apa?"Vivian terkejut dengan tebakan yang diucapkan oleh Syena. "Iya. Kamu suka atau justru ditolak sama dia?"Vivian mengepalkan telapak tangannya,
Awalnya, Syena tidak berani membalas ciuman yang diberikan oleh Kazaya. Namun beberapa saat kemudian, rasa ragu Syena akhirnya musnah. Ia membalas ciuman yang diberikan oleh Kazaya padanya dengan penuh perasaan pula hingga akhirnya keduanya sama-sama tenggelam dalam perasaan mereka satu sama lain dan ketika perasaan itu ingin mendorong mereka melakukan hal yang lebih dari sekedar ciuman, buru-buru Syena dan Kazaya saling menarik diri dengan napas mereka yang memburu.Kazaya mengusap wajahnya yang terasa panas dan ia yakin sekarang ini wajahnya merah begitu juga dengan Syena. "Jadi, apa sekarang kita jadian?" tanya Syena dengan suara perlahan khawatir apa yang dialaminya tadi adalah sebuah mimpi atau hanya sebuah canda Kazaya saja karena pemuda itu biasanya juga sering melakukan sesuatu yang tidak dipikirkan dahulu."Asalkan kamu mau menunggu dulu sebelum akhirnya aku bisa melamar kamu, untuk sekarang aku masih harus menyelesaikan kekacauan yang sedang terjadi."Mendengar Kazaya meru
"Gue suka sama lu, Syena tapi gue tau, itu terlambat, dan-""Kenapa menyukaiku? Dan kenapa kamu baru mengatakan sekarang?" potong Syena hingga membuat Kazaya tidak bisa bicara untuk sejenak karena tidak tahu apa yang akan ia katakan untuk menjawab pertanyaan perempuan tersebut."Gue kagak tau kenapa gue suka sama lu, tapi mungkin karena lu begitu peduli sama keluarga gue, gue jadi merasa lu itu menganggap penting keluarga gue."Akhirnya, Kazaya menjawab pertanyaan Syena tapi Syena tidak puas dengan jawaban itu. Hingga ia melontarkan pertanyaan yang serupa tentang mengapa Kazaya baru mengatakan hal itu sekarang. "Karena gue benci, Kazumi bilang gue pecundang dan gue kagak suka dikatakan seorang pecundang karena ucapan itu membuat gue kagak berguna.""Jadi, Kazumi yang membuat kamu berpikir kayak sekarang?""Si bodoh itu kagak pernah jatuh cinta tapi dia lebih peka dari gue.""Sebenarnya, aku tahu kamu juga suka sama aku waktu kamu mencium aku di hutan itu."Wajah Kazaya berubah ketika
"Zaya. Enggak ada yang salah dengan pikiran kamu itu. Cari uang dengan mengandalkan bakat itu lumrah, yang enggak boleh dilakukan itu adalah, apapun akan dilakukan demi uang, pikiran kamu waktu dulu itu kan, karena kamu sulit mendapatkan uang, yang penting sekarang kamu udah sadar kalau seni itu juga penting."Dengan bijak, Syena menanggapi apa yang diucapkan oleh Kazaya agar pria itu tidak berlarut-larut dalam keterpurukannya.Kazaya diam tidak menanggapi apa yang diucapkan oleh Syena, hingga situasi di antara mereka senyap untuk beberapa saat.Dan kemudian...."Sampai sekarang, Alex aja kagak bisa melacak keberadaan Kazumi, padahal dia sangat andal melakukan pelacakan, semua sistem informasi yang diberikan oleh Alex pada Kazumi kayaknya kedeteksi, jadi keberadaan Kazumi kagak bisa diketahui di mana, yang jadi masalah, kalo bokap gue nanya dia di mana gue harus bilang apa? Gue benar-benar pusing sekarang.""Jujur aja.""Apa?"Kazaya seolah tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh
"Ah, enggak! Aku enggak mikir kayak gitu! Aku cuma ingin kamu lebih melakukan persiapan aja kalau ternyata kamu benar-benar hamil, kan?" kata Moa buru-buru menjelaskan.Wajah Rachel seketika suram mendengar apa yang diucapkan oleh Moa, hingga Moa mengira Rachel jadi seperti itu karena dirinya."Rachel, apa aku salah bicara?" tanya Moa dengan nada suara yang terdengar sangat hati-hati."Enggak. Enggak ada yang salah. Aku hanya berpikir bagaimana bisa aku mengatakan pada Kazumi bahwa dia ternyata tetap sehat meskipun pernah meminum obat anti kesuburan itu di masalalu? Dia aja enggak bisa dihubungi, rasanya menyedihkan."Mendengar apa yang diucapkan oleh Rachel, Syena mengusap punggung perempuan itu untuk sekedar menenangkan perasaan Rachel yang pasti terguncang karena kabar Kazumi yang bergabung dengan organisasi mafia tersebut."Yang penting itu kesehatan kamu dan bayimu dulu, kalau kamu sudah yakin kamu itu hamil, kamu bisa menjaga bayi ini dengan baik, masalah Kazumi, Kazaya pasti ak
Rachel terlihat salah tingkah mendengar pertanyaan yang diucapkan oleh Moa, hingga Moa tertawa kecil melihat ekspresi mantan istri pertama Kazumi tersebut. "Aku bercanda. Kau tidak perlu ambil hati, sejujurnya aku memang masih merasa cinta sama Kazumi, tapi aku tahu diri, Kazumi tidak pernah suka padaku, jadi aku tidak akan memikirkannya lagi, hanya saja kurasa itu perlu proses, jadi untuk sekarang aku ya masih memikirkan dia, maaf."Moa bicara dengan wajah yang terlihat sangat serius."Kazumi bukan milik siapapun lagi, jadi enggak ada yang bisa melarang siapapun untuk memikirkannya."Rachel menanggapi perkataan Moa, tapi Moa bisa melihat, itu hanya sesuatu yang sekedar diucapkan oleh Rachel saja. Ia bisa melihat, Rachel terlihat cemburu mendengar apa yang diucapkannya tadi hingga Moa sangat yakin, perempuan itu pasti masih sangat mencintai Kazumi."Rachel. Kazumi itu mencintai kamu, jadi kurasa kamu harus memperjuangkan perasaan kamu itu kalau memang kamu masih mencintai dia."Moa b
Jemari tangan Rachel yang sedang merangkai bunga terhenti seketika mendengar apa yang diucapkan oleh Radit. Radit merasa puas melihat perubahan yang terjadi pada wajah Rachel hingga laki-laki itu melangkah semakin mendekati posisi Rachel berada. "Kamu tidak tahu?" tanyanya setelah ia berada tepat di hadapan Rachel."Kamu ke sini hanya ingin membahas itu? Masih enggak suka juga kamu sama dia?" tanya Rachel beruntun."Rachel, aku peduli sama kamu, aku cuma enggak mau kamu kenapa-kenapa," kata Radit penuh dengan perasaan khawatir yang ia perlihatkan lewat sorot matanya."Aku dan Kazumi sudah bercerai, Radit. Urusan dia bukan urusanku lagi, jadi tolong pergi saja, jangan ganggu aku lagi!" pinta Rachel tanpa memberikan kesempatan pada pria itu untuk lebih banyak bicara lantaran ia sejak dulu memang sudah muak dengan pria tersebut.Namun, tidak bisa dipungkiri, apa yang dikatakan oleh Radit cukup membuat ia jadi kepikiran juga. Kazumi bergabung dengan organisasi mafia? Sepertinya tidak
Andreas menghela napas panjang mendengar apa yang diucapkan oleh Kazaya.Sebenarnya ia sekarang terpancing emosi, akan tetapi, ia tidak mau bertindak gegabah, meladeni kemarahan Kazaya hingga akhirnya pemuda itu bisa saja membuat galerinya hancur."Sebenarnya ada apa? Kamu marah marah seperti ini padaku? Apakah ada yang terjadi pada Kazumi?"Andreas tidak menanggapi ucapan mengandung emosi yang dikatakan oleh Kazaya tadi karena sebenarnya ia yakin bukan itu yang sedang bergolak di otak Kazaya.Kazaya bungkam mendengar pertanyaan Andreas. Ia mengusap wajahnya dengan kasar dan untuk sesaat ia tidak tahu harus bicara darimana untuk membeberkan segalanya."Asal kau tahu saja, Zaya. Aku memang dahulu pernah mendapatkan tawaran yang cukup menggiurkan dari Ernesto, bisa membuat lukisanku lebih meluas lagi ke seluruh dunia, namun, aku tidak menerima tawaran itu karena kupikir, aku tidak tega menodai sebuah karya seni."Karena Kazaya tidak kunjung bicara meskipun ia sudah melontarkan pertanyaa
Alex tidak langsung menjawab apa yang diucapkan oleh Kazaya dan berujung pertanyaan tersebut, karena ia memang sesuai yang diucapkan oleh Kazaya, merasa khawatir dengan apa yang sudah diputuskan oleh Kazumi tadi secara tiba-tiba.Hanya saja, karena ia tahu Kazumi tidak akan berbuat sembarangan tanpa berpikir dahulu resikonya, ia percaya apa yang dilakukan oleh Kazumi adalah hal yang memang harus dilakukan oleh majikannya tersebut."Ternyata, lu juga sama aja dengan gue, panik dengan apa yang dilakukan oleh Kazumi," sinis Kazaya yang membuat Alex menghela napas panjang mendengarnya."Iya. Aku akui aku juga sama khawatirnya dengan Tuan, tapi aku yakin, Tuan Kazumi tidak akan sembarangan bertindak, Tuan. Dia pasti sudah merencanakan hal itu dengan baik dan tahu resikonya."Alex akhirnya menanggapi apa yang dikatakan oleh Kazaya, dan itu membuat Kazaya memajukan bibirnya."Meskipun resikonya dipenggal?""Semoga Tuan Kazumi baik-baik saja."Alex tidak berani berpikir bahwa Kazumi akan dipe
"Gue cuma kagak mau ada orang lain yang terkena masalah karena keluarga kita!" jelas Kazaya dan itu membuat Kazumi tersenyum kecut meskipun ia sesekali mengerenyit menahan sakit karena luka yang dideritanya membuat punggungnya terasa perih."Peduli juga tidak apa-apa, kau memang harus melakukan hal itu padanya, sebelum terlambat.""Berisik!""Tuan. Ada laporan dari rekanku, katanya mereka sedang bentrok dengan anak buah Yurata."Saat Kazumi dan Kazaya bertengkar, Alex bicara seperti itu hingga pertengkaran yang terjadi pada saudara kembar itu terhenti seketika."Di mana mereka sekarang?"Baru saja Kazumi melontarkan pertanyaan itu pada Alex, tiba-tiba saja dari arah atas mereka terdengar suara seseorang memanggil, hingga mereka mendongakkan kepala mereka untuk mencari tahu siapa yang sedang memanggil mereka."Itu mereka!" kata Alex sambil mengarahkan telunjuknya ke atas. Sebuah tali terjulur dari atas dan tali itu bukan tali biasa tapi tali yang biasa digunakan oleh seseorang yang se