Share

Chapter 84

Penulis: Fitri
last update Terakhir Diperbarui: 2022-01-25 20:01:38

Fia terus berjalan hingga sampailah dia di depan pintu kelas. Saat dia memasuki kelas, dirinya di buat terkejut dan secara refleks tubuhnya kaku di depan kelas. Penghuni kelas yang melihat itu menatap heran ke arah Fia.

“Fia? Kamu kenapa?” tanya guru mapel dengan lembut.

‘Loh? Kok dia ada di kelas? Bukanya dia ada di belakang gue?’ batin Fia sambil menatap ke arah Yuan dengan raut wajah terkejut sedangkah Yuan menatap balik Fia dengan raut wajah heran.

Sang guru mapel yang tak mendapatkan jawaban dari Fia mulai khawatir dan dengan gerakan lembut dia menepuk bahu Fia hingga tubuh Fia memberi respons.

“Eh?” ucap Fia saat terbangun dari rasa terkejutnya. 

“Kamu kenapa?” tanya sang guru mapel dengan raut wajah khawatir.

“Enggak Bu, saya tidak apa-apa” ucap Fia dengan raut wajah kembali normal.

“Ya sudah kalau begitu kembali ke tempat dudukmu” ucap sang guru mapel

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • DERSIK   Chapter 85

    Jam menunjukan pukul 14.30 dan sebentar lagi bel pulang sekolah akan berbunyi. Banyak Siswa/i yang sudah menunggu bel berbunyi. Ada juga beberapa Siswa yang sudah menata tas ranselnya, semua buku sudah dia masukan semua.Di kelas Fia.Saat bel pulang berbunyi bukannya mereka senang dan berlari keluar kelas. Mereka malah memasang raut wajah heran dan bingung, karena saat bel berbunyi di saat itu juga terdengar suara teriakan seorang perempuan.“Siapa tuh?” tanya salah satu Siswa saat melihat ada seorang Siswi berlari melewati depan kelas mereka. Siswi tadi lari dengan raut wajah ketakutan.Dengan perasaan penasaran mereka mulai berjalan keluar kelas meninggalkan beberapa teman kelasnya, salah satunya adalah Fia.“Ami ke depan yuk” ucap salah satu Siswi, mengajak temannya untuk segera keluar.“Sebentar, aku mau nata buku dulu” balas Siswi tadi sambil memasukkan buku-bukunya dengan hati-hati.

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-26
  • DERSIK   Chapter 86

    Fia masih di sekolah, dia sedang menunggu jemputan dari rumah. Lama dia menunggu tapi yang Fia tunggu tak kunjung datang.Dia mencoba mencari kesibukan agar dirinya tak bosan. Lama dia berkutat dengan novelnya tapi rasa bosannya tak kunjung hilang bahkan sekarang dia semakin merasa bosan dan malas ingin melakukan apa saja.Fia mulai menutup novelnya dan memperhatikan sekelilingnya, cukup lama dia melamun dengan tatapan mata tertuju ke arah depan. Tiba-tiba lamunannya buyar saat mendengar suara hantaman yang cukup keras. Tak jauh dari tempatnya terlihat ada dua pengendara motor yang sedang terbaring lemah di atas aspal. Salah satunya adalah seorang ibu rumah tangga dan satunya bapak-bapak.Fia melihat kejadian itu hanya memasang raut wajah santai dan masih berdiam diri di tempat tanpa ada niatan untuk membantu. Dia melihat kejadian di depannya seperti melihat kejadian anak kecil yang sedang berkelahi rebutan mainan.Sedang di tempat tadi sudah ada banyak o

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-31
  • DERSIK   Chapter 87

    Mata yang tadinya tertutup kembali terbuka saat mendengar suara seseorang menyapa gendang telinganya.“Sekolah ini sangat membingungkan” ucap orang tadi sambil menatap ke arah depan dengan sorot mata penuh dengan kemistisan.“Hah?” ucap Fia saat mendengar ucapan sosok perempuan di sampingnya.“Hai, gue kakak kelas yang baru lulus” ucapnya sambil menatap ke arah Fia dengan senyum sekilas dan kembali menatap ke arah depan.“Hai?” balas Fia dengan raut wajah heran.‘Siapa dah? Dateng-dateng sok akrab’ batin Fia dengan malas dan kembali memejamkan matanya tapi matanya kembali terbuka saat mendengar ucapan dari orang di sampingnya.“Lu harus hati-hati, jangan pernah menyepelekan sesuatu hal kecil” ucap orang tadi dengan raut wajah datar.“Sorry, lu siapa? Kenal?” ucap Fia dengan raut wajah datar.“Gue tahu apa yang enggak lu tahu” ucapnya

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-31
  • DERSIK   Chapter 88

    Matahari mulai hilang sinarnya, saat ini Fia sedang duduk santai di samping rumahnya. Pikirannya berkecamuk tentang apa yang di bicarakan orang tadi siang.“Apa perlu gue ke lantai tiga?” gumam Fia sambil menatap ke arah rumput dengan sorot mata kosong.“Tapi...” ucap Fia mengantung dan mendongakkan kepala dengan mata tertutup.“Fia” panggil Bunda Fia dengan nada suara lembut.“Iya Bun?” balas Fia dengan raut wajah bertanya.“Bunda boleh minta tolong? Tolong beli ‘in telur sama bumbu dapur boleh?” tanya sang Bunda dengan nada suara tanpa paksaan.“Boleh Bun, uangnya mana?” tanya Fia sambil menyodorkan tangannya.“Ini uangnya sama daftar belanjaannya, kalau kembali ambil buat kamu” ucap Bunda Fia sambil menyerahkan uang dan kertas daftar belanjaan.“Siap! Makasih Bundanya Fia” ucap Fia dengan senyum bahagia saat menerima uang da

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-13
  • DERSIK   Chapter 89

    Suara langkah kaki mulai terdengar jelas. Fia menatap cemas ke arah adiknya sedangkan Fiko sudah memasang sikap siaga. Tak berselang lama, sosok mereka mulai terlihat.“Berani juga lu berdua” ucap salah satu di antara mereka dengan senyum mengejek.“Lawan banci masa gue takut?!” ucap Fiko memanas-manasi.“Sialan lu, serang” ucap sang ketua sambil memberi aba-aba dengan tangannya untuk anak buahnya menyerang Fiko bersamaan. Tak berselang lama akhirnya perkelahian tak bisa di hindari. Perkelahian antar mereka benar-benar tak seimbang. Fiko yang sendirian harus melawan sekelompok orang yang di perkirakan ada 10 orang.‘Tempatnya gak terlalu jauh, seharusnya gak lama bala bantuan dateng’ batin Fiko dengan perasaan sedikit cemas. Bukan dirinya yang dia cemaskan melainkan sang kakak, dia takut akan terjadi hal-hal tak di inginkan terjadi pada kakaknya.“Gue punya adek kenapa bego banget” ucap Fi

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-13
  • DERSIK   Chapter 90

    Pagi harinya, saat ini Fia sedang berjalan di sepanjang koridor kelas 10, dengan langkah tenang dia menyusuri koridor. Sekolah masih cukup sepi karena jam masih menunjuk ke pukul 06.21 pagi.Fia terus berjalan hingga terlintas di benaknya tentang kata-kata seseorang kemarin. Dia mulai penasaran akan maksud dari orang itu.“Apa gue ke sana sekarang?” tanya Fia kepada dirinya sendiri. Dengan gerakan tenang Fia menatap jam tangan yang melingkar indah di tangan kirinya.“Gak akan cukup” ucapnya lagi sambil menatap ke arah depan.“Nanti sepulang sekolah aja” lanjutnya dan kembali melangkahkan kakinya ke arah kelas.Sesampainya di kelas, dahi Fia di buat mengerut karena kehadiran satu sosok di kelasnya. Sosok itu duduk di bangkunya dengan posisi kepala menunduk dan tangan di atas paha.“Bodo amat” gumam Fia dan memutar balikkan badannya, dia sedang malas berurusan dengan sosok-sosok tak jelas.

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-13
  • DERSIK   Chapter 91

    Fia masih menatap ke arah batu tadi dengan raut wajah heran. Dengan gerakan pelan dia mulai berjalan ke arah batu tadi. Saat langkahnya semakin dekat, tiba-tiba ada suara yang mengejutkannya dan membuat langkahnya terhenti di tempat.“Apa yang kau lakukan di sini?” ucap orang tadi dengan nada suara datar. Dengan refleks Fia menatap ke arah sumber suara.“Anda siapa?” tanya Fia dengan heran. Di depannya sekarang ada seorang kakek tua dengan janggut putih cukup panjang serta tongkat kayu yang menompa tubuhnya.“Seharusnya saya yang bertanya, kamu siapa dan bagaimana bisa sampai ke sini?” tanya sang kakek dengan raut wajah datar dan sedikit ke tidak sukaan.“Saya Fia, saya juga tidak tahu apa yang membuat saya sampai di sini yang saya ingat terakhir kali hanya batu di sana” ucap Fia dengan raut wajah bingung sambil menunjuk ke arah batu tadi.“Ceritamu cukup mengejutkan” ucap sang kakek yang

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-13
  • DERSIK   Chapter 92

    “Dasar ceroboh” ucap Cadramaya dengan raut wajah datar.“Maaf” kata Fia dengan lirih.“Ck, cobalah untuk sedikit waspada” nasihat dari Candramaya sambil berjalan ke arah batu besar tadi.“Aku tak mungkin terus menerus melindungimu Fia” lanjutnya dengan raut wajah serius.“Aku benar-benar, meminta maaf” ucap Fia penuh sesal.“Lupakan” kata Candramaya dan mulai konsentrasi. Dengan lancar dia membacakan mantra yang cukup asing di telinga Fia mantra itu menggunakan bahasa Jawa kuno, jadi cukup sulit jika tak paham akan bahasa Jawa kuno.Setelah mengucapkan mantra tadi Candramaya mulai meletakkan tangannya di atas batu dengan mata terpejam.Beberapa saat kemudian Candramaya membuka matanya dan menatap ke arah Fia.“Letakkan tanganmu di atas Batu dan ucapkan mantra yang aku bisikkan secara perlahan dan benar” ucap Candramaya dengan serius.

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-03

Bab terbaru

  • DERSIK   Chapter 198 (Tamat)

    Sudah satu minggu setelah kejadian itu, dan Fia sudah tak sesedih kemarin dan menyalahkan dirinya sendiri atas kematian Yara.Dia juga sesekali mampir ke rumah Yara untuk menjenguk mama Yara atau di ajak adik Yara untuk mampir ke rumah. Dengan senang hati Fia menerima ajakan adik Yara.Satu yang membuatnya heran, kenapa orang tua Sasa tak pernah sekali pun mencari keberadaan sang anak yang hilang bagaikan tertelan bumi? Dan ternyata Fia mendapat satu fakta yang tak terduga, Sasa adalah anak dari papanya dengan selingkuhannya, sebab itu mereka tak peduli dengan sosok Sasa, bahkan saat ini orang tua Sasa sedang menyiapkan sidang penceraian mereka.Fia yang mendengar cerita itu hanya memasang raut wajah sedih dan prihatin.Tapi, walau orang tua tak mencarinya, masih ada Alvin yang menanyai keadaan Sasa dan menanyakan kondisi Sasa kepada Fia. Seperti menanyakan ‘Sasa di mana ya? Bagaimana kondisinya? Kenapa dia menghilang tanpa memberi kabar?’ dan di jawab Fia dan Yuan dengan mengangkat b

  • DERSIK   Chapter 197

    Yuan yang melihat tingkah lucu Fia hanya memasang raut wajah gemas dan senyum geli.“Ayo” ucap Yuan sambil menatap Fia dengan senyum yang masih terpatri di bibirnya.“Iya” balas Fia dengan lesu dan dengan malas Fia membuka pintu mobil. Fia keluar dan di sambut oleh Yuan dengan senyum kecil.Yuan memegang tangan Fia dengan lembut dan membawanya ke arah pintu rumah. Mereka memasuki rumah Fia dengan kerutan di dahinya.Bagaimana tidak, di depan mereka sudah berkumpul keluarga Fia. Fia yang melihat keluarganya yang sedang canda tawa hanya memasang raut wajah datar dan sorot mata ke tidak sukaan.Yuan yang tahu akan pikiran Fia hanya bisa menguatkan pegangannya di tangan Fia dan memberi usapan kecil di punggung tangannya.“Fia, sini sayang” ucap salah satu bibinya dengan senyum mengembang indah.Fia yang mendengar panggilan dari sang bibi hanya diam membisu dan masih di tempatnya dengan raut wajah datar.“Fia?” kata sang bibinya lagi dengan kerutan di dahinya.“Ada apa ini?” tanya Fia den

  • DERSIK   Chapter 196

    Pemakaman Yara berjalan dengan sangat hikmat, banyak orang yang meneteskan air mata saat melihat peti Yara memasuki lian lahat.Fia mengikuti acara pemakaman dengan raut wajah datar dan sorot mata kesedihan. Dia berada di samping mama Yara. Mama Yara yang memintanya untuk di sampingnya dan Fia hanya menurut tak bisa membantah. Dengan langkah pelan keluarga Yara mulai menjauh dari mekan Yara. Mama Yara sudah mengajak Fia untuk pulang tapi Fia menolaknya, dia ingin menetap di sini untuk beberapa saat.Fia menatap ke arah gundukan tanah di depannya dengan sorot mata kepedihan. Dia masih merasa bersalah dengan Yara, tak jauh dari tempatnya berdiri ada sosok Disa yang menatap ke arah gundukan di depannya dengan air mata yang masih mengalir.Fia menatap ke arah Disa dengan senyum kecil dan berjalan ke arah Disa dengan perlahan.“Ayo” ajak Fia sambil memegang pundak Disa dengan senyum kecil di bibirnya.Disa menatap ke arah Fia sebentar dan kembali menatap ke gundukan tanah tadi setelahnya

  • DERSIK   Chapter 195

    Hari pemakaman Yara, Fia datang dengan Yuan di sampingnya. Dia sudah membulatkan tekatnya, entah di terima atau tidak kehadirannya di sana. Niatnya untuk mengantarkan Yara ke peristirahatan terakhirnya, sebagai bentuk terima kasih dan penyesalan.Fia berjalan memasuki ambang pintu rumah Yara, saat dia masuk matanya sudah melihat banyak orang di sana dan tak lupa peti jenazah Yara yang di kelilingi oleh keluarganya. Sanak saudara berhilir mudik dan bergantian melihat wajah Yara untuk terakhir kalinya. Sosok Yara terlihat sangan memukau di hari terakhirnya sebelum di kebumikan.Fia mulai berjalan memasuki rumah Yara dengan Yuan di belakangnya. Mereka berdua memakai baju berwarna hitam polos tanpa ada corak seperti yang lainnya.Saat Fia memasuki rumah Yara, ada beberapa pasang mata yang menatap ke arahnya tapi tak dia anggap.Dengan langkah pelan, Fia mendekat ke arah peti Yara, saat langkah kakinya semakin dekat dengan peti Yara berada tiba-tiba langkahnya terhenti saat sosok mama Yara

  • DERSIK   Chapter 194

    “Semua ini di sebabkan oleh saya” ucap Fia setelah menguatkan dirinya untuk jujur.Saat mendengar perkataan Fia barusan, membuat pandangan mama Yara langsung tertuju ke arah Fia.“Apa maksudmu?” tanya Mama Yara dengan sorot mata tak bersahabat.“Yara meninggal karena saya, dia mengorbankan nyawanya untuk saya,” ucap Fia terhenti sejenak untuk mengambil nafasnya karena dadanya terasa sesak.“Dia melindungi saya dari tusukan yang seharusnya saya terima, seharusnya saya yang berada di posisi Yara” ucap Fia dengan tertunduk dalam.Mama Yara yang mendengar perkataan Fia hatinya merasa marah, bahkan tangannya terkepal sangat erat. Dengan langkah cepat dia berjalan ke arah Fia dan menamparkan begitu keras untuk melampiaskan kemarahannya.Plak!Sang suami yang melihat tingkah sang istri merasa sedikit terkejut dan mencerna semua kejadian tadi, ucapan Fia tadi kembali mengulang di otaknya.“Pembawa sial!” ucap Mama Yara di depan wajah Fia.“Mah!” ucap sang suami saat sadar akan keterkejutannya

  • DERSIK   Chapter 193

    Lama Fia dan Yuan berpelukan hingga Fia melepaskan pelukan itu, dengan raut wajah sembab Fia menatap Yuan.“Makasih” gumam Fia dengan senyum tulus.“Hm” balas Yuan sambil mengelus rambut Fia dengan senyum simpul.“Ayo” ajak Yuan sambil menggenggam tangan Fia dan menuntunnya masuk ke dalam ruangan tadi.Di dalam ruangan ada sosok Disa yang menangis sesegukan sambil menatap sosok Yara yang terbaring kaku di depannya.Fia berjalan mendekat ke arah Yara dan menggenggam tangannya pelan.“Maaf” ucap Yara dengan lirih dan sorot mata sedih.‘Maaf, semua ini gara-gara gue Yar. Andai dulu lu gak deket sama gue, andai lu gak ngelindungi gue pasti lu masih ada di sini’ batin Fia dengan senyum getir.“Gue bener-bener minta maaf” ucap Fia penuh sesal.Suara hening mulai mengisi ruangan tadi, Disa yang menangis dalam diam sedangkan Yuan dan Fia menatap ke sosok Yara dengan raut wajah sedih.Tak lama, suara langkah kaki terdengar di dalam ruangan tadi. Dengan refleks mereka melihat ke sumber suara, d

  • DERSIK   Chapter 192

    Mereka masih di posisinya, dengan pemikiran masing-masing. Sedangkan Ridwan sedikit menjauh untuk memberi kabar orang tua Yara akan kondisi anaknya. Setelah memberi kabar orang tua Yara , Ridwan mulai memberi kabar keluarganya tentang keberhasilan Fia. Kabar yang di beri tahukan Ridwan membawa kebahagiaan di keluarganya.Beberapa menit kemudian pintu UGD mulai terbuka, terlihat sosok berjas putih keluar dari ruangan dengan raut wajah penuh penyesalan.“Bagaimana keadaan teman saya dok?” tanya Disa sambil berjalan mendekat ke arah sang dokter. Dalam diam Fia berjalan mengikuti langkah Disa.“Kami sudah melakukan yang terbaik tapi Tuhan mempunyai jalan yang lebih baik. Maaf, Tuhan berkehendak lain, teman adik dinyatakan meninggal karena telat akan penanganan yang seharusnya dia terima. Teman adik terlalu banyak kehilangan darah” ucap sang dokter dengan raut wajah lesu, karena pasiennya gagal untuk dia selamatkan.“Gak, dokter pasti salah” ucap Disa dengan raut wajah tak percaya dan memu

  • DERSIK   Chapter 191

    Fia mulai membuka matanya dan menatap ke arah Disa dengan raut wajah serius.“Dis” panggil Fia tanpa emosi.“Iya?” balas Disa dengan raut wajah heran.“Pegang batu ini dan baca mantra yang tertulis di sini” ucap Fia sambil menatap ke arah Disa dengan raut wajah masih sama.“Kenapa?” tanya Disa dengan raut wajah heran.“Ini kunci keluar dari sini” balas Fia apa adanya.“Oke” balas Disa dan mulai berjalan mendekat ke arah Fia. Tanpa membutuhkan waktu lama Disa mulai membaca mantra yang ada di batu tadi. Mantra tadi tertulis dengan aksara Jawa, dan entah kenapa Disa dengan lancar mengucapkannya, setiap kata terdengar sangat jelas.Tak lama cahaya di batu tadi semakin terang, cahaya yang tadinya putih berubah menjadi abu-abu. Tak lupa ada juga beberapa kunang-kunang yang hadir mengelilingi mereka.Fia yang melihat pemandangan di depannya sedikit menatap dengan sorot mata memuja. Tak lama, cahaya tadi mulai redup dan mereka sudah berada di luar gerbang sekolah.“Kondisinya semakin memburuk

  • DERSIK   Chapter 190

    Fia yang mendengar jeritan Sasa hanya menatapnya dengan raut wajah tanpa emosi.“Fia tolongin gue” ucap Sasa dengan raut wajah memohon ke arah Fia.“Gue gak bisa” balas Fia dengan acuh tak acuh.“Gue minta maaf, gue ngaku gue salah. Gue mohon bantu gue, lepasin gue dari rantai ini” ucap Sasa dengan air mata yang menetes melewati pipinya.“Gue gak bisa, itu bukan kemampuan gue” balas Fia apa adanya.Tak lama dari itu Fia mulai mendengar jeritan tak jauh darinya.“Yara!” ucap Disa saat baru saja bangun dari pingsannya, dan saat dia membuka mata pandangan pertamanya adalah sosok Yara dengan darah di tubuhnya. Dengan raut wajah panik Disa menatap ke arah Yara.“Yar, aku minta maaf jangan kayak gini” ucap Disa sambil menepuk pipi Yara beberapa kali.“Dia akan mati kalau gak ambil tindakan dengan cepat” ucap Fia dengan raut wajah tanpa emosi.“Yuan, boleh minta tolong? Tolong gendong Yara, karena gak mungkin kalau gue atau Disa yang gendong” ucap Fia sambil menatap ke arah Yuan dan di anggu

DMCA.com Protection Status